NovelToon NovelToon

SINGLE MOMY

1. KECELAKAAN MAUT

Bagai tersambar petir di siang bolong melihat suamiku tergeletak tak berdaya di ranjang rumah sakit yang hanya berbalut kain tanpa baju dengan sederet alat medis di bagian dada dan tangan nya. suamiku sayang suamiku malang rasanya tidak percaya bahwa Malam itu suamiku tercinta berbaring lunglai tak sadarkan diri karena sebuah kecelakaan yang menimpa dirinya.

aku melirik kedua anak ku yang masih sangat kecil yang tidak tahu apa-apa dan yang terfikir oleh ku adalah bagaimana jika suamiku tidak tertolong.apa yang harus aku lakukan bersama ke dua anakku? bagaimana nasib mereka ? sementara aku tidak punya persiapan atau tabungan untuk mereka jangankan itu pekerjaan pun tidak ada.

aku salsa seorang ibu rumah tangga mempunyai suami seorang kontraktor yang sangat mencintaiku dan aku telah karuniai dua anak yang sangat lucu, keluarga kami sangat bahagia meskipun sederhana tetapi Alhamdulillah semua kebutuhan kami tercukupi tetapi kecelakaan naas yang menimpa suamiku membuat hidup ku dan anak ku berubah seketika.

flashback

satu bulan sebelum kejadian

Suamiku sebut saja Rendra dia bekerja sebagai kontraktor pengadaan dan mempunyai usaha warung kelontong yang dia bangun sebelum kami menikah.

siang itu Rendra duduk di teras rumah sambil memandangi jalan raya entah apa yang dia fikirkan pandangan nya kosong. tatapan nya seakan memberikan arti yang cukup dalam, aku yang sedari tadi memperhatikan dia langsung duduk di samping nya dan berkata

" kamu kenapa papa. seperti nya ada yang di fikirkan". ucapku sambil mengelus tangan suamiku

" oh. enggak apa-apa kok mama. oh ya mama nanti semisal papa enggak ada kamu jagain anak-anak ya jangan genit- genit sama orang ". ucapnya sembari mencubit hidung ku

" loh. Emang papa mau kemana? ucapku heran dengan statment suamiku itu

" enggak mama". ucapnya kembali sembari cium keningku

semenjak percakapan pagi itu suamiku menjadi sedikit pemurung padahal dia baru sama memenangkan tender pengadaan di salah satu instansi rumah sakit kami juga baru membeli sebuah mobil dan memperbaiki motor asbul nya tidak hanya itu dalam hal berhubungan *** juga aku merasa aneh dan seakan tidak merasakan apa-apa tapi aku sama sekali tidak memiliki firasat apapun karena kesibukan dengan pekerjaan rumah dan anak-anak yang masih kecil.

esok harinya pada saat kami sarapan kata yang di ucapkan suamiku tadi malam dia ucapkan lagi, sekali lagi aku merasa DeJaVu di buat nya

" pa. kamu kenapa sih? itu-itu terus yang kamu bilang. emang papa mau pergi kemana?". ucapku pada Rendra suamiku

" enggak kemana-mana kok ma". jawabnya santai tapi sesungguhnya aku kesal mendengar suamiku berbicara seperti itu seolah-olah dia akan pergi jauh.

setelah lelah seharian aku dan suamiku pun menutup kedai kelontong kami karena hari pun sudah menunjukan pukul 23.00. selesai beres-beres suamiku pun menghitung pendapatan kami dan setelah itu dia bergegas mencuci tangan dan kaki dan langsung berbaring di sampingku yang sedang memberikan asi untuk anakku. renda memelukku dari belakang dengan erat dan mencium kepala ku sambil berkata

" kamu istri dari anak-anakku yang sangat cantik. kalau aku suatu saat pergi perjalanan jauh kamu jaga anak kita dengan baik ya jangan centil-centil sama laki-laki lain". ucapnya sembari menutup matanya

" apaan sih pa. kamu ngomong seperti itu terus dari kemarin emang kamu mau pergi ? pergi kemana ? sama siapa? " ucapku kesal prihal kata-kata suamiku itu

" hehe... enggak ada papa kemana- mana mama. papa cuma pesen aja". ucapnya sambil tersenyum dan kembali memelukku dengan erat.

dengan rasa kesal aku pun mencoba tidak menanggapi kata-kata suamiku tapi aku sedikit heran kenapa renda selalu dan berulang kali mengatakan hal tersebut, apakah dia ada selingkuhan atau dia mau pergi dengan wanita lain. fikiran melayang kemana-mana tapi aku juga tidak berani menanyakan langsung karena itu akan memicu pertengkaran saja dan tidak ada gunanya.

2 Minggu sebelum kejadian

suamiku di percaya oleh salah satu agen travel untuk mengelola biro perjalanan ke luar kota karena kebetulan kantornya berada di sebelah kedai kami jadi untuk menambah penghasilan suamiku pun menerima tawaran itu. awal-awal biro perjalanan itu berjalan lancar pelanggan juga ramai menggunakan transportasi dari biro suamiku dan Alhamdulillah penghasilan kami pun bertambah selain dari warung kelontong dan pulsa sekarang dari travel juga.

" Alhamdulillah ya papa. Kita dapat penghasilan lebih" ucapku kepada rendra suamiku

" iya ma. Alhamdulillah kita harus terus bersyukur ya dan kamu jangan boros-boros ya. biar nanti kalau tidak ada aku kamu bisa manage uang sendiri". ucap suamiku polos

aku tertegun lagi-lagi dia berkata seolah-olah dia mau pergi jauh tapi aku tidak ada keberanian untuk bertanya lebih jauh karena hati ku mulai bimbang dan mulai sedikit ada rasa mengganjal di hati ku tapi aku pendam saja aku takut fikiran buruk ini membebani suamiku

satu Minggu sudah suamiku menjalankan bisnis biro jasa nya dan Alhamdulillah berjalan pesat pelanggan lebih banyak menggunakan biro jasa kami dan selalu full setiap hari

hari ke tiga sebelum kejadian

setelah beres-beres warung malam itu suamiku menonton televisi dan aku seperti Biasa menyusui anak ke dua ku yang masih 4 bulan. pada saat aku perhatikan suamiku dia sedang menonton televisi tapi mata dan pandangan nya begitu kosong seperti ada sesuatu yang pendam dan berat untuk di ceritakan padaku. tak lama dia pergi ke dapur dan pada saat kembali dia membawa sepiring nasi dan lauk, aku terkejut karena tidak biasanya dia makan tengah malam seperti ini dengan porsi nasi yang begitu banyak

" pa. kamu lapar bukannya tadi jam 9 baru makan?". tanya ku heran

" iya ma. enggak tau perut papa ini lapar aja kerjaan nya dari tadi siang". jawab nya lembut

" oh ya udah enggak apa-apa. makan yang banyak ya papa biar gendut". ucapku sambil tersenyum karena sebenarnya tipikal suamiku itu jarang sekali makan bahkan badan nya pun kurus dan melihat momen seperti ini aku sangat senang secara dari dulu aku menyuruh dia makan susah banget.

pagi nya pada saat aku membuka kedai ku tiba-tiba suamiku datang membawa sarapan pagi entah dari mana

" Mama sayang. papa mau sarapan ini siapain". ucapnya sambil menyodorkan satu kantong kresek yang penuh dengan berbagai makanan

" wah tumben papa mau sarapan pa". ucapku sembari mengambil kantong kresek nya

" iya papa mau sarapan mama mulai sekarang biar gendut seperti yang mama bilang". ucapnya kegirangan

" ya udah ini tolongin mama buka warung biar mama siapain sarapannya". ucap ku sembari melangkah ke dalam rumah

setelah semuanya siap aku suamiku dan ke dua anakku sarapan, saat aku perhatikan suamiku terlihat lahap menyantap makanan itu dan benar-benar habis satu mangkok lontong sayur itu. aku hanya tersenyum sambil memperhatikan nya menyantap semua makanan yang dia beli tanpa tersisa setelah itu dia bergegas ke dalam rumah dan terlihat dia juga langsung mandi dan berpakaian rami wangi lagi.

kebiasaan yang tidak pernah dia lakukan hari itu dia melakukannya dengan penuh kegembiraan yang terpancar dari raut wajahnya dan aku hanya memperhatikan gerak gerik nya saja tanpa mengomentari sedikit pun

malam kejadian memilukan itu

saat bangun pagi aku sedikit terkejut karena ternyata aku kesiangan bangun dan mendapati suamiku tidak ada di samping ku. aku bergegas keluar kamar mencari dimana suamiku berada dan ternyata dia lagi duduk di teras menikmati secangkir kopi dan rokok sambil menatap jalanan yang sepi pagi itu dan saat aku lihat semua ruangan sudah bersih dan warung juga terlihat sudah di buka. aku kembali ke dalam rumah dan memberikan badan ku setelah itu aku pun ke depan menemui suamiku yang lagi duduk santai di sanalah.

" pagi papa sayang". ucapku sembari memegang tangan suamiku dan aku cium pundak tangannya.

" pagi ". jawabnya membalas perkataan ku

" wah tumben papa sudah rapi dan wangi lagi. ini juga rumah sudah bersih". ucapku

" iya kebetulan papa tadi bangun pagi enggak bisa tidur lagi jadi papa beresin aja semuanya". ujarnya sambil menghisap rokok yang ada di tangan nya

aku tak merasa aneh atau apapun aku hanya senang melihat perubahan suamiku itu karena bertolak belakang dari kebiasaan nya terdahulu

menjelang sore suamiku meminta izin untuk pergi ke daerah puncak karena ada kerjaan yang harus di tangani di sana

" papa pergi sebentar ya ma. hati-hati di rumah" ucapnya

" iya papa hati-hati jangan pulang kemalaman ya". ucapku kembali sambil mencium tangannya

waktu sudah menunjukan jam 20.45 tapi Rendra suamiku masih juga belum pulang aku mulai khawatir karena hp nya juga tidak bisa di hubungi.

" si papa kemana sih. hp nya malah mati lagi'. pekik ku dalam hati menahan khawatir sekaligus kesal

dalam kekhwatiran ku tiba-tiba ada klakson mobil itu tak lain adalah mobil yang di tumpangi suamiku

" mama. ". ucapnya sambil tersenyum

" ya ampun papa dari mana. dari tadi mama hubungi enggak nyambung". ucapku kesal

" enggak ada signal mama. maaf ya". ucapnya santai

aku mencium baju dan celananya ternyata hanya bau parfum mobil, suamiku tertawa melihat tingkah ku

" kenapa sih ma. mama curiga papa pergi sama cewek ya". ucapnya menggoda ku

" enggak". jawabku cemberut

suamiku hanya tertawa dan mengelus kepala ku dengan penuh cinta.

" papa lapar ma. papa mau beli makan dulu ya dari tadi siang belum makan". ucap suamiku

" ya udah pergi sana". ujarku manja

" Mama mau apa?" tanya nya padaku

" enggak papa. mama udah makan". ucapku

" ya udah papa pergi ya. mama hati-hati di rumah". ucapnya sambil menggendong anak pertama ku

teg... aku tertegun mendengar kata-kata terakhirnya karena yang harusnya bilang hati-hati kan aku tapi tak ku hiraukan karena itu hanya kata-kata biasa saja.

kebetulan mobil kamu berada di seberang jalan raya tepatnya di depan Bank karena parkiran di depan rumah dan travel penuh jadi mobil kami di parkir di depan Bank seberang jalan tapi tak lama suamiku kembali ke rumah untuk mengambil dompet.

" loh papa anak kita dimana kok papa sendiri". ucapku

" itu di mobil ma. tadi papa lupa bawa dompet. y udah papa pergi ya ma". ucapnya sambil menuju ke arah pintu keluar

2 menit setelah suamiku keluar dari rumah

gubrakkkkkkk. .. brakkkkkkkkm

" astagfirullah pasti tabrakan lagi. ya ampun memang tidak pernah hati-hati lah orang di jalan ini". ucapku sambil keluar melihat apa yang terjadi

pada saat di luar alangkah terkejutnya ternyata yang tertabrak motor itu adalah suamiku sendiri sambil berteriak dan meminta tolong aku menghampiri suamiku

" astagfirullah papa. ya Allah ". teriakku sampai semua orang datang mengerumuni tempat kejadian itu

" papa. pa ya Allah". ucapku tak henti sambil menangis

bagaiman di sambar petir dan tak percaya bahwa yang tergeletak itu adalah suamiku sendiri, pada saat yang bersamaan teman suamiku membawa mobil dan langsung mengangkat nya ke dalam mobil untuk membawanya ke rumah sakit. aku juga bergegas ke dalam rumah untuk mengambil dompet ku dan menitipkan anak ke dua ku ke saudara di sebelah rumah

di perjalanan aku hanya menangis melihat suamiku yang berlumur darah dan tidak sadarkan diri sampai aku melupakan anak pertama ku yang masih ada d dalam mobil tapi untung ada satpam yang menemukan dia di mobil dan langsung membawanya ke rumah saudara suamiku yang bersebelahan dengan rumah ku

darah terus keluar dari hidung. mulut dan telinga aku punî memanggil - manggil suamiku tapi tidak ada respon

" ya Allah selamatkan lah suamiku ya Allah". hanya itu doaku sepanjang jalan

10 menit akhirnya aku sampai di Rumah sakit dan aku langsung bergegas keluar untuk meminta bantuan dari para medis di sana dengan cepat para perawat dan dokter itu menangani suamiku berbagai pemeriksan di lakukan aku terdiam di samping suamiku yang tidak bergeming sedikit pun walaupun aku memanggil

" dok tolong selamatkan suamiku dok". ucapku sambil menangis

" sabar ya ibu. kami akan berusaha " ucap dokter di IGD

mendengar ucapan dokter aku terdiam sambil menangis melihat suamiku yang tidak berdaya dengan darah segar yang terus keluar dari hidung. mulut dan telinga nya. hati ku runtuh bagai di sambar petir sangat rapuh melihat suami yang aku cinta terbaring tidak berdaya.

tidak lama setelah dokter memeriksa suamiku dia berkata

" ibu ini harus di rujuk ke RS di kota. kami di sini tidak bisa menangani karena pendarahan hebat yang menyebabkan ada gangguan pada kepala". ucap dokter di sana.

" baik dok". ucapku lemas

tak ada pilihan lain selain di rujuk dengan di bantu oleh keluarga aku pun pergi ke kota untuk pengobatan lebih lanjut suamiku. 2 jam berlalu akhirnya kami sampai di RS yang di tuju.

setelah hampir 1 jam aku menantikan kabar suamiku yang berada di ruang rawat akhirnya dokter keluar dan berkata

" ibu sabar ya. kami akan berusaha semampu kami tapi apapun yang terjadi itu adalah kehendak dari Allah". ucapnya mencoba membuat aku tegar.

" tolong dok". ucapku lirih

" ibu dan keluarga saya sarankan untuk berdoa dan mengaji ya. kondisi bapak sekarang itu sangat kritis saya akan terus berusaha yang terbaik tapi semua kembali ke yang maha kuasa. bapak mengalami pendarahan hebat di kepala jadi sekarang kondisinya sangat kritis Bu". ucap dokter

" tapi dok. apa tidak ada cara lain seperti operasi misalnya'. ucap ku

" begini Bu. pendarahan kepala yang di alami bapak itu tidak satu titik tapi beberap titik jadi jika saya melakukan operasi kemungkinan otak nya akan hancur tapi jika satu titik saja masih bisa. kalau pun operasi berhasil kemungkinan bapak akan cacat Bu". ucap dokter menjelaskan kondisi suamiku.

aku terbaring lunglai di lantai tubuhku menjadi lemas tak berdaya nafas ku sesak seakan berada di goa yang tidak ada udara sampai tidak sadarkan diri.

2. status janda di usia muda

hancur sudah berkeping-keping mendengar penjelasan dokter seakan menjerit hatiku ini di keheningan yang mendalam tak dapat aku bayangkan bagaimana jika tuhan mengambil suamiku sekarang ini dengan keadaan ku dan ke dua anak apa mungkin aku bisa melewati semua ini tapi seperti sebelum nya aku meyakini bahwa suamiku akan sembuh dengan atas mukjizat dari Allah SWT karena dari pelajaran sebelum-sebelum nya suamiku sudah beberapa kali mengalami kecelakaan terakhir dia mengalami kecelakaan parah yang menyebabkan batok kepala suamiku rusak tapi Alhamdulillah masih bisa bertahan dari situ aku mendapatkan kekuatan dan keyakinan bahwa suamiku pasti akan bertahan walaupun kemungkinannya kecil tapi harapan ku sangat besar untuk suamiku

" pa. tolong bertahan demi anak-anak kita pa". ucapku sambil memegang tangan suamiku dengan cucuran air mata yang tak henti-hentinya

tidak ada respon dari suamiku tetapi terlihat ada air mata dari sudut matanya yang membuat aku tambah sakit dan perih.

setelah beberapa saat aku pun beranjak ke kamar mandi sembari mengambil wudhu dan kemudian membaca surat Yasin untuk memperkuat iman ku dan berharap suamiku tersadar dari komanya tetapi entah mengapa rasa kantuk begitu menyusupi diri mata ku seakan tak kuasa menahan rasa kantuk ini tapi memang tidak kuat menahannya kemudian aku pergi keluar dan menemui kak Merlin

" kak. bisa tolong aku jagain suamiku sebentar aku ngantuk banget mah tidur di mushala sebentar" ucapku kepada kak Merlin sepupu dari suamiku

" oh iya. tidur lah. mungkin kamu capek kan enggak tidur semalaman" ucap kak Merlin

Kaka Merlin adalah sepupu terdekat suami ku usianya Sudah 40 tahun tapi kak Merlin belum menikah di karenakan terlalu banyak memilih sampai usianya sekarang sudah kepala empat tapi meskipun begitu dia sangat baik terhadap suamiku dan kami juga sangat menghargainya

aku menuju mushalla dan tidur di sana tapi tidak berapa lama aku terbangun dengan Isak tangis dan air mataku tidak berhenti saat sadar ternyata aku mimpi dan dalam mimpiku itu aku melihat suamiku di tepi pantai mengenakan baju kaos dan celana pendek memegang tangan ku dan berkata

" maafkan aku jika tidak lagi bisa bersama aku harap kamu bahagia mama". ucapnya dalam mimpiku dan dia pun pergi jauh dari ku ke ujung pantai yang tidak ada ujungnya tapi di sana aku tidak berkata apa-apa aku hanya menangis melihat suamiku berjalan menjauhiku

saat tersadar aku telah menangis terisak dan aku langsung teringat dengan suamiku yang sedang berbaring di ruangan rawat, saat aku lihat jam ternyata aku tidur hanya 15 menit tanpa pikir panjang aku langsung ke tempat suamiku dan aku lihat dia masih ada detak jantung dan nadi nya masuk bisa aku rasakan

" Alhamdulillah". ucapku lirih ternyata itu hanyalah mimpi dan kenyataan nya suamiku masih ada. karena mimpiku tadi aku sudah tidak ingin melanjutkan tidur ku lagi dan aku lanjutkan mengaji saja

tak terasa jam menunjukan pukul 05.00 WIB dan itu waktunya shalat subuh, aku pun minta tolong lagi kepada kak Merlin buat menjaga suamiku sebentar karena aku mau shalat dan sekalian mandi.

setelah mandi aku pun shalat dan berdoa untuk suamiku

" Ya Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. ampunilah segala dosa suami hamba. angkatlah penyakit suami hamba ya Allah. berikan mukjizat mu kepada suami hamba ya Allah. berikanlah kesempatan suami hamba untuk melihat terbitnya matahari tenggelam nya matahari ya Allah. amin Ya Allah"

ku usap wajahku dengan ke dua telapak tanganku tetapi setelah itu mata ku seakan berat sampai tak kuasa menahan rasa kantuk yang melanda diriku sampai aku tertidur sejenak.

dalam keadaan tidur aku bermimpi kembali seolah ada yang mendekat pada ku sosok bayangan putih, dia tidak melakukan apa-apa atau berbicara apa-apa hanya duduk di sebelahku dan mengusap kelapa ku dengan tangannya yang dingin dan lembut seolah memberitahukan kesedihan kepadaku pada saat itu aku ingin sekali terbangun dari mimpi itu tapi jiwa ini tidak kuasa untuk melawan nya tapi tidak berapa lama aku benar-benar terbangun di kejutkan kak Merlin yang datang ke mushalla karena mau menjalankan shalat subuh.

" sa. sa. kamu kenapa? sa istighfar sa. bangun?". ucap kak merlin membangunkan ku

" astagfirullah. kak ada apa? ". tanya ku kikuk

" barusan kamu itu berteriak minta tolong. makanya Kaka bangunkan mungkin kamu mimpi". ucap kak Merlin

aku terdiam sejenak mengumpulkan nyawaku yang belum full ads di jiwa ku setelah itu aku pergi ke ruang rawat suamiku lagi.

aku masih terngiang-ngiang dengan mimpi ku itu, apakah itu pertanda baik atau buruk, dalam hatiku aku terus berdzikir meminta mukjizat untuk suamiku dan menyingkirkan fikiran-fikiran negatif dalam diriku

jam menunjukan pukul 06.00 WIB perawat datang untuk memeriksa keadaan vital suamiku

" selamat pagi ibu. saya mau periksa bapak dulu ya". ucap salah satu perawat

" iya silahkan sus". ucapku kembali

perawat itu memeriksa tensi. spo². hR San suhu

" semuanya sudah normal ya Bu". kata suster pagi itu sambil memperlihatkan hasil dari tanda vital suamiku

" Alhamdulillah ya sus". ucapku senang

aku sedikit lega karena dari hasil pemeriksaan vital suamiku semuanya bagus jadi ada kemungkinan untuk suamiku sembuh walaupun kemungkinan itu tipis tetapi harapanku sangat besar

setelah itu suster lainnya datang untuk membantu membersihkan badan Suamiku dan aku pun langsung berkata biar aku saja yang membersihkan nya

" sus. biar saya saja yang memberikan badan suami saya". ucapku dengan lembut

" oh baik Bu. maaf ini peralatan nya". ucap suster itu

aku pun mengambil peralatan yang dia maksud dan langsung membersihkan tubuh suamiku

setelah selesai aku pun duduk di samping nya sambil melanjutkan mengajiku yang terputus malam itu.

tapi beberapa saat setelah itu kak Merlin datang dan berkata

" sa. istirahat lah dan sarapan dulu itu di luar sudah di sediakan kamu kan dari kemarin belum makan". kata kak Merlin

" iya nanti aja kak. aku masih pengen di sini sama suamiku". ucapku lirih

" iya tapi kamu juga harus makan biar kuat ya. suamiku biar Kaka yang jaga" ucapnya dengan penuh ketulusan

aku pun mengiyakan kata-kata kak merlin karena sesungguhnya aku memang belum makan dari kemarin sore tetapi aku tidak lapar sedikitpun apalagi melihat keadaan suamiku yang berbaring lemas.

aku keluar dan duduk di depan ruangan pasien di sana sudah ada keluarga lain yang menjenguk sambil membawa makanan, mereka langsung memelukku dan memberikan support untukku supaya aku kuat.

aku pun mulai menyantap sarapanku dan pada saat aku menyuap makanan ku tiba-tiba kak Merlin berlari keluar dan memanggilku dengan wajah penuh kekhawatiran

" sa. sini sa" ucap kak Merlin berteriak

tak ku teruskan lagi sarapanku aku langsung berlari melewati kak Merlin menuju ruangan suamiku dan di sana sudah ada dokter, perawat yang sedang memeriksa dan peralatan medis yang berada di badan suamiku serta kejutan listrik di dada suamiku.

hatiku merasa tidak tenang dan mulai gemetar rasa yang menakutkan itu mengcekam di fikirkan ku tapi aku terus berdoa dalam hatiku dan tidak terasa air mataku menetes di pipi ku

" ada apa dok. bagaimana dengan keadaan suami saya dok". ucapku gentar

" sebentar ya ibu, bapak sedang kami periksa, ibu sabar dan berdoa ya ibu". kata dokter menguatkan ku

tak kuasa aku menahan rasa tangis ku karna sesungguhnya aku tahu keadaan suamiku tidak baik-baik saja. kak Merlin memelukku dan menguatkan ku karena aku terus dan terus menangis tanpa henti melihat keadaan suamiku yang semakin memburuk

tiba-tiba suster membawa alat pengukur detak jantung dan langsung memasangkan ke badan suamiku, sesaat alat pendeteksi itu pun bekerja tapi suamiku tetap tidak ada respon kemudian dokter membuka kelopak mata suamiku yang tertutup dan menodongkan senter ke pupil matanya, dokter diam sejenak dan langsung menghampiriku sambil berkata

" ibu dan keluarga sabar ya. kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi semua tuhan yang menentukan". ucap dokter sambil memegang tanganku

" a...apa dok. maksud dokter apa? suami sa..saya? " ucapku terbata-bata

" iya ibu. bapak sudah tiada". ucap dokter membenarkan pernyataan ku

hatiku langsung rapuh kakiku lemas dan seketika langsung terbujur mendekap suamiku tidak pernah terbayangkan oleh ku suamiku tercinta secepat ini meninggalkan ku seakan semua ini mimpi karena kemarin suamiku masih sehat wal Afiat tapi pagi ini sudah tiada.

" pa. pa. bangun pa". ucapku berteriak sekencang-kencangnya tak memperdulikan sekelilingku

aku mendekap suamiku dengan erat dan ku cium seluruh wajahnya aku raba setiap tubuhnya yang kaku tak ingin rasanya aku lepaskan pelukan ini.

" sa.. sa sabar sayang". tiba-tiba tangan mendekapku dari belakang dan itu tidak lain adalah orang tuaku

aku langsung memeluk mama ku karena tak kuasa aku menaham kepediahan ini. mama ku terus memelukku dan menenangkan ku termasuk kak Merlin dan keluarga lainnya tapi aku tidak henti-hentinya menangis sampai aku lelah dan pingsan tidak sadarkan diri.

saat tersadar aku berharap semua kejadian tadi adalah mimpi tapi pada saat aku lihat aku lihat sekeliling mata ku tertuju pada bungkusan kain itu tidak lain adalah tubuh suamiku yang tergeletak tak bernyawa seketika air mataku keluar lagi tapi tidak ada teriakan dari mulut ku hanya pasrah menerima kenyataan bahwa suamiku itu sudah tiada. semuanya telah di bereskan termasuk administrasi juga sudah di bayar dan kami bersiap pulang ke rumah membawa jenazah almarhum untuk di kebumikan.

Di Perjalanan

aku menumpangi mobil ambulans yang membawa suamiku dengan masih mengeluarkan air mata aku terus menatap suamiku yang terbujur kaku. aku harap semua ini adalah mimpi tapi kenyataan nya ini lah yang terjadi

suamiku sayang suamiku malang telah pergi untuk selamanya dari dunia ini.

aku berfikir bagaimana nasib ku dan anak-anak jika suamiku tidak ada , aku hanya seorang sarjana yang tidak bekerja dan tidak bisa melakukan apa-apa selain bergantung kepada suamiku

" apa yang harus aku lakukan ya Allah". lirih ku menahan nafas

saat ini yang ada di fikiran ku hanyalah bagaimana kelanjutan hidupku dengan anak-anakku kelak serta bagaimana menjelaskan kepada mereka bahwa papa mereka sudah tiada, pasti ke dua anakku akan hancur secara mereka masih kecil dan tidak tahu apa-apa.

begitu sakit kepala ku memikirkan semua ini rasanya tidak ada solusi untukku selain menerima dan harus beradaptasi tanpa suamiku. aku mendekap tubuh suamiku yang masih hangat dan berkata

" pa. aku sangat menyayangimu doakan mama bisa melewati semua ini dengan anak-anak ya pa".ucap ku sembari mendekap tidak ingin melepaskan pelukanku sampai akhirnya aku tertidur

 

3 jam perjalanan rombongan ambulans pun tiba di rumah ku saat itu aku di bangunkan mama ku dan pada saat tersadar aku sudah sampai di rumah dan semua orang sudah menunggu dengan tangisan-tangisan kesedihan.

saat aku turun dari ambulans dan melihat sekelilingku hati ku rapuh kembali terutama saat melihat kedua anakku yang menungguku datang kakiku menjadi lemas tak kuasa berjalan

" mama...mama". ucap anaku memanggilku

Bertambah kerapuhan hatiku ini saat anak pertama ku memanggil ku dan lari memeluk kakiku.

aku hanya diam dan tak membalas pelukannya serta Merta air mataku keluar lagi tak berhenti-henti

3. HAMPA

Tiga hari kepergian suamiku kehampaan melanda dalam diriku walaupun setiap hari aku di temani seluruh keluargaku maupun dari pihak keluarga suamiku tetapi kehampaan dalam hati ku sangat mendalam kadang jika ada kerabat atau teman yang ke rumah memberikan belasungkawa aku hanya bisa diam dan tidak banyak bicara hanya bicara seperlunya saja bahkan anak-anakku pun meminta bermain aku selalu menolak dan lebih memilih berkurung di dalam kamar. anak-anakku yang malang yang tidak tahu apa-apa hanya bisa aku tatap saat mereka tidur karena jika aku tatap mereka di siang hari aku tidak bisa menahan air mata ku.

siang itu saat aku mengurung diri di kamar tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarku

tok.....tok.....tok

" sa. apa kamu tidur?". terdengar suara kak Merlin memanggilku

aku pun langsung beranjak dari kasur ku dan pergi membukakan pintu kamar

" kenapa kak. masuklah". ucapku melebarkan pintu kamar ku

" enggak usah. itu di luar ada keluarga yang nabrak suamimu. katanya mereka mau belasungkawa sekalian mau ngomongin soal masalah kemarin". ucap kak Merlin

" iya udah. sebentar aku pakai hijab dulu " ucapku lalu pergi mengambil hijab ku di atas meja kamar dan langsung berjalan keluar menuju ruang tamu

Di sana sudah ada tetua dan keluarga dari yang menabrak suamiku juga ada keluarga besar suamiku

aku duduk di sebelah kak Merlin kemudian kak merlin langsung memperkenalkan ku kepada mereka

" bapak-bapak dan ibu-ibu ini istri dari almarhum dan itu anak-anak nya". ucap kak Merlin memperkenalkan ku

aku hanya tersenyum tipis tak berkata apa-apa

tiba-tiba seorang ibu langsung memelukku dan berkata dengan nada sedih di sertai menangis

" dek. maafkan ibu dan anak ibu ya dek. mudah-mudahan adek beserta keluarga sabar dan ikhlas menerima takdir Allah SWT dan Almarhum berada di tempat yang indah di dana. maafkan ibu dan keluarga ibu ya dek ibu sangat menyesal dengan peristiwa ini tapi sekarang adek tidak perlu khawatir karena ibu dan keluarga ibu adalah keluarga adek juga". ucapk wanita paruh baya itu sambil terus menangis memelukku

" iya Bu. amin". hanya itu yang terucap dari mulut ku

aku memang sudah mengikhlaskan suamiku tetapi aku masih tidak menerima orang yang sudah menabrak suamiku

setelah berbincang-bincang akhirnya kami menempuh jalan damai dan keluarga yang menabrak suamiku akan bertanggung jawab penuh atas meninggalnya suamiku dengan cara membantu biaya anak-anakku dan keperluannya mereka juga mengganggap anak-anakku seperti anak mereka dan semua biaya kematian rumah sakit mereka yang menanggung.

tidak banyak yang aku katakan aku hanya menurut saja kata-kata dari mertua ku karena beliau yang menghandle semua nya.

tibalah hari ke tujuh pasca meninggal nya suamiku keluarga yang menabrak suamiku datang dan memberikan bahan-bahan makanan dan uang sekitar 1 juta sebagain tanda rasa belasungkawa mereka membantu kami haolan hari ke 7 suamiku. seperti biasa tidak banyak yang aku katakan hanya keluarga dari suamiku yang mengatur semua nya tetapi prihal soal biaya anak-anakku kelak aku mulai bersuara tetapi di halangi oleh kak Merlin dia bilang nanti saja di omongin sama papa.

" gini pak. bagaimana kalau kita tulis pernyataan bapak dan ibu itu di atas kertas pake materai barang kali suatu saat nanti itu di perlukan. karena kan kita tidak tahu keadaan nanti bagaimana". ucapku di depan semua orang

kemudian mertua ku menjawab

" tidak perlu sa. kita serahkan saja pada Allah kalau pun mereka ingkar mereka yang akan mempertanggungjawabkan nya ke pada Allah". ucap mertua ku dengan cepat

" tapi papa. kan kita enggak tau kedepannya bagaimana. kalau mereka di biarin seperti ini nantinya malah enggak mau bertanggung jawab" . ucapku kesal

" kalau mereka tidak mau bertanggung jawab. papa yang akan bertanggung jawab. kalau ada masalah seperti ini kasihan suamimu di sana tidak tenang". ucapnya kembali

aku hanya terdiam tidak membantah sedikit pun perkataan mertua ku hanya saja perasaan ku tidak enak tentang keluarga itu tapi ya sudah lah kita lihat aja nanti fikir dalam hati

sudah 3 Minggu berlalu setelah kepergian suamiku tercinta tetapi aku masih tetap tidak bisa move dari kesedihan ini, rasa hampa melanda seluruh ruang hati ku tatkala aku mengingat masa-masa indah bersama suami dan ke dua anakku itu membuat aku rapuh dan tidak bisa menahan kesedihan terlebih kenangan di rumah kecil ku bersama suamiku sangat banyak di setiap sudut ruangan selalu ada bayangan suamiku kadang aku berpikir bodoh, aku berharap suamiku datang kembali ke rumah dan berkumpul bersama-sama tapi itu cuma khayalan semata dan itu membuat aku tidak bisa move on jadi aku putuskan untuk pindah ke rumah mama ku yang berada di kampung sebelah mungkin dengan tinggal di sana aku bisa cepet bangkit dari keterpurukan dan bisa lebih kuat menjalani kehidupan yang keras ini.

niat ku itu sudah ku sampaikan kepada mertua ku tetapi mertuaku seakan berat untuk mengizinkan ku pindah tetapi setelah aku berbicara dengan tenang dan menceritakan alasan nya barulah mertuaku itu mengizinkan ku pindah dengan catatan selalu memberikan kabar karena sekiranya hubungan antara aku dan keluarga suamiku masih sama seperti dulu walaupun suamiku sudah meninggal.

setelah hari ke 40 suamiku berpulang kami pun mengadakan tahlilan kembali untuk memperingati kematian suamiku, kebetulan tahlilah di lakukan di rumah mertua ku akan tetapi hari itu terasa ada yang janggal dan kurang karena keluarga dari orang yang menabrak suamiku yang sekarang menjadi orang tua angkat anak-anakku tidak ada yang datang satu pun entah ada urusan apa tetapi mereka tidak memberitahukan kendala kenapa mereka tidak datang

dari semenjak itu jangankan datang memberikan nafkah yang mereka janjikan bahkan kabar pun dari mereka tidak pernah ada lagi, melihat semua ini aku hanya bisa berlapang dada saja mungkin hanya sebatas itulah kepedulian mereka kepada anak-anak ku dan aku pun tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak ada perjanjian yang kami buat sebelum nya

" pa. lihat lah keluarga yang menabrak suamiku sampai sekarang tidak pernah muncul di hadapan ku". ucapku kesal kepada mertuaku

" iya. biarin saja kalau mereka ingat pasti mereka kesini kalau mereka ingkar janji tuhan yang akan membalas nya". jawab mertuaku

" tapi papa mereka janji mau membiayai anak-anakku. kalau sudah kayak gini aku mesti bagaimana. tidak ada perjanjian hitam di atas putih". ucapku kembali menjelaskan keadaan ku

" biar papa yang tanggung jawab. jika papa ada rezeky nanti akan papa berikan kepada anak-anak". ucapnya

aku kesal tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena di lawan pun tidak akan ada faedahnya.

dengan langkah gontai aku pulang ke rumah mama ku dan sesampainya di sana aku ceritakan semua nya kepada kedua orang tuaku dengan nada sedikit kecewa, mama memelukku dan berkata

" sudahlah nak. kan masih ada papa sama Mama jadi tidak usah khawatir ya. insyaallah kita akan lalui bersama semuanya". ucap mama ku sembari memelukku

tangis ku tidak dapat tertahankan lagi mendengar kata-kata dari mama, aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika tidak ada mereka mungkin aku sudah terpuruk dan tidak bisa kuat hingga sekarang.

aku masuk ke kamar dan menyusui anak kedua ku karena pada saat itu usia anakku masih 6 bulan benar-benar tidak tahu apa-apa. aku memandang anak ku dengan seksama dan dia tersenyum ke padaku sambil terus menyusui sungguh tidak dapat aku bendung air mata ini tatkala aku memandang mata indah anakku, mata yang bersinar itu adalah kekuatanku, mata yang dapat melihat seluruh keindahan dunia tapi mata yang tidak dapat melihat papanya sendiri kelak jika sudah dewasa

sungguh aku tidak kuat lagi menahan semua beban ini, dunia ku seakan tidak berwarna lagi, apapun yang aku lakukan terasa hampa tanpa kehadiran suamiku tercinta, sempat terlintas di fikiran ku untuk mengakhiri hidupku ini tapi dalam keputusasaan ku sebuah tangan dan wajah yang mungil membuat aku tersadar bahwa masih ada yang berharga dalam hidupku ini selain dari suamiku itu tak lain adalah anak-anakku. mereka adalah sumber kekuatan ku saat ini tetapi di saat mereka terlelap tidur kesepian dan kehampaan melanda kembali dalam jiwa ragaku tak bisa ku pungkiri bahwa suamiku masih membayang-bayangiku

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!