"Beraninya kamu! Apa salah anak saya sama kamu!" Ashley Sky menodongkan pistolnya ke dahi Hideo Kojima Park.
"Silahkan bunuh saya!" Hideo menatap pria bermata biru itu dengan tatapan dingin. "Asal anda tahu, saya lebih menyesal karena saya membawa Fayza di kehidupan saya!"
"Kenapa?"
"Karena saya jatuh cinta padanya!"
***
Tiga tahun lalu ... ( *Sebelum kisah David dan Anandhita - My boyfriend is not a trans*gender* )
Fayza Ruiz Sky menatap kekasihnya Pramana Dewanto yang sedang sibuk dengan berkas-berkasnya yang hendak dibawanya ke Seoul dua hari lagi.
Pramana yang bekerja di PRC group sebagai seorang akuntan, memang ditugaskan untuk memeriksa permintaan kerjasama dengan sebuah perusahaan di Korea Selatan. Beberapa aset PRC group di Seoul memang hendak dibeli perusahaan Shinwa pimpinan Raka Takahashi Jeong.
"Sudah semuanya?" tanya Fayza yang memang ditujuk oleh sang ayah, Ashley Sky untuk mengurus semuanya disana karena pria paruh baya itu masih ada urusan di New York.
"Sudah nona Fayza" ucap Pramana. Meskipun semua orang tahu keduanya pacaran, tapi Fayza dan Pramana tetap profesional di perusahaan.
"Jadi kita besok lusa ke Seoul dong." Fayza lalu berjalan mendahului Pramana.
"Apa setelah itu kita ke Tokyo?" tanya Pramana yang tahu bahwa Fayza mengkhawatirkan kondisi kedua Opanya, Mamoru Al Jordan dan Joshua Akandra yang memang sedang berjuang melawan penyakit diabetes stadium dua.
"Setelah dari Seoul tidak ada acara lagi kan?"
tanya Fayza.
"Tidak ada, sayang" bisik Pramana di sisi telinga gadis berambut pirang itu.
"Masih jam kantor!" desis Fayza dengan wajah sok judes.
"Sudah pukul 17.02. Jadi sudah bebas dong manggilnya" cengir Pramana.
Adik Freya Sky Lexington itu hanya tersenyum menatap kekasihnya. "Iya kah, mas?"
"Nih, kalau tidak percaya!" Pramana menunjukkan jam Tag Heuer nya ke Fayza.
"Oh."
***
Fayza menatap kedua orangtuanya yang hanya memandanginya dengan perasaan khawatir.
"Apa kamu yakin tidak naik pesawat pribadi keluarga?" tanya Kristal.
"Nggak mama. Aku dan mas Pram naik pesawat komersial saja, lebih enak." Fayza tersenyum.
"Tapi lama lho sayang" ucap Ashley yang entah kenapa perasaannya tidak enak.
"Tidak apa-apa Pa."
Ashley menatap intens ke putri bungsunya. "Are you sure?"
"So sure."
Pria paruh baya itu hanya mengangguk.
***
Pandu dan Reana menatap Pramana yang sedang menyiapkan baju untuk berangkat ke Seoul besok.
"Kamu yakin nggak naik pesawat pribadi keluarga Sky?" tanya Pandu ke adiknya.
"Yakin, mas. Lagipula sudah lama aku dan Fayza tidak merasakan keribetan bareng-bareng orang banyak."
Pandu hanya menatap Reana bingung. "Padahal kan pakai pesawat pribadi jauh lebih enak."
Pramana memang tinggal bersama Pandu dan Reana di penthouse milik keluarga Dewanata karena lebih dekat ke perusahaan dibanding dengan apartemen kedua orangtuanya yang terletak di Brooklyn.
Lagipula Pramana sangat dekat dengan keponakannya, Raveena yang kini berusia empat tahun. Pandu dan Reana menunggu cukup lama untuk mendapatkan Raveena dan Radeva karena Reana memiliki masalah di kandungannya.
Empat tahun lalu saat pernikahan Arimbi dan Bima, Reana dinyatakan hamil yang membuat semua keluarga bahagia menyambut nya terutama saudara kembarnya, Abiyasa yang senang akhirnya adiknya akan memiliki seorang anak setelah sekian lama menikah.
"Apa kamu yakin Pram? Fay setuju kalian naik pesawat komersial?" tanya Reana sambil memangku putri cantiknya yang sedang bermain rubik.
"Princess, apa kamu nggak capek mangku Raveena? Si boy kasihan kena Pepet mbaknya tuh" kekeh Pandu melihat istrinya tampak keberatan memangku putri sulungnya sedangkan saudara kembarnya Radeva sudah tidur dari tadi.
Pramana yang melihat interaksi keduanya pun merasa iri. "Habis dari Seoul dan Tokyo, aku akan melamar Fayza."
Pandu dan Reana menoleh ke arah Pramana yang sudah selesai mengepak kopernya.
"Alhamdulillah. Mas Pandu dukung kamu dik apalagi kalian sudah lama pacarannya." Pandu tersenyum.
"Lihat kalian itu membuat aku iri deh!" kekeh Pramana yang lebih muda enam tahun dari Pandu. "Makanya aku ingin segera menghalalkan Fay."
"Kalian itu sudah cukup umur untuk menikah" ucap Reana
"Apalagi keluarga kita juga sudah oke semuanya, tidak seperti jaman aku dan Reana. Kamu kan tahu bagaimana bapak menolak keras kami berpacaran sampai harus backstreet?" tambah Pandu.
"Iya mas. Sepulang dari Seoul dan Tokyo menengok pak Mamoru dan pak Joshua, aku akan melamar Fay."
Pramana memang memanggil anggota keluarga Fayza dengan panggilan formal karena merasa belum resmi masuk ke dalam lingkungan keluarga mereka.
"Sudah istirahat. Besok kamu kan berangkat." Pandu pun menggendong Raveena, lalu membantu Reana yang merasa kebas pahanya hingga kesulitan bangun.
"Selamat malam mas Pandu, mbak Reana, Veen" salam Pramana.
"Malam, dik."
***
Ashley Sky mengantarkan sendiri putri dan kekasihnya ke Bandara JFK karena merasa mendapatkan firasat tidak enak. Sepanjang perjalanan, Ashley selalu menggenggam tangan putrinya seolah tidak ingin terpisah.
"Papa kenapa sih?" tanya Fayza yang duduk di kursi tengah Range Rover bersama Ashley sedangkan Pramana duduk di depan bersama Pandu yang juga ingin mengantarkan adiknya.
"Papa hanya ingin menggenggam tanganmu. Kan tinggal kamu yang sama papa. Kakak mu sudah dengan Haris di Jakarta."
"Kalau aku jadi menikah dengan mas Pram, kan ya pergi juga" kekeh Fayza yang geli melihat wajah tampan ayahnya yang sekarang tampak memelas.
"Hah, begini rasanya punya anak perempuan. Dirawat dari lahir sampai besar, eh digondol pria lain" ucap Ashley manyun.
Pramana pun menoleh ke arah calon ayah mertuanya. "Ya Allah, Oom. Kok digondol? Emangnya kucing main gondol."
"Ya kali" sahut Ashley cuek.
Pandu hanya tersenyum mendengarkan ucapan Ashley. Iya ya. Raveena aku dan Reana yang merawatnya dan setelah besar, diambil pria lain. Semoga putriku nantinya mendapatkan jodoh yang benar-benar mencintainya seperti aku dan ibunya.
Mobil mewah itu sampai di Bandara JFK dan keempatnya pun masuk ke dalam bandara. Ashley tidak melepaskan pelukannya ke Fayza hingga masuk ke pintu keberangkatan.
"Papa. Aku sudah dipanggil itu" ucap Fayza yang masih dipeluk erat oleh Ashley.
Entah kenapa Ashley merasa keberatan Fayza dan Pramana pergi menggunakan pesawat komersil itu.
"Apa kamu yakin? Mumpung kita di JFK, pindah pakai pesawat kita saja ya?" pinta Ashley.
"Sudah papa. Tidak apa-apa, kita akan baik-baik saja." Fayza mencium pipi Ashley. "Kami akan mengabari papa kalau sudah sampai di Seoul."
Pesawat Emirates dengan kode penerbangan UAE 307 dengan tujuan Seoul Korea Selatan...
"Pa, kita sudah dipanggil." Suara Fayza membuyarkan lamunan Ashley.
"Hati-hati princess." Ashley mencium kening putrinya.
Fayza tersenyum. Pramana pun berpamitan dengan Ashley dan Pandu. Tak lama keduanya pun masuk ke garbarata. Fayza melambaikan tangannya ke arah Ashley dan Pandu.
Ashley membalas lambaian tangan putrinya dan entah kenapa kali ini pria bermata biru itu merasa tidak akan bertemu dengan putrinya lagi.
***
Pesawat Emirates dengan penerbangan UAE 307 dikabarkan hilang kontak di laut kuning.
Ashley dan Kristal yang mendengar berita di tv itu tampak terkejut.
"Astaghfirullah! Fayza dan Pramana disana!" teriak Kristal.
Ashley segera menghubungi Bryan Smith, Marco dan Mario Bianchi di Tokyo untuk mencari tahu.
"Bry, tolong cari informasi tentang pesawat Emirates 307 yang hilang kontak di laut kuning."
"Ada apa Ash? Ada siapa disana?"
"Fayza dan Pramana disana!"
***
Yuhuuuu Up Pagi Yaaaa gaeeesss
Akhirnya Fayza x Hideo launching juga.
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Bryan Smith, Mario dan Marco Bianchi bergegas terbang ke Seoul dari Tokyo setelah memastikan penerbangan yang membawa keponakan mereka jatuh di laut kuning dekat area Gyeonggi.
Bryan yang kebetulan sedang berada di Tokyo bersama Briana istrinya untuk menemani Josephine dan Marissa yang menjaga Joshua Akandra yang terbaring sakit, ikut terbang bersama sepupu iparnya. Ketiga pria-pria yang dikenal sebagai pengusaha dan hacker itu langsung panik melihat posisi pesawat yang terbelah dua dari helikopter yang disewa mereka.
Para petugas penyelamat berusaha para penumpang dan ketiga pria itu hanya bisa menunggu di pinggir pantai karena tidak boleh mendekati TKP.
Bryan, Mario dan Marco berusaha mencari para penumpang yang berhasil diselamatkan dan yang meninggal. Bahkan mereka membuka kantong-kantong jenazah yang berhasil ditemukan.
Hingga hari kedua pencaharian, Marco berhasil menemukan jenazah Pramana Dewanto yang langsung membuat pria berdarah Italia itu lemas. Mario dan Bryan lalu berusaha mencocokkan dengan sidik jari yang ditempelkan di alat yang dibawa Bryan meskipun sedikit kesulitan karena kulit jari Pramana agak mengerut terkena air.
Dan hasil pengenalan sidik jari, jenazah pria itu benar Pramana Dewanto. Mario lalu berusaha mencari keberadaan Fayza sedangkan jenazah Pramana yang sudah dipastikan baik sidik jari dan DNA dengan Pandu yang datang dari New York, akhirnya jenazah adik kandungnya itu dibawa ke Jakarta untuk dimakamkan disana karena Shailendra dan istrinya sudah memutuskan untuk pensiun disana.
Marco, Mario bersama Ashley Sky dan Kristal Ruiz Sky yang sudah datang dari New York berusaha menunggu sampai Fayza ditemukan. Bryan sendiri sampai meminta bantuan teman-teman yang memiliki pencarian sonar canggih bawah laut untuk membantu mencari tubuh Fayza.
Hingga seminggu pencaharian, Fayza tidak ditemukan bersama beberapa awak pesawat yang hilang dari daftar manifest penerbangan.
Duka keluarga besar klan Pratomo bertambah setelah mendapatkan kabar dari Den Haag kalau Mamoru Al Jordan menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit akibat diabetes stadium dua yang diidapnya dan serangan jantung karena mendengar kabar calon cucu menantunya meninggal akibat kecelakaan pesawat dan cucu perempuannya hilang.
Dua bulan kemudian, Joshua Akandra pun berpulang di rumah sakit Tokyo dengan dikelilingi sang istri Miki Al Jordan Akandra, Josephine, Mario, Marissa, Marco dan dua cucu mereka Joey dan Luca.
Klan Pratomo kehilangan seorang dokter bedah terkemuka, dosen matematika jenius Tokyo University dan salah satu pewaris PRC group hanya dalam waktu tiga bulan. Sebuah kehilangan besar bagi generasi ketiga Klan Pratomo yang dikenal saling kompak baik gesrek, rusuh dan kehangatannya.
Miki Al Jordan berusaha untuk tegar karena harus kehilangan suami dan saudara kembarnya hanya dalam waktu berdekatan. Masayuki, adiknya hanya bisa memeluk kakaknya yang seperti kehilangan separuh nyawanya.
***
Seorang gadis berambut pirang panjang menggerakkan kelopak matanya pelan-pelan. Kepalanya terasa sakit namun matanya ingin terbuka. Perlahan gadis itu membuka matanya dan tampak pemandangan dengan kamar bernuansa putih dengan jendela besar yang menunjukkan laut biru.
Gadis itu mencoba mengingat-ingat dimana dirinya namun disaat dia berusaha mengingatnya, kepalanya semakin sakit.
"Gwaenchanh-euseyo ( kamu baik-baik saja )?" sebuah suara bariton membuat gadis itu menoleh. Tampak di hadapannya seorang pria berwajah khas Korea duduk di sebuah sofa dengan tatapan dingin. "Il-eonani ( sudah bangun)?"
Gadis itu hanya menatap bingung. "Are you Korean?"
"Half Korean, half Japanese."
"Where am I?" tanya gadis itu bingung.
"Di rumahku."
Mata gadis itu mendelik. "Dimana ini?"
"Jeju."
"Korea Selatan? Aku di Korea Selatan?"
"Iya. Apa kamu tahu siapa dirimu? Atau ingat apa yang terjadi?"
Gadis itu mencoba mengingat tapi semakin membuat kepalanya seperti ditusuk jarum. "Aduh! Kepalaku!"
Pria bermata sipit dingin itu lalu memencet tombol. "Bawa dokter Daewoon kemari."
Gadis itu meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya. "Ya Allah sakitnya!"
Pria itu menatap gadis cantik yang sedang kesakitan. Ternyata semua doaku terkabul karena aku bisa mendapatkan salah satu cucumu, Joshua Akandra.
***
Gadis cantik itu akhirnya terlelap setelah diberikan obat penenang. Setelah hampir tiga bulan dia koma, akhirnya bisa sadar kembali dan amnesia.
Pria berwajah dingin itu duduk di pinggir tempat tidur gadis itu dan tangan kanannya terulur menyentuh pipi mulus itu.
"Fayza Minara Ruiz Sky..." ucap pria itu.
"Tuan Park."
"Ya Jin" ucap pria itu tanpa mengalihkan pandangannya dari Fayza.
"Tuan Joshua Akandra sudah berpulang" ucap pria bernama Jin Kawashima.
Pria yang dipanggil tuan Park hanya tersenyum tipis. "Kirim karangan bunga kepada keluarga Akandra. Bilang dari SS."
"Baik tuan Park."
***
Hideo Kojima Park, nama lengkap pria itu, menatap pemandangan laut di malam hari dari kamar Fayza.
Kenapa kamu berpulang dulu, Joshua? Aku belum membalas dendam padamu! Gara-gara ayahmu, Opaku tewas bahkan ayahku pun tewas karena membela ayahmu, Joshua. Hideo melirik ke arah Fayza yang masih terlelap. Tapi aku sudah mendapatkan cucumu meskipun dia anak dari Ashley Sky dan Kristal Ruiz. Setidaknya, dia masih ada hubungan darah denganmu.
Suara getaran ponselnya membuatnya mengambil dari saku jasnya.
"Halo?"
"Boss, ada anak buah kita yang berkhianat."
"Siapkan helikopter."
"Sudah boss.".
"Tunggu aku di Seoul."
Hideo mematikan panggilannya lalu menatap Fayza.
"Aku pergi dulu, cantik."
Hideo lalu pergi keluar kamar dan menutup pintunya.
***
BUGH! BUGH! BUGH!
Hideo membenarkan jasnya setelah menghajar pria yang ditemukan sebagai pengkhianat.
"Buang dia!"
"Kandang buaya atau piranha, boss?"
"Kandang mana yang belum makan?" tanya Hideo.
"Piranha."
"Ya sudah, buang saja kesana."
"Baik boss!"
Hideo membersihkan tangan dan baton senjata yang dipakai dari bekas darah pengkhianat klan mafianya.
Hideo Kojima Park adalah ketua klan mafia Silver Shinning yang dulunya dipegang Kim Hyun-ji ayah kandung Joshua Akandra.
Park Hanseol, opa buyut kandung Hideo Kojima Park adalah dulunya adalah anak asuh Kim Hyun-ji atau Yudhi yang tewas saat menjadi tameng ketika Kim Hyun-ji kabur ke Hongkong. Oma buyut yang sudah memiliki opa Park, selalu menceritakan bagaimana Kim Hyun-ji pengkhianat.
Keluarga Park akhirnya mengetahui siapa keturunan Kim Hyun-ji. Namun untuk mendekati Joshua Akandra sangatlah sulit dan keluarga Park lebih fokus untuk merebut kekuasaan Silver Shinning.
Hingga generasi Hideo, Klan Park berhasil tetap menjadi penguasa Silver Shinning meskipun Hideo memiliki bisnis legal dari keluarga sang mama berupa bisnis batu permata.
Sekian puluh tahun keluarga Park tetap berusaha mendekati keluarga Akandra yang menjadi besar setelah klan Bianchi menjadi menantu keluarga Akandra. Ditambah kekuasaan Al Jordan membuat semakin sulit untuk membunuh salah satu dari mereka.
Dan kini, Hideo seperti mendapatkan lotere ketika salah anak buahnya menemukan tubuh Fayza yang hanyut dan masih bernafas. Meskipun dia bukan keturunan langsung dari Kim Hyun-ji, tapi dia masih keponakannya keluarga Bianchi.
Hideo tersenyum smirk. Balas dendam dimulai.
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Hideo kembali ke rumah mewahnya di pulau Jeju yang letaknya sedikit tersembunyi dari tempat wisata disana. Rumah itu tertutup dengan hutan buatan membuatnya tidak tampak dari luar dan hanya terjangkau dengan menggunakan helikopter.
Di dalam rumahnya para pelayan sudah siap untuk melayani tuannya. Jin Kawashima, sang tangan kanan mengikuti kemana bossnya pergi. Suara ponsel yang berbeda di tangannya berbunyi.
"Boss, nyonya besar menelpon."
Hideo berhenti berjalan dan berbalik. Dia mengulurkan tangannya meminta ponselnya dan menerima panggilan sang mama yang berada di Tokyo.
"Halo Okaasan ( ibu )."
"Hideo! Apa maksudmu mengirimkan karangan bunga ke rumah duka Joshua Akandra dengan kode SS?" Hardik Fumiko Kojima.
"Memangnya kenapa Okaasan?"
"Joshua tidak ada urusannya dengan Silver Shinning!"
"Dia memang tidak masuk Silver Shinning tapi dia anak kandung Kim Hyun-ji, Okaasan. Apa Okaasan lupa?"
"Astagaaa! Kamu tidak tahu kekacauan yang terjadi di acara pemakaman tadi! Marco dan Mario Bianchi tampak gusar!" Fumiko yang sudah berpisah dengan ayah Hideo tidak habis pikir bagaimana putranya direcoki dengan cerita dendam turun temurun yang tidak ada habisnya.
"Biar saja mereka gusar!"
"Hideo, klan Bianchi adalah bagian klan Pratomo dan Okaasan tidak akan menyalahkan mereka jika berusaha mencari tahu kamu! Kamu tahu sendiri kan mereka bukan tipe suka mencari musuh! Tapi kamu sudah mengibarkan bendera perang ke keluarga mereka!" omel Fumiko.
"Aku tidak takut!"
"Hideo! Kamu itu anak Okaasan satu-satunya!"
"Makanya Okaasan nikah lagi dan buat anak lagi jadi aku tidak menjadi anak satu-satunya" kekeh Hideo cuek.
"Kamu! Mau selop Okaasan melayang di wajah kamu!" bentak Okasan.
"Untungnya Okaasan jauh jadi wajahku aman" gelak Hideo.
"Sudah! Okaasan minta, lupakan dendam itu! Sudah berlalu dan para dedengkotnya pun berada di neraka sekarang!" Fumiko merasa kesal kepada paman Hideo, Park Mal-chin yang selalu mendoktrin keponakannya untuk balas dendam kepada keluarga Akandra.
Sayang papamu sudah meninggal lima tahun lalu tapi bagaimana caranya supaya dendammu hilang, Hideo. - Fumiko sudah mencari tahu kejadian sebenarnya dan rasanya dia ingin menjambak rambut Oma buyut Hideo yang sudah menebarkan kebencian. Park Kang-dae ayah Hideo, adalah pembela Kim Hyun-ji karena tahu yang sebenarnya namun keluarga yang menganggap ayah Joshua Akandra itu adalah pengkhianat, menyerang Kang-dae sampai pria itu meninggal akibat kanker usus.
Park Kang-dae sudah meminta putranya yang sekarang memegang Silver Shinning untuk melepaskan dendamnya dan menceritakan apa yang terjadi namun Hideo tetap menganggap keluarga Akandra harus menanggung akibat pengkhianatan Kim Hyun-ji.
"Kim Hyun-ji bukanlah pengkhianat, Hide. Justru dialah yang dikhianati! Makanya dia menyelamatkan diri ke Hongkong dan dia tidak tahu jika istri dan keluarga istrinya dibunuh oleh pengkhianat Silver Shinning" ucap Park Kang-dae saat masih berada di rumah sakit.
"Tapi Appa..." Hideo menatap ayahnya.
"Buang dendammu Hide. Opa buyutmu tidak dibunuh oleh Kim Hyun-ji. Oma buyut mu saja yang tidak terima akan hal itu hingga menceritakan versinya" jelas Park Kang-dae.
Hideo hanya diam saja mendengar ucapan Appa-nya waktu itu.
"Hideo! Kamu dengar Okaasan?" suara Fumiko membuyarkan lamunan Hideo yang sedang memandngi Fayza.
"Dengar. Okaasan, aku capek. Mau tidur!" Hideo menjawab ibunya.
"Sudah! Jangan menyenggol keluarga Bianchi khususnya dan Pratomo umumnya!" final Fumiko.
Terlambat Okaasan, aku sudah menyenggol.
Hideo memberikan ponselnya ke Jin yang berdiri di belakangnya dengan setia.
"Boss?" panggil Jin.
Hideo menatap wajah cantik Fayza. Kamu seperti sleeping beauty kalau begini.
"Siapkan Dojo, Jin."
"Anda ingin berlatih?" tanya Jin memastikan.
"Yup. Suruh Hyong-wa dan Jae-Hee bersiap-siap. Aku masih harus menghilangkan energiku."
"Baik boss." Jin menuju ruang Dojo yang berada di belakang rumah induk.
Hideo mendekati Fayza yang posisi tidurnya miring. Dilihatnya wajah cantik itu lekat.
Keturunan keluarga Pratomo memang tidak ada yang jelek.
"Pra..ma..na..." terdengar suara igau dari Fayza yang membuat Hideo terkejut.
Siapa Pramana? Entah kenapa Hideo tidak suka mendengar Fayza menyebutkan nama orang lain. Hampir tiga bulan mengalami koma, baru kali ini Fayza menyebut nama seseorang.
Wajah Hideo mengeras. Bergegas pria itu keluar dari kamar Fayza.
"Jaga dia!" perintah Hideo kepada dua perawat yang selama ini merawat gadis itu.
"Baik tuan" jawab kedua perawat itu patuh.
Hideo berjalan menuju Dojo dan tampak Jin sudah berada disana bersama Hyong-wa dan Jae-Hee yang sudah mengenakan Dobok ( baju taekwondo ).
"Jin!"
"Ya boss?"
"Cari tahu siapa Pramana yang berhubungan dengan Fayza Sky!"
Jin menatap wajah Hideo yang sedang melepaskan jasnya.
"Pramana?"
"Ya! Aku minta dalam waktu satu jam sudah mendapatkan semuanya!" Hideo mulai membuka kemejanya dan mengambil Dobok miliknya lalu berjalan menuju ruang ganti.
Pramana? Memangnya boss dengar dimana? - batin Jin.
***
Satu jam kemudian usai bertanding dengan dua pengawalnya, Hideo duduk di kursi sambil membaca laporan dari Jin.
Peluh masih membasahi wajah Hideo dan doboknya sudah dibuka memamerkan perut kotak-kotak miliknya.
"Tunangan nya? Pramana Dewanto itu tunangannya Fayza?" tanya Hideo ke Jin.
"Pramana Dewanto adalah putra bungsu Shailendra Juwono, salah satu akuntan MB Enterprise pimpinan Abiyasa Blair O'Grady. Kakak Pramana, Pandu Dewanata adalah suami dari Andreana Blair O'Grady saudara kembar Abiyasa. Mereka sedang dalam perjalanan bisnis ke Seoul tiga bulan lalu dan menaiki pesawat naas itu."
"Pramana selamat atau tewas?"
"Tewas dan jenazahnya dikonfirmasi oleh sang kakak Pandu. Yang menemukan di kantong jenazah adalah Marco Bianchi dan dikonfirmasi oleh Bryan Smith melalui sidik jari pada hari kedua pencaharian."
Hideo tersenyum smirk.
"Berapa lama mereka pacaran?"
"Hampir lima tahun."
Hideo memandang foto Pramana dan beberapa foto yang terdapat di akun sosial media milik Pramana dan Fayza.
Pramana tampak cinta sekali dengan Fayza.
"Apa Pramana bersih?"
Jin menaikkan sebelah alisnya. "Maksudnya bersih?"
"Bukan tipe playboy?"
"Tidak boss. Pramana dan Pandu kakaknya tipe pria setia semua. Pandu dan Reana bahkan pacaran lima tahun juga hingga menikah."
Entah siapa yang beruntung. Fayza kah atau Pramana kah yang sama-sama mendapatkan pasangan seperti itu.
Hideo berdiri. "Awasi Fayza terus dan aku harap dia tidak akan pulih dari amnesianya."
"Apa yang akan boss lakukan?"
"Membuat keluarga Pratomo berduka lebih dalam lagi." Hideo berjalan keluar Dojo.
Tampaknya kalau Fayza aku jadikan mainanku, seru juga. Hideo menyeringai licik.
"Boss!" panggil Jin lagi.
"Apalagi?"
"Nona Yoora ingin bertemu anda di Club."
Hideo melirik ke arah jam besar di ruang tengah yang menunjukkan pukul satu malam.
"Siapkan helikopter dan kamar hotel di Ritz Carlton. Rasanya aku butuh Yoora malam ini." Hideo pun masuk ke dalam kamarnya yang mewah di lantai dua.
Seperti apa rasanya Fayza ya?
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!