Aku memperhatikan pantulan bayangan yang menampilkan sosok perempuan dengan gaun putih gading nya. Wajahnya dipoles make up yang sangat cantik dan begitu pula tata rambutnya. Wajah perempuan itu terlihat gugup, bahagia, dan secara bersamaan juga terlihat sedih. Dan... perempuan itu adalah aku.
Aku melirik sebuah kertas yang terlipat rapi di dekat meja rias. Ah, surat itu bahkan belum sempat ku kirim. Tanganku terulur untuk mengambil kertas itu namun terhenti saat sebuah perasaan menyesakkan memenuhi. Oh ayolah, itu kejadian yang sangat lama dan kenapa hatiku masih terus sakit?
"Chloe, apa kamu sudah siap?" tanya seseorang yang ku kenali dari suaranya adalah kak Greisy, mama baruku. Aku masih tidak terbiasa memanggil nya mama. Mungkin itu faktor usia kak Greisy yang tergolong lebih cocok jadi kakak ku daripada mama ku.
"Entahlah, aku juga gak tau sudah siap atau tidak... 5 tahun bukan waktu yang sebentar untuk melupakan," Aku merasakan perasaan menyakitkan itu kembali.
"Ga nyangka ya, akhirnya kamu menikah setelah melalui kerumitan yang panjang."
"Jangan diingatkan lagi, kak. Kepalaku jadi pusing..." Aku tersenyum lemah saat melihat wajah bersalah dari kak Greisy. "Ngomong-ngomong, dimana rendut?" tanya ku yang dibalas tawa dari kak Greisy.
"Regan sudah gak gendut lagi, Chloe. Sekarang dia menjadi bocah lelaki berusia 9 tahun yang tampan!" seru kak Greisy membuatku tertawa kecil. "Kalau Regan dengar, mungkin dia akan marah dan gak akan biarin kamu nyium pipi gempal nya lagi."
"Gak mungkin, Regan sangat sayang sama kakaknya ini. " Aku berterima kasih kepada adik tiri ku yang super lucu bernama Regan yang biasa dipanggil rendut karena waktu balita ia sangat gendut dan menggemaskan.
".... pokoknya, aku percaya kalau kamu akan bahagia." Kak Greisy mengulurkan tangannya kepadaku. "Ayo, semua sudah menunggu mu."
"Hm, kak Greisy benar." Aku meraih tangan kak Greisy dan sekali lagi harus menerima realita didepan mataku saat ini.
Sekeras apapun aku ingin kembali seperti dulu, semua sudah terjadi dan begini lah akhirnya. Kita harus berjalan maju dengan kepala tegak walaupun luka itu tidak ada lelahnya menyakiti. Karena kita... tidak bisa kembali ke masa lalu. Sebanyak apapun kita mencoba nya tetaplah tidak bisa.
WELCOME TO MY STORY
SELAMAT BERSENANG-SENANG DI DUNIA RUMIT SI JENIUS, CHLOE.
See you next chapter!
AUTHOR POV
Chloe memandang dengan kosong kertas-kertas yang berserakan di atas kasurnya, sedangkan sahabat kecil nya, si Hana, yang duduk di seberang nya menatap wajahnya dengan mulut menganga lebar.
"Hana gak tau lagi monster macam apa Chloe ini... Bisa-bisanya dapat 20 jalur undangan dari Universitas dalam maupun luar negeri! Sinting!" Hana menggembungkan pipinya saat melihat tatapan tajam dari Chloe yang terganggu dengan teriakan nya. " Sekarang Chloe mau pilih yang mana? Tinggal tunjuk aja tuh!"
"Aku jadi galau sendiri, padahal kan cuma iseng doang loh ikut daftar jalur undangan ini... gak taunya berhasil semua, ya?"
"Iseng? Ikut jalur undangan cuma iseng? Chloe sudah sakit jiwa!" Hana melotot saat Chloe menyumpal mulutnya dengan kertas. Hana mengeluarkan gumpalan kertas di mulut nya lalu menatap Chloe semakin geram. "Hana bahkan gagal di jalur regular, ini beneran gak adil! Kenapa Chloe gak kasih seperempat prestasinya buat Hana aja sih? Itu gak bakal ngurangin kepintaran Chloe kok!"
"Aku pengen nerima yang Harvard University," Chloe mengambil salah satu kertas dengan lambang Harvard University dan mengabaikan Hana yamg makin naik darah saja. "Aku pengen jadi penerus ayah, menjadi salah satu mahasiswa di sana dan menjadi orang sukses dengan banyak ilmu!"
".... Akhirnya Chloe kembali membanggakan sosok om Chris, ya?" Hana tersenyum ketika melihat Chloe yang menatap kertas ditangan nya dengan mata berbinar. "Hana yakin banget pasti Chloe nanti jadi mahasiswa terjenius deh."
"Amin," ucap Chloe. Chloe merapikan kertas-kertas yang berserakan di atas kasurnya sebelum merebahkan diri di atas kasurnya. "Kamu sendiri bakal daftar di Universitas apa lagi selanjutnya?" tanya Chloe sembari memiringkan posisi tubuhnya untuk menatap Hana yang duduk bersila disamping nya.
"Hana sih pengennya kuliah di UI aja." Hana menaikkan sebelah alisnya saat melihat Chloe yang tertawa. "Kenapa ketawa gitu? Ngejek, ya?"
"Enggak kok, dih baperan banget." Chloe kembali tertawa saat Hana memukulinya dengan bantal sambil berteriak kesal. "Hahahaha.... berhenti atau gak ku restuin sama Arsen, ya?" Hana langsung terdiam dan berhenti memukuli Chloe.
"Ancamannya jahat, ih."
...~~~~...
"Ayah bangga sama kamu, Chloe." Chris mengacak rambut Chloe.
"Nanti kalo ada miss Clare, bilang ya mahasiswa paling ganteng nya titip salam."
"Chris!" seru Greisy yang dengan tidak berperikeistrian melempar Chris dengan keripik singkong ditangannya. "Sudah tua bukannya tobat malah jadi genit."
"Apasih, sewot aja!" Chris meraup keripik singkong diatas pangkuan Greisy lalu melemparnya ke wajah si istri, sedangkan ketiga anak yang menonton aksi bocah itu hanya menghela nafas berat. Chloe, Arsen, maupun Lenka sudah biasa melihat perkelahian semacam itu semenjak kurang lebih dua bulan pernikahan kedua dari ayahnya dengan Greisy. Terkadang kalau sudah parah bisa membuat Arsen turun tangan menjadi wasit perkelahian nya.
"Ayah, kak Greisy, gak bisa kalau gak berkelahi, ya? Di mana-mana orang habis nikah itu mesra-mesraan, bukannya berkelahi kayak gini!" seru Chloe membuat dua pasangan yang saling melempar keripik singkong itu menoleh bersamaan.
"Mesra-mesraan? Itu sih urusannya kalo sudah didalam kamar aja." Chris berkata enteng yang langsung dibalas tabokan Greisy. "Kamu sudah berani durhaka sama suami sendiri, hah? Gak bakal kubiarkan kamu tidur malam ini!" Chris dengan sekali sentak menggendong Greisy dibahu kirinya seperti mengangkut karung beras. Chloe, Arsen, dan Lenka hanya melongo saat mendengar tawa jahat dari Chris dan jeritan dari Greisy yang minta dilepaskan sebelum dua orang itu pergi dari ruang keluarga dengan keributan mengisi rumah.
"Kenapa pasangan itu semakin lama terlihat sangat bodoh? Huh, lebih baik Lenka ngerjain PR aja." Lenka berdecih pelan sebelum berbalik dan pergi dari ruang keluarga untuk kembali ke kamar.
"Tuh, Lenka aja belajar. Masa kamu enggak?" Chloe tersenyum miring saat melihat Arsen yang memutar kedua bola matanya dengan jengah.
"Bacot juga ya lo, Chlo." Arsen mengusap rambutnya yang acak-acakan kebelakang sebelum pergi meninggalkan tempat itu juga sembari mendumel. Sekarang hanya ada Chloe sendirian di ruang keluarga itu.
Chloe memainkan ponsel pintarnya untuk menekan sebuah nomor yang sudah ia hapal diluar kepala. Dengan sabar Chloe menunggu seseorang di seberang sana menerima telpon darinya.
"Halo, Chlo, ada apa?" sapa seseorang diseberang sana membuat senyum Chloe merekah.
"Darren! Aku ada kabar baik loh!"
"Kabar baik? Apaan? Ayo, ayo cerita!"
"Aku bakal kuliah di Harvard!" Hening. Chloe terdiam saat tak ada respon dari Darren. ".... Ren? Kamu dengerin aku, kan?" tanya Chloe sedikit takut-takut.
"H-harvard?" Darren bertanya dengan suara penuh keraguan. Chloe mengangguk pelan dan ikutan ragu, walaupun Darren tidak bisa melihat hal itu. "T-tapi... Harvard itu sangat jauh... k-kita bakal terpisah benua, samudra, bahkan zona waktu."
"Walaupun begitu, kita tetap bisa Skype atau line, kan? Aku bakal luangin waktu buat kamu kok. Semampunya bakal aku lakuin buat kamu, Ren!" seru Chloe dengan perasaan campur aduk. Chloe bisa sangat jelas membaca maksud dari Darren yang tidak mau dirinya pergi. Sebenarnya Chloe pun tidak mau kuliah sejauh itu, tapi cita-cita Chloe dari dulu berada disana.
"... minggu ini ada perpisahan untuk kelas 12, kan? Kalo gak keberatan, mau berangkat sama-sama? Sekalian ada yang mau gue omongin sama lo." Darren terdengar sangat serius setelah lama terdiam. Sampai-sampai membuat Chloe mengangguk kuat sekalipun Darren tetap tidak bisa melihatnya. "Nanti gue jemput jam setengah 7, ya?"
"I-iya...." gumam Chloe. "Yaudah, aku tutup telponnya, ya?"
"Satu lagi, Chlo." Darren berucap cepat sebelum panggilannya diputus oleh Chloe. " Jujur, gue kurang setuju lo kuliah jauh-jauh... entahlah perasaan gue gak enak mikirinnya. "
...~~~~...
"Kayaknya dress ini lucu, deh?" Greisy mengangkat tinggi sebuah dress selutut berwarna biru pastel. "Tapi ini juga bagus... " Greisy meringis saat mengangkat sebuah dress tanpa lengan berwarna hitam yang panjang nan elegan. "Dan yang merah satu itu juga lucu!" Greisy mulai terlihat frustasi sembari membanting dua pakaian ditangan nya keatas kasur Chloe.
"Yaudah, pake yang ini aja." Chloe mengambil sebuah dress abu-abu dengan motif floral yang cantik.
"Ih, itu juga lucu!" seru Greisy semangat lalu meraih dress itu dari tangan Chloe. "Darren pasti bakal pangling, ya?" Greisy memainkan sebelah alisnya untuk menggoda Chloe.
"Intinya, sekarang kak Greisy make up-in aku aja deh." Chloe merebut dress abu-abu itu dari tangan Greisy. "Ayo cepetan diberesin bajunya sebelum keruang rias."
...~~~~...
"HAHAHAHA AKU MEMANG HEBAT! HAHAHAHAHA!" tawa Greisy dengan menggelegar nya ketika melihat hasil dari merias Chloe yang sukses membuat si sulung yang awalnya sudah cantik menjadi lebih cantik lagi. Bahkan, Chloe sendiri tidak percaya sosok yang ia lihat dicermin besar yang ada di hadapan nya itu adalah dirinya sendiri.
"Kak Greisy memang jago soal beginian, ya?" setelah itu Chloe merasa sangat menyesal sudah memuji Greisy ketika yang dipuji tertawa semakin luar biasa nyaring nya dan menyebalkannya.
See you in next chapter 🤗
CHLOE POV
"Oke, semua sudah siap." Aku menutup resleting ransel besar ku kembali.
"Kak Chloe kenapa perginya cepat banget? Lenka bakal belajar sama siapa nanti kalo mau UN?" Lenka yang sedari tadi cuma duduk diam memperhatikan dikursi belajar ku kini membuka suara.
"Kak Arsen bisa ngajarin, kan?" Atau kamu bisa belajar sama kak Greisy?" Aku mengerutkan kening dengan pemikiran barusan. "Sorry, aku lupa mereka berdua tidak bisa diharapkan."
"Nah, tuh tau sendiri!" Lenka bangkit dari posisi duduknya lalu menghampiri ku dengan ekspresi serius. "By the way, ada yang pengen Lenka tanyain tapi gak kesampaian terus."
"Apa?"
"Kak Chloe pacaran sama kak Darren, kan? Terus kak Daniel mau dikemanain?" Tanya Lenka membuatku terbelalak. Kenapa jadi bahas Kak Daniel? Lagian aku ini cuman lucky fans yang bisa berteman dengannya saja kok.
"Apa urusannya dengan kak Daniel? Intinya, aku dan Darren itu sudah berpacaran dan gak ada urusan sama kak Daniel." Aku menggendong ransel dibahu sebelum keluar dari kamar. Namun, belum sempat aku membuka pintu kamarku, Lenka membuka suara kembali hingga tubuh ku menegang.
"Kedepannya siapa yang tau, ya? Kak Chloe lebih baik kurang-kurangin mimpi bisa bareng kak Darren deh. Sekarang mungkin memang taken sama kak Darren.... Setahun lagi siapa yang tau?"
"Apa salahnya berharap bisa bareng dengan orang yang disukai? Dan barusan tadi apa kamu mendoakan cepat putus?" tanya ku tak Terima sembari berbalik kearah Lenka yang memasang senyum menyebalkan. Ck, anak ini benar-benar.
"Kak Chloe sama kak Darren kedepannya bakal LDR loh. Yakin bisa langgeng? Terlebih... Disana pasti banyak cowok-cowok baik lainnya disaat kak Darren jauh." Lenka berjalan menghampiri ku masih dengan senyum menyebalkan nya. Saat tepat disamping ku, Lenka berbisik sebelum membuka pintu kamar dan berlalu meninggalkan ku sendirian. "Entah kenapa.... Lenka gak yakin hubungan kalian berdua bakal bertahan lama."
Aku mengepal kan kedua tangan ku karena terpancing dengan ucapan Lenka. Tidak hanya dia, aku pun beberapa hari ini mulai tidak yakin. Banyaknya pengalaman kudengar dari orang-orang yang hubungan jarak jauhnya kandas dan berakhir tragis. Walaupun aku bisa dibilang belum dewasa, tapi apa salahnya menginginkan hubungan yang serius tanpa berakhir begitu saja?
DDDRRRRTTTTT
Aku meraih ponsel disaku celana jeans ku dan sebuah senyum tak dapat kutahan saat nama Darren tertulis di layar.
"Halo, ren? Kamu jadi antar aku ke Jogja hari ini?" Tanyaku to the point membuat Darren terkekeh. Ah, pasti muka Darren gemesin deh sekarang.
"Iya dong, kamu cepetan turun deh, aku ada di lantai bawah loh."
"Seriously?" Aku mematikan panggilan lalu keluar kamar untuk ke lantai bawah. Benar, tepat didepan tangga Darren telah berdiri dengan tangan merentang lebar dan sebuah senyum lucu seperti bocah kecil. Aku tertawa dan tanpa canggung melompat kedalam pelukan Darren yang hangat dan menjadi favorit ku.
"Lo berdua najis banget! Mau dikatain couple goals, hah?" Sewot seseorang yang kukenal baik dari suaranya, siapa lagi kalo bukan Arsen si perusuh?
Darren melepaskan pelukannya untuk berbalik badan agar bisa menghadap dimana Arsen dengan tampang songongnya berdiri.
"Makanya, bro, jangan kelamaan jomblo."
Arsen mencibir sebelum berjalan mendekat ke arah ku dan Darren. Aku menggeram kesal saat tanpa dosanya Arsen menyempil di tengah-tengah dan merentangkan tangan hingga aku maupun Darren terdorong kesamping. Ya Tuhan, kenapa hamba memiliki adik-adik gak benar semua?
"Pagi-pagi tuh kerja, cari uang buat makan. Kalian berdua malah berzina kayak gini? Sebagai adik dan teman yang baik, gue gak akan biarin dunia semakin tercemar sama dosa-dosa yang diperbuat oleh makhluk-makhluk pendosa seperti kalian." Mendengar ceramah yang sangat tidak pantas diucapkan oleh makhluk seperti Arsen tentu saja membuatku kesal.
"Kalau kamu sudah menghapus koleksi di laptopmu baru boleh ngomong kayak gitu, wahai seorang pendosa!" Seruku membuat Arsen mengacak-acak rambutku yang sudah rapi-rapinya ku ikat tinggi.
"LO BUKA APA DI LAPTOP GUE, HAH? DASAR CEWEK MESUM LO!" teriak Arsen super berisik. Aku menyingkirkan tangannya dari rambut ku lalu menyeringai lebar.
"Tunggu dulu, memangnya aku pernah ngebuka-buka laptopmu?" Tanyaku membuat Arsen kicep. "Mesum? Jadi di laptopmu beneran ada koleksi iya-iya nya? Wah, kamu ini ternyata seorang pendosa yang sesungguhnya."
"Bacot lo, Chlo." Arsen menyentil keningku dengan kejam sebelum berlari ke lantai atas. Aku meringis sambil mengelus dahiku yang terasa perih, tapi rasanya puas sudah membuat Arsen kesal. Kepuasan yang tak ada duanya.
"Jidatmu merah tuh, Chlo." Darren menangkup wajahku dengan kedua tangannya. "Aku sembuhin mau, ya?" Darren mencium keningku dengan lembut.
ASDFGHJKPOUITYREQ! Rasanya aku ingin sekali salto mengelilingi rumah saking senang nya. Gila, siapa yang menyangka Darren ternyata semanis ini! Sebagai perempuan yang diam-diam suka iri melihat relationship goals di tumblr, ini beneran membahagiakan. Please, adakah seseorang yang mengabdikan momen ini? Mau aku post di ask.fm dan instagram nanti.
"Ehem, apa yang kalian lakukan, Chloe, Darren?" Suara berat milik ayah membuat kesenangan ku bubar. Aku maupun Darren mau tak mau saling menjauhkan diri saat sosok ayah berjalan mendekat lalu menyerahkan sebuah map. "Nih, tiket pesawat, alamat rumah barumu, dan semua hal penting lainnya yang udah ayah urus buat kamu."
"P-pesawat? Pake kereta atau mobil kan bisa?" Aku meraih map tersebut dengan cepat lalu membukanya dengan tak sabar untuk memeriksa isinya. Benar-benar lengkap. Bahkan ayah memberikan daftar tempat makan enak dan murah juga. "Oh iya, kenapa ayah membeli rumah? Chloe kan bisa ngekos, itung-itung jadi mandiri."
"GAK!" teriak ayah membuatku bergerak mundur karena kaget. Aku mengelus dadaku dan memandang ayah speechless. "Ayah masih sanggup belikan kamu rumah jadi gak usah ngekos!"
"Apaan sih ribut banget!" Teriakan melengking dari seorang wanita yang tak sadar diri kalau dia juga berteriak. Biasanya yang kayak gini tuh kak Greisy dan itulah kenyataan nya. Dengan wajah bantal kak Greisy berjalan tertatih menghampiri ayah. Hm, drama pagi ini akan dimulai.
"Kamu sendiri juga ribut, Greisy." Ayah mengunci leher kak Greisy dengan lengannya. "Untung aku sayang sama kamu, ya?" Ayah menjitak kepala Greisy didalam kuncian lengannya sambil tertawa. Mengabaikan kak Greisy yang meminta dilepaskan sambil berteriak bising.
"Lebih baik kita tinggalkan mereka, ren." Aku menarik tangan Darren yang sedari tadi hanya diam tak mengeluarkan suara. Lagi-lagi Darren terlalu banyak berpikir dan aku yang harus berusaha keras untuk menerka-nerka apa yang ia pikirkan. Namun, aku terlalu bego masalah membaca pikiran dan hati seseorang.
...Happy Reading guys<3...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!