''Assalammu'alaikum Nek... Nenek, Mayang udah pulang Nek..''. Ucap Mayang saat masuk ke dalam rumah tempat dia dan Neneknya tinggal. Setelah beberapa kali memanggil baru lah seorang Nenek tua yang sudah berumur 70 tahun lebih.
''Wa'alaikumsalam Nak, kamu sudah pulang May!?.., maaf Nenek lagi bersihkan ubi sisa jualan kemaren.'' Jawab Nek Murni dengan berjalan lamban karena faktor umur.
''Aduh Nenek, May kan udah bilang biar May yang kerjakan. Sudah sekarng Nenek makan dulu, ini May tadi habis dari pasar di jalan depan beli nasi uduk kesukaan Nenek. Nasinya May liat pulen banget, ini silakan dimakan Nenek Murni yang cantik.'' Ujar Mayang sambil mendudukkan Neneknya di kursi setelah menyajikan satu piring nasi uduk lengkap dengan telor bulat cabenya.
''Nah, loh kok cuma satu?, buat kamu mana May?'' Tanya Nek Murni.
''Hehe..udah habis Nek, May makan ditempat. Luapeeeer banget hehe.'' Jawab Mayang cengengesan.
''E walah, kebiasaan. Kalo udah masalah makan ga bisa lewat.'' Balas Nek Murni dan dijawab May cekikikan sambil berjalan ke arah dapur.
Namanya Mayang Rembulan biasa dipanggil May, usianya baru menginjak 20 tahun. Mayang memiliki postur tubuh tinggi semampai, kulit putih bersih, wajahnya yang cantik dengan tahi lalat kecil di dagu bagian kirinya, rambut hitam panjang tebal dan lurus, bola mata yang coklat, hidung mancung dan bibir kecil tebal nan seksi. Mayang boleh dikatakan salah satu idola di kampungnya, cuma karena hidupnya yang pas-pasan membuatnya tidak dilirik jadi calon mantu. Apalagi Mayang yang berprofesi sebagai penjual sayur di pasar tempatnya tinggal. Karena hanya itulah warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Mayang dirawat dan di besarkan oleh kakek dan neneknya sejak umur 7 tahu. Ibu dan Bapaknya meninggal dalam kecelakaan pada saat akan mengantar sayuran dan hasil kebun untuk di jual kepasar. Sebuah mobil mewah menabrak sepeda motor tua Bapaknya, dan Orang tua Mayang meninggal di tempat.
Orang yang mengendari mobil mewah tersebut memiliki itikad baik, mereka menyantuni Mayang sampai Mayang lulus SMA. Bagi Nenek dan Kakek Mayang itu sudah lebih dari cukup. Akhirnya komunikasi keluarga Mayang dengan orang yang menabrak orang tuanya terputus sejak Mayang tamat SMA 2 tahun yang lalu. Sedangkan Kakek Mayang meninggal pada saat Mayang kelas dua SMA, Kakek sudah lama sakit namun karena keterbatasan biaya akhirnya Kakek meninggal di tengah sakitnya.
Mayang dan Neneknya tinggal di sebuah kampung yang asri dan jauh dari keramaian hiruk pikuk Kota besar. Rumahnya sangat sederhana, hanya memiliki dua kamar, satu ruang makan, satu dapur dan sebuah ruang tamu yang sangat minimalis dengan dua buah sofa tua yang sudah tidak empuk lagi. Namun Mayang memeiliki teras yang lumayan luas, di situlah dia dan neneknya mengikat-ikat sayur dan hasil panen kebun lainnya sebelum di jual ke pasar.
Desa Mayang masih sangat asri, jika untuk keperluan mandi dan mencuci serta untuk keperluan WC mereka hanya mengandalkan sungai yang tidak begitu jauh dari rumahnya, hanya menuruni beberapa petak sawah saja dan langsung tiba di sungai. Hal itu berlaku untuk hampir semua warga desa.
Hari ini Mayang tengah bersiap akan pergi mencuci dan sekalian mandi di sungai tempat biasa, hampir satu ember penuh kain cucian Mayang hari ini.
''Nenek...May mau ke sungai dulu, jangan lupa matikan kompor Nek kalo airnya udah mendidih.'' Ujar Mayang sambil menggandeng ember berisi kain cuciannya kepinggang.
''Iya May, Nenek ga lupa. Kamu hati-hati, jalannya licin semalam habis hujan.'' Kata Neneknya sambil menyapu teras rumah.
''Iya Nek.'' Jawab Mayang dan berlalu menuju sungai.
Benar kata Neneknya, pematang sawah lumayan licin kalau jalan tidak pelan-pelan bisa jatuh. Tidak berapa lama Mayang sampai di sungai. Seperti biasa Mayang merendam kain cuciannya terlebih dahulu , baru kemudian disikatnya dan langsung di bilas ke air. Pada saat membilas, satu baju Mayang tak sengaja terlepas dari tangannya dan hanyut. Kemudian Mayang mengejarnya, namun mata Mayang menangkap sesuatu yang menyangkut di sebuah dahan kayu yang melekuk dekat batu di pinggir sungai. karena penasaran Mayang memdekat dan...
''Ya Tuhan, mayat..mayaaat tolong..tolong... ada mayat.'' Mayang berteriak histeris sehingga beberapa petani yang ada di sawah pinggiran sungai berhamburan mendekat.
''Awas May, biar mbah liat dulu.'' Ucap seorang Petani.
'' Masih hidup, orangnya masih hidup.'' Ucap salah seorang Petani.
''Cepat bawa ke Puskesmas sekarang Pak, ayo tolong angkat sama-sama Pak.'' Pinta Mayang penuh kecemasan.
#flashback on
''Iya sayang, aku segera balik. Kamu tunggu aku ya, love you.'' Ucap Danu.
Saat ini Danu tengah melakukan pemeriksaan sebuah proyek besar di Kota B namun jauh kepelosok bersama beberapa anggotanya dan asisten pribadinya Beni. Beni adalah salah satu orang kepercayaannya dan sekaligus sahabat karibnya. Danu mendapat kabar dari kekasihnya Viona kalo Viona jatuh dari tangga rumahnya dan megalami cedera serius dibagian kaki. Mendapat kabar serius, Danu langsung meninggalkan lokasi. Padahal seharusnya Danu di kota B selama 2 hari.
''Ben, gue cabut dulu. Vio masuk rumah sakit. Lo balik sama anggota yang lain aja. Lo urus sampai selesai baru Lo boleh balik.'' Ucap Danu dan langsung pergi dengan mengendarai mobil pribadinya sendiri.
''Susah kalo udah bucin, jarak dan waktu ga jadi masalah. Nasib jadi bawah ya kok gini amat ya...'' Ujar Beni mengeluh pasrah.
Sekarang Danu sedang mengendarai mobilnya dengan kecepatan lumayan kencang, karena Vio memintanya sampai malam ini juga. Sekarang waktu menunjukkan pukul 5 sore, jarak dari lokasinya berada ke kota J memakan waktu tempuh normal kira-kira 3 jam lebih karena lokasinya agak jauh dari kota. Jadilah Danu mengambil jalan pintas melewati beberapa desa yang akan mempercepat waktu tempuhnya sampai ke kota J. Hujan mulai turun dengan derasnya, jalanan terasa sangat licin dan agak becek karena jalan Desa. Makin lama jalannya makin menurun dan berkelok-kelok, dan Danu mulai merasa ada keganjalan pada mobilnya.
''Eh kok mobilnya ga bisa di rem sih, oh ya tuhan turunan. Oh tidak..tidak ..tidaaakkkk aaaaa....
'' Mobil Danu hilang kendali dan menabrak pembatas jalan. Mobilnya terjun bebas masuk jurang dan jatuh ke sungai. Dan beberapa menit kemudian mobilnya meledak dahsyat.. Duuuaar...duuaar..
Danu yang masih sedikit sadar saat body samping mobilnya menghantam batu besar di tepi sungai, Dia langsung melepas seatbeltnya dan bergegas keluar. Tapi naas, sebelah wajah bagian kanannya terbakar dan Danu hanyut tak sadarkan diri. Pada saat hanyut dia sempat kembali sadar dan berpegangan pada sebuah dahan kayu di pinggir sungai. Dan di sanalah Mayang pertama kali menemukannya.
#flashback off
''Mayang, sepertinya korban hanyut mengalami cedera yang sangat serius. sebagian wajah kanan mulai dari pelipis mata sampai pipi bawahnya mengalami luka bakar yang parah dan mengakibatkan kerusakan permanen pada wajahnya. Dan kaki kirinya mengalami keretakan pada tulang kering kakinya. Selebihnya hanya luka-luka lecet pada bagian tubuhnya. Tapi syukur nyawa korban masih selamat.'' Jelas seorang Gokter Umum Puskesmas di Desa Mayang.
''Dan May, untuk pengobatan yang lebih bagus ya di Kota May. Karena kalo bisa pasien harus di operasi, tapi biayanya sangat mahal. Kami tau kondisi kamu May, bagaimana May?.'' Ya hanya Mayang yang mencemaskan kondisi pria yang ditemukannya itu. Warga Desa yang lain juga tidak bisa membantu banyak. Akhirnya May memutuskan akan merawat sementara Pria itu setelah mendapat sedikit pengobatan beberapa hari di Puskesmas Desanya.
''Baiklah Dok, setelah pengobatan dari sini Saya akan merawat pria ini paling tidak sampai Dia bisa menghubungi keluarganya.'' Jawab Mayang.
Pada saat Mayang dan Dokter sedang berbincang, tiba-tiba Pria yang terbaring lemah tersebut sadarkan diri. Mayang dan Dokter langsung mendekat ke tempat tidur Pria tersebut.
''Issh....ughh...'' Danu meringis menahan sakit.
''Mas..mas bisa dengar Saya?.'' Ucap Dokter berusaha membangun kembali kesadaran pasien. Dokter mulai memeriksa mata dan denyut nadi pasien.
''Saya dimana?.'' Ucap Danu.
''Mas sekarang di Puskesmas, Mas ditemukan di pinggir sungai karena hanyut.'' Jelas Dokter.
''Mas, namanya siapa?.'' Dokter mulai bertanya.
Terlihat Danu memegang kepalanya seperti orang yang sedang berpikir. Namun kemudian Dia menggelengkan kepalanya. Sontak Mayang dan Dokter saling menatap, dan kemudian beralih memandang Danu yang juga menatapnya.
''Mas ingat siapa nama Mas?.''nTanya Dokter lagi.
''Saya tidak ingat apa-apa Dokter, siapa Saya? Kenapa Saya jadi begini?..'' Ucap Danu yang tampak sangat kebingungan.
Sejak ditemukannya Danu dua minggu yang lalu tersangkut di pinggir sungai, sampai sekarang Danu tidak ingat apa-apa. Identitasnya tidak diketahui, bahkan kabar tentang orang hilangpun tidak ada yang pernah mendengar. Bagaimana tidak, Desa Mayang sangat terpencil dan transportasi pun hanya ada satu kali seminggu untuk menuju Kota.
Di Desa tempat tinggal Mayang alat komunikasi sangat sulit, tidak ada jaringan ponsel bahkan hanya ada empat atau lima rumah yang memiliki televisi. Kalau untuk saluran telepon hanya satu yaitu di kantor Desa yang memakai tower sendiri.
Untungnya kalau aliran listrik sudah masuk, namun kadang ada juga pemadaman dengan alasan pasokan listrik tidak memadai.
Kehadiran Danu di rumah Mayang diterima baik oleh Nek Murni, Nenek Mayang. Beliau sangat legowo apalagi atas dasar kemanusiaan. Warga Desa juga mau menerima Danu meski awalnya ada yang menolak dengan alasan keamanan dan kenyamanan Desa, namun berkat Pak Kades yang menjamin akhirnya para warga menurut saja. Karena Danu hilang ingatan, maka Danu di beri nama Rangga oleh Mayang. Bukan apa-apa, Mayang memberikan nama Rangga karena dia sangat menyukai film ''Ada Apa dengan Cinta''.
Melihat kondisi Rangga saat ini sungguh miris sekali. Mayang sangat kasian melihat Rangga yang jalannya masih pincang, dan bagian wajah kanannya mengalami cacat permanen karena tidak dilakukan operasi pasca kejadian itu. Untungnya kedua mata Rangga masih berfungsi meski mata bagian kanan agak menyipit akibat luka diwajahnya itu.
''Nak Rangga ayo diminum ramuan jamunya, biar tubuh nak Rangga cepat pulih lagi. Dihabisin ya mumpung masih anget.'' Ucap Nek Murni saat menyuguhkan Rangga segelas jamu buatannya. Memang sejak Rangga tinggal di rumahnya, Nek Murni selalu membuatkan jamu untuk Rangga minum.
''Iya Nek, terimakasih.''Jawab Rangga, dan dibalas anggukan serta senyum ramah oleh Nek Murni.
''Udah jam segini kok Mayang belum pulang juga ya? Apa sepedanya kempes lagi?.'' Gumam Nek Murni cemas.
''Mungkin lagi di jalan Nek, kan hujan juga baru reda.'' Ujar Rangga menenangkan hati Nek Murni.
''Mudah-mudahan di baik--baik saja''. jawab Nek Murni.
Tidak lama berselang, terdengar suara decitan sepeda Mayang yang di sertai teriakan Mayang yang lumayan nyaring di telinga.
''Assalammu'alaikuuuum.. Mayang pulaaang.'' Teriak Mayang dari teras rumah.
''Wa'alaikumsalam.'' Jawab Nek Murni dan Rangga serempak.
''Adu duu...kompak banget sih jawabnya.'' Goda Mayang yang memang dia anaknya periang.
''Kamu tu ya, di jawab salah..ga dijawab apa lagi. Dasar anak bandel.'' Ucap Nek Murni sambil mencubit pipi bulat Mayang.
''A aa duuh, sakit Nek..ampun.'' Ucap Mayang manja. Nek Murni hanya geleng-geleng melihat tinggkah cucu kesayangannya sambil berjalan ke dalam rumah membawa tiga bungkus sarapan buat mereka makan.
''Mas Rangga, gimana kakinya, udah bisa lepas tongkat belum?.''' Tanya Mayang sambil duduk di lantai dan meletakkan kaki kiri Rangga di atas pangkuannya. Melihat sikap Mayang yang tulus tanpa jijik dengan kondisinya membuat hati Rangga tersentuh. Ada sebuah desiran di dadanya ketika Mayang berada di dekatnya, apalagi menyentuhnya dengan lembut.
''Belum May, Mas takut kalo dipaksa nanti makin lama sembuhnya.'' Jawab Rangga dengan senyum yang hanya bisa terlihat dari pipi kirinya yang sedikit tertarik ke atas.
''Nih..tadi May nemu penjual obat urut mujarab dari Arab. Katanya sih ini bisa membuat yang lumpuh bisa jalan. Nah, Mas Rangga kan ga lumpuh, jadi Insyallah bisa bikin Mas cepat jalan deh.'' Ucap Mayang dengan mengeluarkan dua buah botol kaca ukuran sedang dan kemudian membukanya satu.
''Kamu nemu di mana May.'' Kata Rangga penasaran.
''Ya beli di pasar lah Mas, masa nemu di kali.'' Ucap Mayang dengan sedikit memanyunkan mulutnya. Tanpa sungkan Mayang mengoleskan minyak tersebut pada kaki Rangga yang sakit.
Awalnya Rangga terlihat risih, namun karena pijitan Mayang yang lembut tapi membuat urat-urat kaki Rangga kembali hidup akhirnya Rangga pasrah saja. Mayang terlihat begitu memperhatikan Rangga, tidak ada rasa jijik atau malu bagi Mayang saat berdekatan dengan Rangga. Sungguh Rangga dibuat tersentuh oleh ketulusan hati Mayang, di tambah lagi wajah Mayang yang sangat cantik membuat mata tidak puas memandang.
Saat Mayang mengurut kakinya, Rangga terlihat fokus memperhatikan wajah Mayang. Ada seperti getaran dalam dadanya yang membuatnya tidak berhenti menatap Mayang. Sesekali mereka saling bertemu pandang dan Mayang memberikan senyum indahnya kepada Rangga yang juga nampak membalas dengan senyum pula.
Dari kejauhan, tepatnya di balik pohon pisang nampak seorang Pemuda yang menatap tidak suka dengan apa yang dilihatnya. Pemuda itu bernama Joko. Sejak awal Joko memang tidak pernah menyukai Rangga, karena Rangga akan tinggal bersama Mayang. Joko cemburu karena dia telah lama menaruh hati pada Mayang.
''Awas kamu Rangga, akan ku kasih pelajaran kamu.'' Gumam Joko dengan tatapan penuh kebencian sambil meremas ujung daun pisang.
*****
Hari ini Mayang berencana akan mengajak Rangga memetik sayur di kebun, tidak jauh hanya kebun di belakang rumahnya saja. Sekalian mengajarkan Rangga berjalan tanpa tongkat.
Saat ini mereka tengah berada di dalam kebun, Mayang sengaja melepas tongkat Rangga dan meletakannya di bawah pohon jeruk.
''Ayo Mas pegang tangan May ya, kita coba jalan ga pake tongkat. Pelan-pelan aja okeh, jangan takut ada May yang pegangin Mas Rangga.'' Ucap Mayang sambil memegang tangan dan pinggang Rangga. Hal itu kembali membuat jantung Rangga bergetar hebat.
''Apa kamu kuat May nahan tubuh Mas yang kekar ini?.'' Ujar Rangga dengan soknya.
''Ais..sok nya lagi, kekar apanya. Kayak tiang listrik juga, ga ada kekar-kekarnya. Nih..nih apa nih datar semua hahaa.'' Mayang mulai meraba-raba dada Rangga dan mengusap-usap perut Rangga.
Degg
Sesuatu di bawah sana telah mulai terbangun tanpa permisi, makin lama-makin sesak di tempat persembunyiannya. Rangga mulai kaku, namun Mayang yang tidak tahu tetap saja mengajaknya bercanda lagi.
''Loh kok malah bengong sih Mas, ayok jalan. Nah kaki kanannya dulu baru kaki kirinya, pelan-pelan..ya dikit lagi..trus Mas..lagi..lagi uupss.'' Rangga terjengkang kedepan Mayang dan Rangga langsung menimpa tubuh Mayang.
Untuk sekian menit Rangga dan Mayang saling berpelukan dengan mata yang saling menatap. Posisi Rangga di atas Mayang dengan kedua tangan Rangga menahan kepala dan punggung Mayang. Sedangkan Mayang yang di posisi bawah, menumpukan kedua telapak tangannya pada dada Rangga yang kenyataannya memang sangat atletis dan kokoh.
Jujur Mayang memang merasakan ada rasa aneh pada jantungnya saat berdekatan dengan Rangga. Ada rasa yang tidak dimengertinya, rasa ingin selalu dekat dengan Rangga, Rasa ingin selalu menjaga dan merawat Rangga dan sekarang rasanya Mayang begitu nyaman berada dalam pelukan Rangga.
Sungguh Rangga di buat terpesona oleh kecantikan alami Mayang, tanpa polesan makeup. Sungguh kecantikan alami yang mencermikan hatinya yang suci. Mata coklat Mayang sungguh jernih, terpancar betapa tulus dan baiknya pribadi Mayang.
''Sungguh indah matamu May, ya Tuhan bibirmu sangat merekah May, pasti manis banget kalau di kecup. Kamu sangat cantik May, bukan hanya wajahmu tapi juga hatimu. Sepertinya aku jatuh cinta padamu May lov Ku.'' Ucap Rangga dalam hati dengan mata yang tak putus menatap manik mata coklat Mayang yang jernih dan indah.
''Mas Rangga, kenapa Aku selalu ingin di dekatmu? kenapa aku sangat nyaman sama kamu Mas?..hatiku menghangat saat kamu menyentuhku. Apakah ini yang namanya jatuh cinta? Mas Rangga, aku--.'' Tiba-tiba Mayang reflek menutup matanya karena Rangga yang sudah mulai mendekatkan bibirnya ke bibir Mayang, namun...
''Maay...May...'' Terdengar suara Nek Murni memanggil Mayang dari dalam dapur. Seketika Mayang membuka matanya dan mendorong tubuh Rangga hingga jatuh ke samping.
'' Aduuhh...'' Rangga meringis keakitan namun tidak dihiraukan Mayang.
'' I iya Nek...'' Jawab Mayang sambil berdiri dan mengibas-ngibaskan tanah yang menempel di pakaiannya.
''Tolong bantu Nenek beli garam di warung Mang Asep, cepat ya sayur Nenek udah matang tapi belum dikasih garam.'' Ucap Nenek agak berteriak.
''Iya Nek.'' Jawab Mayang sambil menatap Rangga dengan senyum malunya tapi sungguh menggemaskan dilihat Rangga. Kemudian Mayang langsung berlari menuju dapurnya.
''Kamu mulai menggodaku Maylov.'' Gumam Rangga dengan jantung yang masih berdendang kencang.
Sebulan sudah Rangga tinggal di rumah Mayang, berkat kegigihannya dan perawatan penuh kasih sayang dari Mayang kini Rangga telah bisa berjalan dengan sempurna. Walaupun sebelah wajahnya kanannya mengalami cacat akibat luka bakar yang dialaminya, Rangga tidak pernah mengeluh atau merasa malu dengan kondisinya. Baginya bisa selamat dari maut saja sudah sangat bersyukur sekali.
Seperti biasa Mayang berangkat ke pasar sebelum matahari muncul kepermukaan. Sayuran yang telah siap di ikat-ikat, di letakkan dalam dua keranjang untuk diangkut menggunakan sepeda buntutnya. Sejak ada Rangga, Mayang sangat terbantu karena mulai dari memanen sayur sampai mengikat sayur dibantu oleh Rangga yang sudah mulai mahir dengan aktifitas barunya itu.
Bahkan pagi ini Rangga akan ikut kepasar membantu Mayang menjual sayurnya kepedagang pasar yang sudah menjadi langganannya.
''Beneran Mas Rangga mau ikut May ke pasar? Kalo jalan kaki lumayan jauh lo Mas. Ntar kaki Mas sakit lagi.'' Kata Mayang sambil menyusun sayuran kangkung dan daun ubi kayu ke dalam keranjang.
''Iya May, InsyAllah Mas sudah sembuh. nih liat nih..hop..hop..lompat aja Mas kuat, apa lagi jalan. Bahkan jalan sambil gendong May juga Mas bisa
'' Goda Rangga sambil melompat.
''E a lah, sombongnya.., ya sudah kalo gitu, tapi kalo capek bilang ya. Nanti kita jalannya pelan-pelan aja.'' Jawab Mayang.
''Ok bos.'' Jawab Rangga.
''May, nanti di pasar jangan lupa beli ikan teri tapi jangan yang asin. Nenek lagi kepengen makan cah kangkung ikan teri, udah lama kita ga masak itu.'' Kata Nek Murni.
''Iya Nek, Nenek baik-baik di rumah ya. Jangan keluar dulu, masih gelap.'' Ucap Mayang.
Akhirnya Mayang dan Rangga pergi ke pasar dengan berjalan kaki sambil menggiring sepeda dengan dua keranjang penuh sayur mayur. Setiba di pasar Mayang langsung mendatangi tiap pedagang pasar yang sudah jadi langganannya.
''Alhamdulillah Mas, akhirnya selesai juga.'' Ucap Mayang dengan senyum merekah yang membuat Rangga tak bisa pangling kalau menatapnya.
''Iya May, makasih ya udah ajak Mas ke pasar. Mas seneng banget.'' Ujar Rangga.
Tapi tiba-tiba tubuh Rangga agak oleng, sekilas suatu kejadian seperti kaset kusut mulai melintas di pikirannya. Sekilas dia melihat ada seorang wanita cantik dalam pikirannya dan kemudian Dia melihat sebuah api yang menyala. Namun dia tidak bisa mengingat jelas, bahkan kepalanya makin sakit jika dia memaksa untuk mengingat-ingat sesuatu. Terlihat Rangga meremas rambutnya sambil menutup mata seperti meringis menahan sakit.
''Mas..Mas..Mas Rangga ga apa-apa?.. Ya Allah Mas..Mas kita duduk dulu yuk, tu ada tukang batagor, kita duduk disana aja yuk. Sini Mayang bantu.'' Ucap Mayang sambil melilitkan sebelah tangan Rangga ke bahunya guna membantu Rangga berjalan.
Terlihat seseorang sedang mandang kesal dari kejauhan. ''Awas kamu Rangga, akan ku buat kamu pergi jauh dari kampung ini. Aku harus bertindak cepat, bisa-bisa Mayang ku diambil sama dia lagi .'' Gumam Joko yang sudah mengikuti Mayang sampai ke pasar.
Tepat sebelum jam 8 pagi Mayang dan Rangga sudah sampai di rumah. Karena Rangga tadi sempat pusing, Rangga akhirnya dibonceng sama Mayang. Terlihat jelas wajah bahagia Rangga saat dibonceng Mayang, bagaimana tidak, Mayang menyuruh Rangga berpegangan ke pinggangnya agar tidak jatuh. Hal itu sungguh membuat jantung Rangga bergetar kencang.
''Nah Mas, sebaiknya Mas langsung istirahat dulu. Nanti May bangunkan kalo udah siap masak ya, sana gih tiduran dulu di kamar.'' Ucap Mayang penuh perhatian. Nek Murni yang mendengarnya dari dapur hanya bisa senyum-senyum sendiri melihat sebegitu perhatiannya Mayang sama Rangga.
''Iya Maylov ku..upss..'' Rangga keceplosan.
''Apaa? Mas bilang May apa?.'' Ucap Mayang yang kurang mendengar apa yang di katakan Rangga.
''Mayuur maksudnya, May sayur mayur haha
'' Kata Rangga sambil berlari kedalam kamar.
'' Apaaa..., apa kamu bilang Mas, kamu ledek aku ya hah..awas ya..'' Mayang mengerjar Rangga namun Rangga sudah lebih dulu mengkunci pintu kamarnya.
Setelah selesai dengan aktifitas dapurnya, Mayang kemudian mengajak Neneknya dan Rangga makan siang itu. Terlihat hidangan yang sangat menggugah selara telah tersaji dengan indahnya. Ada goreng ika peda, sambal terasi, telor ceplok dan pastinya pesanan Nek Murni sayur cah kangkung ikan teri yang begitu wangi di hidung Rangga.
''Wah May, ini apa? sepertinya menu baru?.'' Kata Rangga sambil menyendok sayur cah kangkung ke dalam piringnya.'' Mmmmm nyam nyam...enak banget May, ini bakal jadi makan favorit aku deh May. Enak banget.'' Ucap rangga yang mulutnya masih mengunyah makanannya.
'' Ais..ish..mas Rangga ga sopan, habisin dulu dalam mulutnya baru ngomong''. Cubit Mayang pada bahu Rangga.
''Aduuuhh..May sakit.. Iya deh maaf, maaf ya Nek''. kata Rangga lagi.
''Sudah-sudah, jangan bertengkar dulu. Nenek Lapar mau makan enak.'' Ucap Nek Murni yang lansung membuat Rangga sedikit malu.
Jika sudah selesai makan, seperti biasa Rangga akan siap langsung mencuci piring. Sedangkan Mayang akan bersih-bersih rumah. Jika sudah malam, Rangga dan Mayang kadang akan menghabiskan waktu bercerita berdua di teras rumahnya. Walaupun Rangga hanya menjadi pendengar setia, karena hanya Mayang yang bercerita mulai dari masa kecilnya di tinggal kedua orang tuanya hingga masa remajanya yang dihabiskan untuk membantu Neneknya. Begitulah keseharian yang di lakukan Mayang dan Rangga, bahkan kadang mereka berdua sering ke sungai mencari ikan untuk dimasak. Bermain air adalah kesukaan Mayang, dan terlebih lagi bermain air bersama Rangga.
Bisa dikatakan benih-benih cinta telah tumbuh di hati mereka, namun hanya saja mereka belum menyadarinya. Sekarang tepat tiga bulan Rangga hidup bersama Mayang dan Nenek Murni. Seperti biasa Rangga dan Mayang subuh ini akan berangkat ke pasar untuk menjual sayurannya.
''Assalammu'alaikum Nek, kami pergi dulu.'' Ucap Rangga dan Mayang sambil mencium takzim tangan Nek Murni.
''Wa'alaikumsalam,kalian hati-hati ya. Tadi malam hujan, jalanan sangat licin. Pelan-pelan aja jalannya.'' Jelas Nek Murni.
''Iya Nenekku yang cantik.'' Jawab Mayang dengan manja dan kemudian berjalan di belakang Rangga sambil mendorong keranjang sayur agar meringankan Rangga menggiring sepedanya.
Ditengah perjalanan sepeda yang di pegang Rangga mulai oleng karena jalanan yang berlumpur dan sangat becek.
''Aduh aduduh..Mas Mas Mas awaaas.'' Teriak Mayang tepat saat sepeda berisi keranjang sayurnya jatuh ke tengah lumpur.
'' Ya Tuhan, kamu ga apa-apa May? ada yang kena ga?.'' Ucap Rangga mencaskan Mayang.
''Aduh Mas, May ga apa-apa, tapi liat sayuran kita udah tumpah ke dalam lumpur.'' Rengek Mayang.
''O iya, ayo bantu Mas berdirikan sepedanya lagi.'' Jelas Rangga.
Namun saat Rangga akan menarik keranjang sayur, tiba-tiba kaki Rangga terpeleset karena licin dan tubuh Rangga jatuh membawa serta Mayang yang berada tepat di depannya. Alhasil, Tubuh Mayang di himpit oleh tubuh Rangga. Bibir Rangga langsung menempel sempurna di bibir Mayang.
Untuk sesaat mata mereka saling menatap penuh makna. Tapi tak lama Mayang kemudian menggeliatkan tubuhnya karena geli oleh lumpur yang lembek dan cukup berair. Gerakannya terlihat seperti orang yang sedang penuh gairah apalagi bibir mereka masih menempel sempurna. Tiba-tiba beberapa sorotan cahaya menyilaukan mata mereka ,dan seketika Rangga langsung turun ke samping Mayang.
''Hei!!..kurang ajar, apa yang kalian lakukan hah. Kurang ajar kamu.. bugh...bugh.. bugh..''bJoko yang sudah emosi langsung memukul wajah dan perut Rangga.
''Aaa.. Mas Ranggaaa, hentikan Joko! apa yang kamu lakukan.'' Teriak Mayang yang takut malihat Rangga yang di pukul oleh Joko, dan beberapa warga yang lain juga ikut menendang Rangga.
''Sudah..sudah sudah!! Hentikan semua! .'' Bentak seorang bapak yang agak berumur karena takut warga kebablasan.
''Sebaiknya kita bawa ke aula Desa, Didit kamu cepat panggil Pak Kades. Kita bawa mereka berdua sekarang juga.'' Jelas Bapak itu.
''Dia harus kita usir dari kampung ini. jangan sampai banyak lagi anak perempuan yang di lecehkannya! .'' pancing Joko.
'' Ya iya..betul..ya ya beutul. kita usir saja dia.'' Teriak warga-warga yang lain.
''Sudah-sudah, ayo biar Pak Kades yang memutuskan.'' Jelas Bapak yang melerai tadi.
Mayang yang takut hanya bisa menangis dan mengikuti apa yang dikatakan warga. Sedangkan Rangga yang sudah babak belur, terpaksa di bantu beberapa warga untuk berjalan.
Di sini lah mereka sekarang, di aula Desa yang sudah dipenuhi oleh warga yang ingin menyaksikan persidangan Mayang dan Rangga. Ada yang mencibir, ada juga yang menghujat dengan kata-kata kasar, bahkan ada juga yang meneriaki Rangga.
''Usiiir..usirr saja Pak Kades.'' Warga mulai berteriak.
''Ya betul Pak Kades, saya sering liat dia menempel-nempel terus sama Mayang. Kasian Mayang Pak Kades, kebaikan Mayang di manfaatkan laki-laki biadab ini.'' Ujar Joko semakin memprovokasi warga.
''Sudah..sudah..tenang bapak-bapak ibuku-ibuk. ini bisa kita bicarakan baik-baik. Kita dengarkan dulu penjelasan dari Mayang. May coba kamu jelaskan kronologisnya, apa betul Nak Rangga melecehkanmu? .'' Kata Pak Kades mulai menengahi.
'' Bukan begitu Pak Kades, Mas Rangga hanya terpeleset karena jalannya licin. Dan tak sengaja menimpa saya Pak kKades. Apa yang dikatakan Joko dan warga yang lain tidak bernar Pak Kades. mereka salah paham.''bJelas Mayang dengan sedikit terisak karena takut hal buruk menimpa Rangga.
''Bagaimana mungkin kami salah paham May, jelas-jelas di mencium kamu. Apa lagi namanya kalo bukan melecehkan!''. Ungakap Joko yang kesal karena Mayang malah membela Rangga.
''Kita usir saja dia Pak Kades.'' Teriak satu warga.
''Ya ya..usir Dia, usir Dia dari kampung ini.'' Kemudian diikuti beberapa warga yang ikut berteriak.
Warga yang sudah tersulut emosi langsung menyeret tubuh Rangga yang sedang duduk lemah di atas kursi. Mayang sontak langsung menahan tubuh Rangga sambil menangis histeris. Pak Kades hanya bisa pasrah karena warga sudah kesal semuanya. Hal itu membuat Joko tersenyum bahagia.
Semua kejadian yang dialami pagi ini oleh Rangga dan Mayang sedikit banyaknya adalah rencana jahatnya Joko agar Rangga bisa cepat-cepat pergi dari kampungnya. Sungguh Joko tersenyum penuh kemenangan melihat Rangga yang terseok-seok di tarik para warga yang sudah tersulut emosi. Namun tepat Rangga dan Mayang berada di depan pintu aula Desa bersama warga lain, langkah mereka terhenti karena teriakan seseorang yang tidak asing bagi Mayang dan warga yang lain.
''Tunggu!!.. tidak ada yang boleh mengusirnya dari kampung ini.'' Bentak Nek Murni. Dan langsung senyum di wajah Joko memudar seketika.
''Kenapa Nek, bukankah Dia sudah melecehkan Mayang Nek.'' Jelas Joko dengan emosinya.
''Kalau begitu, saya akan nikahkan mereka sekarang juga.'' Ungkap Nek Murni yang membuat semua orang hening seketika. Bahkan Mayang dan Rangga langsung saling menatap.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!