Seorang gadis bercadar merah tampak mengenakan busana pengantin. Beberapa kali gadis itu gelisah hendak membuka penutup wajah di dalam tudung pengantin nya.
Tetapi niat itu diurungkan nya kembali, dia ingin suami nya yang akan membuka tudung pengantin sekaligus penutup wajah nya. Wajah yang sejak kecil selalu dia sembunyikan karena perintah almarhum ibu nya kini siap dia perlihatkan pada suami nya.
Gadis itu bernama Han Jia Li, dia menutupi wajah nya bukan karena menutupi keburukan wajahnya, melainkan karena wajah nya terlalu cantik, sehingga sang ibu meminta nya untuk menyembunyikan wajah cantik tersebut di balik cadar. Ibu nya hanya berpesan bahwa hanya lelaki yang tepat yang boleh melihat kecantikan wajah nya untuk pertama kali. Dan pesan itu selalu diingat dalam hati nya.
Han Jia Li atau yang biasa dipanggil Jia Jia duduk terdiam di dalam kamar yang sudah dihias selayaknya kamar pengantin. Walaupun dengan tudung pengantin sekalipun, Jia Jia tetap dapat merasakan kemewahan ornamen yang menghiasi kamar tersebut.
Dia tidak pernah menyangka akhirnya dirinya dipersunting oleh Zhao Feng Ying, yang tak lain adalah Jenderal Besar sekaligus pria yang selalu berada di dalam hati Jia Jia.
Malam semakin larut, suara burung hantu yang bertengger di dahan pohon pun semakin kencang terdengar.
Jia Jia sudah lelah menunggu sang pengantin pria yang tak kunjung datang, punggung Jia Jia terasa pegal, ingin rasa nya merebahkan diri di atas ranjang yang terlihat empuk itu tetapi dia teringat bahwa hal tersebut pantang dilakukan. Seorang pengantin wanita harus tetap menunggu sang mempelai pria sampai malam pertama dilakukan.
Mata Jia Jia mulai terpejam separuh nya, tetapi berulang kali selalu ditahannya, ditengah perjuangan Jia Jia melawan rasa kantuk, Jia Jia mendengar pintu kamar tersebut dibuka kemudian ditutup oleh seseorang secara kasar.
Jia Jia tampak gugup, dari suara langkah kaki nya sudah jelas bahwa Feng Ying yang memasuki kamar pengantin.
Dengan langkah gontai Feng Ying berusaha memfokuskan pandangan mata nya yang mulai kabur. Beberapa gelas arak yang diminum nya mulai merusak kesadarannya. Walaupun demikian, dia tetap tidak akan melupakan sang mempelai wanita yang masih menunggu nya di kamar.
Feng Ying mengambil tongkat yang sudah disiapkan untuk membuka tudung sang mempelai wanita.
Jantung Jia Jia berdegup kencang bersamaan dengan langkah Feng Ying yang semakin mendekat, bayangan romantis antara dirinya dan Feng Ying semakin melekat dalam benaknya. Dia sudah siap untuk menyerahkan dirinya sepenuhnya pada Feng Ying. Tongkat yang digenggam Feng Ying mulai digunakan untuk menyibak tudung pengantin yang dia gunakan. Dengan senyuman dan mata berbinar, Jia Jia memandang Feng Ying tetapi hal romantis yang telah dibayangkan oleh Jia Jia hancur lebur ketika melihat guratan senyum sinis di wajah Feng Ying yang tampan.
Pria gagah dan rupawan itu seakan mengejek nya, dengan nada suara yang datar dan dingin dia akhirnya berkata, "Apakah kau tidak keterlaluan nona? Ini malam pengantin kita, tapi coba lihat dirimu, kau masih saja menggunakan cadarmu. Kau sama saja dengan seluruh keluarga mu! Kau juga memandang rendah padaku kan?! Kau merasa kalau aku tidak pantas untukmu?"
sekian detik Jia Jia hanya mematung untuk mencerna maksud percakapan Feng Ying, "A-apa maksudmu Feng? Tunggu dulu, ini salah paham. Bukan begitu maksudku, dan percayalah keluarga ku sudah tidak lagi memandang rendah dirimu."
Feng Ying tertawa sinis mendengarnya, "Sudah tidak lagi? Berarti kau juga mengakui dahulu mereka merendahkan ku? Jangan lupa bagaimana keluargamu mempermalukan aku yang saat itu sedang hilang ingatan. Keluarga mu memperlakukan aku layaknya budak rendahan dan jangan kau lupakan tuan muda Chen yang kau idam - idamkan itu tetapi akhirnya dia selingkuh dengan adik tirimu"
Jia Jia menggigit bibir bawahnya yang bergetar menahan tangis, "Aku sama sekali tidak ada hubungan dengan tuan muda Chen, kau sendiri sudah tahu tentang hal itu. Dan untuk apa kau mengungkit semua itu? Kini kita sudah menikah Feng. Jangan kau persulit isterimu sendiri."
Feng Ying tertawa lepas mendengar kata isteri, "Kau janganlah berharap menjadi isteriku sepenuhnya. Yang kau sandang hanyalah gelar selir. Sejak awal, aku memang tak berniat untuk menyentuhmu, terlebih lagi membayangkan wajah yang selalu kau tutupi itu. Untuk saat ini teruslah kau menunggu ku, aku tidak akan menyentuhmu!"
Jia Jia pantang menyerah, digenggam nya tangan Feng Ying yang hendak pergi, "Kau mau kemana Feng? Apakah kau tidak mau menemaniku?"
Dengan sekuat tenaga Feng Ying melepaskan tangan Jia Jia hingga gadis itu terjatuh "Lepaskan!"
"Tapi kau mau kemana Feng? Aku sekarang isterimu!"
Feng Ying tertawa sinis, "Jangan lupa kau hanya lah selir bagiku, setelah masalah kita selesai aku akan menikahi Bao Yu. Hanya dia yang selalu mengerti aku, dan layak menjadi isteri utamaku."
Feng Ying pun pergi dari kamar itu, diikuti dengan tatapan nanar Jia Jia.
Air mata Jia Jia pun mengalir, penolakan Feng Ying sangat membuatnya terhina. Sejak awal, dia tidak pernah merendahkan Feng Ying. Keluarga nya lah yang selalu merendahkan dirinya dan Feng Ying.
Jia Jia terus menangis melihat punggung Feng Ying yang kian menjauh dari nya dan keluar dari kamar pengantin.
Jika mencintaimu sesakit ini, aku memilih untuk tidak bertemu denganmu sejak awal Feng. Kenapa kau tidak dapat menyadari bahwa perasaanku padamu selama ini tulus. Aku selalu mencintaimu, bahkan sejak aku belum mengetahui identitas mu yang sebenarnya. Aku merindukan Feng yang dulu, yang selalu menghiburku saat aku sedih dan selalu mencintaiku.
Jia Jia yang terus menangis akhirnya terlelap karena kelelahan.
-
-
Halo semua nya ☺ saya harap semua nya bisa menikmati karya saya yang satu ini ya. Jangan lupa komen, like dan vote nya ya, supaya author bisa lebih semangat menulis nya. Terima kasih ☺
***Dan semoga berkenan untuk mampir di karyaku yang sudah tamat
dengan judul
THE RUNNING PRINCESS
Terima kasih 🙏😊***
*Alkisah di suatu negara Qin pemerintahan dipegang oleh Kaisar Ming yang terbilang cukup muda usia nya. Dikarenakan usia nya yang belum matang, banyak sekali kelemahan dalam pemerintahannya, yang mengakibatkan para menteri terbagi dalam dua kubu yang masing masing mendukung dan memberontak pemerintahan Kaisar Ming.
Salah satu hal yang mengganjal di hati para menteri yang hendak memberontak adalah sang jenderal. Jenderal besar yang selalu setia pada Kaisar Ming, dia memiliki kemampuan strategi militer yang hebat dan juga memiliki kungfu yang hebat.
Berkat sang jenderal, kepemimpinan Kaisar Ming tetap berdiri kokoh sampai saat ini.
Hingga suatu hari, kejadian naas terjadi pada sang jenderal. Ketika sedang memimpin peperangan dengan negeri Yu, sang jenderal menghilang yang mengakibatkan pasukannya mengalami kekalahan untuk pertama kali nya. Tidak satupun orang di negeri Qin mengetahui keberadaan sang jendral dan mengakibatkan keadaan negeri Qin menjadi kacau*.
Sore itu tiba - tiba hujan turun dengan deras, membasahi kota Luoyang. Seorang wanita mengenakan hanfu biru muda tampak berlari dari arah kebun belakang rumah nya menuju istal kuda untuk berteduh.
Cadar yang selalu dikenakannya tidak dapat menutupi keceriaan yang terpancar di sorot mata nya.
"lihatlah Xiao Bai! Aku membawakan banyak sayuran untukmu. Makanlah yang lahap." Wanita yang tak lain adalah Han Jia Li terus mengusap wajah kuda kesayangannya.
Han Jia Li yang kerap di panggil dengan nama Jia Jia mengambil sikat yang tergeletak di lantai dan mulai menyikat rambut Xiao Bai.
Ringkikan lembut menandakan betapa nyamannya Xiao Bai bersama Jia Jia.
Jia Jia merupakan Puteri sulung keluarga Han, Ibu kandung nya sudah lama meninggal, kemudian ayah nya Han Ming menikah lagi dengan seorang janda yang memiliki Puteri seumuran dengan nya, ayah nya berharap Jia Jia tidak lagi kesepian dan akan memiliki saudari perempuan yang bernama Han Ro Ro.
Namun seiring berjalannya waktu, kasih sayang ayah nya telah beralih pada Roro. Tidak ada lagi perhatian yang didapat oleh Jia Jia. Bahkan seringkali ibu tiri nya memukul serta menghukum dirinya padahal dia tidak melakukan kesalahan apa pun. Dan sang ayah hanya diam saja melihat perlakuan tersebut.
Kamar yang sebelum nya ditempati oleh Jia Jia, kini digunakan oleh Roro. Dan Jia Jia terpaksa menempati kamar kecil yang terletak jauh dari rumah utama dan berada dekat dengan istal kuda.
Lambat laun kedudukan nya sebagai Puteri semata wayang Han Ming telah bergeser menjadi Puteri yang terbuang. Seluruh penghuni rumah tersebut termasuk para pelayan hanya memandang dirinya sebelah mata, tidak ada status nona besar, yang ada hanyalah seorang boneka hidup yang harus selalu mendengarkan perkataan ayah serta ibu tiri nya.
Ketika Jia Jia sedang menyikat kuda nya, dia mendengar suara rintihan dari ujung istal kuda. Jia Jia sangat ketakutan, dia berpikir seorang penjahat sedang bersembunyi dalam istal tersebut. Tetapi melihat ketenangan para kuda di sana, Jia Jia sedikit lega. Paling tidak itu bukan suara orang jahat, karena kuda memiliki perasaan yang sangat halus serta peka, dia dapat mengetahui bahaya disekitarnya.
Dengan langkah perlahan Jia Jia memberanikan diri untuk melihat asal suara tersebut. Betapa terkejut dirinya menemukan seorang pria dengan kepala berlumuran darah, serta beberapa luka sayat ditubuhnya. Jia Jia menghampiri pria tersebut dan mengguncang badannya perlahan, "Hey.. sadarlah.. Kau tak apa kan?"
Namun tidak ada respon apa pun, dengan tangan bergetar, Jia Jia memberanikan dirinya untuk mendekatkan ujung jarinya menuju bawah hidung pria itu.
Satu tarikan napas menampakkan kelegaan Jia Jia, "Syukurlah, dia masih bernapas."
Jia Jia kemudian bergegas menuju kamar nya, dan mengambil beberapa obat yang ditinggalkan tabib Hu untuknya.
Jia Jia sangat lega ternyata beberapa tanaman obat penurun panas masih ada, Jia Jia pun mengambil seember air, kemudian membasuh luka pria itu.
Setelah dibasuh, terlihat beberapa luka yang cukup dalam. Jia Jia menaburkan obat di luka tersebut diikuti erangan kesakitan pria tersebut, "Bertahan lah sedikit, aku tahu ini sangat sakit. Tapi obat ini sangat mujarab, percayalah padaku."
Jia Jia kemudian membalut luka pria tersebut, kemudian dia mengambil pil ginseng pemberian tabib Hu yang hanya tersedia sedikit lagi. Setelah meminumkan pil tersebut, Jia Jia menata tumpukan jerami dan membuatnya cukup nyaman untuk ditiduri. Kemudian dia merebahkan pria itu disana, "Tunggulah disini. Aku tak berani membawamu ke rumah utama, takutnya ayahku akan mengusirmu. Tunggulah sampai luka mu sembuh."
entah pria tersebut mendengar semua ucapannya atau tidak, Jia Jia meninggalkan nya di sana dan pergi untuk merebus tanaman obat.
Sembari menunggu obat tersebut dingin, Jia Jia mengambil tumpukan pakaian yang sudah dijemur nya, kadang dia mengerjakan pekerjaan pelayan di rumah nya sendiri. Dia mengambil salah satu baju ayah nya yang sudah usang, kemudian mengganti baju pria tersebut dengan baju bersih.
"Permisi, ma-maafkan aku, tapi baju mu berlumuran darah. Pasti tidak nyaman untuk mu."
Dengan lembut Jia Jia membersihkan sisa darah yang masih menempel di tubuh pria itu dan membantunya mengenakan baju bersih yang lebih layak.
Diambil nya rebusan obat tadi dan disuapkan pada pria itu. Beruntung nya pria itu dapat menelan semua obat yang diberikannya.
Jia Jia yang merasa lelah, akhirnya terduduk di samping nya, "Kau sangat beruntung tuan, ibu dan adik tiriku sedang pergi bersembahyang di kuil, setidaknya lima atau enam hari lagi mereka baru kembali. Jika tidak kau pasti akan dalam masalah. Kau bersabarlah di sini bersama Xiao Bai, ayahku tidak akan mengusikmu jika kau tetap di sini."
Jia Jia memperhatikan wajah pria itu, pria itu terlihat tampan walau perban putih melingkar di kepala nya.
Cukup lama Jia jia mengamati wajah pria tersebut, hingga akhir nya mata pria tersebut mulai terbuka. Dengan berat pria itu menatap nya, tetapi kemudian kembali tertidur dengan lelap.
Karena kelelahan yang melanda, akhirnya siang itu Jia Jia pun tertidur di samping pria asing tersebut.
Matahari hampir terbenam pria tersebut membuka mata nya dengan lebih lebar dan penuh kesadaran. Sakit kepala hebat menyerangnya hingga membuatnya berteriak kesakitan. Jia Jia terbangun karena kaget dengan suara pria itu hanya bisa menenangkan dan menggenggam salah satu tangannya, "Hey.. Hey.. Tuan.. tidak apa - apa.. kau aman disini. Tenanglah."
Degup kencang jantung pria itu terdengar sangat keras, antara gugup, takut sert panik jelas terbaca di raut wajahnya, dia bagaikan serigala yang waspada dengan keadaan sekitarnya.
"Siapa kau? Dimana aku?"
"Tenanglah tuan, kau berada di istal kuda kediaman Han. Namaku Han Jia Li, kau dapat memanggilku Jia Jia. Aku menemukanmu tak sadarkan diri dengan badan yang dipenuhi luka."
Pria itu berusaha mengingat kejadian terakhir yang dialami, tetapi nihil dan sakit kepala hebat kembali menyerang nya, "Aneh.. Aku tak dapat mengingat apa pun. Katakan nona Han, apakah kau mengenaliku?"
Jia Jia hanya menggelengkan kepala nya, "Maafkan aku tuan, aku tidak mengenalimu. Dan pakaian yang kau gunakan pun tidak tertinggal identitas apa pun. Kini pakaian mu sudah rusak dan kotor terkena darah, jadi aku membuangnya."
Jia Jia membaca raut wajah bingung pria itu, kemudian dia melanjutkan kembali perbincangannya, "Apakah kau tidak ingat apa - apa tuan?"
Pria itu hanya menggeleng, Jia Jia menarik napas panjang dia sangat perihatin dengan kondisi sang pria, "Seperti nya usia kita tidak jauh berbeda, akun tidak enak jika terus memanggilmu tuan.Hmm.. begini saja, karena kau datang tiba - tiba seperti angin, aku akan memanggil mu Feng. Bagaimana?"
Pria itu berulang kali bergumam menyebut panggilan baru untuk nya, dan entah kenapa panggilan itu terasa sedikit familiar di telinga nya.
"Sudahlah kau istirahat saja Feng. Pulihkan kondisi mu dahulu. Malam ini kau istirahat di sini ya. Besok aku akan kembali lagi, jika ayahku tidak menemukan ku malam ini aku akan kena masalah."
Feng pun mengangguk kemudian dia memposisikan dirinya senyaman mungkin dan berusaha memejamkan mata nya kembali
Keesokan pagi nya, Jia Jia membawa nampan yang berisi rebusan obat, dua buah mantao serta tumis sayuran untuk Feng. Tetapi saat dia membuka pintu istal, pria itu tidak ada di sana.
"Hmm dimana dia? Apa dia sudah pergi?"
Jia Jia meletakkan nampan nya di lantai, dan ketika akan berbalik dia berteriak kecil karena terkejut akan kehadiran Feng yang tiba - tiba.
"Hufh.. kau mengejutkan ku." Jia Jia mengelus dada nya berulang kali, mencoba menenangkan hati nya.
Lagi dan lagi pria itu menatap nya dengan pandangan dingin, tidak ada senyum maupun sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.
'Apakah dia bisu?' Jia Jia mulai prihatin pada pria itu.
Bagaikan seorang dukun pria itu langsung memangkas jalan pikiran Jia Jia "Tenang saja aku tidak bisu maupun tuli."
Jia Jia terkejut, 'bagaimana mungkin dia dapat membaca pikiranku?'
"Jelas sekali terpancar dalam pandanganmu saat kau menatapku."
Suara pria itu sangat datar, sama sekali tidak ada emosi apa pun.
"Ini, makanlah Feng." Jia Jia menyerahkan makanan tersebut pada pria itu. Pria itu mengangguk dan secara perlahan dia duduk sambil memegang luka di perutnya sambil menahan sakit.
"Kau jangan lah bergerak, luka mu belum sembuh."
Pria itu makan dengan lahap tanpa menghiraukan Jia Jia.
"Siapa nama mu? Dan apakah benar aku bernama Feng?" Pria itu tampak nya sudah sepenuhnya sadar.
"Namaku Jia Jia dan aku tidak tahu nama aslimu, aku yang memanggilmu Feng." Jia Jia menjelaskan secara perlahan. Pria tersebut tampak berpikir keras, kemudian dia memegang kepala nya kesakitan.
Jia Jia sangat panik "Hey ada apa denganmu?"
Telapak tangan pria itu teracung ke atas, "Aku berusaha mengingat semua nya, tetapi tidak bisa."
Jia Jia mengulurkan rebusan obat tersebut, "Ini minumlah perlahan. Setidaknya obat ini dapat menyembuhkan luka - luka mu."
Pria itu mengamati cairan di dalam mangkok itu, Jia Jia yang menyadari hal itu menjadi cemberut, "Susah payah aku menyiapkan obat itu untukmu, tapi kau mencurigai nya sebagai racun. Sudahlah! Kalau kau memang tak mau memakannya, buang saja!"
Feng pun meminum obat tersebut sampai kandas tak bersisa, entah bagaimana di dalam lubuk hatinya, dia harus segera pulih karena memiliki tanggung jawab yang besar.
Rasa kantuk mulai menjalar di tubuh Feng, dengan segera dia merebahkan tubuhnya yang sakit di atas tumpukan jerami yang tajam.
Sembari Feng beristirahat, Jia Jia melakukan pekerjaan rutinnya yaitu menyiapkan kayu bakar. Suara kapak yang membelah kayu bakar sangat mengganggu di telinga Feng, dengan sebelah mata nya dia mengamati gadis itu.
"Hey, bukan seperti itu cara nya. Jika cara mu membelah kayu begitu, entah jam berapa kau akan selesai."
Dengan wajah penuh keringat dan cadar yang menempel di wajah nya yang basah, Jia Jia merasa tersinggung, "Memang begini cara nya! Harus seperti apa lagi?"
Feng pun bangkit dari tidur nya, dengan menahan sakit dia mengambil kapak dari tangan Jia Jia, dan dengan segala tebas kayu pun terbelah.
Jia Jia terpukau dengan keahlian Feng yang baru saja dikenal. "Wah.. Kau hebat sekali! Bagaimana caramu melakukannya?"
Feng tidak mengatakan sepatah katapun, dia melanjutkan memotong semua kayu yang ada di situ, alhasil sebelum tengah hari semua pekerjaan Jia Jia pun selesai.
Mereka berdua duduk berdampingan di atas tumpukan jerami,Jia Jia yang mengamati wajah lelah Feng, dengan terburu - buru menyuruh Feng untuk berbaring kembali.
Suasana hening di antara mereka berdua di luluhkan dengan suara Feng
"Kau bernama Han Jia Li bukan?"
Jia Jia pun mengangguk
"Dan ini kediaman keluarga Han?"
Jia Jia kembali mengangguk.
"Untuk ukuran keluarga yang memiliki beberapa ekor kuda dan bangunan yang cukup luas, seperti nga keluarga Han cukup terpandang. Kenapa kau bekerja? Bukankah ini rumah keluarga mu?"
Jia Jia pun terdiam, Feng mengamati sorot mata nya yang terlihat sendu, cadar yang menutupi wajah nya tidak dapat menyembunyikan kesedihannya
"Aku.. sudah tidak dianggap lagi sebagai anak oleh ayahku.. Sejak ibu meninggal, ayah menikah kembali dan sekarang dia lebih menyayangi adik tiriku ketimbang diriku sendiri."
Feng mulai paham sekarang, rupanya gadis itu tersingkir dari keluarga nya sendiri, "Ada apa dengan wajahmu?"
Mendengar perkataan Feng sontak membuat Jia Jia memegang cadar yang selalu dikenakannya.
"Almarhum ibu ku yang meminta ku selalu mengenakan cadar. Cadar ini akan dibuka ketika aku menikah dan dibuka oleh suami ku sendiri."
Feng tersenyum geli, walau pun ingatannya hilang, tetapi dia sudah tahu bahwa di seluruh penjuru negeri para wanita justru akan menunjukkan wajah cantik mereka, untuk menarik perhatian dan mendapatkan suami.
Jia Jia melirik tajam ke arah Feng "Jangan menertawaiku!"
Feng pun berdeham dan berusaha meredakan tawa nya, Jia Jia terpesona dengan wajah Feng 'Ya Tuhan dia tampan sekali.'
Feng yang menyadari jika dirinya diamati, akhirnya menjadi salah tingkah, "Apakah kau tidak mendapatkan makan siang? aku lapar sekali "
Jia Jia pun mengakhiri percakapan mereka dengan menyiapkan makan siang sederhana untuk mereka berdua. Untuk pertama kali nya dia dapat berbincang dengan cukup lama dengan seseorang selain xiao bai.
Feng Ying pov
Saat matahari terbit mengusik tidurnya, Feng Ying terbangun dengan keadaan kacau.
Seluruh tubuh nya dihujai rasa sakit, terlebih lagi di bagian kepala. Berulang kali dia mengingat tentang semua hal, tetapi nihil. Tak satu pun ingatan berkenan mampir ke dalam otak nya.
Feng Ying menjadi frustasi, dia berusaha berjalan keluar dari istal tersebut, tetapi tubuhnya tidak mau diajak bekerja sama. Di tengah perjuangannya untuk dapat bergerak, dia mendengar langkah seseorang mendekati dirinya. Secara naluriah Feng Ying pun bersembunyi untuk mengetahui sosok yang mendekati nya.
Sepersekian detik Feng Ying terpukau dengan sosok yang mendekatinya, rupanya seorang wanita.
Langkah kaki nya begitu ringan, membuat hanfu merah muda yang dikenakannya bergerak lembut dan ringan. Wanita itu mengenakan cadar tipis yang tidak dapat menyembunyikan kecantikan wajahnya yang samar - samar membayang.
Rambut nya di tata sederhana, tidak serumit wanita yang pernah ditemui nya.
'Tung-tunggu.. Apakah selama ini aku berada di sekitar wanita dengan rambut rumit? Ada apa dengan ingatanku, kenapa sulit sekali!!'
Rasa sakit yang kembali menghujani Feng Ying, membuatnya kembali waspada. Dia harus mengetahui, siapakah wanita ini dan apa tujuannya yang sebenarnya.
Dengan sigap Feng Ying menghampiri wanita itu, dan dia sangat lega karena seperti nya wanita tersebut tidak memiliki niat jahat padanya.
***Untuk yang sudah mampir membaca karya ini, saya sangat berterima kasih 😊☺ Mohon dukungan like nya jika memang menyukai karya saya. Karena dukungan kalian sangat berarti dan menjadi penyemangat saya.
have a nice day ☺***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!