NovelToon NovelToon

Pengangguran Naik Pelaminan

Bab 1

Disebuah universitas swasta di daerah Yogyakarta tampak riuh karena diadakannya wisuda yang meriah. Para orang tua atau pun keluarga dari pada wisudawan/wisudawati, turut merasakan euforia kemenangan dari para mahasiswa yang berhasil meraih gelar sarjana mereka.

Beberapa orang pun datang membawa beberapa bingkisan khas ketika acara wisuda digelar. Tiga orang gadis cantik dengan hiasan make up dan setelan kebaya nampak begitu gembira merayakan kelulusannya. Salah satu di antara gadis tersebut, mengajak kedua sahabat perjuangannya ber-selfie ria tak lupa meminta tolong seseorang untuk mengambil gambar ketiganya berpose berbagai macam.

“Alhamdulillah, mimpi kita terwujud guys, bisa wisuda bareng,” ujar gadis cantik bersanggul dan memakai kebaya berwarna maroon kontras dengan kulit putihnya.

“Yah, semoga sih setelah ini, komunikasi jangan luntur, harus sering saling berkabar dan yang paling penting adalah harus saling support agar terbebas dari predikat beban keluarga, hahaha,” tambah gadis tak kalah cantik yang memiliki mata bulat besar khas kaum timur tengah apalagi bulu mata lentik dan tebal tanpa repot menggunakan bulu mata palsu di acara wisudanya.

“Eh, kita samperin orang tua masing-masing yuk,” ajak gadis berparas manis yang bernama Ariane namun biasa di panggil Ane.

Ane berlari kecil menuju ibu beserta kedua saudaranya, tanpa memperdulikan high heels yang digunakannya. Sosok wanita paruh baya merentangkan tangannya lebar menyambut sang putri dalam pelukannya, haru dan membanggakan itulah yang dirasakannya.

“Selamat untuk anak ibu yang paling cantik, ibu bangga sama Ane,” bisiknya bangga di telinga sang putri yang tertutup hijab.

“Terima kasih ibu, berkat ibu, Ane bisa melewati masa-masa sulit selama drama perkuliahan,” balas Ane mengeratkan pelukannya.

“Kami bangga padamu little monster,” seru salah satu laki-laki tampan, mewakili adik laki-lakinya.

“Ane sayang kalian,” Ane berpindah memeluk dua pria tampan dalam hidupnya selain sang ayah.

“Ayah pasti ikut bangga sama kamu di atas sana, Nak!” sang ibu mengelus punggung putrinya masih dalam suasana haru.

Usai acara mengharu biru, Ane beserta kedua sahabatnya dan keluarga masing-masing makan di salah satu rumah makan yang telah mereka pesan sebagai bentuk syukuran kelulusan mereka.

“Pokoknya setelah ini kita harus tancap gas untuk cari kerja, soalnya semakin lama pesaing makin banyak,” ujar Linda pada kedua temannya.

“Iya, apalagi sebagian kantor itu kalau buka loker, punya patokan umur tersendiri,” gadis bernama Hanna ikut memberi pendapat.

Ane hanya mengangguk setuju, tanpa niat membuka suara karena terlalu asik dengan makanan yang ia lahap. Di tengah-tengah lahapnya memakan santapan lezat di depannya, Ane tiba-tiba saja tercengang bahkan hampir saja tersedak.

“Tapi kok feeling gue Ane justru langsung nikah deh,” celetuk Hanna

“Eh, minum-minum,” Linda segera memberi air mineral pada Ane yang tersedak.

Tetes demi tetes air mengalir hingga membasahi kerongkongan Ane yang terasa perih dan gatal akibat tersedak. Ane melotot pada Hanna yang memasang tampang polos. Ane melempari sedotan plastik ke arah Hanna.

“Ngawur tenan Kowe ki! Doa yang baik dong, gila aja sekolah tinggi-tinggi ujungnya jadi ibu rumah tangga, kan turun deh pamor gue,” sembur Ane mencampur dua logat bahasa yang dikuasainya.

Hanna berdecih, lalu kembali bersuara, “heh, emangnya salah? Enggak kali, jodoh dan pekerjaan juga sama-sama rejeki, kalau jodoh yang duluan berarti udah rejeki lo, banyak yang pengen nikah tapi jodohnya belum datang, jadi apa pun itu ya diterima aja sih,”

Linda ikut menimpali, “ibu kost gue juga dulu bilangnya gitu, kan? Inget enggak pas kita lagi acara masak-masak terus ibu kost ikut nimbrung dan tiba-tiba bilang kalau lo yang duluan nikah, Ne!” matanya tertuju pada Ane yang semakin melototkan mata. Sekedar informasi Linda adalah anak rantau yang menimbah ilmu di kota Yogyakarta dan kota asalnya adalah Manado, makanya selama proses perkuliahan ia menyewa kost di daerah sekitar kampusnya dulu.

“Ibu kost bukan Tuhan. Musyrik lo pada percaya ramalan,” celetuk Ane masih mode aman walau hatinya kesal.

“Bukannya percaya, cuma yah kalau pun emang betul, yah enggak masalah Ne, yang baik-baik mending di aminin aja, nikah bukan sesuatu hal yang buruk kok, asal nikahnya sama orang yang tepat,” imbuh Linda yang diangguki oleh Hanna bahkan diberikan jempol oleh gadis berketurunan Arab tersebut.

“Serah, kalian deh, gedeg gue lama-lama,” Ane mengembuskan napasnya kasar dan dalam hati semoga itu semua tak terjadi. Ia masih berharap kalau ia bisa menjadi wanita karir sebelum menjadi ibu rumah tangga.

Bab 2

Teriknya matahari tak mematahkan semangat sosok gadis berpakaian rapi memakai celana bahan kain berwarna hitam, kemeja berwarna putih yang dilapisi dengan blazer hitam serta hijab segiempat yang menutup rambut indahnya.

Peluh mulai bercucuran, di kala menyusuri trotoar jalan. Siang ini, gadis itu mendapatkan undangan interview di salah satu bank setelah mengajukan berkas lamaran sebulan yang lalu. Saat tengah perjalanan menuju kantor Bank, ojek yang ia tumpangi mengalami mogok hingga ia terpaksa memesan ojek online lagi berharap akan segera mengantarnya di kantor secepat mungkin, tapi dugaannya salah karena ia harus terjebak macet, tak ingin waktu terbuang percuma menunggu kurungan kemacetan, gadis itu memilih berjalan kaki lebih tepatnya berlari kecil karena macetnya pun lumayan panjang, namun begitu jarak kantor tempatnya wawancara sudah hampir dekat.

Napasnya terengah-engah, ketika ia berhasil menginjakkan kakinya di depan kantor tersebut.

“Habis lari maraton yah, mbak?” tanya seorang satpam sambil tersenyum usil.

“Iya nih, pak! Macet banget soalnya, oh iya, saya dapat undangan interview nih, Pak, ruangan HRD bagian mana yah?” gadis itu tak menanggapi serius satpam yang terkesan meledaknya, toh memang kenyataan ia seperti lari maraton demi sampai di tempat tujuan.

“Sini mbak ikut saya!” satpam tersebut berjalan lebih dulu menuju ruang HRD dan sesampainya di sana, ternyata sudah ada 10 orang pelamar kerja yang menunggu antrian wawancara.

“YaAllah, lancarkan lah. Semoga kali ini rejeki, Ane!” doa gadis itu dalam hati lalu ikut duduk di salah satu kursi yang telah disiapkan bagi para pelamar kerja.

Hampir sejam lamanya, Ane menunggu giliran interview hingga akhirnya suara terdengar cukup nyaring memanggil namanya untuk memasuki ruangan. Ane menghela napasnya dalam-dalam kemudian mengembuskan secara perlahan dan mengucapkan bismillah sebelum memasuki ruangan tak lupa mengetuk pintu dan mengucapkan salam agar memberikan kesan baik untuknya di mata para tim interviewer.

Hal yang pertama kali Ane lihat adalah dua orang pegawai berjenis kelamin perempuan dan laki-laki telah duduk manis walau ekspresi mereka terkesan datar dan biasa saja. Walau Ane telah berusaha untuk tetap rileks tapi rasa gugup tak bisa dihindari. AC yang sejatinya berfungsi untuk mendinginkan ruangan seakan tak berfungsi dengan baik, karena suhu ruangan terasa panas dan gerah. Seorang pria memakai setelan pakaian kantor lengkap dengan dasi serta tatanan rambut yang begitu rapi mempersilakan Ane untuk duduk.

Ane menurut dan mendaratkan bokongnya di kursi empuk. Kedua orang di depannya nampak sibuk membaca berkas lamarannya hingga suara kembali terdengar dari pegawai wanita yang memakai hijab sepertinya.

“Oke, mungkin bisa memperkenalkan diri lebih dulu,”

Ane mengangguk paham dengan sedikit grogi tapi masih bisa ia kontrol, mulutnya terbuka dan bergerak mengeluarkan sepatah kata sebagai awal perkenalan tentang dirinya.

“Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya atas panggilan interview hari ini, perkenalan kan nama saya Ariane Edith Callista, saya Fresh Graduate dari Universitas Jaya Bhakti, jurusan ekonomi, selama perkuliahan saya cukup aktif di organisasi himpunan dan ikut serta dalam beberapa kegiatan rutin yang diadakan, baik itu seminar, lomba ataupun event-event lainnya. Saya tipekal orang yang mampu beradaptasi di lingkungan baru, bisa bekerja dengan tim maupun individu, saya juga orang yang teliti dan fokus dalam pekerjaan yang saya lakukan, besar harapan saya semoga dapat bergabung di kantor ini, saya rasa cukup terima kasih,”

Sesi wawancara pun berlanjut hingga menghabiskan waktu 20 menit lamanya. Ane mengucap syukur karena wawancara hari ini lancar walau ada beberapa insiden kecil tapi tidak masalah lagi pula salahnya juga karena tidak ontheway sejam sebelum waktu interview. Ane harus bersabar menunggu hasil pengumuman apakah ia lolos atau tidak, katanya mengenai informasi tersebut akan diberitahu melalui email atau pun WhatsApp.

\*\*\*\*

Di rumah minimalis modern cat bernuansa tone earth mendominasi seluruh sudut ruangan. Di ruang santai, sosok gadis memakai daster bercorak bunga mawar berwarna tosca berbaring santai di karpet bulu sembari berselancar di dunia maya, tepatnya di aplikasi trend yang menampilkan berbagai video dance, tips & trik, atau video lainnya, aplikasi tersebut memang saat ini sedang digandrungi oleh para netizen.

Gadis itu tengah menonton sebuah video di aplikasi tersebut yang menampakkan sosok pria berpakaian jas putih sedang membuat video Q&A dengan netizen yang memenuhi kolom komentar di video sebelumnya. Di video tersebut ada salah satu netizen yang bertanya apakah seorang dokter akan mencari pasangan di kalangan mereka atau tidak.

“Alah, jaman sekarang mah pasti cari yang seprofesi lah, yakali kan dokter dapatnya pengangguran, eh kayak gue dong, Haha.” celetuknya menyeleneh sembari terkekeh kecil dan kembali menonton video itu hingga selesai.

“Enggak kebayang sih, kalau misalnya gue dapat jodoh dokter, biar pun masih nganggur kalau dokter yang melamar sih enggak nolak gue, hahah,” Ane tertawa sendiri seperti orang bodoh. Ane menyudahi aksi tertawanya dan beranjak dari karpet, tangannya menyambar toples berisi kacang goreng yang telah ditaburi garam dan mulai memasukkan ke dalam mulut kecilnya sembari melihat beberapa video di aplikasi tersebut.

Ting. Bunyi sebuah notifikasi muncul, iya mengintip dibalik layar top up nya, matanya melebar ketika sebuah pesan masuk melalui WhatsApp dan email miliknya. Ia membuka email terlebih dulu, matanya berbinar namum meredup secara perlahan ketika ia berhasil membaca secara keseluruhan isi email tersebut.

Matanya berkaca-kaca seketika, hatinya merasa kecewa, ini bukan kali pertama baginya, tapi rasanya tetap sama. Tangannya meremas kuat ponsel miliknya dan tak sadar cairan bening berhasil keluar dari mata indahnya. Sadar apa yang terjadi padanya, ia meletakkan ponsel di karpet dan segera menghapus jejak air mata yang menetes.

“Eh, kok lo cengeng sih! Alah santai kali belum rejeki. Semangat, yok, semangat! Fighting Ane!” ia menyemangati dirinya sendiri, sadar karena tak ada seorang pun yang bisa menghiburnya kecuali diri sendiri dan menerima dengan lapang hasil keputusan interview yang ia jalani dua Minggu lalu ditengah sedikit rintangan yang ia hadapi namun begitu lagi dan lagi ia tidak boleh pantang menyerah.

Bab 3

-Sensitifnya sang pengangguran-

Di pagi hari yang sejuk, udara yang sangat enak dihirup sungguh menyejukkan. Kicauan burung serta ayam berkokok saling bersautan, sosok Ane yang meringkuk di balik selimut perlahan membuka mata, mulutnya sedikit menguap dan mengerjapkan mata beberapa kali seakan kantuk masih menyelimutinya.

“Hoamz,”

Hampir saja ia kembali tertidur namun tidak jadi dikarenakan suara sang ibu terdengar di luar kamar yang sedang membangunkannya.

“Ane, bangun Nak, udah siang ini, rejeki kamu ntar di patok ayam, loh!” seru sang ibu di balik pintu.

“Iya-iya, ini udah bangun, kok!” Ane melirik jam di dinding menunjukkan pukul 7 pagi. Rutinitas yang dilakukan Ane saat ia sedang masa periode bulanan, ketika biasanya ia akan bangun pukul 4 subuh untuk menjalankan ibadah sholat subuh dan kemudian membantu sang ibu untuk menyiapkan sarapan, tetapi saat halangan, Ane bangun lebih siang dari biasanya.

Ane beranjak dari tempat tidur dan melangkah memasuki kamar mandi kemudian membasuh wajah dan menggosok giginya. Setelah itu, Ane keluar dan melangkahkan kaki ke dapur. Terlihat ibunya sedang sibuk membersihkan alat masak yang dipakai.

“Selamat pagi ibu tercinta,” Ane mencium pipi ibunya sayang sembari tersenyum lebar.

“Kebiasaan ih, kalau lagi halangan bangunnya siang, jadinya ibu sendirian masaknya,” ujar sang ibu sengaja memasang wajah cemberut.

“Ululuu, ibu ngambek nih ceritanya? Maaf yah Bu, udah kebiasaan sih, hehe,” Ane terkekeh geli memeluk tubuh berisi sang ibu dan memberikan sebuah kecupan manis di pipi keriput itu.

“Makanya mulai sekarang harus di ubah dong, halangan atau enggak kamu tetap bangunnya subuh, walaupun enggak bisa sholat tapi kan kamu bisa ibadah yang lain, berdzikir atau bersholawat contohnya, apalagi di jam-jam subuh malaikat turun mendoakan para umat yang sedang beribadah pada Allah, segala hajat yang dipanjatkan ataupun urusan agar segera dikabulkan dan dilancarkan oleh Allah,”

“Iya Bu, maaf yah,” pagi-pagi Ane harus menerima ceramah rohani dari ibunya, tapi sang ibu benar dan Ane akan berusaha untuk melakukan apa yang disarankan oleh ibunya tadi.

“Sana gih, sarapan, ingat yah makan yang banyak supaya kuat jalani hidup, hehe. Badan kamu juga enggak bagus kalau kurus, berisi lebih bagus,” timpal sang ibu sembari terkekeh kecil.

“Apaan sih, ibu bisa aja!” balas Ane.

Ane menarik kursi lalu mendudukinya, tak lupa ia meneguk segelas air putih hingga tak tersisa dan meraih selembar roti tawar yang diolesi mentega dan menaburi sedikit gula pasir lalu memakannya secara perlahan sembari memainkan ponsel. Meja makan sepi sebab, kedua kakaknya sudah berangkat ke cafe.

Sekedar informasi, Ane memiliki dua kakak laki-laki, yang pertama bernama Rangga Adimas dan satunya bernama Banyu Dewangga, kedua kakaknya kompak merintis sebuah usaha yang awalnya hanya berjualan di pinggir jalan dengan mendirikan stand sendiri. Kegemaran terhadap kopi membuat kedua lelaki tampan itu memutuskan untuk membuat usaha minuman berbahan dasar kopi, keduanya meracik sendiri hingga menjadi sebuah minuman lezat yang kini tengah digandrungi orang-orang bahkan usaha mereka sempat viral selain minuman yang mereka jual lezat, terlebih lagi wajah Rangga dan Banyu menjadi nilai tambah sendiri memikat para pembeli. Lambat laun, dalam kurung setahun keduanya telah berhasil membuat brand sendiri dan membeli sebuah ruko untuk lahan ia berjualan bahkan sudah memiliki beberapa karyawan membantunya mengurus cafe, bukan hanya itu mereka pun menyediakan menu lainnya, seperti cemilan bahkan makanan. Usaha yang mereka rintis melejit secara pesat berkat hasil penjualan itu pun, Rangga dan Banyu menyisihkan uang membiayai kuliah sang adik.

Ane memang tak terlahir dari keluarga yang kaya raya, bisa dikategorikan mereka hidup secara pas-pasan, bahkan sang ayah dulunya sebelum tiada, hanya seorang pegawai biasa di kantor administrasi. Bermodalkan tabungan milik ayahnya, sang ibu menyekolahkan ketiga anaknya hingga kedua putranya lulus SMA dan memilih untuk membuka usaha kopi, lain halnya dengan Ane yang dipaksa oleh kakak-kakaknya melanjutkan kuliah.

Pandangan Ane masih sibuk mengamati beberapa postingan lowongan pekerjaan yang tersebar di media sosial. Ane bangkit dari kursi dan berlari kecil menuju kamarnya, setelahnya ia duduk dan meraih laptop sembari menyalakannya. Ane kemudian membuka sebuah link yang ia dapat di laptopnya, link pendaftaran pekerjaan, Ane mengisi form tersebut secara lengkap dan tersenyum manis tak lupa bibir kecilnya merapatkan kata bismillah sebelum mengirim form tersebut. Ane berharap kali ini ia berhasil mendapatkan pekerjaan tak seperti sebelum-sebelumnya.

...****...

“Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan,”

Suara seorang trainer sedang memperagakan beberapa gerakan olahraga yang ditampilkan di layar televisi, setiap gerakan tersebut setia diikuti oleh gadis cantik yang merasa kalau berat badannya bertambah.

“Hosh, gila capek juga,” napasnya terengah-engah, gadis itu duduk berselonjoran kaki dan meneguk air dalam botol.

“Wih, ada yang work out, nih,” suara menginterupsi membuat gadis itu menoleh ke sumber suara.

“Apaan sih, Mas!” deliknya.

“Haha, makanya makan itu di forsir jangan apa aja masukin ke mulut,”

“Oh, Mas Banyu, cari masalah nih, yah!” Ane, gadis yang tadi sibuk berolahraga berharap lemak-lemak jahat di tubuhnya terbakar dan membuat tubuhnya kembali langsing seperti jaman kuliah, mulai kesal pada sang kakak.

“Emang kenyataan kok, walau pun jadi pengangguran tapi yah, mbok di jaga pola makannya,” mendengar kata penggungguran sisi sensitif Ane seakan tersentil hingga membuatnya sedikit tersinggung padahal sang kakak tak bermaksud apapun.

Ane bangkit dari duduknya dan melipat kedua tangannya di dada lalu menatap sang kakak kesal, “enggak usah bawa-bawa pengangguran deh, iya tahu, Ane masih nganggur, masih jadi beban kalian, Ane sadar kok, Ane cuma enggak mau orang-orang lihat badan Ane kurus karena stress mikirin loker, walau memang kenyataan makanya Ane makan banter, supaya enggak kelihatan ngenes banget, tahu ah! Mas bikin mood Ane hancur!” Ane berbalik menuju kamarnya tak peduli dengan sang kakak yang terdiam mematung.

“Eh, dek, tunggu! Ya Allah, sumpah Mas enggaklah bermaksud apa pun, hei, Ane!” Banyu mengikuti langkah kaki Ane tetapi Ane berlari dan segera menutup pintu kamarnya.

Ane menghentakkan kakinya kesal, suasana hatinya begitu kacau kali ini, entah mengapa sejak lulus kuliah dan mulai memasuki status baru sebagai 'pencaker' alias pencari kerja, yang secara kasar tentu pengangguran, sangat sensitif jika disinggung mengenai hal tersebut.

Sudah terhitung 9 bulan sejak ia dinyatakan lulus sebagai mahasiswi, Ane masih menyandang predikat pengangguran. Sudah banyak lowongan pekerjaan yang Ane lamar tetapi tak ada satu pun yang tembus. Capek, muak bahkan letih tentu saja tak bisa Ane pungkiri, acap kali menghinggapinya tapi ia selalu berhasil meyakinkan diri bahwa suatu saat akan ada rejekinya.

“Gini amat yah, jadi pengangguran apa-apa salah, makan enggak makan aja salah,” Ane mencebik kesal.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!