Siang hari yang begitu cerah. Sebuah mobil mewah Rolls-Royce terparkir didepan halaman rumah megah kediaman Tuan Wildan Wijaya.
Tidak lama seorang pemuda tampan nan gagah keluar dari mobil tersebut. Ia menanyakan keberadaan sang pemilik rumah kepada salah satu pelayan yang tengah sibuk bekerja.
Seketika netra para pelayan itu membeliak sempurna saat melihat sosok pemuda tampan bak seorang pangeran berdiri dihadapannya. Bahkan mata mereka sampai tak berkedip karena pesonanya.
Setelah mengetahui keberadaan Tuan Wildan, pemuda itu pun langsung masuk melalui pintu samping.
Ia berjalan setengah berlari menghampiri dua orang yang tengah duduk santai dibangku taman belakang rumah.
"Kakek! Nenek!" teriak sang pemuda.
Raut kebahagiaan dan senyum mengembang terpancar jelas dari wajahnya.
Dua orang yang dipanggil kakek nenek oleh pemuda itu pun seketika menengok. Mereka tak lain dan tak bukan adalah Tuan Wildan dan Nyonya Liyana.
Sontak keduanya membalas senyuman Zean.
"Zean?!" pekik Tuan Wildan dan Nyonya Liyana bersamaan.
Ya, pemuda tampan dan gagah itu adalah Zean Arion Wijaya. Putra satu-satunya dari pasangan Zidan dan Andita. Saudara kembar dari Zylvania Arandita Wijaya.
Baby Zean kini telah tumbuh menjadi pria dewasa yang memiliki sejuta pesona. Memiliki postur tubuh tinggi, mata elang, alis tebal, hidung mancung, rahang tegas, dan bibir yang begitu sensual. Hampir seluruh kesempurnaan fisik sang ayah menurun pada lelaki itu.
Disamping fisiknya yang nyaris sempurna, sejak kecil Zean sudah menjadi pewaris tahta perusahaan sang ayah.
Belum lagi sang kakek yang amat sangat menyayanginya juga melimpahkan semua kekayaannya pada Zean. Karena Tuan Wildan memang begitu mendambakan cucu laki-laki untuk dijadikan penerusnya.
Selain mewarisi hampir seluruh harta kekayaan ayah dan kakeknya, sebagai satu-satunya putra dan cucu lelaki dikeluarga Wijaya, Zean juga mewarisi watak keras dari lelaki dikeluarga itu.
Karena seringkali dimanja oleh Tuan Wildan, Zean memiliki sifat diatas sang ayah. Ia begitu angkuh, sombong dan tak mau mengalah. Namun Zean sangat menyayangi keluarganya.
Berbeda dengan Zyl yang menuruni sifat sang nenek dan sang ibu. Zyl seorang gadis lemah lembut yang penurut, penyabar dan selalu mengutamakan kebahagiaan orang lain dibanding dirinya sendiri.
Zean baru saja kembali dari Sydney. Setahun lamanya ia menetap disana untuk mengelola perusahaan Zidan yang baru saja dibangun 2 tahun silam.
Usia Zean kini menginjak 28 tahun. Ia belum menikah. Namun sudah memiliki seorang kekasih yang sangat dicintainya. Wanita yang beruntung memenangkan hati seorang Zean adalah Lyora Fransisca.
Seorang wanita sederhana yang memiliki usaha fitness center sekaligus seorang instruktur fitness disana.
Mereka bertemu ketika Zean tengah mengantarkan Zyl untuk latihan. Tanpa sadar keduanya memiliki kecocokan dan ketertarikan satu sama lain.
Padahal selama ini Zean terkenal dingin pada seorang wanita. Beberapa kali ia dijodohkan dengan putri dari rekan bisnis Tuan Wildan namun tak ada yang berhasil menaklukan hati Zean.
Hanya kesederhanaan Lyoralah yang mampu mencairkan hati beku itu. Bahkan hubungan mereka sudah terjalin selama 3 tahun.
Namun setahun belakangan ini keduanya terpaksa menjalani hubungan jarak jauh. Sebab Zean harus mengurus anak perusahaan sang ayah di negri kangguru tersebut.
Dan setelah kepulangannya ketanah air, rencananya Zean akan melamar Lyora. Ia bahkan sudah memesan cincin khusus di Sydney untuk sang pujaan hati.
"Cucuku yang tampan! Nenek merindukanmu!" ucap Nyonya Liyana begitu Zean berada dihadapannya. Ia langsung memeluk cucu kesayangannya itu dengan erat.
"Aku juga sangat merindukanmu nenek!" Zean mencium kedua pipi neneknya seraya membalas pelukannya.
"Bagaimana kabarmu sayang?" tanya Nyonya Liyana saat pelukan mereka sudah terlepas.
"Kabarku baik Nek! Bagaimana denganmu?"
"Seperti yang kau lihat, aku masih begitu sehat dan cantik diusia yang tidak lagi muda." sontak Zean tertawa mendengar ucapan Nyonya Liyana yang memuji dirinya sendiri.
"Ya, kau memang masih cantik Nek, sama seperti Ibuku." Zean mengerlingkan mata pada sang Nenek.
"Of course." Nyonya Liyana membalas kerlingan mata Zean.
Zean tertawa lalu beralih pada Tuan Wildan dan memeluknya.
"Kakek, bagaimana kabarmu?" tanya Zean begitu pelukan mereka terlepas.
"Sama seperti wanita cantik disebelahku, kabarku baik. Dan aku ..."
"Masih terlihat bugar dan tampan diusia Kakek yang sudah tidak lagi muda bukan?" potong Zean.
"Ya kau benar!"
Ketiganya pun tertawa bersama.
"Zean! Kau sudah datang?"
Merasa namanya dipanggil Zean pun menoleh kebelakang. Senyumnya semakin mengembang ketika melihat kedua orang tua yang begitu disayanginya tengah berjalab kearahnya.
"Ayah! Ibu!"
Zean berjalan cepat setengah berlari dan langsung menerjang tubuh Andita yang merentangkan tangan padanya.
"Ibu merindukanmu Zean!" Andita menangis haru didada bidang sang putra.
"Aku juga sangat merindukanmu Ibu!"
"Apa kau tidak merindukanku?!"
"Tentu saja aku merindukanmu Ayah!" Zean melepas pelukannya dari sang Ibu kemudian langsung membaur memeluk tubuh sang ayah.
Meskipun telah dikaruniai dua orang anak dan usia tak lagi muda, tubuh Zidan dan Andita tetap terjaga. Mereka tetap tampan dan cantik diusianya saat ini. Bahkan hubungan keduanya semakin harmonis.
Setelah puas saling melepas rindu tiba-tiba Zean teringat saudara kembarnya.
"Oh ya, dimana Zyl? Sedari tadi aku tidak melihat anak itu?" tanya Zean bingung.
Semua orang terdiam dan saling menatap sembari mengulum senyum.
"Apa kau sedang mencariku anak sombong?!" teriak seorang wanita cantik dari atas balkon sambil menembakkan pistol air kearah Zean.
"ZYLL!"
******
Usai bertemu dengan seluruh anggota keluarga, sore ini Zean langsung pergi ke apartemen sang kekasih.
Meskipun tadinya ia sempat kesal pada Zyl karena kejahilan sang adik yang menembakkan pistol air kepadanya hingga membuat pakaiannya basah, namun saat mengingat wajah Lyora rasa kesal itu jadi hilang.
Rasanya Zean tak sabar ingin melihat ekspresi kaget diwajah kekasihnya saat mereka bertemu nanti. Membayangkannya saja membuat Zean terkekeh geli.
Ya, pasalnya Lyora sama sekali tidak tahu bahwa hari ini Zean akan pulang ke tanah air. Karena Zean tidak memberitahunya. Ia ingin kepulangannya menjadi surprise bagi pujaan hatinya itu.
Untuk menambah kesan romantis, tak lupa Zean membeli sebuket bunga mawar putih sebagai lambang ketulusannya saat nanti ia melamar Lyora.
Selama dalam perjalanan, Zean bersenandung ria sembari melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Namun naas saat ia tengah menengok sekilas kearah bunga mawar yang tergeletak dikursi sebelahnya, tiba-tiba diluar sana seorang gadis berlari sambil menyebrang jalan hingga refleks membuat Zean mengerem mobilnya secara mendadak.
Ckiiittttt
"Aaaaa!!!" teriak gadis itu sambil menutup mata dengan kedua telapak tangan.
Beruntung Zean mengerem mobilnya tepat waktu. Hingga mobil mewah itu tidak menabrak tubuh sang gadis.
"SHITT!!" umpat Zean saat tubuhnya terhuyung kedepan dan kepalanya membentur stir kemudi. Ia segera membuka kaca mobil dan meneriaki gadis itu.
"HEI GADIS BODOH! APA YANG KAU LAKUKAN DISANA HAH?! APA KAU MATI?!" teriak Zean dengan amarah yang membuncah.
Mendengar dirinya dimaki, gadis itu membuka telapak tangannya. Dan...
Deg
Untuk sesaat keduanya saling menatap.
Namun secepat kilat Zean memutus tatapan itu dan segera membuka seat beltnya. Ia hendak turun dari mobil.
Tepat disaat Zean akan membuka pintu, dengan perasaan takut dan panik gadis itu malah melarikan diri.
Melihat hal tersebut Zean menggelengkan kepala dan mengurungkan niatnya untuk turun.
"Benar-benar gadis tidak beradab! Bukannya meminta maaf dia malah melarikan diri! Awas saja jika bertemu lagi. Aku akan memberinya pelajaran!" gumam Zean kesal.
Tak ingin membuang waktu, Zean pun melanjutkan perjalanannya menuju apartemen Lyora.
.
.
Bersambung...
"Akhirnya tertangkap juga kau gadis tidak tahu diri!"
Plakkk
"Akhh!!"
Sebuah tamparan keras mendarat dipipi kiri seorang gadis muda. Gadis itu adalah gadis yang beberapa saat lalu nyaris saja tertabrak mobil Zean.
Dia bernama Ellina Jasmine (24 tahun). Ellina adalah seorang yatim piatu dan tak memiliki saudara kandung. Kedua orang tuanya meninggal saat ia berusia 19 tahun.
Sepeninggal ayah ibunya, Ellina tinggal seorang diri disebuah rumah kecil peninggalan orang tuanya.
Namun naas, akibat konsleting listrik rumah kecil itu mengalami kebakaran dan tak menyisakan apapun.
Hingga terpaksa Ellina mengungsi dan menetap dirumah kontrakan sang paman, Johan. Adik dari mendiang ayahnya.
Johan adalah seorang pengangguran, penjudi, dan pemabuk berat. Ia pernah masuk penjara ketika sedang melakukan transaksi narkoba dan uang hasil penjualan barang haram itu digunakannya untuk berjudi.
Selama 5 tahun tinggal bersama Johan, kehidupan Ellina begitu miris. Ia tidak pernah diperlakukan dengan baik oleh pamannya sendiri.
Ellina kerap disiksa dan dikurung didalam kamar mandi jika gadis itu tidak mau menuruti keinginan pamannya.
Pernah Ellina mencoba kabur, namun sayang usahanya tidak pernah berhasil. Ia selalu tertangkap oleh lelaki jahat itu.
Johan takkan membiarkan Ellina lepas begitu saja, sebab Ellina adalah tambang emasnya.
Seperti saat ini, Ellina akan dijual kepada salah seorang mucikari demi melunasi hutang judi Johan. Ellina yang mengetahui hal tersebut langsung melarikan diri. Namun sialnya, Johan berhasil mengejar dan menangkapnya lagi.
"Kau pikir kau bisa lari dariku gadis sialan?!" teriak Johan sembari menjambak kasar rambut Ellina.
Ellina tertangkap ketika dia bersembunyi dibalik semak-semak.
"Akh! Paman sakit!" pekik Ellina. "Tolong lepaskan aku Paman! Ampuni aku!" mencoba melepaskan tangan Johan dari rambutnya.
"Lepaskan katamu?! Jangan mimpi!" Johan semakin keras menarik rambut Ellina hingga gadis itu meringis kesakitan.
"Aakh Paman ampun! Ampun Paman!" Ellina mulai menangis.
"Johan! Kau bisa menyiksanya nanti! Lebih baik sekarang kita pergi dari sini, sebelum ada yang melihat kita!" ucap salah satu rekan Johan yang berada didalam mobil.
Johan pun melepaskan tangannya dari rambut Ellina dan beralih mencengkram tangan gadis itu lalu menyeretnya masuk kedalam mobil yang disewanya.
"Cepat masuk!"
"Tidak Paman! Aku mau pulang! Tolong! Tolong!"
Johan semakin geram. Ia mendorong paksa tubuh Ellina hingga gadis itu tersungkur diatas jok belakang mobil. Diikuti dengan dirinya yang duduk disamping Ellina.
"Ayo kita pergi!" titah Johan pada rekannya didepan.
Lelaki itu mengangguk. Kemudian segera melajukan mobilnya menuju club malam.
******
Zean baru saja memarkirkan mobilnya dibasement. Ia segera turun dari mobil sambil menenteng bunga mawar putih yang dibelinya untuk Lyora.
Dengan langkah lebar pria tampan itu menaiki lift menuju unit apartemen sang kekasih.
Sedari tadi senyum mengembang tak henti-hentinya menghiasi wajah Zean.
Meskipun lagi-lagi dirinya sempat dibuat kesal karena nyaris saja menabrak seseorang, namun ia berusaha menetralkan emosinya kerena sebentar lagi dirinya akan melamar pujaan hatinya itu.
"Dia pasti tidak menyangka bahwa aku ada disini." gumam Zean begitu dirinya berada didalam lift.
Ting
Lift terbuka. Zean segera melangkahkan kakinya keluar dari sana. Begitu tiba didepan unit apartemen Lyora, Zean menekan bell.
Namun tak ada tanda-tanda bahwa pintu itu akan dibuka.
Sementara didalam apartemen. Diatas ranjang dengan ukuran yang tidak terlalu besar, seorang wanita dan seorang pria tengah bertempur untuk menyalurkan hasrat didalam diri mereka masing-masing.
Keduanya terus mengerang dan men de sah secara bergantian meluapkan rasa yang menjalar dalam jiwa.
Sudah hampir 3 jam mereka saling bertukar peluh dan saliva. Bahkan sang pria sudah beberapa kali menyemburkan lahar hangatnya didalam rahim sang wanita, walaupun harus memakai pengaman namun rasanya tetap nikmat.
Hingga membuatnya ingin mengulanginya lagi dan lagi.
"Ughh..Baby.. kau benar-benar nikmat...sshh..aahh!" racau pria itu sambil menggagahi wanita dibawahnya.
Ia terus menghentakkan miliknya kebagian terdalam surga dunia wanita itu tanpa jeda. Bahkan tangannya meremas pa yu dara sang wanita dengan kasar.
Matanya terpejam, peluhnya mengucur, desa han nafasnya memburu.
"Ahhh..Devan..ssshh..ahh..kau..juga..sshh..hebat..ouhhh.." wanita itu berucap dengan susah payah.
Ia terus meracau tak karuan menikmati hentakkan demi hentakkan yang diberikan sang pria dengan suka rela, karena dirinya sedang dibawah pengaruh minuman keras dan obat perangsang.
Wanita yang sedang digagahi itu adalah Lyora kekasih Zean. Dan lelaki yang tengah menggagahinya adalah Devandra Erlangga, rival bisnis Zean.
Lyora dan Devan tidak memiliki hubungan khusus. Namun beberapa bulan terakhir Devan gencar mendekati Lyora setelah tahu bahwa gadis itu adalah kekasih rivalnya.
Sedangkan disisi lain Lyora yang sama sekali tidak tahu menahu bahwa Devan adalah rival bisnis sang kekasih, tanpa ragu gadis itu menerima uluran tali pertemanan yang pria itu tawarkan.
Awal pertemuan mereka terjadi saat mobil yang dikendarai Lyora mengalami mogok dipinggir jalan.
Malam itu Lyora yang baru saja akan pulang kerumah dari fitness centernya begitu panik ketika mendapati mobilnya yang tiba-tiba mati.
Dia yang sama sekali tidak mengerti tentang mesin berusaha menghubungi montir langganannya. Namun nihil, panggilannya tak mendapatkan respon.
Hingga tak lama kemudian sebuah mobil mewah pun berhenti tepat didepan mobil Lyora. Seorang pria keluar dari mobil tersebut. Dia adalah Devan.
Devan yang membantunya membetulkan mobil itu. Dan sebagai ucapan terimakasihnya, Lyora menerima tawaran pertemanan dari Devan.
Sejak saat itulah Devan mulai akrab dengan Lyora dan semakin gencar mendekati gadis itu setelah tahu bahwa dia adalah kekasih Zean.
Seperti yang dilakukannya saat ini. Meski tak diundang Devan datang ke apartemen Lyora dengan alasan ingin merayakan ulang tahunnya sembari membawa dua botol minuman beralkohol.
Entah apa tujuan Devan sebenarnya, yang jelas ia berhasil membuat gadis itu mabuk.
Dan lebih parahnya lagi Devan menambahkan obat perangsang kedalam minuman Lyora. Hingga pergulatan panas mereka diatas ranjang pun tak bisa terelakan.
******
Setelah melakukan penyatuan berulang kali, Devan bangkit dari tubuh Lyora yang sudah tak berdaya.
Ia menyeringai puas telah membuat gadis itu menjadi mantan perawan.
Kemudian Devan turun dari ranjang dan memungut boxernya yang ia lempar kesembarang arah lalu memakainya.
Mendengar suara bel yang terus berbunyi, Devan melangkahkan kakinya kearah pintu. Dengan masih bertelanjang dada, Devan membuka pintu itu, dan..
Deg
Deg
Deg
"Zean?!"
.
.
Bersambung...
Jangan lupa Like, Komen, Hadiah dan Votenya readersku sayangg❤❤❤ Maaciww🙏
Seketika netra Devan membulat sempurna. Ia terkejut saat melihat siapa orang yang baru saja tiba diapartemen Lyora.
"Zean?!"
Tubuhnya mematung ditempat. Netranya menatap wajah Zean dan bunga yang tengah digenggam lelaki itu secara bergantian.
"Kau?!" suara Zean terkecat. Ia tak kalah terkejut melihat keberadaan sang rival diapartemen kekasihnya.
"Apa yang kau lakukan disini?! Bukankah ini apartemen Lyora?!" geram Zean. Sorot matanya tajam menatap lelaki dihadapannya.
Zean memperhatikan penampilan Devan dari atas sampai bawah. Lalu mengalihkan pandangannya kedalam ruangan. Ia yakin bahwa dirinya tak salah unit. Dan benar feelingnya, ini adalah apartemen Lyora.
Kemudian Zean kembali menatap Devan dan mengulangi pertanyaannya.
"Bajingan jawab pertanyaanku! Sedang apa kau diapartemen Lyora, DEVANDRA?!"
Dengan kasar Zean melempar bunga ditangannya kearah Devan. Amarahnya memuncak saat pikiran negatif berseliweran dikepalanya.
Sementara Devan mencoba tenang dan tak terpengaruh dengan amukan Zean. Ia tetap berdiri santai didepan pintu sambil memasukan tangannya kedalam saku boxernya. Lalu menatap Zean dengan tatapan sinis.
"Menurutmu? Apa lagi yang aku lakukan jika bukan bersenang-senang dengan wanitaku, Tuan Zean Arion Wijaya?" jawab Devan dengan tatapan mengejek.
"Wanitamu?!" Zean menyipitkan mata. "Lyora Fransisca adalah kekasihku, Devandra!" ucap Zean penuh penekanan. Sebisa mungkin ia menahan gejolak emosinya.
Mendengar jawaban Zean, Devan terkekeh. Ia semakin senang melihat ekspresi Zean yang terbakar amarah karena cemburu.
"Benarkah? Kalau begitu dia sudah tidak setia padamu Zean! Dia baru saja tidur denganku."
Deg
Perkataan Devan bagaikan petir disiang bolong yang menyambar tubuh Zean.
Wajah Zean semakin memerah. Tangannya mengepal kuat. Bahkan rahangnya mengeras menahan geram.
Tanpa banyak bicara Zean mendorong kasar tubuh Devan dan meninju wajah tampan itu dengan keras.
Buggh
Devan terhuyung dan tersungkur kelantai.
"APA YANG KAU KATAKAN BA JINGAN!"
Zean langsung menindih tubuh Devan dan menghajarnya secara membabi buta. Bahkan Zean tak memberi kesempatan pada Devan untuk bicara ataupun membalasnya.
Bugh Bugh Bugh
Berulang kali Zean melayangkan bogem mentah ke wajah Devan hingga kedua sudut bibir lelaki itu mengeluarkan darah.
Melihat Devan terkapar tak berdaya, Zean pun bangkit dari tubuhnya dan segera mencari sang kekasih.
"LYORA! LYORA!" teriak Zean. Sama sekali tak ada sahutan dari wanitanya.
Zean pun membuka pintu kamar pribadi Lyora dan betapa terkejutnya ia saat mendapati wanitanya tengah tertidur pulas dengan selimut yang menutupi tubuhnya hanya sebatas dada.
Deg.. Deg..Deg
Jantung Zean berpacu lebih cepat. Ia tidak menyangka akan melihat pemandangan seperti ini didepan matanya.
Sementara diluar kamar, Devan yang berusaha bangkit berdiri menatap punggung Zean sembari tersenyum sinis.
"Lyora?!" lirih Zean. Nafasnya tersendat. Tangannya mengepal kuat seiring dengan emosinya yang bergemuruh didalam sana.
Bahkan matanya mulai memanas ketika Zean melihat noda merah diatas sprei berwarna putih yang tidak tertutup selimut itu. Dan Zean tahu noda apa itu.
"Eughh Devan.." gumam Lyora pelan. Namun terdengar jelas ditelinga Zean. Membuat hati lelaki itu kian diremas oleh tangan tak kasat mata.
Rupanya Lyora masih dalam pengaruh minuman alkohol dan obat perangsang, hingga yang dia ingat hanyalah sosok Devan yang tengah menggaulinya.
Devan tersenyum puas. Inilah yang dia inginkan melihat kehancuran Zean.
Tanpa sadar Zean menitikkan airmata. Ia benar-benar tidak percaya bahwa Lyora akan mengkhianatinya.
Tiga tahun mereka menjalin kasih, selama itu Zean berusaha mati-matian untuk tidak menyentuh Lyora agar setelah menikah nanti, mereka memiliki malam pertama yang berkesan.
Namun faktanya kini, sang kekasih malah menyerahkan mahkotanya pada lelaki lain! Dan yang paling menyakitkan bagi Zean, Lyora tidur dengan rival bisnisnya sendiri.
Sungguh pengkhianatan yang sempurna.
Lyora mulai membuka mata. Perlahan-lahan ia mengerjap. Kedua tangannya menyentuh kepala yang teramat sangat pusing. Kemudian ia mengedarkan pandangannya, dan...
Deg Deg Deg
Netranya berhenti tepat pada tubuh Zean yang mematung. Lyora berusaha mengumpulkan kesadarannya. Ia memfokuskan pandangannya dengan menyipitkan kedua matanya.
Dan ternyata ia tidak salah lihat. Lelaki yang tengah berdiri tidak jauh dari bibir ranjangnya adalah Zean, sang kekasih.
Saat itu juga mata Lyora melebar sempurna.
"Zean? Kau disini?"
Keduanya saling menatap. Zean memandang Lyora dengan tatapan marah, kecewa sekaligus jijik.
Sementara Lyora yang merasa aneh dengan tatapan Zean langsung melihat kearah tubuhnya sendiri. Dan betapa terkejutnya ia saat mendapati tubuhnya polos tanpa busana dan hanya terbungkus selimut tipis.
"A-apa yang terjadi denganku?!" tanya Lyora dengan bibir bergetar. Ia mencoba mengontrol rasa terkejutnya dan mengingat-ngingat apa yang sudah terjadi pada dirinya.
Zean menatap sinis.
"Kenapa kau malah bertanya Lyora? Bukankah kau baru saja bersenang-senang?" tanya Zean sarkas dengan hati yang luar biasa pedih.
Lyora kembali menatap Zean. Kini matanya sudah berkaca-kaca. Bahkan nafasnya tersendat untuk menjelaskan semuanya.
"Zean, ini tidak seperti yang kau lihat. Aku tidak.."
"Tidak apa? Tidak melakukan itu?!" netra Zean menunjuk noda merah yang terpampang nyata diatas sprei.
Lyora tampak syock melihatnya. Ia membekap mulutnya sendiri.
"Zean, sungguh aku tidak..."
"CUKUP LYORA!" bentak Zean hingga membuat gadis itu memejamkan matanya. "Aku tidak ingin mendengar pembelaan apapun dari mulutmu! Apa yang aku lihat sudah cukup menjelaskan semuanya! Bahwa kau telah mengkhianatiku!" ucap Zean dengan amarah menggebu-gebu.
"Mulai detik ini hubungan kita berakhir! Kau bukan lagi kekasihku!"
Lyora terhenyak mendengar keputusan Zean. Ia menggelengkan kuat kepalanya, bersamaan dengan air matanya yang mulai berderai.
"Tidak Zean! Aku bisa menjelaskan semuanya!"
Namun Zean yang terlanjur sakit hati tak menggubris panggilan Lyora. Ia menutup mata dan telinga lalu memantapkan hatinya untuk mengakhiri kisah cinta mereka.
Dengan langkah lebar Zean pun keluar dari apartemen itu dengan membawa sejuta luka didalam dada.
*****
Satu jam kemudian.
Selepas kepergian Zean, Lyora mulai sedikit tenang. Sebelumnya ia menangis histeris karena tidak menyangka bahwa Zean akan memutuskannya secara tiba-tiba.
Lyora masih belum percaya dengan apa yang terjadi pada dirinya.
Ia yang awalnya hanya ingin merayakan ulang tahun Devan, harus menerima pil pahit dalam hidupnya. Dimana mahkotanya harus terenggut oleh laki-laki yang tidak dicintainya.
"Kenapa kau lakukan ini padaku Devan?! Kenapa?! Apa salahku padamu?!" lirih Lyora sambil memeluk lututnya dengan kedua tangan yang melingkar.
Tubuhnya yang terbungkus selimut sampai batas leher ia sandarkan dikepala ranjang.
Air matanya sedari tadi terus berlinang dan tak mau berhenti.
"Kau tidak memiliki salah apapun Lyora. Kita melakukannya atas dasar suka sama suka." jawab Devan dengan entengnya sembari duduk disisi ranjang.
Lyora menatap Devan dengan tatapan penuh luka. Ia tidak percaya Devan akan mengatakan itu padanya.
"Apa katamu?! Atas dasar suka sama suka?! KAU BAHKAN MENIDURIKU SAAT AKU MABUK DEVAN!" teriak Lyora. "Dan sekarang aku kehilangan Zean."
Lyora kembali menangis tergugu. Sungguh ia tak bisa lagi membendung rasa sakitnya.
Devan diam mematung. Tiba-tiba rasa bersalah menyusup kedalam hatinya.
Ya, awalnya ia tidak berniat menyentuh Lyora. Semua diluar rencananya. Ia hanya ingin menjebak gadis itu untuk tujuan tertentu.
Namun siapa sangka, Devan terjebak permainannya sendiri hingga ia kehilangan akal sehatnya.
Dibawah pengaruh minuman alkohol dan obat perangsang, Lyora tampak begitu menggairahkan dimata Devan dan itu berhasil membuat kejantanannya bangkit.
Melihat tubuh Lyora yang kepanasan dan meliuk-liuk diatas ranjang jelas membuat hasrat Devan terpancing. Ia pun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menggagahi gadis itu.
"Tak ada yang perlu disesali Lyora! Semua sudah terjadi. Kita sama-sama mabuk dan kita melakukannya tanpa sadar."
"Dan satu hal lagi, kau tidak perlu takut mengenai apapun. Kau tidak akan hamil karena aku tidak membuang benihku didalam rahimmu. Jadi kau tetap aman." ucap Devan tanpa dosa.
Lyora menatap nyalang lelaki itu dengan tajam.
"Kau benar-benar bajingan Devan! Jika aku tahu kau sebiadab ini aku tidak akan pernah mau mengenalmu! Sungguh aku benar-benar menyesal! Pergi kau dari sini! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!" teriak Lyora dengan penuh emosi.
"Baiklah, aku akan pergi. Jaga dirimu baik-baik!"
Tanpa menunggu diusir dua kali, Devan segera bangkit dari duduknya. Kemudian ia pergi dari apartemen Lyora dengan lenggang.
Sementara Lyora kembali menangis terisak meratapi nasibnya yang sungguh sial.
.
.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!