Tak pernah terfikirkan oleh Sheira bahwa hari ini dia akan bertemu dengan seseorang yang tak pernah ingin dia temui. Sosok yang selama ini membuat Sheira menjadi dilema dan sedih. Entah karena kesal atau marah, Sheira hanya ingin menjauh darinya. Iya, ini memang sulit untuk diungkapkan. Dulu mereka sempat berada dalam satu ikatan. Namun setelah sekian lama tak bertemu, pertemuan kali ini sungguh membuat Sheira menjadi kesal. Bukan kesal karena bertemu dengannya lagi. Tetapi kesal dengan keadaan yang mempertemukan mereka kembali disaat Sheira tidak menginginkan keberadaannya.
Andra... begitu dia biasa dipanggil. Dia adalah mantan pacar Sheira ketika SMA. Mereka memiliki sifat yang hampir mirip. Mereka tak pernah ingin hubungan mereka diketahui oleh teman-temannya. Bukan karena malu, tetapi mereka hanya tak ingin privasinya diganggu oleh orang lain. Mereka hanya saling mempercayai satu sama lain. Mencoba saling mendewasakan diri dengan berusaha mengatasi masalah mereka bersama-sama.
Namun saat mereka mulai duduk dibangku kuliah, semua terasa berbeda. Andra yang dulu dianggap sebagai seorang pria yang setia, justru kali ini dia melakukan kesalahan yang tak pernah bisa dimaafkan oleh Sheira. Dia menjalin hubungan dengan Reina yang tak lain adalah sahabat Sheira.
****
Beberapa saat mereka hanya terdiam dalam hening. Tak satu pun yang berani mengeluarkan kata terlebih dulu. Sorot mata mereka menandakan bahwa ada yang ingin mereka ungkap tapi tak pernah bisa mereka ucapkan. Perlahan mereka mulai tak tahan dengan kebisuan ini. Ingin rasanya Sheira pergi dari tempat itu, tapi Sheira sadar dengan kepergiaannya tak kan mampu merubah keadaan. Sehingga dengan berani dia menyapanya terlebih dahulu.
“Hai Ndra......” sapa Sheira dengan nada datar.
“Hai Shei. Apa kabar kamu?” tanya Andra mencoba membuat suasana menjadi hangat.
“Baik... gimana kabar kamu dan Reina?” tanya Sheira menanggapi.
“Kami juga baik. Kemana saja kamu selama ini, apa kamu pergi untuk menghindariku?” tanya Andra yang membuat Sheira terkejut.
“Bukan seperti itu Ndra. Aku hanya ingin menenangkan diri saja. Aku rasa aku butuh tempat baru untuk bisa memulai hidupku yang baru. Jadi aku putuskan untuk ikut pamanku ke luar kota.” Jawab Sheira mencoba bersikap biasa.
“O iya gimana sekarang hubunganmu dengan Reina?” lanjut Sheira mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Saat ini kami........” suara terhenti ketika terdengar teriakan anak kecil yang mengalihkan pandangan Andra.
“Ayah.....” terlihat sosok bertubuh mungil menghampiri mereka dan memeluk Andra.
“Hai sayang, udah belanjanya?” tanya Andra dengan lembut.
“Udah dong yah. O iya yah, bunda sama Sasa beliin sesuatu buat ayah.” Lanjut anak itu dengan manja.
“O iya, apa itu?” tanya Andra lagi.
“Tunggu bunda dulu ya yah. Eemm..... Dia siapa yah?” tanya anak itu yang mulai menyadari keberadaan Sheira.
“Ini tante Sheira dia teman ayah dan bunda. Ayo salaman sama tante.” Jawab Andra.
“Halo tante....” kata anak itu menyalami Sheira.
“Halo anak manis, siapa namanya?” tanya Sheira dengan lembut.
“Sasa tante.” Jawab Sasa singkat.
“Tadi Andra mengatakan pada Sasa bahwa aku adalah temannya dan bundanya. Apa itu artinya Sasa adalah putri dari Andra dan......” kata Sheira dalam hati. Belum selesai dia berargumen, terdengar seorang wanita menghampiri mereka.
“Aduh sayang cepet banget sih larinya. Bunda kan jadi capek.” Gerutu seorang wanita yang baru datang dan berdiri tepat dibelakang Andra.
“Maafin Sasa ya bunda. Abisnya Sasa udah gak sabar mau ngasih barang itu ke ayah.” Sahut Sasa merasa bersalah.
“Iya gak papa kok sayang.” Jawab wanita itu mengelus rambut Sasa.
“Sasa lain kali jangan diulangi lagi ya, kasihan kan bunda harus lari-lari ngikutin kamu. Pasti bunda kecapean.” Sahut Andra mencoba menasehati Sasa.
“Iya yah. Sasa janji gak akan ngulangin lagi.” Jawab Sasa dengan senyuman manis.
“Suara itu sepertinya tak asing bagiku?” kata Sheira bertanya dalam hati. Beberapa saat kemudian wanita itu pun berpaling dari tubuh Andra. Saat mereka saling bertatapan terlihat ekspresi terkejut diwajah mereka. Sontak mata mereka terbelalak seolah tak percaya dengan apa yang mereka lihat.
“Sheira!” teriak wanita itu saat melihat Sheira.
“Reina!” sahut Sheira dengan nada terkejut.
“Masyaallah apa kabar kamu?” tanya Reina menghampiri dan memeluk tubuh Sheira.
“Alhamdulillah baik Rein. Kamu sendiri apa kabar?” Sheira balik bertanya.
“Alhamdulillah aku juga baik. Gak nyangka ya kita bisa ketemu disini setelah sekian lama.” Kata Reina dengan senyum lebar.
“Iya Rein, aku juga gak pernah nyangka kalau kita bakal ketemu lagi. Padahal sudah sejak lama kita tak berkomunikasi.” Lanjut Sheira ikut bahagia.
“O iya kemana aja sih kamu, setelah kamu lulus kamu ngilang gitu aja, no HP gak aktif, akun medsos pun gak ada yang online. Padahal aku kepengen cerita banyak sama kamu seperti kita dulu yang selalu bertukar cerita.” Kata Reina mengenang masa lalu mereka.
“Sory ya Rein. Setelah lulus kuliah aku ikut pamanku ke luar kota dan no Hp ku pun terblokir. Jadi semua kontak yang ada di nomor itu hilang.” Jawab Sheira menjelaskan.
“It’s ok, yang penting sekarang kita sudah dipertemukan lagi. Itu artinya kita bisa saling bercerita lagi tentang segala hal.” Kata Reina tersenyum.
“Iya Rein.” Jawab Sheira singkat sembari tersenyum.
Tak lama setelah mereka saling melepas rindu. Tiba-tiba terdengar rengekan Sasa yang memecahkan suasana.
“Ayah bunda ayo kita makan Sasa udah laper.” Ajak Sasa dengan wajah memelas.
“Oh anak bunda laper. Iya yuk kita makan, ayo yah. Sheira ayo gabung, kita makan siang bareng.” Ajak Reina.
“Lain kali aja deh Rein aku masih ada urusan penting.” Kata Sheira menolak ajakan Reina.
“Ayo bun.....” rengek Sasa sembari menarik tangan Reina.
“Iya iya ayo. Ya udah Shei kalo gitu kita duluan ya.” Kata Reina berpamitan.
“Iya Rein, lagian kasian tuh Sasa udah laper banget kayaknya.” Jawab Sheira dengan senyum.
“Iya nih. Ayo yah.” Kata Reina mengajak Andra.
“Kalian duluan aja nanti ayah nyusul.” Jawab Andra.
“Ya udah kalo gitu. O iya yah jangan lupa minta no HP Sheira ya. Dah Sheira....” kata Reina yang kemudian pergi dengan tarikan lembut tangan Sasa.
“Ok..... dadah Sasa....” kata Sheira sedikit berteriak.
“Shei ada yang ingin aku omongin sama kamu.” Kata Andra tiba-tiba setelah Reina dan Sasa pergi.
“Ada apa Ndra?” tanya Sheira penasaran.
“Setelah kamu pergi keadaannya semakin sulit untukku Shei. Aku selalu dihantui rasa bersalah. Aku merasa menjadi orang yang sangat jahat. Padahal kamu adalah orang yang sangat baik. Maafkan semua kesalahanku dimasa lalu ya Sheira.” Kata Andra yang mulai merasa bersalah.
“Sudahlah Ndra aku sudah melupakan semua itu. Aku tak mau selalu dibayang-bayangi oleh masa lalu. Lagi pula aku juga sudah memaafkan kamu jauh sebelum kamu minta maaf. Aku harap kamu tidak akan pernah mengungkit masalah itu lagi baik di depan atau pun di belakang Reina. Aku hanya ingin benar-benar melupakan semuanya.” Jawab Sheira berusaha untuk tetap tenang dan mengatur emosinya.
“Terimakasih ya Shei. Sekarang aku merasa lebih lega.” lanjut Andra.
“Sama-sama Ndra. O iya ini no HP ku tolong berikan pada Reina.” Kata Sheira mengulurkan Hpnya. Tanpa menjawab Andra pun menyalin no itu ke hp miliknya.
“Ya udah Ndra aku pergi dulu. Reina dan Sasa pasti sudah nungguin kamu” Kata Sheira setelah Andra mengembalikan hp miliknya.
“Ok. Bye Shei....” kata Andra setelah Sheira melangkahkan kakinya.
Sheira hanya tersenyum pada Andra. Kemudian dia pun berlalu pergi meninggalkan Andra. Setelah itu Andra bergegas menyusul anak dan istrinya di sebuah rumah makan.
Setelah hari itu bayangan masa lalu Sheira kembali mengusiknya. Entah mengapa semua kenangan tentangnya dan Andra tiba-tiba menghampirinya. Ingin rasanya Sheira pergi dan meninggalkan semua kenangan itu. Tapi apa daya, ingatan itu enggan untuk pergi dari fikirannya.
“Ya Allah kenapa aku harus bertemu lagi dengannya, kenapa masa lalu itu kembali datang menghampiriku. Padahal semuanya sudah jelas, Andra dan Reina sudah bahagia. Seharusnya aku ikut bahagia melihat sahabatku bahagia. Tetapi mengapa justru aku merasakan hal yang sebaliknya. Ya Allah aku mohon bantulah aku untuk bisa mengendalikan dan mengontrol hatiku. Agar aku bisa istiqomah dengan tujuanku sebelumnya. Ya aku harus bisa benar-benar melupakan semuanya.” Kata Sheira meyakinkan dirinya sendiri.
.
.
.
.
**Hai readers..... **
Ini novel terbaruku, semoga kalian suka ya. 🤗🤗
Bantu thor dengan Like, vote, dan komen ya.. ❤❤👌
Kritik dan saran dari kalian sangat membantu. Jadi jangan sungkan berikan masukan kalian untukku ya 😉
Flashback on
“Sheira tunggu!!” terdengar teriakan Andra ketika Sheira keluar dari kelasnya saat sekolah berakhir. Sepontan Sheira menghentikan langkahnya.
“Ada apa Ndra?” tanya Sheira setelah Andra menghampirinya.
“Aku mau ngomong sesuatu sama kamu.” Jawab Andra singkat.
“Apa??” tanya Sheira lagi penasaran.
“Shei..... aku.... aku suka sama kamu. Kamu mau gak jadi pacarku.” Lanjut Andra to the point. Sheira hanya terdiam karena terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Andra.
“Aku tau semua ini akan mengejutkanmu. Tapi aku jujur Shei, sudah sejak lama aku menyukaimu. Bahkan sejak pertama kali kita bertemu. Aku sudah menjadikanmu seseorang yang penting dihatiku.” Kata Andra mencoba menjelaskan pada Sheira.
“Tapi Ndra, aku gak tau harus jawab apa.” Jawab Sheira bingung.
“Please Shei, kita sudah bersama sejak kita kelas satu sampai saat ini kita kelas tiga. Jadi aku mohon jangan tolak aku Shei, aku sungguh-sungguh mencintaimu. Aku tak mampu lagi menahan rasa ini sendiri Shei. Tapi..... jika memang kamu belum bisa menerimaku, tidak apa-apa Shei. Aku akan mencoba mengerti dan aku akan menunggumu.” Kata Andra mulai melangkah menjauhi Sheira.
“Aku mau Ndra jadi pacar kamu!!” sahut Sheira seketika menghentikan langkah Andra.
“Kamu serius Shei.” Kata Andra berbalik dengan nada tak percaya. Sheira hanya menganggukkan kepalanya pertanda mengiyakan. Lalu dengan hati yang berbunga Andra menghampiri Sheira.
“Tapi aku punya satu permintaan.” Lanjut Sheira mengajukan syarat kepada Andra.
“Katakanlah apapun permintaanmu akan aku lakukan.” Jawab Andra dengan sangat yakin.
“Aku hanya tidak ingin hubungan kita dipublikasikan dan banyak orang yang tahu. Cukup kita saja yang mengetahuinya. Aku takut jika mereka terlalu banyak ikut campur Ndra.” Kata Sheira mengutarakan syaratnya.
“Baiklan aku setuju.” Jawab Andra langsung menyetujuinya.
“Terimakasih ya Ndra.” Ucap Sheira tersenyum senang karena Andra mau menuruti permintaannya. Andra hanya mengangguk sembari membalas senyum Sheira. Andra selalu merasa senang ketika melihat senyum Sheira. Kemudian dia menggandeng tangan Sheira, dan mereka beriringan pergi meninggalkan sekolah.
Setelah hari itu Andra dan Sheira menjadi kompak. Mereka selalu bersama kemanapun mereka pergi. Bahkan mereka selalu membantu satu sama lain ketika ada pekerjaan rumah yang sulit. Setiap hari Andra mengantar jemput Sheira. Bahkan kini Andra juga ikut bergabung dengan ekstrakurikuler melukis. Agar bisa satu ekskul dengan Sheira.
Sheira sejak kecil memang sangat gemar menggambar dan melukis. Sedangkan Andra berbanding terbalik dengan Sheira. Setiap kali melukis, Andra selalu saja membuat gambar yang tidak jelas. Tetapi Andra tak menjadikan semua itu sebagai beban, karena dia ingin selalu bersama Sheira dan selalu melindunginya.
Seperti biasanya ketika bel istirahat berbunyi semua siswa akan berhamburan keluar kelas dan menuju tempat favorit mereka masing-masing. Kebanyakan dari mereka akan langsung berlari ke kantin sekolah. Begitu juga dengan Andra dan Sheira.
Kedekatan Andra dan Sheira belakang ini menimbulkan tanda tanya bagi teman-teman mereka. Mereka merasa curiga bahwa Andra dan Sheira memiliki hubungan khusus. Namun setiap kali ditanya mereka selalu mengelak.
“Cie.... Andra sama Sheira deket amat sih. Kalian pacaran ya....?” ejek salah seorang teman mereka saat bertemu di kantin.
“Enggak kok kita cuma temenan aja. Iya kan Ndra?” jawab Sheira sembari berkedip kearah Andra.
“Iya, Lagian siapa yang pacaran.” Lanjut Andra membela diri.
“Iya deh...” sahut teman mereka yang kemudian pergi sembari tersenyum kecil.
“Sory ya Ndra, kamu gak marah kan?” tanya Sheira setelah temannya itu pergi. Sheira takut jika Andra marah padanya.
"Enggak kok Shei, kamu tenang aja. Aku tau kok kamu katakan itu karena kamu tidak ingin privasi kita dicampuri oleh orang lain.” Jawab Andra sembari tersenyum hangat.
“Makasih ya Ndra kamu selalu bisa ngertiin aku.” lanjut Sheira ikut tersenyum dan merasa sangat lega.
“Sumpah ya Shei. Setiap kali aku lihat senyum kamu seolah-olah jantungku berhenti berdetak, dan tubuhku rasanya membeku.” Kata Andra mencoba menggoda kekasihnya itu.
"Dasar gombal.” Jawab Sheira sembari menepuk lembut pundak Andra. Kemudian Sheira berjalan meninggalkan Andra sembari tersipu malu.
“Eh.... serius Shei. Senyummu itu beneran mampu mengalihkan duniaku. ” kata Andra menysul Sheira.
“Judul lagu kali??” sahut Sheira tetap melangkah pergi.
“Kalo judul lagu mah wajahmu mengalihkan duniaku.” Jawab Andra setelah berhasil mengejar Sheira. Kemudian mereka saling bercanda ria. Mereka selalu merasa bahagia saat bersama. Terlihat seperti tanpa beban.
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Kini Andra dan Sheira telah lulus dari SMA. Ada perasaan senang dan takut yang bercampur di hati Sheira. Senang karena akhirnya mereka bisa melanjutkan pendidikan untuk mencapi cita-cita mereka dan juga takut jika harus berpisah dengan Andra.
“Alhamdulillah. Akhirnya ya Shei, kita lulus juga.” Kata Andra tersenyum bahagia.
"Iya Ndra.” Jawab Sheira datar.
“Kamu kenapa Shei. Kok kelihatan sedih gitu?” tanya Andra yang menyadari raut sedih diwajah Sheira.
“Aku gak papa kok Ndra. Aku hanya merasa sedikit gelisah saja.” Jawab Sheira kemudian.
“Gelisah tentang apa?” tanya Andra semakin penasaran.
“Setelah ini kita akan melanjutkan ke bangku kuliah. Aku hanya sedikit ragu, apakah perasaaan kita nanti akan tetap sama. Setelah ini kita akan lebih banyak bertemu dengan orang yang memiliki karakter dan sifat yang berbeda-beda. Apakah keadaan dan lingkungan baru itu juga akan mengubah hati kita?” jawab Sheira mengutarakan kecemasannya itu.
“Shei dengarkan aku, kamu percaya kan sama aku.” kata Andra memegang pundak Sheira. Sheira hanya menganggukkan kepalanya.
“Aku janji apapun yang akan kita hadapi di depan nanti aku akan selalu ada disisimu. Aku akan selalu bersamamu, jadi kapan pun kau mulai meragukan perasaan kita ini. Kau harus ingat kembali saat-saat bahagia yang pernah kita jalani.” Lanjut Andra meyakinkan Sheira.
“Kamu janji.” Sahut Sheira mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
"Aku janji Shei. Aku akan selalu menjaga perasaan ini.” Jawab Andra sembari menggenggam tangan Sheira.
“Aku hanya takut kehilangan kamu Ndra, karena aku sangat mencintaimu.” Lanjut Sheira mengutarakan ketakutannya.
“Percayalah aku tidak akan meninggalkanmu, karena aku juga sangat mencintaimu.” Jawab Andra kembali meyakinkan Sheira. Kemudian Sheira tersenyum lega saat mendengar kata-kata Andra.
Flashback off
.
.
.
Jangan lupa Like, Vote, dan Komen ya Readers.....
Tiba-tiba terdengar suara mama mengetuk pintu kamar Sheira sembari memanggilnya. Sepontan panggilan itu membuyarkan lamunan Sheira tentang masa lalunya. Segera Sheira membukakan pintu kamarnya.
“Ada apa Ma?” tanya Sheira menghampiri mamanya.
“Sudah waktunya makan malam, ayo kita makan.” Ajak mama.
“Mama sama Mecca duluan aja deh. Sheira belum laper Ma.” Jawab Sheira dengan nada malas.
“Ada apa nak. Apa kamu sedang sedih?” tanya mama lagi.
“Gak ada apa-apa kok Ma. Mama jangan khawatir ya, Sheira cuma lagi males makan aja. Nanti kalau Sheira laper pasti Sheira makan.” Jawab Sheira mencoba tersenyum sembari berjalan menuju ranjangnya.
“Sheira mama ini sangat mengenal kamu. Kalau kamu seperti ini, kamu pasti sedang sedih. Ada apa nak, ayo cerita sama mama. Mungkin dengan bercerita akan membuatmu sedikit lega.” Lanjut mama membujuk Sheira dan duduk disamping Sheira.
“Hari ini Sheira bertemu dengan Andra dan Reina Ma...” kata Sheira sembari memeluk mamanya.
“O iya dimana kalian bertemu?” tanya mama.
“Di mall Ma tadi siang, dan sekarang mereka sudah mempunyai seorang anak. Kenapa ya Ma Sheira belum juga bisa melupakan masa lalu Sheira. Padahal Sheira sudah berusaha keras unuk melupakan semuanya. Bahkan Sheira sudah pergi jauh dari mereka. Tapi kenapa saat Sheira mulai bisa hidup tanpa bayang-bayang mereka, justru mereka kembali ada dihidup Sheira.”Lanjut Sheira bercerita dengan nada sedih.
“Mama ngerti perasaanmu nak. Tapi kamu juga harus mulai bisa melupakannya. Mama tahu itu memang sulit tapi kamu jangan menyerah ya nak. Mama dan Mecca akan selalu ada disisihmu, kami akan selalu mendukungmu. Toh mereka juga sudah bahagia kan. Kamu harus melanjutkan hidupmu Shei. Masa depanmu sudah menantimu.” Lanjut mama menasehati Sheira.
“Makasih ya Ma. Mama selalu ada saat Sheira merasa kesepian dan sendiri.” Kata Sheira memeluk erat tubuh mamanya.
Setelah mendengar nasehat dari mama, Sheira merasa memiliki kekuatan baru untuk melangkah kedepan. Dia memantapkan langkahnya untuk menjauh dari bayangan masa lalu yang selalu membuatnya kembali jatuh dan terpuruk.
Sementara itu dirumah Andra dan Reina.
“Sayang lusakan hari ulang tahunnya Sasa, gimana kalau kita adain pesta kecil-kecilan. Kita undang temen-temen sekelas Sasa aja?” tanya Reina menghampiri Andra yang sedang duduk menonton TV.
“Boleh sayang kamu atur aja semuanya.” Jawab Andra singkat.
“Baiklah kalau gitu. O iya gimana kalau kita undang Sheira juga.” kata Reina memberi ide.
“Terserah kamu saja.” Jawab Andra tersenyum kearah istrinya.
“Terimakasih ya sayang.” Sahut Reina manja pada suaminya.
“O iya tapi kamu jangan lupa buat ngundang mama dan papa. Pasti Sasa lebih seneng kalau mereka juga ada.” Kata Andra.
“Siap bos!” jawab Reina memberikan hormat. Kemudian mereka tertawa bersama karena tingkah laku Reina.
“Semoga saja Sheira tidak menolak undangan Reina. Maafkan aku ya sayang, aku telah merahasiakan hal yang begitu besar darimu. Ingin rasanya aku katakan semuanya padamu. Tapi aku takut...., aku takut kehilanganmu dan Sasa. Kalian adalah bagian terpenting dalam hidupku. Aku harap semua akan baik-baik saja besok.” Kata Andra dalam hati yang merasa cemas.
Keesokan harinya, Reina terlihat begitu sibuk mempersiapkan keperluan pesta ulang tahun Sasa. Dia tidak ingin ada kesalahan atau pun kekurangan dalam pesta Sasa nanti. Maka dari itu, dia mempersiapkan dan memilih sendiri dekorasi dan kue ulang tahun untuk anak tunggalnya itu.
“Balon udah, badut udah, lilin dan kue ulang tahun udah, dekorasi udah, gaun buat Sasa juga udah, apa lagi ya yang belum?” Kata Reina sembari mengecek list yang dia buat semalam.
“O iya undangan. Hampir saja lupa.” Seru Reina yang bergegas mencari percetakan undangan. Reina memilih undangan yang bergambar Doraemon karena Sasa sangat suka sekali dengan tokoh Doraemon. Setelah semua list tercoret, Reina pun pulang untuk mempersiapkan keperluan lainnya. Tak lupa sebelum ia pulang Reina menjemput Sasa ke sekolah terlebih dahulu.
“Bunda abis belanja apa sih, banyak banget?” tanya Sasa yang melihat banyak kantong belanjaan di kursi belakang.
“Belanja persiapan buat besok sayang. Katanya besok Sasa mau ngadain pesta ulang tahun.” Jawab Reina mengelus rambut putrinya.
“Yey... asik. Berarti Sasa boleh ngundang temen-temen Sasa dong bun.” Sahut Sasa yang terlihat sangat girang.
“Tentu aja boleh dong.” Kata Reina mengiyakan permintaan Sasa. Kemudian mereka bergegas pulang.
Terdengar suara Hp Sheira berbunyi.
“Sheira...... nak, Hp kamu tuh bunyi.” Teriak mama pada Sheira yang sedang duduk melukis di halaman belakang rumahnya.
“Iya Ma tunggu sebentar. I’m coming.” Sahut Sheira yang bergegas lari menuju kamarnya.
“Kamu ini kebiasaan Shei. Orangnya dimana Hpnya dimana.” Kata mama yang melihat Sheira berlari menuju kamarnya. Sheira hanya tersenyum mendengan protes dari mamaya.
“Nomor baru, siapa ya? Halo... Assalamualaikum, ini siapa ya?” tanya Sheira setelah mengangkat telfonnya.
“Waalaikum salam Shei. Ini aku Reina, kamu lagi sibuk gak?” jawab Reina dari sebrang telfon.
“Oh kamu Rein. Enggak sih aku cuma lagi nyantai aja di rumah. Ada apa?” tanya Sheira kemudian.
“Gini Shei, besok aku mau ngadain pesta ulang tahun Sasa kamu dateng ya.” Kata Reina menjelaskan.
“Besok jam berapa Rein?” tanya Sheira lagi.
“Ya abis-abis dzuhur lah. Kamu bisa dateng kan, ya itung-itung kita kumpul-kumpul lagi gitu setelah lama gak ketemu Shei.” Lanjut Reina.
“Insyaallah ya Rein, tapi aku gak janji lo. Soalnya besok aku ada jadwal meeting.” Jawab Sheira tidak memberi harapan.
“Yah. Please Shei kamu dateng ya... aku tunggu pokoknya. Sekelarnya kamu meeting deh gak papa yang penting kamu dateng.” Kata Reina membujuk temannya itu.
“Iya deh besok aku usahain buat dateng. Ya semoga aja meetingnya bisa selesai lebih awal.” Jawab Sheira mulai mengiyakan Reina.
“Nah gitu dong... ya udah Shei sampai ketemu besok ya. Dah.... Sheira, Assalamualaikum. Oh iya nanti aku sms ya alamat rumahku.” Kata Reina sebelum mengakhiri pembicaraan.
“Ok dah Rein... Waalaikum salam.” Jawab Sheira yang kemudian menutup telfonnya.
Sebenarnya Sheira merasa ragu untuk datang ke pesta ulang tahun itu. Dia merasa khawatir jika kehadirannya nanti akan membuat masalah. Tetapi dia juga tidak ingin membuat sahabatnya itu kecewa. Reina sangat mengharapkan kehadiran dirinya. Setelah berfikir cukup panjang, akhirnya Sheira memutuskan untuk memenuhi undangan Reina. Sheira hanya bisa berharap dan berdo’a semoga hari esok akan berjalan dengan lancar.
Setelah selesai dengan urusan telfonnya. Sheria kembai ke halaman belakang untuk melanjutkan aktifitasnya. Rasanya sudah sangat lama sekali Sheira tak melakukan hobinya itu. Ya.. sejak sibuk bekerja Sheira menjadi tidak punya banyak waktu untuk melukis. Tetapi sesekali dia masih melakukan itu. Apaagi saat dirinya merasa suntuk seperti hari ini.
.
.
.
Hai readers, masih semangatkan??
Sembari menunggu waktu berbuka tiba,
mari ngabuburit dengan membaca karyaku.
Jangan lupa beri Like, Vote, dan komen juga ya... 😉😄
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!