NovelToon NovelToon

The God Of Void

Chapter 01. Anak pembawa sial

Seorang pemuda berusia lima belas tahun tengah duduk merenung di tepi tebing yang cukup tinggi, pandangan matanya terfokus pada langit biru yang membentang luas di atasnya.

"Anak pembawa sial!"

"Tinggalkan desa ini, kau sudah banyak menimbulkan masalah untuk kami semua!"

Ingatan mengenai perkataan kasar para penduduk desa terngiang jelas dalam ingatannya, setiap hinaan dan cacian yang mereka lontarkan padanya, masih terukir jelas dalam benaknya.

Walaupun ada perasaan sedih dan sakit dalam hatinya, namun tidak sedikitpun ada rasa dendam dalam hatinya, ia justru bertekad untuk membuktikan jika dirinya bukanlah anak pembawa sial seperti yang mereka tuduhkan.

Semua ini diawali saat lima belas tahun yang lalu, tepatnya saat pemuda itu dilahirkan ke dunia ini.

Kala itu, Benua Huangwu dilanda oleh bencana badai yang sangat mengerikan, seluruh daratan diselimuti oleh awan gelap, petir menyambar dan menghancurkan apapun yang disentuhnya.

Angin bertiup kencang dan menerbangkan apapun yang diterpanya, hujan tidak pernah berhenti turun seolah ingin membanjiri seluruh daratan Huangwu, bahkan tanah ikut bergetar seakan ingin menghancurkan segalanya.

Ditengah badai bencana yang melanda daratan Huangwu itulah, pemuda yang kini usianya lima belas tahun dilahirkan, dan karena dirinya dilahirkan ditengah bencana, para penduduk desa menganggapnya sebagai anak pembawa bencana.

Alasan lain yang memperkuat anggapan mereka itu adalah, karena ibunya meninggal tepat setelah melahirkannya, sementara sang ayah, dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena tidak bisa menerima kematian istrinya.

Sejak bayi, ia dirawat oleh seorang pria tua yang tidak memiliki keluarga lagi, namun lagi-lagi, ia harus menelan kenyataan pahit karena pria tua yang menjadi satu-satunya keluarganya, malah meninggal saat usianya tujuh tahun.

Setelah itu, ia hidup sebatang kara, menjalani kehidupan yang begitu keras seorang diri tanpa bisa merasakan kasih sayang orang tua. Ia dihina dan dicaci, bahkan sering kali dirinya dipukuli oleh penduduk desa.

Apapun yang ia lakukan selalu saja salah, padahal hanya ingin membantu namun selalu saja ada yang tidak benar di mata mereka semua. Dan tidak hanya dibenci, dia bahkan tidak memiliki seorangpun teman di desanya.

"Ayah, ibu, aku merindukan kalian" gumamnya, kemudian berdiri dari tempat duduknya.

"Hah" ia menghela napas panjang untuk menenangkan diri, kemudian melakukan gerakan bela diri yang ia pelajari sendiri.

Ia sendiri tidak mengerti darimana datangnya gerakan itu, karena semua gerakan yang ia kuasai sudah tergambar dengan jelas dalam benaknya, seolah semua itu memang sudah ada dalam pikirannya sejak dia dilahirkan.

Setelah melakukan semua gerakan yang ada dalam ingatannya, pemuda itu kemudian duduk bersila di atas rumput, memejamkan matanya dan mulai menyerap energi alam disekitarnya.

Selain memiliki ingatan mengenai berbagai macam gerakan beladiri, pemuda itu juga bisa merasakan energi alam sejak usianya lima tahun, dan saat usianya tujuh tahun, ia berhasil menjadi seorang kultivator.

Delapan tahun, selama delapan tahun ia menyembunyikan kemampuannya, selama delapan tahun ia terus mengasah kemampuan dan meningkatkan kultivasi-nya dan kini, kekuatannya sudah jauh lebih besar dari pemuda seusianya.

Wushh!

Boom!

Suara ledakan teredam terdengar dari tubuhnya, yang menandakan jika kultivasi-nya telah meningkat lagi ke level yang lebih tinggi.

Meski begitu, ia masih belum menyelesaikan meditasi-nya, karena ia harus menstabilkan kekuatannya yang baru saja meningkat.

Setelah beberapa jam berlalu, pemuda itu akhirnya menyelesaikan meditasi-nya, ia kemudian berdiri dan beranjak pergi dari tempat tersebut.

"Kekuatanku sudah lumayan besar, berarti aku sudah bisa meninggalkan desa" gumamnya seraya terus melangkahkan kaki.

***

"Lihat, anak pembawa sial ini masih saja kembali ke desa kita!"

"Hei! Kenapa kau masih saja kembali ke desa kami?"

Pemuda itu hanya diam dan tidak menghiraukan hinaan atau pertanyaan yang dilontarkan padanya, ia terus melangkah tanpa menoleh sedikitpun pada beberapa pemuda yang berdiri di depan gerbang desa.

Karena tidak terima diabaikan, para pemuda itu kemudian menghalangi jalannya, mereka bahkan mengelilinginya agar dirinya tidak memiliki jalan untuk melarikan diri dari sana.

"Pergilah, aku sedang tidak ingin menimbulkan masalah."

"Kalian dengar itu? Tuan Muda Yun Fei yang terhormat ini sedang tidak ingin menimbulkan masalah."

"Hahahaha!"

"Yun Fei, apa kau masih tidak sadar jika kehadiranmu di desa ini adalah sebuah masalah besar?"

"Hah" pemuda bernama Yun Fei itu menghela napas panjang, "Dengar, aku hanya ingin kembali ke rumahku untuk mengambil barang-barang ku, setelah itu aku akan pergi meninggalkan desa ini."

"Baguslah jika kau mau pergi, tapi sebelum itu, kau harus menerima salam perpisahan dari kami."

Pemuda yang berdiri didepan Yun Fei kemudian melayangkan tinjunya, namun berhasil dihindari dengan mudah olehnya.

"Oh, sudah bisa menghindar rupanya!" ujar pemuda tersebut, kemudian melancarkan serangan lagi.

Akan tetapi, hasilnya masih sama saja, karena setiap serangan yang ia lakukan selalu berhasil dihindari oleh Yun Fei, bahkan serangan yang dilancarkan oleh pemuda itu seolah bukan apa-apa baginya.

"Ini..."

"Kenapa Yun Fei bisa sehebat ini?"

"Dia pasti hanya beruntung, mari serang bersama-sama!" ujar pemuda sebelumnya.

Mereka mengangguk, kemudian menyerang Yun Fei bersama-sama, tapi meskipun dirinya diserang secara bersamaan, Yun Fei selalu berhasil menghindari setiap serangan yang mengarah padanya.

Para pemuda itu nampak kebingungan melihat Yun Fei, mereka juga tidak menyangka jika pemuda yang biasanya mereka hajar habis-habisan, sekarang justru tidak bisa mereka sentuh sedikitpun.

"Jangan sombong kau, sialan! Jika kau benar-benar hebat, coba serang kami semua."

"Maaf, aku tidak tertarik untuk bertarung" sahut Yun Fei.

"Pecundang!"

"Ya! Dia adalah pecundang yang tidak pantas hidup, sama seperti ayahnya yang juga seorang pecundang!"

Yun Fei mengepalkan tinjunya, tangannya nampak gemetar menahan amarah yang mulai menggebu dalam dada, ia mungkin akan diam saat dirinya dihina, namun jika ayahnya yang dihina, dia pasti akan marah.

"Biarkan aku pergi atau kalian-"

"Atau apa? Apa kau tidak terima ayahmu disebut pecundang?"

"Hahahaha! Ayah dan anak sama saja, sama-sama pecundang!"

Wushh.

Boom.

Karena sudah tidak tahan dengan hinaan yang mereka lontarkan untuk ayahnya, Yun Fei akhirnya menghajar salah seorang dari mereka, dan satu pukulan yang ia lancarkan berhasil membuat pemuda itu terlempar jauh.

"Kalian ingin bertarung, kan? Maka akan aku layani sampai puas!"

Setelah itu, Yun Fei bergerak maju dengan kecepatan tinggi dan langsung menyerang pemuda di depannya, kemudian ia melompat dan berputar di udara, lalu melancarkan tendangan ke arah pemuda disampingnya.

Pergerakan Yun Fei yang sangat cepat membuat para pemuda itu tidak bisa berkutik, kecepatan pergerakannya yang begitu tinggi membuat Yun Fei seolah menghilang dari pandangan mereka semua.

Pada akhirnya, para pemuda itu berhasil ditumbangkan hanya dalam hitungan detik, mereka semua nampak terkapar di tanah dengan luka memar di wajah serta darah yang mengalir dari sudut bibir mereka.

Chapter 02. Meninggalkan desa

Perkelahian yang terjadi didepan gerbang desa menyebar dengan cepat, dan masalah itu membuat posisi Yun Fei semakin tersudutkan, mereka yang semula hanya membencinya, sekarang mereka malah ingin melenyapkannya.

Pemimpin dan para penduduk desa beramai-ramai mendatangi kediaman Yun Fei, mereka semua nampak membawa senjata dan sudah siap untuk membunuh pemuda tersebut, hanya saja, tidak seorangpun dari mereka yang berani memulainya.

Tidak lama berselang, Yun Fei keluar dari rumahnya yang sudah hampir rubuh, raut wajahnya nampak sangat berbeda dari biasanya, bahkan tatapan yang biasa tertunduk, sekarang malah terangkat dan terlihat sangat tajam.

"Menyingkir atau kalian semua akan menanggung akibatnya!"

Wushh.

Kekuatan yang sangat besar terpancar dari tubuh Yun Fei, bersamaan dengan itu, tekanan intimidasi yang sangat besar menimpa tubuh mereka semua, bahkan tekanan itu berhasil memaksa mereka untuk berlutut.

"Mo-monster sialan! Apa yang kau lakukan pada kami?"

Yun Fei mengabaikan pertanyaan pemimpin desa, ia kemudian melangkah maju dan melewati mereka yang tengah berlutut di tanah.

Saat melewati jalanan desa, para penduduk nampak tidak ada yang berani mengeluarkan suara, bahkan tubuh mereka semua bergetar karena terpaan aura kekuatan yang terpancar dari tubuh Yun Fei.

"Maaf, aku terpaksa melakukan ini" gumam Yun Fei dalam hatinya.

Yun Fei sama sekali tidak memiliki niat untuk menindas mereka dengan aura kekuatannya, ia terpaksa melakukan semua itu agar tidak ada yang menyerangnya, karena kalau hal itu terjadi, pastinya akan ada korban yang berjatuhan.

Setelah berada di luar gerbang desa, Yun Fei menghentikan langkahnya dan menatap desa tempat ia dilahirkan, kesedihan nampak terukir jelas dalam tatapan dan juga raut wajahnya.

Namun, ia terpaksa harus mengubur dalam-dalam kesedihannya itu, karena semua penduduk desa tidak menginginkan kehadirannya, dan kepergiannya itu adalah satu-satunya pilihan yang terbaik.

"Hah" Yun Fei menghela napas panjang untuk menenangkan dirinya, "Ayah, ibu, doakan aku agar bisa menjalani kehidupan yang keras ini."

***

Di kedalaman hutan.

Yun Fei nampak tengah berhadapan dengan beberapa hewan spiritual tingkat menengah, walau mereka bukan hewan spiritual tingkat tinggi, namun kekuatan yang mereka miliki sudah cukup untuk membuat Yun Fei mengerahkan kekuatan yang besar.

Selain itu, jumlah mereka yang sangat banyak serta gerakan yang sangat gesit, membuat Yun Fei semakin kesulitan menghadapi mereka, dan jika bukan karena memiliki kecepatan yang tinggi, mungkin Yun Fei sudah terluka parah karena serangan mereka.

Dhuaaar!

Ledakan terjadi ketika pukulan Yun Fei menghantam salah satu dari mereka, kekuatan besar yang ia kerahkan dalam serangannya, membuat hewan spiritual berjenis serigala itu terlempar sejauh beberapa meter dari sana.

"Jika aku memiliki senjata, mereka pasti sudah mati sejak tadi" gumam Yun Fei seraya terus melancarkan serangannya.

Seekor serigala melompat dan mengayunkan cakarnya pada Yun Fei, namun serangan itu berhasil dihindarinya, pada saat yang bersamaan, serigala lainnya juga ikut menyerang dan berhasil mengenai Yun Fei.

"Arkhhh!"

Yun Fei terlempar hingga menabrak pohon, darah segar mengalir keluar dari luka cakaran di lengannya, dan beruntung ia masih sempat menahan serangan itu dengan lengannya, kalau tidak, pasti wajahnya lah yang akan terluka.

"Senjata, aku butuh sebuah senjata!" ujar Yun Fei, seraya menoleh ke sisi kiri dan kanannya.

Tidak jauh darinya, terdapat sebuah dahan pohon yang cukup panjang, dan saat melihat dahan pohon tersebut, sebuah ingatan mendadak muncul dalam benak Yun Fei.

Kemunculan ingatan itu membuatnya sedikit lengah, bahkan ia hampir saja diterkam oleh serigala yang telah berada tepat didepannya, dan jika dirinya terlambat menyadari kehadiran serigala tersebut, ia pasti sudah menjadi santapannya.

"Akan aku coba" gumam Yun Fei meraih dahan pohon sepanjang satu meter itu.

Yun Fei memegang satu sisi dengan kedua tangannya, menggenggamnya dengan erat seolah sedang menggenggam gagang sebilah pedang, kemudian mengikuti arahan dalam ingatannya dan mengalirkan energi spiritualnya pada dahan tersebut.

"Karena bukan pedang sungguhan, aku yakin dahan pohon ini tidak akan bertahan lama," ucap Yun Fei dalam hatinya

Setelah itu, Yun Fei melesat maju dengan kecepatan tinggi dan langsung menebas serigala yang sebelumnya ingin menerkamnya dengan dahan pohon tersebut.

Dan benar saja, dahan pohon yang harusnya digunakan untuk memukul, malah bisa menebas layaknya sebilah pedang yang sangat tajam, bahkan tubuh serigala itu langsung terbelah menjadi dua.

Yun Fei tersenyum senang ketika mengetahui cara yang ia gunakan itu berhasil, dan karena tidak ingin membuang-buang waktu lagi, Yun Fei kemudian menyerang para serigala yang tersisa.

Sepuluh menit kemudian.

Yun Fei menghempaskan bokongnya di tanah, kemudian menyandarkan tubuhnya di batang pohon di belakangnya. Pertarungan yang baru saja ia alami, membuatnya sangat kelelahan dan kehabisan banyak tenaga.

"Melawan mereka saja sudah membuatku kelelahan, apa jadinya jika aku melawan hewan spiritual yang lebih hebat?"

Setelah merasa cukup beristirahat, Yun Fei kemudian menghampiri semua mayat serigala yang talah ia bunuh, kemudian mengumpulkan semua kristal spiritual yang ada dalam tubuh mereka.

Tidak hanya itu saja, Yun Fei juga menyerap kekuatan roh para serigala tersebut, karena dengan menyerap kekuatan roh mereka, ia mungkin saja dapat meningkatkan kekuatannya ke level yang lebih tinggi lagi.

***

Tanpa terasa tiga hari sudah berlalu sejak Yun Fei menyerap kekuatan roh para serigala tersebut dan kini, seluruh kekuatan roh itu telah berhasil ia serap kedalam tubuhnya, dengan kata lain, hanya perlu menunggu sampai kekuatannya naik level.

Wushh.

Boom.

Energi yang terasa sangat padat menyelimuti tubuh Yun Fei, bersamaan dengan itu, dari dalam dirinya terdengar suara ledakan teredam, yang menandakan jika kekuatannya telah meningkat satu level.

"Hah" Yun Fei menghela napasnya, kemudian membuka matanya setelah bermeditasi selama setengah jam sejak level kekuatannya meningkat.

"Akhirnya aku berhasil meningkatkan kekuatan lagi."

Yun Fei benar-benar senang karena telah berhasil meningkatkan kekuatannya, walaupun hanya satu level, tapi kekuatan yang ia miliki saat ini sudah cukup besar, bahkan mungkin, tidak ada lagi pemuda seusianya yang bisa mengalahkan dirinya.

"Aku harus makan sesuatu" gumam Yun Fei seraya menyentuh perutnya yang mulai keroncongan.

Selama bermeditasi atau berkultivasi, seseorang tidak akan pernah merasa lapar, walaupun ia bermeditasi dalam jangka waktu yang panjang, karena energi alam yang mereka serap akan tetap menjaga kondisi tubuhnya.

Namun, rasa lapar dan haus pasti akan langsung muncul setelah orang itu menyelesaikan meditasi, karena saat meditasi-nya berakhir, tubuhnya juga akan berhenti menyerap energi alam dan energi alam itu juga akan berhenti menjaga tubuhnya.

Setelah menyusuri hutan selama hampir setengah jam, Yun Fei akhirnya menemukan sebuah pohon buah, meski tidak mengetahui buah apa yang ia temui itu, namun Yun Fei tetap saja memakannya, karena rasa lapar yang menyerangnya sudah tidak bisa ditahan lagi.

Chapter 03. Kota Hufeng

Satu Minggu kemudian.

Setelah meninggalkan desa tempat ia dilahirkan dan dibesarkan Yun Fei kini berada di sebuah kota bernama kota Hufeng, yaitu satu dari empat kota besar yang berada dibawah kekuasaan kekaisaran Timur ini.

Karena baru pertama kali datang ke kota besar, Yun Fei nampak sedikit kebingungan karena tidak tahu harus berbuat apa, selain itu, suasana kota yang sangat ramai juga membuatnya merasa sedikit tidak nyaman.

Selain itu, penduduk kota besar juga tidak sama dengan penduduk desa terpencil seperti desanya, karena orang-orang di sana cenderung lebih mengabaikan keadaan disekitarnya dan sibuk dengan urusannya masing-masing.

"Orang-orang di sini sangat tidak ramah" gumam Yun Fei setelah mencoba menyapa beberapa orang yang melintas didekatnya.

"Apakah ada yang bisa aku bantu?" seorang pria menghampiri Yun Fei dan bertanya dengan ramah.

Yun Fei menghela napas lega, setelah sekian lama akhirnya ada juga yang datang untuk menyapanya, namun ia berusaha untuk bersikap tenang, agar dirinya tidak dianggap sebagai orang aneh.

"Sebenarnya aku sedang mencari tempat untuk menjual kristal roh, apa tuan bisa membantuku?"

Pria itu mengamati penampilan Yun Fei dari atas sampai bawah, penampilannya yang sangat lusuh membuatnya sedikit meragukan perkataan Yun Fei, meski begitu, ia berusaha untuk tetap percaya pada pemuda di depannya itu.

"Baiklah, aku bisa membantumu."

"Syukurlah, terima kasih, tuan!"

Pria itu mengangguk, kemudian membawa Yun Fei menuju ke tempat khusus yang membeli kristal roh dan kebetulan, tempat tersebut tidak terlalu jauh dari tempat mereka berada sebelumnya.

"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?"

"Tuan ini ingin menjual kristal roh, apa kau bisa memeriksanya?"

Gadis cantik yang menyambut kedatangan mereka mengangguk, kemudian meminta Yun Fei menunjukkan kristal roh yang ingin ia jual, karena sebelum melakukan transaksi, kualitas kristal roh harus diperiksa terlebih dahulu.

Pria yang sebelumnya bersama Yun Fei serta gadis yang menyambut kedatangan mereka, nampak sangat terkejut ketika melihat jumlah kristal roh yang dibawa oleh Yun Fei, dan mereka lebih terkejut lagi setelah mengetahui kualitasnya.

Meski sedikit tidak percaya pada apa yang mereka lihat, namun keduanya berusaha untuk bersikap biasa saja, karena bagaimanapun juga, seseorang yang bisa mengumpulkan kristal roh tingkat menengah sebanyak itu pastilah bukan orang biasa.

"Tuan, jumlahnya ada lima puluh dan semuanya tingkat menengah, dan untuk satu kristal roh tingkat menengah dihargai sepuluh koin perak."

"Jika dijumlahkan, maka semua kristal roh milik tuan dihargai dengan lima ratus koin perak, apa anda keberatan dengan harganya?"

Meski sudah dijelaskan secara rinci, namun gadis itu tetap melontarkan pertanyaan, hal itu ia lakukan untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, salah satunya adalah menyinggung Yun Fei.

Yun Fei diam sejenak, ia benar-benar tidak menyangka jika semua kristal roh yang ia kumpulkan selama satu Minggu ini bisa dijual dengan harga mahal, dan hanya dalam sekejap mata, dirinya telah berhasil mendapatkan cukup banyak uang.

"Tu-tuan, bagaimana?" tanya gadis itu dengan suara gugup, ia takut harga yang ia tawarkan tidak sesuai dengan keinginan Yun Fei.

"Hmm... baiklah, aku tidak keberatan" jawab Yun Fei.

"Syukurlah" gumam gadis itu, kemudian menyerahkan sebuah cincin pada Yun Fei, lalu menjelaskan jika semua uang Yun Fei ada di dalam cincin penyimpanan tersebut.

Yun Fei menatap lekat pada dinding di telapak tangan gadis itu, ia memang pernah mendengar tentang cincin penyimpanan yang bisa menyimpan apa saja, namun tidak menyangka jika bisa memilikinya.

"Terima kasih" sahut Yun Fei, kemudian meraih cincin tersebut, lalu mengenakkan cincin itu di jari manisnya.

Sebelum pergi, Yun Fei mengeluarkan sepuluh koin perak dari cincin penyimpanannya, kemudian memberikan koin itu pada pria yang telah membantunya.

"Ini untukmu, terima kasih karena sudah membantuku" ucap Yun Fei, kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut.

Setelah meninggalkan tempat itu, Yun Fei kemudian mencari tempat yang menjual pakaian, karena jika dirinya ingin tinggal di kota ini, maka dia harus bisa beradaptasi, salah satunya dengan mengubah penampilannya.

Yun Fei membeli beberapa pakaian yang menurutnya cukup bagus, ia juga memilih satu pakaian untuk langsung ia kenakan, karena pakaian yang melekat ditubuhnya sekarang sudah sangat lusuh dan kurang layak untuk dipakai.

"Tuan, anda sangat tampan!" puji pelayan toko ketika melihat penampilan Yun Fei yang telah berubah.

Sebelumnya, penampilan Yun Fei terlihat biasa, bahkan lebih mirip seperti seorang pengemis atau gelandangan tapi sekarang, ia terlihat sangat gagah layaknya seorang pemuda yang berasal dari keluarga berada.

Yun Fei menoleh dan tersenyum pada pelayan tersebut, setelah membayar beberapa pakaian yang ia ambil, ia kemudian pergi meninggalkan toko itu dan melanjutkan perjalanannya untuk mencari penginapan.

"Menyingkir dari jalanku!" ujar seseorang pemuda menghentikan langkahnya di depan Yun Fei.

Yun Fei tidak langsung menjawab, melainkan menoleh ke sekitarnya untuk mengamati keadaan, ia nampak bingung ketika melihat orang-orang yang menjauhi tempat tersebut.

"Siapa pemuda ini, kenapa semua orang takut saat melihatnya?"

"Hei! Apa kau tuli!?"

"Jalan ini sangat luas dan menurutku-"

"Menyingkir atau kau akan mendapatkan akibatnya!" ujar pemuda lainnya.

Yun Fei menghela napas panjang, karena tidak ingin menimbulkan masalah, iapun lebih memilih untuk menghindar dan memberikan jalan kepada beberapa pemuda tersebut.

Meski begitu, ia masih penasaran dengan identitas pemuda yang paling depan, apalagi ketika melihat semua orang yang nampak takut padanya.

"Mungkin dia anggota kerajaan" pikir Yun Fei.

Disisi lain.

"Siapa pemuda itu?"

"pemuda yang mana, tuan muda?"

"Yang menghalangi jalanku tadi!"

"Entahlah, mungkin dia orang baru yang berkunjung ke kota ini, kalau tidak, dia pasti tidak akan berani menatap tuan muda."

"Ada apa tuan muda? Apa Anda ingin saya melenyapkan bocah itu?"

"Tidak perlu, aku tidak ingin nama keluarga Xue tercoreng hanya karena satu orang pemuda kampungan!"

Keluarga Xue adalah keluarga yang cukup berpengaruh di kota Hufeng ini, karena selain keluarga bangsawan, keluarga Xue juga dikenal karena melahirkan banyak jenius kultivasi.

Selain itu, keluarga Xue juga disegani karena memiliki hubungan erat dengan keluarga kerajaan, sehingga tidak sembarangan orang berani menyinggung keluarga mereka, atau akibatnya akan sangat fatal.

Namun sayangnya, posisi keluarga mereka yang berada di atas membuat anggota keluarga Xue sering kali bertindak semena-mena, terutama tuan muda keluarga mereka yaitu Xue Ming.

Contoh kecilnya adalah kejadian sebelumnya, jika Yun Fei masih tidak mau menyingkir dari jalannya, mungkin Xue Ming sudah memerintahkan pengawalnya untuk menghajar Yun Fei.

"Hong Jun."

"Ya, tuan muda!"

"Cari tahu siapa pemuda itu!"

"Bukankah tadi-"

"Jangan membantahku!"

"Baik, tuan muda."

Xue Ming memang ingin melepaskan Yun Fei, tapu saat mengingat tatapannya, entah mengapa Xue Ming tiba-tiba saja merasa kesal, apalagi ia tidak menemukan adanya rasa takut sedikitpun dalam tatapan Yun Fei.

(Note: tulisan miring itu artinya bicara dalam hati)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!