" Baca ini!" Seorang laki-laki beperawakan putih bersih, tinggi dan bertubuh kurus dengan usia sekitar 45 tahun menyerahkan lembaran demi lembaran kertas berwarna putih kepada seorang gadis berusia 24 tahun. Gadis itu bernama Venus Saleeyna. Seorang pekerja freelance.
" Apa ini, pak?" Venus terheran mengapa Lion Diningrat Jaya memberinya lembaran-lembaran kertas ini untuk dia baca. Lion Diningrat Jaya adalah seorang atasan di sebuah perusahaan swasta ternama di Jakarta.
" Sudah baca saja."
" Hah, bapak bercerai dengan istri bapak?" Venus yang terkejut dengan judul surat tersebut. Venus kembali menunduk dan membaca lembaran demi lembaran surat tersebut dengan seksama.
" Bukan hanya bercerai Venus, sebenarnya saya juga akan menikah dengan kekasih saya setelah perceraian dari mantan istri saya, namun takdir berkata lain, kekasih saya selingkuh dengan pria lain, sedangkan saya tidak mungkin melanjutkan hubungan seperti itu."
Venus terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Venus merasa iba dengan apa yang dialami dengan Lion saat itu.
" Ya kalau, kamu mau, mari kita sama-sama memulai dari nol kembali, karena saya sedang mencari istri dan untuk serius, bukan main-main."
Venus tercengang. Ingin matanya melotot karena saking terkejutnya, namun hanya dada nya terasa sesak sesaat. Membayangkan semua peristiwa lalu yang sudah dia alami. yang membuat dirinya putus asa dengan cinta-cintaan ini. Apakah dia memang jodohku Tuhan? Mengapa hadirnya tepat sekali disaat aku juga sedang galau dengan semua hal yang akhir-akhir ini terjadi. Hati yang paling dalam Venus bergumam, berperang dengan kenyataan yang dia sendiri tidak tahu arah tujuannya.
Venus tidak menjawab dengan kata, namun dari perlakuan Lion kepada dirinya membuat semuanya berjalan begitu saja. Venus tanpa sadar membalas semua perhatian Lion kepada dirinya meskipun mereka sedang tidak berada dalam kota yang sama.
Sementara pemandangan terjadi di sebuah ruang tamu, seorang perempuan tua dengan rambut hitam sebahu yang tipis tergerai sedang duduk menatap ke arah pintu utama. Sedangkan anak perempuan memakai hijab abu-abu dan celana jeans duduk di sebelah kanannya.
" Apa kamu sudah pikirkan masak-masak?"
Ibu Venus dengan wajah kesalnya menatap ke arah pintu utama rumahnya.
" Sudah Bu, apalagi yang ibu harapkan, hubunganku dengan Lukman Firmansyah tidak direstui oleh orang tuanya, karena orang tuanya menginginkan Lukman Firmansyah menikah dengan seorang yang berpendidikan dan memiliki pekerjaan minimal jadi seorang pejabat daerah seperti Lukman. Sedangkan dengan Mas Hendra Prasaja, orang tua dan keluarganya bahkan sangat menyayangi dan menerimaku, namun apa? Mas Hendra Prasaja telah berbohong diujung lamaran kita, kalau ternyata sebenarnya dia sudah pernah menikah siri dan memiliki seorang anak. Biarpun aku tetap menjatuhkan pilihan kepadanya, karena melihat keluarganya yang begitu menyayangiku, namun apa yang terjadi? Mas Hendra tetap meninggalkanku tanpa komunikasi dan dia memilih pergi ke Kalimantan, dan meninggalkan lamaran ini tanpa kejelasan."
" Tapi mengapa kamu memilih Lion? Lion itu seorang duda, usianya saja sama seperti usia ibu kamu saat ini, menikah dengan seorang duda itu tidak semudah yang kamu bayangkan." Ibunya Venus menatap putrinya dengan penuh amarah.
" Bukankah ibu yang menyuruhku segera menikah. Lalu mengapa setelah aku menjatuhkan pilihan ke orang yang mungkin menurutku tepat, ibu menolaknya mentah-mentah?"
" Maksud ibu, masih banyak pria lain selain Lion, Venus. Ini bukan perkara yang mudah."
" Sudahlah Bu, hari pernikahan sudah ditetapkan oleh Lion. Ibu hanya tinggal datang saja. Apa jadinya kalau saya membatalkan semuanya sepihak. Yang menjalaninya saya, Lalu apakah aku harus bercermin kepada ibu, sementara ibu..." Venus berhenti tidak melanjutkan pembicaraannya. Dia menganggap semua juga salah ibunya. Venus merasa risih dengan sikap ibunya yang menyuruhnya segera menikah dan seenaknya akan menjodohkan dirinya dengan pria-pria yang ada di desanya. Padahal Venus masih ingin bekerja dan sangat menikmati pekerjaannya saat itu. Namun karena keponakan-keponakan Venus yang ada di desa banyak yang sudah menikah semua, sehingga membuat ibunya takut kalau Venus akan menjadi perawan tua. Sedangkan Ibunya sendiri juga seorang janda yang tidak bisa mempertahankan rumah tangganya. Lalu kepada siapa Venus bercermin? Kalau dia tidak mengikuti kata hatinya saja.
" Ka-kamu..." Ibunya tidak melanjutkan kata, menoleh ke arah putrinya yang berdiri beranjak meninggalkannya. Perdebatan ini akan menjadi sebuah pertengkaran jika ibunya tidak meredam emosinya.
Venus berlalu meninggalkan tempat duduknya dan menuju kamarnya. Menatap ke arah jendela. Aku tahu seorang ibu tidak ingin melihat anaknya menderita dalam membina sebuah rumah tangga. Aku juga tahu kalau ibu sebenarnya menginginkan suami yang terbaik untukku. Namun dari sekian kekasih yang pernah singgah di hatiku, semuanya penuh rintangan. Hanya dengan Lion semua seperti dilancarkan, hanya ibu saja yang masih belum ikhlas menerima aku menikah dengan Lion yang seorang duda. Tuhan apakah dia benar-benar jodoh yang kau berikan untukku?
Lubuk hati Venus sedang berperang dengan kenyataan di depan mata yang tak bisa ia kendalikan.
Keesokan harinya Venus kembali ke kota dimana dia harus bekerja. Meninggalkan desa dan adik-adiknya. Tanpa ada kata sepakat dengan ibunya. Namun Venus tetap yakin melangkah menikah dengan Lion. Venus merasa yakin dengan pilihannya saat itu. Tanpa mempedulikan perasaan ibunya.
****
" Ini uang untuk belanja saserahan." Lion memberikan beberapa uang kepada Venus.
Venus hanya mengangguk. Entah apa yang dia pikirkan saat itu. Seperti tidak konsentrasi dengan Lion yang sedang duduk di depannya.
" Kita melaksanakan akad nikah di KUA saja."
" Hah, mengapa harus di KUA? dirumah saja."
" Itu sudah menjadi peraturannya."
" Apa iya? tapi temanku, baru saja menikah dan dia melaksanakan akad nikah di rumah. Sudahlah, kita melaksanakan akad dirumah saja."
" Kan saya sudah bilang, peraturannya berbeda, sekarang di suruh di KUA semua."
" O, begitu. Baiklah." Percakapan mereka berakhir dan Venus meninggalkan Lion yang masih duduk di meja makan, tempat mereka bertemu di sebuah Mall dan menikmati makan siang. Venus harus melanjutkan pekerjaannya dan segera membeli apa saja barang-barang seserahan yang dia butuhkan. Mereka bertemu karena Lion saat itu sedang dinas di kota dimana Venus bekerja. Rencana nya setelah menikah Venus akan ikut dengan Lion dan tinggal di kota dimana Lion bekerja.
Suasana pagi di sebuah hotel. Seorang perias sedang merias wajah Venus untuk acara akad nikah yang diadakan di sebuah Kantor Urusan Agama.
Kring..kring.. Suara ponsel Venus berbunyi.
" Iya budhe." Venus yang sedang meletakkan ponsel yang di dekatkan di telinga kanannya.
" Bagaimana, apa sudah siap? Ini budhe sama pak dhe kamu, ingin kesana. Ke Kantor Urusan Agama sama membawakan pesanan kamu, untuk makanan dan snack yang akan dibagikan di sana.
" Iya budhe, ini saya sedang dirias. Sebentar lagi saya juga sudah sampai. Kalau budhe ingin kesana tidak apa. Kita akan sampai bersamaan sepertinya."
" Baiklah ini budhe sama pak dhe kamu berangkat."
Venus menutup ponselnya. Beberapa menit kemudian riasan sudah selesai. Lion yang sedari tadi menunggu Venus dirias akhirnya selesai juga dan mereka berangkat ke KUA dimana akad nikah dilangsungkan.
Kesibukan juga berada di Kantor Urusan Agama. Ada tiga pasangan yang menikah di sana. Ibu Venus dan saudara-saudaranya yang sudah sampai di KUA sedang berbincang-bincang satu sama lain sambil menunggu kedatangan Venus dan Lion.
Sesaat kemudian mobil Lion berhenti tepat di KUA dimana tempat akan dilangsungkan akad nikah. Venus melihat ibu dan saudara-saudaranya dari dalam mobil. Dada Venus bergetar. Perasaannya tidak karuan karena tidak pernah membayangkan pernikahan akan terjadi secepat ini di hidupnya, dengan orang yang hampir tiga perempat dari lingkaran hidup Venus menentangnya. Di sekelilingnya menentang pernikahan ini terjadi. Venus kemudian keluar dari dalam mobil dengan disusul Lion disamping kanannya. Keduanya berjalan menuju ruangan dalam KUA. Namun sebelumnya Venus mencium tangan ibunya. Ibunya, terlihat sangat jelas sekali dari raut wajahnya bahwa sangat berat merelakan putrinya menikah dengan seorang duda. Namun tak kuasa untuk mencegahnya.
Urutan yang ketiga dari salah satu pasangan yang menikah di KUA. Setelah menunggu beberapa saat. Venus dan Lion beserta keluarga dari masing-masing dipersilahkan masuk ke dalam ruangan dimana akan dilangsungkan akad. Kepala Kantor Urusan Agama yang duduk di depan Lion dan Venus menyuruh menandatangani surat dan berkata kepada Venus.
" Apa benar kamu akan menikah dengan seorang duda yang sudah memiliki anak dua?" Seolah kepala Kantor Urusan Agama sedang meyakinkan Venus kembali dengan pilihannya. Karena melihat Venus yang usianya masih beranjak 24 tahun dan memutuskan menikah dengan duda berusia 45 tahun.
Venus hanya menganggukkan kepala dengan banyak pikiran-pikiran yang berkecamuk di dalam isi kepalanya.
Saya terima nikahnya, Venus Salleyna binti Reksa Dinarja dengan uang tunai sebesar Dua juta empat belas ribu dan seperangkat alat sholat dibayar tunai.
Dua kali pengucapan ikrar janji pernikahan yang Lion ucapkan di hadapan keluarganya dan keluarga Venus begitu juga semua orang yang menyaksikan akad nikah mereka.
Venus dan Lion juga tidak lupa mengabadikan akad nikah mereka dalam sebuah foto. Acara akad nikah selesai. Ibunya dan saudara-saudaranya yang harus kembali di desa tempat tinggal mereka berpamitan kepada Venus dan juga Lion.
" Kamu jaga diri baik-baik. Kamu sudah menjadi seorang istri sekarang. Ibu sama saudara-saudara kamu kembali ke desa dulu." Ibunya yang berjalan dengan menautkan tangan kiri di bahu anak perempuannya yang baru saja melepaskan masa kesendiriannya.
" Iya Bu." Venus melepaskan kepergian ibunya yang sudah menaiki bus yang sengaja di sewa untuk membawa rombongan saudara-saudara Venus dari desa.
Lion yang menyusul Venus kemudian mengajak memasuki mobil dan beranjak meninggalkan KUA.
Di dalam mobil Venus hanya diam. Tanpa berucap sepatah katapun. Ada perasaan lega dan bercampur aduk semuanya dia rasakan. Entah apa yang ada dipikirannya saat itu. Banyak sekali dari teman-teman tempat kerjanya mengirim pesan lewat ponselnya dan memberikan ucapan selamat atas pernikahannya, namun Venus hanya membacanya dan akan dibalasnya pesan tersebut satu persatu jika waktunya sudah luang baginya.
Venus dan Lion yang sedang menempuh perjalanan menuju kota dimana Lion harus bekerja saat itu. Sedangkan Venus sudah sejak satu minggu yang lalu sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya. Perjalanan sekitar empat sampai lima jam mereka tempuh. Kota demi kota mereka lalui untuk bisa sampai di kota dimana Lion bekerja.
Mobil Lion berhenti tepat di sebuah rumah berpagar tinggi dan besar lagi kokoh. Di dalamnya terdapat barisan kost-kostan untuk pasangan suami istri. Di urutan ketiga dari depan adalah kost milik Lion.
Lion yang berjalan menuju kamar kostnya diikuti dengan Venus yang berada dibelakangnya.
" Kita akan tinggal disini sementara." Lion yang berdiri tepat di depan pintu kamar kostnya itu. Ruangan panjang yang disekat menjadi tiga bagian. Ruangan itu tidaklah terlalu besar.
Aku tahu semuanya dari nol. Kamu bisa Venus melewati ini. Kamu sudah terbiasa hidup merantau jauh dari orang tua dan ngekost sana-sini demi sesuap nasi. Tidak ada yang perlu dikeluhkan. Ini jauh lebih baik. Venus bergumam dengan dirinya sendiri. Meredam semua keadaan yang sepertinya kehidupan rumah tangganya akan sangat tidak berjalan dengan mudah seperti apa yang dikatakan ibunya. Venus seperti sudah diingatkan bahwa dia harus membayar mahal untuk semua keputusan yang sudah dia buat tanpa mendengarkan semua pihak yang berusaha mengingatkannya.
Venus masuk ke dalam kost dan merebahkan tubuhnya sebentar di kasur ukuran 120x120 cm yang tergeletak begitu saja di lantai.
" Kita masukkan barang-barang kita dulu baru kita istirahat." Lion yang dengan gaya seorang atasan di kantor mulai memberi perintah pertamanya.
Venus yang masih lelah dengan perjalanan yang sangat jauh rasanya enggan mengeluarkan koper-koper dan barang-barang yang dia bawa dari kost yang lama. Setelah melawan rasa lelahnya, Venus berjalan menuju mobil dan mengeluarkan barang-barang yang dibawanya satu persatu ke dalam kamar kost. Setelah semua selesai Venus merebahkan tubuhnya ke kasur dimana dia merebahkan tubuhnya sebelumnya.
Malam pertama setelah mereka menikah. Keduanya masih canggung. Tidak ada hal yang mereka lakukan kecuali tidur bersama di atas kasur berukuran 120x120 cm yang tergeletak begitu saja di lantai. Mereka saling menatap. Venus masih malu-malu melakukan hubungan suami istri. Terlebih keduanya juga sangat lelah dengan perjalanan hari itu yang mereka tempuh. Dan Lion juga bisa memaklumi apa yang dirasakan Venus. Malam yang semakin larut membuat mereka terpejam dengan kehangatan tubuh mereka yang saling berpelukan satu sama lain. Menautkan tubuh satu diantara yang lainnya membuat mereka merasakan kehangatan meskipun ada kenikmatan yang harus tertunda untuk satu malam.
Keesokan harinya, disela-sela kesibukan nya yang baru saja semalam menjadi gelar seorang istri, Venus berusaha membalas satu persatu pesan yang dikirim oleh teman-temannya kepadanya dengan ucapan terimakasih. Tanpa disadari Venus melihat foto yang di upload oleh salah satu temannya di media sosialnya.
Kamu cantik sekali San, itu foto kamu akad ya? Venus duduk di kasur sambil memegang ponsel di tangan kanannya yang sedang mengirim pesan kepada San salah satu teman kerja di tempat kerja Venus yang lama.
Iya Venus. Tanpa waktu yang lama San langsung membalas pesan dari Venus.
Itu foto lama kamu ya?
Hei, Venus itu foto aku kemarin. Sebenarnya aku dengar kabar burung kalau kita akan menikah ditanggal yang sama. Tapi kau berada jauh di sana sementara aku di sini. Kita saling mendoakan saja ya, supaya pernikahan kita bahagia.
Apa? amin semoga pernikahan kita bahagia. Venus yang terkejut dan bertanya dalam hatinya. Kok San bisa menikah dirumah. Sangat jelas sekali bahwa background yang ditampilkan di foto ini adalah di rumah yang berhiaskan tenda dan juga bunga-bunga segar yang jelas sekali ini bukan KUA. Gumam Venus dalam hatinya.
Kenapa Venus?
San, apa kamu akad di rumah? itu bukan di KUA kan?
Iya aku akad di rumah Venus, memangnya kenapa?
Bukannya peraturannya sekarang di KUA?
Kata siapa? Dari dulu peraturannya akad boleh di lakukan di rumah, asal membayar sejumlah uang kepada petugas yang di tugaskan untuk menikahkan.
Venus melirik ke arah Lion yang sedang sibuk membersihkan mobilnya di depan kamar kost.
Sudah dulu ya, San, nanti kapan-kapan kita lanjut lagi. Eh by the way selamat ya buat kamu. Venus mengakhiri percakapan pesan kepada San.
Mengapa hal kecil seperti itu Lion harus bohong kepadaku?
Apa iya Lion tidak memiliki uang? tapi mengapa dia tidak jujur saja waktu itu kepadaku? Ah sudahlah. Pernikahan sudah terjadi, tidak perlu dipermasalahkan lagi.
Gumam Venus yang masih mematung di atas kasur sambil memegang ponsel dan menatap ke arah dimana Lion berada tepat di samping kanan mobil dan sedang membersihkan mobilnya di depan kamar kost. Rupanya kebohongan demi kebohongan Lion mulai terkuak, tidak peduli kebohongan itu kecil atau besar, namanya berbohong tidaklah harus dibiasakan oleh Lion.
Setelah satu Minggu pernikahan, Venus mendapati ponsel Lion tergeletak begitu saja di kasur. Lion sedang mandi. Venus berpikir, tidak akan menjadi sebuah masalah jika Venus melihat ponsel Lion tanpa izin kepada Lion terlebih dahulu. Mereka sudah suami istri. Seharusnya tidak ada hal yang disembunyikan lagi diantara keduanya. Alangkah terkejutnya mata Venus ketika melihat sebuah pesan yang bertuliskan.
" Mengapa kamu kembalikan Fay, ponsel yang sudah aku berikan kepadamu?"
" Tidak apa-apa." Jawab si wanita tersebut.
Venus langsung tersadar, bahwa Fay adalah nama mantan kekasih Lion sebelum menikah dengannya. Mantan kekasih yang pernah Lion ceritakan kepadanya. Mantan kekasih yang selingkuh dengan pria lain. Mantan kekasih yang ingin di nikahi Lion setelah Lion bercerai dengan mantan istrinya.
Pikiran buruk pun mulai menghinggapi isi kepala Venus.
O... jangan-jangan Lion bertemu dengan mantan kekasihnya saat Lion pergi dinas luar kota kemarin.
Kedua pundak Venus menyembul, mendengar Lion sepertinya sudah keluar dari kamar mandi.
" Apa kamu tidak mandi sekalian sayang?" Tanya Lion dengan suara lantangnya sambil berjalan menuju kamar dimana Venus berdiri.
" Iya aku akan mandi, tapi ada hal yang aku ingin bicarakan denganmu terlebih dahulu."
Kata Venus yang tidak terlalu ditanggapi serius oleh Lion.
" O... jadi ini ponsel dari mantan kekasihmu yang di kembalikan dia?" Tangan Venus menggenggam kuat-kuat ponsel berwarna hitam yang beberapa hari lalu diberikan oleh Lion kepadanya.
Lion menatap Venus dengan penuh tanda tanya.
" Mengapa kamu harus berbohong? Mengapa kamu tidak berkata jujur? Apakah seandainya jika kamu jujur, kamu takut aku tidak memakai ponsel ini, kalaupun aku tidak memakai ponsel ini, apakah ada ruginya di kamu?" Venus memberikan ponsel ini ke dada Lion dengan penuh penekanan.
Lion mencoba meraih ponsel yang hampir terjatuh ke lantai dengan kedua telapak tangannya.
" Kamu bertemu dengan dia?" Tanya Venus lirih dengan wajah sinis.
" Ti-dak." Jawab Lion terbata.
"Jangan salah paham. Aku memang bertemu dengan temannya. Itu adalah temannya yang mengirim pesan. Bukan dia. Aku tidak bertemu dengan dia. Temannya yang memberikan ponsel ini kepadaku."
Lion mencoba mengelak.
Bibir Venus menyeringai.
Sudah jelas-jelas ketahuan, masih saja berkilah dengan banyak alasan.
" Kamu lupa alasan kamu apa, waktu memberi aku ponsel itu." Jari telunjuk Venus menunjuk ponsel hitam yang di bawa Lion.
Kamu bilang, ada seorang rekan kerjamu yang membutuhkan uang, rekan kerjamu menjual ponselnya. Dan kamu membelinya. " " Apa kamu lupa? Sedemikian niatnya kamu mengarang cerita."
Venus menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tatapan kecewa dengan kebiasaan buruk Lion yang sepertinya tidak jujur dalam segala hal.
Lion mencoba meraih jemari Venus. Namun dengan cepat Venus menghempasnya. Lion berusaha merengkuh tubuh Venus. Dengan dorongan yang agak kuat Venus berusaha mendorongnya juga, Namun sepertinya sia-sia, Lion lebih kuat dari tubuh mungil Venus. Lion mendapatkan apa yang dia mau. Lion mencoba memeluk tubuh mungil istrinya itu, dihujani nya kecupan dari ujung rambut hingga membuat Venus terasa tak berdaya. Kecupan demi kecupan yang berusaha Lion sematkan kepada istri yang baru dia nikahi.
Tubuh Venus terjatuh di atas ranjang, Lion yang berada di atas tubuh Venus masih saja terus berusaha membuat istrinya Venus tak berdaya. Gerakan jemari dan bibir Lion yang semakin liar membuat Venus luluh dan tenggelam dalam buai rayu Lion.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!