NovelToon NovelToon

Belenggu cinta kakak tiri

Cafe star

Hay... Hay ...😊👋🎉 Ini karya kedua Author ya, jangan lupa dukungannya. Semoga suka meskipun agak alay.

Happy reading😜👍...

...****************...

Maura Alexio seorang gadis cantik , ceria humoris walaupun sedikit bar- bar namun membuat seorang Maura di senangi para teman- temannya. Meniti karir dengan sabar hingga kini menjadi seorang model papan atas karena dukungan Mamanya. Maura baru saja lulus dan mendapat gelar Coumlade dari kampusnya. Berkat kegigihan dalam belajar dirinya mampu menuntaskan masa- masa tersulit dimana dirinya harus menyelesaikan tugas belajarnya.

Maura berniat mengundurkan diri dari pekerjaan modelnya dan dirinya berminat menjadi karyawan kantor meski gaji tak seberapa tak seperti honor seorang model. Namun keputusan seorang Maura sudah bulat dan mamanya juga sudah menyetujuinya dengan keputusan Maura.

Sang Mama enggan mengekang Maura dan berakhir dengan keaknyamanan sang putri. Karna Maura harta berharga satu- satunya yang dimilikinya.

Disinilah Maura sekarang berfoto ria bersama ketiga sahabatnya , Agar nanti bisa dilihat dialbum masing- masing jika meraka pernah se alay itu. Dan menunjukkan masa- masa terindah pada anak dan cucunya nantinya.

Setelah prosesi wisuda berlangsung Maura dan ketiga temannya memilih menikmati makan siangnya di cafe star dekat kampusnya.

Karena memang cafe tersebutlah yang menjadi tempat tongkrongan Maura anf the geng jika sudah istirahat.

"Ra lu beneran mau berhenti jadi model.? Emang gak apa- apa gitu sama nyokap Lu." Tanya Devina sahabat Maura. Devina sangatah menyayangkan karir Maura yang sudah jadi model papan atas hanya karena masalah sepele menurutnya.

Tak taukah jika Maura sangat tak nyaman menjadi seorang model. Walau awalnya hanya iseng saja mengikuti kontest model di kotanya dan berakhir menjadi model papan atas seperti saat ini.

"Enggak papa sih ,Nyokap tetep dukung kok. Selama itu buat gua nyaman. ya ,fine- fine aja." Sahut Maura.

"Emang kenapa sih harus berhenti bukannya enak ya jadi model. Banyak gajinya." Timpal Rania salah satu sahabat Maura.

Dia juga sangat mennyayangkan karir Maura karena dirinya juga bercita- cita ingin menjadi model. Namun harapannya pupus kala sang Papanya melarang keras .

"Lumayan sih. Tapi yang buat gua risih tu cara berpakaiannya suruh yang inilah itulah apalagi harus berpakaian seksi. Risih banget gua." Terang Maura, Memang Maura lebih suka berpakaian sederhana tanpa menampakkan lekukan tubuhnya.

Apalagi pakaian yang selalu dikenakan serba kedodoran, membuat Maura sangat tak nyaman dengan pakaian seksi.

"Yehh salah sendiri punya Body aduhayyh." Seloroh Arin menirukan body seorang Maura, membuat yang berada disana tertawa tak terkecuali Maura.

Memang benar adanya jika aset yang dimiliki Maura sangatlah menggoda, membuat para sahabatnya iri dengan body yang dimiliki Maura.

Namun Seketika tawa mereka terhenti ketika datang seorang pria tampan menghampiri mereka. Dia adalah senior dikampusnya dulu ,meskipun Pria itu sudah lulus namun dia selalu menyematkan mengunjungi kampusnya sebagai donatur atau acara apapun yang diadakan di kampusnya.

"Boleh gabung." Seru Garvin memandang lekat wajah Maura. Gadis cantik yang telah menjadikannya gila jika tak bertemu, Meskipun Garvin sering melihatnya di majalah atau tv namun tak mengurangi rasa rindunya .

Itulah sebabnya ia sering menyempatkan diri mengunjungi kampusnya dulu meskipun sibuk karena pekerjaan yang menumpuk di kantornya . Biarlah itu urusan belakangan asal dirinya bisa melihat gadisnya walau sebentar.

"Ehh kak Garvin, Duduk aja kak masih banyak kursinya kok. Sini duduk disebelah aku juga gak papa" Sahut Devina diselingi cengirannya. Memang hanya Devinalah dari para sahabatnya yang tak punya rasa malu.

Namun Garvin tak menggubris celoteh Devina. dirinya malah menarik kursi yang didepan Maura, Agar dirinya bisa dengan leluasa memandang gadis yang membuatnya menggila.

"Gak ganggu kan." Tanya Garvin melihat satu persatu gadis yang tengah duduk di hadapannya.

"Tenang aja kak, Aman kok." Ujar Devina mengedipkan mata genitnya ke arah Garvin. Siapa yang tak terpesona dengan seorang Garvin, pria tampan dengan sejuta pesona.

Maura yang sedari tadi duduk dengan gelisah, kini memberanikan diri mendongak menatap Garvin yang duduk di hadapannya. Namun nyatanya Garvin juga memandang lekat ke arahnya ditambah senyuman yang membuat wajah Maura memerah saking terpesonanya.

"Mmm ngomong- ngomong tadi ada yang bilang kalau Maura mau resign ya di dunia model." Tanya Garvin memastikan. Pandangannya tak sedetikpun beralih ke sembarang arah, Terfokuskan pada gadis manis dan cantik dihadapannya ini.

"Heem kak. Mau cari kerjaan lain aja yang lebih..." Maura kembali memberanikan diri melihat ke arah Garvin karena Garvin menyebut namanya .

"Agar gak keliatan lekuk tubuhnya." Sahut Devina memotong ucapan Maura. Maura hanya melototkan matanya pada Devina sungguh lancang menurutnya.

"Ohya memang kenapa kan memang pekerjaan model seperti itu harus berpakaian seksi.?" Tanya Garvin dirinya masih terus memancing dengan maksut Devina. Sebenarnya Garvin merasakan rasa cemburu kala di majalah dan tv terpampang jelas lekuk tubuh wanita yang diincarnya.

Namun apalah daya dirinya masih belum berstatus apa- apa dengan Maura. Akan tetapi sekarang rasanya Garvib sangatlah bersyukur dengan keputusan Maura. Sebab takkan ada lagi pria yang bisa melihat apa yang nanti menjadi miliknya.

"Risih aja kak kalau tubuhnya banyak yang lihat secara kan dia bahenolnya naudzubillah." Bukan Maura yang menjawab melainkan Devina.

"Dev lu sekali lagi ngomong gua tabok bener" Sahut Maura yang mulai kesal karena dirinya menjadi sasaran empuk untuk Devina. Maura malu, sebenarnya Maura sudah lama memiliki perasaan suka terhadap Garvin namun dirinya malu mengungkapkannya. Apalagi peringatan sang Mama selalu menguasai otaknya.

"Santai aja ra. Kak Garvin gak bakal bayangin tubuh lu kok." Sahut Devina. Dirinya tak mengerti situasi pikir Maura, jika Maura malu jika aibnya terdengar oleh pria yang disukainya. Maura hanya menggeleng- gelengkan kepala atas tingkah sahabatnya mau ditaruh dimana nih muka.

"Gila..." Sentak Maura menonyor dahi Devina hingga membuat Devina mengadu kesakitan.

"Sakit dodol." Timpal Devina mengusap dahinya yang sudah terasa panas karena ulah Maura.

Garvin mengembangkan senyumannya dengan tingkah absurd keempat gadis di hadapannya. Matanya melihat ke arah Maura yang tak henti- hentinya mencebikkan bibirnya karena kesal.

"Imut.." Seloroh Garvin keceplosan, membuat keempat sekawan itu dibuat cengo dengan ucapan Garvin.

Arin, Rania dan Devina melihat arah pandang Garvin yang terus mengarah ke arah Maura. Mereka menduga jika Garvin tengah memendam perasaannya pada Maura sahabatnya.

"Cie kak Garvin ketahuan kesemsem sama Maura." Celtuk Devina membuat Maura memelototkan mata ke arahnya. Berbeda dengan Garvin yang salah tingkah karena telah ketahuan oleh sahabat gadisnya.

Dirinya hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal, mengapresiasikan rasa salah tingkahnya di depan Maura gadisnya.

Next...

Visual Maura Maura Alexio..

Danau buatan

"Udah kak gak usah didengerin dia emang rada kongslet." Sahut Mauara tanpa melihat wajah Garvin karena Maura menyadari dari tadi Garvin tak mengalihkan pandangan darinya.

"Apa kak Garvin mikir yang aneh- aneh ya kok dari tadi liatin gua." Batin Maura, ia berpura- pura menikmati makanannya.

"Kalau menurut gua jangan berhenti deh ra soalnya lu itu udah terkenal juga. Dan lagi lu ituh sudah banyak fansnya ra, Sayang banget loh" Saran Raina , Diantara ketiga sahabat Maura hanya Ranialah yang paling bijak. Maura juga jika ada masalah hanya pada Ranialah dirinya bercerita. Karena kedua sahabatnya suka ngelantur pemberian sarannya.

"Bodo. Gua cabut." Jawab Maura kesal tak ada yang mengerti kenyamanan dalam dunia permodelan pikir Maura.

Maura melangkahkan kakinya menuju pintu keluar , Dirinya jengah namun meski bagaimanapun mereka tetep sahabatnya. Mungkin rasa kesalnya pada sahabatnya akan mereda dengan cepat karena dirinya tak pernah menunggu lama meredam kekeksalannya.

"Ra gua anterin." Garvin mencekal lengan maura. Membuat Maura terdiam sejenak memandang tangan pria yang disukainya. Hatinya berdesir kala tatapannya semakin ke atas, menampakkan pria yang tengah tersenyum manis padanya.

"Oh maaf." Garvin melepas cekalan tangannya ketika Maura melihat lengannya yang ia cekal. Garvin menyangka bahwa Maura keberatan jika dirinya mencekal lengannya. Apalagi tak ada sautan dari gadis di depannya ini.

"Mmm gimnana? mau pulang sama aku kan." Tutur Garvin memandang lekat gadis yang mampu membuat dirinya menggila. Dirinya takut Maura menolaknya dari gelagatnya saja Garvin bisa menyimpulkan bahwa Maura seperti sedang mencari alasan untuk menolaknya.

"Mmm gimana ya kak..Aakku." Belum selesai ucapan Maura, Tiba- tiba Garvin menarik tangannya mengarah ke mobilnya. Sungguh dirinya takut akan penolakan, Apalagi yang menolak gadis istimewanya. Cukup yang terdahulu Maura selalu menolaknya tapi tidak untuk saat ini.

"Kak aku naik taksi aja." Maura berucap ketika Garvin akan membukakan pintu mobil samping kemudi. Membuat Garvin menoleh ke arah Maura yang menunduk, Dirinya tau jika Maura merasa tak nyaman dengannya. Tapi jika seterusnya begitu kapan dirinya akan melakukan pendekatan karna selama Garvin ingin mendekat Maura selalu menghindar.

Biarlah sekarang Garvin dicap sebagai pria egois agar dirinya bisa memulai pendekatan dengan Maura Alexio. Tak peduli dengan kenyamanan Maura yang terpenting dahulu adalah Maura harus menjadi miliknya. Soal kenyamanan biarlah itu menjadi PR bagu seoarang Garvin.

" Aku mohon kali ini aja jangan menghindar dari aku. Aku tau selama ini kamu sengaja kan, selama aku mendekati kamu, Kamu menghindar." Ujar Garvin membungkuk, dirinya memegang bahu Maura yang lebih pendek darinya.

" Aduuhh mati dahh gua. Nih jantung jedag jedug kayak lagi Agustusan." Batin Maura

"Gak gitu kak. Aku cuma...."

"Ssttt simpan alasanmu nanti jika kita sedang berdua, Temenmu pada kepo tuh." Garvin menunjuk para sahabat Maura dengan dagunya. Maura menoleh, Dan benar saja Devina , Arin dan Rania berpura- pura berselvi di dekat mobil Garvin.

"Dasar bocah tengik." Batin Maura melototkan matanya ke arah sahabatnya. Namun hanya dibalas cengiran oleh ketiga sahabat itu.

Garvin membuka pintu mobil, Menyuruh Maura agar cepat masuk keburu sahabatnya semakin merecoki antara Maura dan Garvin.

Garvin Memutari mobil, Dirinya juga ikut masuk dikursi kemudi. Senyuman mengembang dibibir Garvin dan hal itu dapat dilihat oleh Maura ketika dirinya melirik sekilas ke arah Garvin.

"Jantung tolong tenang gua bingung mau ngapain ini.?" Batin Maura memandang luar cendela, Dirinya terlalu gugup berada disamping Garvin apalagi ini hanya berdua. Karena selama ini Maura tak pernah berduaan dengan pria apalagi ini pria yang diminati hatinya, Sunguh Maura di landa kegelisahan.

Garvin melirik sekilas ke arah Maura yang senantiasa memandangi Cendela mobilnya. Menurutnya apa se tak nyaman itu dirinya berada didekatnya hingga tak mau melihatnya sama sekali.

"Semoga berhasil kali ini. Harus tetap optimis ."Batin Garvin menyemangati dirinya sendiri.

Dirinya tak mau membuang kesematan emas ini, karena terlalu sulit juga membuat Maura mau berdua dengannya.

Hingga beberapa menit seketika Maura dibuat terkejut, Karna yang dilewati Garvin bukan jalur ke rumahnya. Membuat Maura menoleh ke arah Garvin dan Garvinpun juga menoleh ke arahnya. Pandangan meraka bersitubruk sekian detik hingga Maura memilih memanglingkan wajahnya.

"Kak jalannya salah harusnya kekiri bukan kekanan." Ucap Maura memberanikan diri berbicara.

"Akhirnya kamu mau bersuara Maura Alexio." Sahut Garvin menoleh ke arah Maura dengan senyum tampannya. Membuat Maura mengernyitkan dahinya dengan ucapan Garvin.

"Maksuttnya." ucap Maura yang masih bingung dengan tuturan Garvin.

"Dari tadi aku nunggu kamu bersuara." Timpal Garvin lagi sebelum keluar dari mobil. Dirinya membuka pintu mobil dan mengintarinya dan membuka pintu kemudi yang ditempati Maura .Garvin mengukurkan tangannya pada Maura agar turun bersamanya. Membuat Maura nampak gugup tak karuan, Wajahnya memerah dan tak lupa tangannya gemetar akibat dari rasa gugupnya.

"Ayo." Ujar Garvin ketika Maura tak menyambut tangannya.

Maura berusaha keras menahan rasa gugupnya yang semakin menderanya. Menggenggam tangan Garvin dengan erat, hingga membuat Garvin yang melihat itu hanya bisa terkekeh geli dengan tingkah gadisnya.

"Kak Indah banget disini." Ujar Maura ketika keluar dari mobil dan pandangannya terpaku ketika mendapati sebuah danau buatan, Yang diatasnya sudah tersedia pernak- pernik yang sangat cantik. Karena hari akan menjelang malam membuat semakin mempercantik suasana di tepi danau.

"Kak." Maura menoleh ke arah Garvin yang menampilkan senyuman tampannya, Senyuman itu yang membuat seorang Maura merasakan gugup yang luar biasa.

"Ini..." Ucapannya terhenti ketika tangan Garvin menarik tangannya.

Visual Garvin Reviano Agler..

Aku beri waktu

Garvin menuntun gadisnya kearah meja di tepi danau, Hal itu membuat Maura salah tingkah dengan sikap manis Garvin.

"Apa ini yang dinamakan dinner , So sweet banget. Atau jangan- jangan kak Garvin mau nembak gua nihhh. Adduuhh jantung gua makin tak karuan, Tenang Maura lu harus tenang. iya kalau di tembak kalau enggak kan gua jadinya yang ngarep." Batin Maura menggelengkan kepalanya.

Garvin menarik kursi untuk diduduki Maura, Namun ketika Maura tak segera duduk Garvin melihat Maura yang tengah menggelengkan kepalanya.

"Unik banget nih gadis gua." Batin Garvin tersenyum simpul memandang lekat wajah gadis di depannya ini.

"Maura ayo duduk." Ucap Garvin memecahkan lamunan Maura , Membuat Maura malu setengah mati karena Garvin melihat tampang cengonya menurutnya.

Garvin juga menduduki dirinya berhadapan dengan Maura, Senyumannya mengembang dan tak pernah luntur dibibir Garvin. Menurutnya dirinya tak pernah berhasil mendekati Maura selama 2 tahun lamanya karena Maura selalu mempunyai banyak alasan jika Garvin yang mengajak dirinya pergi.

Menikmati makanan yang telah disajikan oleh beberapa pelayan yang hilir mudik menyiapkan hidangan. Baik Garvin ataupun Maura masih sibuk dalam fikiran masing- masing, Hingga keadaan di tepi danau itu nampak sepi dan hanya suara jangkrik yang mulai bersahutan.

"Mmm Ra aku mau menagih alasan dari kamu. Kenapa kamu menghindar terus dari aku? Apa aku ada salah.?" Ucap Garvin memecah keheningan diantara mereka berdua. Karena fikirannya sedari tergangu dengan alasan Maura menjauhi dirinya.

Maura menaruh sendok dan garpunya yang sedari tadi digunakan untuk melahap makanan. Dirinya juga menggeser piring yang baru saja di makanannya.

Menarik nafas dalam- dalam, Dirinya juga menyusun kata- kata yang tepat agar tak meyakiti perasaan Garvin.

"Begini kak, Pertama aku gak pernah keluar sama cowok jadi aku masih grogi. Kedua, Aku takut dimarahi mama kalau aku ada hubungan sama cowok apalagi pacaran. Meskipun usiaku menginjak dewasa mama selalu mantau aku. Ketiga, Aku pada waktu itu masih fokus meniti karir. Itu aja sih alasanku menghindar." Terang Maura sebenarnya ada satu alasan lagi mengapa dirinya menghindar dari Garvin.Ya , Maura terlalu gugup bertatap muka dengan Garvin seperti sekarang ini. Jantungnya seperti maraton jika Garvin menatap lekat dirinya.

"Jadi,..?"

"Yah begitulah aku kak. Tak pernah tau rasanya yang namanya pacaran." Timpal Maura dirinya memberanikan diri melihat Garvin. Walau denyut jantungnya sangatlah tak wajar menurut Maura.

"Aku fikir kamu menghindar dari aku karna gak nyaman." Sahut Garvin dirinya merasa lega dengan penjelasan Maura yang membuat hatinya bagai disiram air es.

"Eennggak lah.." Timpal Maura gugup sembari memalingkan wajahnya. Maura takut jika Garvin melihat wajah memerahnya saking gugupnya.

"Mm Ra kalau seandainya ada yang nembak kamu gimana respon kamu." Tanya Garvin tergugu, Mungkin dengan cara bertanya Garvin bisa tau respon Maura.

"Yahh kalau menurutku si mending jangan deh, Soalnya aku lagi males, mau meniti karir dulu. Gini aja belum pacaran bikin aku gak fokus apala...." Sahut Maura membekap mulutnya sendiri hampir saja dirinya keceplosan.

"Maksutnya gimana Ra.?" Tanya Garvin penasaran, Dirinya sengaja memancing Maura karena Garvin tau kalau Maura hampir keceplosan. Dirinya ingin tau siapa pria yang dimaksut Maura.

"Anu kak.. Mm gimana ya?. Udah ah kak aku mau pulang udah malam juga." Maura menggeser kursinya, Dirinya hendak pulang namun baru satu langkah Garvin tiba- tiba menubruk tubuhnya dari belakang. Membuat Maura membulatkan matanya dengan tingkah Garvin yang mendadak.Terkejut tentu saja ,seorang Garvin putra konglomerat memeluk dirinya.

"Kak." Maura hendak melepaskan pelukan itu namun Garvin semakin erat memeluknya.

"Biarkan seperti ini Maura. Biarkan aku tenang mendekapmu." Sahut Garvin meletakkan kepalanya di ceruk leher Maura.

Bagai tersengat listirik tubuh Maura ketika nafas Garvin menerpa kulit lehernya. Sembari memejamkan mata Maura sangat menikmati pengalaman pertamanya yang membuat dirinya kegelian nikmat.

"Ra." Panggil Garvin , Ia menoleh ke arah wajah Maura yang terpejam seperti menikmati sentuhannya. Garvin hanya bisa tersenyum simpul menyaksikan itu semua.

Garvin membalikan tubuh Maura, Tanpa basa- basi dirinya mengecup bibir ranum berwarna merah muda itu dengan lembutnya.

Maura membuka matanya ,betapa terkejutnya dirinya ketika Garvin mencium bibirnya dan kini wajah mereka tak berjarak sekalipun . Membuat Maura semakin gugup dibuatnya apalagi Garvin kembali ******* bibirnya, Membuat Maura mematung tanpa membalas ciuman itu.

"Ra aku mencintaimu." Ucap Garvin ketika ciuman itu terlepas. Menyatukan kening masing- masing, Jari tangan Garvin mengelap bibir Maura dari sisa saliva akibat ciumanya tadi.

"Kak aku..."

"Kalau menurutmu jawabannya sangat berat tolong fikirkan dulu jangan dijawab sekarang, Aku akan selalu setia menunggumu." Ucap Garvin mencium kening Maura.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!