Sinar matahari memancar meredam melewati horden kamar dimana terdapat pasangan suami istri yang sedang tertidur diatas ranjang yang sama.
Sang suami yang menggeliat karena cahaya matahari segera bangkit dan merasa terkejut mendapati dirinya dalam kondisi tanpa busana bersama istrinya.
"Alma! Bangun!" Suara Arlan mengeras yang membuat Alma segera bangun dari tidurnya.
"Ada apa Mas?" tanya Alma dengan suara khas orang baru bangun tidur.
Benar-benar flaminggo, Arlan Megantara sosok suami dari Alma Alshad itu langsung meraih bahu Alma dan menatapnya serius. "Apakah kita melakukan itu semalam?"
Alma mengingat pelan dan yah dia mengingatnya bahwa semalam mereka melakukan ritual suami istri, Arlan menatap serius kembali, ada apa dengan pria ini sebenarnya. "Tanpa pengaman?"
"Iya, memangnya kenapa?" tanya Alma menatap wajah kesal Arlan.
"Sialan!" Arlan mengumpat kemudian memunguti pakaiannya. "Kenapa kau tidak menghentikanku?"
"Maksud Mas apa sih? Memangnya kenapa kalau semalam kita tidak memakai pengaman? Kita sudah sah menjadi suami istri, kenapa harus takut begini?" Alma menatap kesal suaminya.
"Aku tidak ingin memiliki anak darimu!" Damn! Suara retoris bernada bariton itu mengucap penuh penekanan.
Benar-benar menusuk lubuk hati Alma yang serasa ditikam oleh hal ini. "Kita sudah lima tahun menikah dan Mas masih tidak ingin aku memiliki anak?"
"Mas itu nikahin aku buat apa sih?"
Pertanyaan itu sukses membuat Arlan bungkam, dia memang sudah lima tahun menikah dengan Gevanya yang merupakan pewaris satu-satunya dari perusahaan ritel milik ayahnya, namun sekarang itu sudah menjadi atas nama Arlan semua selaku CEO BARU setelah Ayah dan Ibu Alma meninggal.
Arlan tidak menjawab Alma, dia berjalan ke arah nakas mengambil setablet obat yang bernama. Levonorgestrel.
Sebuah obat pencegah kehamilan yang rutin dikonsumsi Alma ketika Alma dan dirinya melakukan hubungan badan tanpa pengaman.
"Minum ini! Jangan sampai kau hamil!" Arlan mengambil segelas air kemudian memberikannya kepada Alma.
"Mas, Gila sih!" Alma menolak dan menjauhkan benda itu dari hadapannya
"Minum Alma," Nada pelan berujung tinggi dari kalimat itu membuat Alma benar-benar tersentak. "ALMA!"
Perlahan air mata Alma jatuh mendapat bentakan seperti itu untuk pertama kalinya setelah lima tahun pernikahan mereka, Arlan mendegus kemudian meraih dagu Alma memaksanya membuka mulut dan mencekoki istrinya dengan pil tersebut.
"Berhenti menangis atau akan akan menceraikanmu, lakukan saja perintahku," Arlan menaruh gelas air yang kosong di nakas kemudian berjalan menuju kamar mandi didalam kamar meninggalkan Alma.
Alma terduduk di ranjang sendirian, pilu menerobos sanubarinya, mengapa sikap Arlan begitu berbeda semenjak kedua orang tuanya meninggal, Arlan yang lembut perlahan kasar dan anehnya Arlan tidak ingin memiliki keturunan.
Didalam kamar mandi sendiri Alma mendapat panggilan dari seseorang yang belakangan ini dia sebut sayang.
"Kapan kau akan memceraikan istrimu, Lan?"
"Secepatnya sayang, tapi kapan kau akan menceraikan suamimu juga?"
"Bukannya kau sudah tahu jawabannya?"
"Aku akan menemuimu di rumah mu, sampai jumpa,"
Arlan mematikan telepon tersebut kemudian berpakaian didalam kamar mandi merapihkan rambutnya dan berjalan keluar menemui Alma yang masih diam di ranjang.
"Mau kemana Mas?"
"Bukan urusanmu! Minum pil ini tiga kali sehari jangan sampai kau hamil kalau kau hamil aku akan menceraikan dirimu,"
Arlan benar-benar sudah berubah didalam pandangan Alma. Arlan sudah sangat kasar sekarang.
Dan Alma sendiri tidak tahu harus apa sekarang selain menerima nasibnya.
•
•
•
TBC
Assalamualaikum
Jangan Lupa Like
Seorang Pria berjas, tampak berjalan gontai lelah seharian bekerja di kantor, ia membuka pintu rumah dan mendapati suara ******* membuat darahnya naik ke ubun-ubun.
Pria dengan badan tegsp dan wajah oriental chinnese dengan janggut dan brewok menambah kesan dewasa di usianya yang baru tiga puluh empat itu berjalan ke arah suara ******* tersebut dimana disana ia mendapati suara istrinya bersama seorang pria.
Yah! Ini adalah hal yang biasa baginya.
Dirga Afdarianto, seorang suami dari Ishaya Arora, dia menikahi Ishaya sudah hampir dua belas tahun lamanya namun tidak pernah ada rasa cinta diantara mereka.
Ayah Ishaya adalah sosok paling berjasa bagi kehidupan Dirga yang awalnya miskin dan hidup sendiri di ibu kota, dia dijodohkan dengan Ishaya atas skandal balas budi Ayah Ishaya, Tuan Arham.
Ishaya yang saat itu terkenal sebagai playgirls dan suka bermain pria sana-sini menerima pernikahan itu karena itu adalah syarat agar Ishaya mendapatkan haknya sebagai pewaris, RGTA CORP sebuah perusahaan parfum di negara ini.
Ishaya, yang sudah menjadi istri Dirga selalu memperlakukan Dirga seenaknya selama dua belas tahun, bahkan dia tidak segan selingkuh didepan mata Dirga.
Dirga sendiri hanya bisa pasrah karena Ishaya selalu mengancamnya jika dia menceraikan Ishaya, ia akan memecat Dirga sebagai direksi utama dan menjelekkan nama Dirga di kalangan para pebisnis.
Selain itu, Ayah Ishaya yang sakit-sakitan membuat Dirga berpikir dua kali mengakhiri pernikahan nya yang sudah berjalan dua belas tahun.
Dirga sendiri adalah sosok pria yang taat dalam agamanya, namun Tuhan begitu tidak adil padanya.
Kini Dirga membuka pintu kamar dan mendapati Ishaya tengah melakukan adegan ranjang dengan selingkuhan nya.
"Apa yang kau lihat? Tutup pintunya!" Suara Ishaya membentak Dirga.
Dirga adalah suami yang baik, dia selalu memenuhi kebutuhan Ishaya namun Ishaya masih saja tidak menganggapnya sebagai suami.
Dirga tidak menjawab, selingkuhan Ishaya masih asik mencumbu Ishaya sesaat setelah Dirga menutup pintu.
Dirga berjalan menuju dapur dia mendapati sosok pembantu rumah tangga yang selalu menjadi tempat curhatnya karena sudah sama seperti ibu bagi Dirga.
"Silakan, Pak," Bik Atik meninggalkan Dirga di dapur karena dia sudah tahu kalau begini Dirga akan melakukan sesuatu untuk melampiaskan emosinya.
Prang!
Dentingan kaca pecah dan saling berhamburan membuat dapur itu menjadi kapal pecah sekarang, Bik Atik yang menunggu hanya bersikap biasa saja karena memang ini sudah menjadi kebiasaan bagi Dirga jika dia memergoki Ishaya dan selingkuhannya.
"Argh!" Dia sudah lelah seharian di kantor dan ini balasan setelah dia sampai di rumah.
Setelah melampiaskan emosinya, Dirga terduduk di lantai, Bik Atik masuk dan mengusap bahu Dirga seperti putranya sendiri.
"Yang kuat Pak," Bik Atik menguatkan.
Dirga menutup wajahnya dengan sebelah tangan membiarkan keringat merembes diantara pecahan kaca disana.
Dirga berdiri dan berjalan keluar dari dapur saat melihat sosok selingkuhan Ishaya keluar.
"Arlan!" teriak Dirga memanggil Arlan.
Wajah Dirga datar dia ingin menonjok pria satu ini namun akan menjadi masalah besar jika Ishaya tahu.
"Eh, Om Dirga? Paman dari istriku, ada apa?" Arlan membalikkan badannya menatap Dirga.
Yah, Dirga adalah Paman Alma setidaknya begitulah walaupun tidak memiliki hubungan darah, Orang Tua Alma adalah kakak angkat Dirga, ketika orang tua Alma baru memulai usaha mereka, mereka bertemu dengan Dirga dan merawat Dirga yang baru tiba di ibu kota saat itu.
"Ceraikan istrimu, dan jual kepadaku," Dirga berucap datar.
"Kau ingin poligami Om?"
"Menurutmu? Kalau kau ingin merebut istriku, biar aku ajari kau cara lomba merebut pasangan," Dirga menantang.
•
•
•
TBC
Assalamualaikum
Jangan Lupa Like
"Apa yang akan aku dapatkan jika aku menjual istriku padamu?" tanya Arlan melipat kedua tangannya dan menatap Dirga.
Pria dengan badan tegap, dan garis wajah tegas dengan dada bidang dibalik kemeja putih nya itu menatap balik Arlan yang baru saja mengajukan pertanyaan, ia tersenyum smirk menambah tegas wajah yang menjadi daya tarik dari wajahnya.
"Kau akan mendapatkan Ishaya, kau hanya mengincar harta Ishaya bukan? Maka jual saja istrimu padaku agar kau bisa bebas," jawab Dirga pada Arlan.
Arlan mendelik dengan pikiran terbuka, ia berpikir sejenak, apa yang dikatakan Dirga ada benarnya, lagipula dia sudah tidak membutuhkan Alma lagi sebab semua warisan Alma sudah atas namanya.
"Baiklah, tapi bagaimana caraku menjual Alma padamu? Bukankah ketika aku menceraikannya dia sudah tidak memiliki hubungan apa-apa denganku?" Arlan menatap Dirga.
Dirga tersenyum, ia berjalan ke arah Arlan dengan derap langkah berdetak seirama suara lantai yang dia pijak, dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya, sebuah map yang sebelumnya dia siapkan.
Drt!
Dirga menarik bahu Arlan agar mendekat dengannya, Dirga membisikkan sesuatu ke telinga Arlan. "Paksa istri menandatangani ini."
Deg!
Dirga menempelkan map tersebut di dada Arlan dengan sangat keras sehingga membuat Arlan mundur beberapa langkah.
Arlan menatap map itu dan mengambilnya, dia kemudian berjalan meninggalkan Dirga disana.
Setelah kepergian Arlan, Ishaya keluar dari kamar dan menatap Dirga. "Apa yang sudah kalian bicarakan?"
"Aku akan melakukan poligami," jawab Dirga to the point.
Ishaya mengerjap pelan. "Kau sedang tidak sakit kan?"
"Kalau kau pikir kau bisa selingkuh, bagaimana mungkin aku tidak, aku akan menikahi seorang wanita dalam waktu dekat, dan aku tidak perlu persetujuan darimu," Dirga berjalan meninggalkan Ishaya.
"Baguslah, jadi aku tidak akan merasa berdosa jika selingkuh dengan Arlan," jawav Ishaya. "Mari, Lomba Selingkuh."
Dirga hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan tidak memperdulikan Ishaya, dia masuk ke kamar untuk berganti baju.
•
Brak!
Arlan membanting pintu rumah yang membuat Alma keluar dari dalam kamar dengan wajah panik untuk menemui suaminya.
Alma baru saja menyelesaikan sholat Azar saat suara teriakan Arlan memanggil namanya membuat dirinya keluar dengan perasaan bingung.
"Kenapa, Mas? Udah pulang, aku buatin kopi yah?" Alma menawarkan suaminya kopi yang membuat Arlan meraih tangan Alma dan menggenggamnya sangat erat.
"Tanda tangani ini," jawab Arlan melemparkan map yang diberikan Dikta tadi kepada Alma.
"Apa ini?" Alma meraih map tersebut kemudian membacanya.
Alma membulatkan mata sempurna saat membaca isi map tersebut yang berisi perjanjian jika dia menandatangani isi map tersebut dia harus diceraikan oleh Arlan dan menikahi dengan seorang pria lain yang akan mengikat Alma.
"Kamu gila, Mas! Aku gak mau!" protes Alma yang membuat Arlan geram.
Arlan menggenggam kuat lengan Alma dan menatapnya tajam, entah kenapa Alma merasakan bahwa yang ada diri Arlan kini adalah sosok iblis, bukan Arlan yang dia kenal.
"Tanda tangani, itu cepat! Kalau kau menolak, aku akan melakukan sesuatu kepada perusahaan peninggalan orang tuamu, dan tentunya dirimu, kau hanya seorang wanita yatim piatu tanpa seorangpun keluarga, lebih baik kau menurut," ujar Arlan yang membuat Alma kesusahan menelan ludahnya.
Deg!
Alma bingung dia harus apa sekarang, dia mengambil pulpen di atas meja ruang tamu dan menandatangani surat tersebut.
Resmi, kini Alma harus terikat kontrak dengan pria beristri yang Alma tidak akan sangka-sangka siapa orangnya.
Arlan tersenyum jahat, dia mengambil map yang sudah ditanda tangani Alma dan menatap Alma tajam.
"Kau adalah wanita yang pintar, Alma!" Arlan meraih dagu Alma.
Arlan mengapit kedua dagu Alma keras yang membuat wanita berhijab krem dengan wajah imut dan mata sayu itu terdiam.
"Aku Talak Kamu!"
Deg!
•
•
•
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!