NovelToon NovelToon

Menjemput Kembali Hidayah Yang Terhempas

1.Wanita Seribu Pesona(Prolog)

Tsamirah Zahrana Az Zahra adalah seorang gadis Desa berparas Ayu dengan senyuman manis dibibirnya yg merekah mampu menawan setiap kaum Adam yg melihatnya. Postur tubuhnya memang tidak terlalu tinggi dibandingkan gadis pada seusianya. Katakanlah dia hanya memiliki postur tubuh 147 cm.

Namun, siapa sangka ditengah usianya yang baru genap 17 tahun mampu membius setiap insan yang memandangnya. Bukan hanya kaum Adam saja yang terpesona padanya. Kaum Hawa pun ikut mengagumi kecantikan seorang Zahrana.

Bulu matanya yang lentik dan matanya yg sipit dengan kulitnya yang putih mulus dan tubuhnya yang padat dan gempal tidak mengurangi pesonanya.

Ucapannya yang lembut bila berkata mampu menembus kedalam jantung hati kaum Adam yang mendengarnya.

Zahrana pun pandai menata kata-kata dalam gaya bahasa dan dalam bentuk tulisan. Sehingga siapa pun yang mendengar dan membaca goresan tinta penanya seketika tersentuh hatinya. Tidak ada satu kaum Adam pun yang tidak terpana dan tergoda oleh pesona Zahrana.

Zahrana memang keturunan China dari Nenek Moyangnya. Jadi, tidak mengherankan jika Zahrana memiliki kulit yang putih mulus dan bermata sipit, namun kedua orangtuanya adalah muslim sejati.

Ayah Zahrana termasuk orang berpengaruh di Desanya. Sehingga beliau di kenal sebagai Sepuh atau Guru Mengaji diDesanya. Masyarakat memanggilnya Buya Harun Al Aziz dan Ibunya bernama Fatimah Khoirun Nisa.

Zahrana empat bersaudara, kakak laki-lakinya bernama Raffa Nauzan Al Fareed, sedangkan kakak perempuannya bernama Sabrina Zelmira Al Aqra. Adik bungsu Zahrana bernama Raihan Arman Habibie.

Sedari kecil pun Zahrana sudah mulai belajar untuk menuntut ilmu Agama Islam yang lebih baik dari Ayahnya Buya Harun Al Aziz.

Meskipun Zahrana tidak masuk Pondok Pesantren dan hanya menempuh studi di Sekolah umum biasa namun dalam bidang ilmu Agama Islam, Zahrana sangat cerdas dan menyukai mata pelajaran itu.

Zahrana pun kerap kali ikut mengajar para Santriwan dan Santriwati mengaji diPadepokan Buya Harun Al Aziz. Meskipun Padepokan tersebut bukanlah tempat belajar mengajar resmi seperti Pesantren pada umumnya, hanya terbuat dari bilik kayu dan atap biasa, namun banyak sekali anak-anak dan para remaja, juga orang dewasa yang belajar mengaji disana.

Dari bangku SD berlanjut ke jenjang SMP bukan hanya kecerdasan seseorang Zahrana yang semakin melesat. Namun aura kecantikan dan keanggunan Zahrana pun mulai terpancar. Sehingga dia pun menjadi Primadona disekolahnya juga di Desa tempat tinggalnya. Selain itu, Zahrana pun mendapat julukan "BUNGA DESA."

Walaupun Zahrana baru beranjak ABG awal, namun semua itu tidak menyurutkan bahwa sosok Zahrana bisa di kategorikan menjadi "WANITA SERIBU PESONA."

Bagaimana tidak dijuluki wanita seribu pesona, sebab setiap alunan langkah, senyuman, tatapan mata dan ucapannya mampu membius mata kaum Adam untuk tidak sedetik pun berkedip kala memandangnya.

Sejak kelas 6 SD sampai beranjak SMP, Zahrana sangat menyukai memakai Busana Muslim. Misalnya pada acara Maulid Nabi,1 Muharram, Kajian dan Ceramah di sekolahnya.

Namun, sangat di sayangkan pada waktu itu Zahrana masih awam dan belum memahami sepenuhnya jika BERJILBAB itu Wajib hukumnya bagi Wanita Muslimah, seperti halnya wajibnya menunaikan ibadah sholat lima waktu.

Sehingga di masa SMP Zahrana masih belum menutup auratnya dengan sempurna. Seperti kebanyakan gadis ABG pada Umumnya, Zahrana masih menggunakan pakaian yang mengikuti trend pada zamannya, yakni pakaian ala anak ABG di era 90 an.

Dengan baju You Can See dan rok mini, atasan kaos ketat celana Jeans pendek sepaha, juga celana Jubrai ( celana panjang lebar mengembang di mata kaki ). Tepatnya celana ala Ahmad Albar pada zaman Behula, yang jika dikenakan pada zaman itu sudah bisa di bilang anak gaul, karena bisa mengikuti trendnya, yang jika di ingat-ingat betapa lucu dan uniknya pada Zaman itu.

Kendati pun pada saat itu pengetahuan ilmu Agama Zahrana masih belum sempurna. Zahrana adalah sosok gadis yang pandai menjaga diri dari pergaulan bebas yang dapat menghancurkan masa indah remajanya. Seperti kebanyakan teman-teman sekolah Zahrana lainnya dia tidak mudah terpengaruh dengan pergaulan bebas yang tidak bermoral tanpa mengenal batasannya.

Pada siapa pun Zahrana memang berteman baik. Dengan laki laki atau pun perempuan dia tidak pernah pernah pilih-pilih dalam berteman. Namun tetap menjaga batasannya sebagai seorang wanita.

Namun tak bisa di pungkiri, di tengah usianya yang baru beranjak ABG kala itu. Zahrana pun tak luput dari godaan yang menerpanya, pesona Zahrana pun membuat kaum Adam berlomba-lomba untuk merebut hatinya.

Baik teman-teman di Sekolah atau pun di Desanya pun berusaha mengejar dan mendapatkan cinta seorang Zahrana.

Bukan hanya teman sebayanya saja yang kerapkali berusaha menggoda Zahrana. Pria yg terbilang Dewasa pun ikut menggoda Zahrana, ada yang mengutarakan isi hatinya secara gamblang, ada pula yang mengirimkan salam lewat sepucuk surat berbau cinta, yang memang menjadi bahasa pengantar pada Era 90 an ketika seseorang ingin mengungkapkan perasaan pada seorang yg mereka puja-puja.

Disini, awal kisah seorang gadis belia yang bernama Tsamirah Zahrana Az Zahra mengawali proses kehidupan dan perjalanan cintanya yang penuh dengan misteri, sampai nantinya sosok wanita seribu pesona yang melekat padanya dimana akhir akan berlabuh, mengikuti takdir kehidupan yang telah ditetapkan oleh Sang Maha Krekator padanya.

Wahai kau wanita seribu pesona, bersabar dalam melewati proses perjalanan hidup mu yang telah Allah tetapkan untukmu, karena sejatinya setelah kesulitan akan ada kemudahan.

Semua akan indah pada waktunya, karena sejatinya akan selalu ada pelangi indah bermunculan menghiasi langit hatimu setelah badai itu berlalu.

Sekilas prolog yang mewakili cerita dari kehidupan seorang gadis Desa bernama Tsamirah Zahrana Az Zahra kedepannya, yang nantinya akan mengantarkan ia pada keridhoan Rabb-Nya, dalam menjemput kembali hidayahnya yang sempat terhempas lantaran ia sempat terjatuh kedalam kubangan dosa yang menjeratnya.

Hingga akhirnya Zahrana pun bersimpuh diatas sajadah cinta dihadapan Rabb-Nya, bersama sosok imam yang memang telah ditakdirkan oleh Allah Subhanahuwata'ala untuknya, setelah melewati proses demi proses perjalanan hidup yang bernama ujian, hingga akhirnya ia pun terpana ketika kebahagiaan yang sejati hadir menyapanya, hingga membuatnya terlupakan akan rasa sakit yang pernah menderanya, sampai akhirnya hidayah itupun dapat kembali ia jemput di bawah naungan cinta Rabb-Nya.

2.Baiti Jannati(Rumah Ku Surga Ku)

Sebelum melanjutkan kisah Zahrana diusianya yang ke-17 tahun dimana Zahrana sudah duduk di bangku SMK akhir, kita akan mengupas tuntas masa-masa Zahrana ketika masih berada di Bangku SMP sehingga nantinya akan berlanjut menjadi kisah yang luar biasa dari seorang Zahrana yang berusaha menemukan jati dirinya lewat proses hijrahnya .

⚛⚛⚛ Flash Back On ⚛⚛⚛

"Zahrana ... bangun, Nak! Sudah masuk waktu shalat Subuh, Ayah dan Adik mu Raihan sudah berangkat ke Mesjid dan Bunda pun sudah akan bersiap-siap untuk melaksanakan shalat subuh," tutur Bunda Fatimah pada Zahrana Puteri tercintanya.

Zahrana masih enggan membuka netra matanya, seakan tak rela berdamai dengan anggota tubuhnya, untuk segera bangkit dari tidur lelapnya.

"Sebentar lagi Bun! Zahra masih mengantuk berat," ucap Zahrana sembari menutup mulutnya yang masih menguap lebar, dengan matanya yang masih menyipit seolah enggan bangun dari peraduannya.

"Sholat di awal waktu itu lebih baik lho nak, dari pada di akhir waktu, anak gadis tidak boleh bermalas-malasan. Bangun pagi itu baik untuk kesehatan kita sebagaimana yang telah dianjurkan oleh Nabi kita Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam," nasehat Bunda Fatimah.

Namun Zahrana seolah olah tidak mendengar, seakan masih terbuai dengan mimpi indahnya, enggan bangun dari tidur lelapnya.

Sang Bunda pun sudah selesai menunaikan Ibadah shalat Subuh, sedangkan Zahrana masih saja terlelap tidur tanpa berniat sedikit pun untuk segera bangkit dari tidur panjangnya.

Dengan lembut Bunda Zahrana membelai pucuk kepala Puterinya agar segera bangun dari tidur lelapnya, kemudian berbisik lembut tepat di telinga Zahrana, "Nak, bangun lah wahai bidadari syurganya Ayah Bunda, lentera bagi jiwa-jiwa yang sedang tersesat dalam kegelapan, bangunlah dari peraduan mu wahai bidadari bermata jeli, permata hatinya Ayah dan Bunda bangunlah, Nak! Engkau akan menjadi jiwa-jiwa yang merugi, jika melalaikan perintah Rabb mu," tutur lembut Bunda Fatimah pada Puterinya.

Zahrana hanya menggeliat kecil, mendengar untaian mutiara hikmah yang begitu mendayu telinganya, tak ayal hati Zahrana tersentuh akan kelembutan hati, cinta dan kasih sayang dari Sang Bundanya hingga mampu membuatnya menjadi gadis kecil yang baik, berhati tulus dan lembut, dengan didikan akhlak yang mulia dari Sang Bunda di usia Zahrana yang masih terbilang belia. Ia sudah mampu untuk berpikir jernih dalam melewati proses perjalanan hidupnya melewati segala suka dan duka.

Ayah dan Adik Zahrana, Raihan Arman Habibie pun sudah selesai menunaikan ibadah sholat subuh di Mesjid Al Ikhlas yang tak jauh dari kediamannya.

Melihat Zahrana yang masih terlihat manja dalam buaian Sang Bunda tercinta, masih enggan bangun dari peraduannya. Raihan pun menyeringai nakal, terbesit di benaknya ingin mengerjai kakaknya agar segera bangkit dari tidurnya agar secepatnya menunaikan ibadah sholat subuh.

Waktu telah menunjukkan pukul 05.20 wib. Raihan pun dengan secepat kilat membangunkan Zahrana kakaknya. Ia mendekatkankan mulutnya pada daun telinga Zahrana.

Dengan gaya religiusnya, Raihan pun mengucapkan kalimat yang pamungkas didaun telinga Zahrana. "Ash sholaatu khairum minan nauum ... Ash sholaatu Khairum minan nauum ...."

"Yang artinya katakanlah wahai orang-orang yang beriman bahwa sholat itu lebih baik dari pada tidur," ucap Raihan selanjutnya.

Zahrana pun refleks bangkit dari tidur lelapnya. Lantaran mendengar suara Adzan yang terasa dekat didaun telinganya.

Zahrana pun perlahan membuka netranya. Ia terperanjat kaget dengan wajah ling-lungnya.

Raihan seketika tertawa lebar melihat wajah panik kakaknya, yang menurutnya terlihat sangat lucu dan menggemaskan sekali.

"Raihannnnn ... kamu nakal sekali! Berani-beraninya mengganggu kakak! pekik Zahrana berang dengan wajahnya yang masih terlihat kelimpungan.

"Bundaaa! lihat adek nakal sekali senang jahilin kakak," adu Zahrana pada Bundanya.

Zahrana hendak turun dari tempat tidurnya. Ia ingin segera menjewer telinga Raihan, sebagai hukuman karena telah membuatnya kaget.

Bunda Fatimah tersenyum simpul melihat kelakuan kedua anaknya yang setiap hari pasti selalu ada tingkah polanya yang selalu mengukir senyum kebahagiaan dalam keluarga kecil mereka.

"Zahrana, Raihann ... sudah jangan berkelakar lagi, Nak! kalian adik beradik harus tetap bergandeng tangan, jangan pernah ada terbesit rasa iri, dengki atau pun dendam!" Nasehat Bunda Fatimah pada kedua anaknya.

"Dirumah ini, masih ada kalian berdua sebagai penyejuk kalbu Ayah dan Bunda, sedangkan dua saudara kalian, Kak Sabrina Zelmira Al Aqra dan kakak laki-laki kalian Raffa Nauzan Al Fareed sudah menikah."

"Mereka tinggal diKota dan Desa yang jauh tempat tinggalnya dari kita, Bunda harap kalian berdua saling menyayangi dan penuh cinta kasih agar keluarga kita terus hidup dalam kebahagiaan dan ketenangan."

"Jadikanlah rumah kita ini selayaknya petuah Islami 'Baiti Jannati ( rumah Ku Syurga Ku )'. Walaupun kita bukan dari keluarga yang berada, namun tetap lah bersyukur atas nikmat dan karunia yang telah Allah berikan untuk kita, Nak!" tutur Bunda Fatimah pada Zahrana dan Raihan.

"Dalam pandangan Islam, lihatlah orang yang lebih tinggi ilmu Agamanya dari kalian, Nak! agar kalian tidak merasa sombong dan berbesar hati dengan ilmu yang telah kalian miliki. Karena sejatinya di atas langit masih ada langit, sejatinya masih banyak insan diluar sana yang lebih tinggi ilmu pengetahuannya dari kita."

"Kemudian dalam kehidupan dunia selalu lihat lah ke bawah, Nak! jangan kalian selalu melihat ke atas sehingga membuat kalian lalai dan tidak bersyukur dengan karunia yang telah Allah berikan dalam kehidupan kalian, karena sejatinya di luar sana masih banyak orang yang lebih susah kehidupan nya dari kita, Nak!" nasehat panjang lebar Bunda Fatimah kepada kedua anaknya.

Zahrana dan Raihan pun mengangguk patuh dengan Kultum yg disampaikan oleh Bundanya, dalam hati mereka mencerna setiap untaian nasehat yang di tuturkan oleh Bundanya.

"Kak, Raihan minta maaf ya? karena sudah menjahili kakak," tutur Raihan pada Zahrana sembari mencium punggung tangan kakaknya.

"Iya, Dek. Kakak juga minta maaf, karena sudah memarahi adek, terimakasih karena sudah membangunkan kakak," ucap Zahrana seraya mengelus pucuk kepala adiknya Raihan.

Bunda Fatimah nampak tersenyum bahagia melihat interaksi kedua permata hatinya, yang kini kembali berdamai, dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang diantara keduanya.

Bunda Fatimah pun akhirnya kembali ke dapur guna menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga mereka.

Sementara Raihan kembali ke kamarnya, menyiapkan buku-buku dan seragam sekolahnya, sembari menunggu Zahrana untuk antri melakukan ritual dikamar mandi yang telah menjadi kebiasaan sehari-hari mereka sebelum berangkat ke sekolah.

Zahrana pun langsung bergegas ke kamar mandi mencuci muka dan membersihkan mulutnya, kemudian berwudhu dengan sempurna menunaikan ibadah shalat subuhnya yang sempat tertunda, kemudian dilanjutkan dengan ritual zikir dan Do'a.

Zahrana pun tak lupa Tilawah Qur'an yang sudah menjadi kebiasaannya. Meskipun hanya satu muka surat tidak pernah Zahrana tinggalkan setelah kewajiban sholat lima waktu, membaca Al Qur'an sudah menjadi santapan rohani yang sangat bermakna dalam hati Zahrana sebagai pedoman hidup sepanjang masa kehidupan insan yang bernama manusia.

3 . Petuah Ayah di Kandang Ayam

Zahrana dan adiknya Raihan Arman Habibie telah selesai dengan ritual mandi paginya. Mereka sudah lengkap dengan pakaian seragam sekolahnya, menandakan mereka akan segera berangkat menuju ke Sekolah masing-masing.

Zahrana saat ini baru berusia 12 tahun. Usia dimana dirinya bertumbuh menjadi gadis belia baru akan beranjak ABG, masih banyak proses perjalanan hidup yang harus dilewati untuk mematangkan diri bertumbuh menjadi gadis remaja sehingga berbuah menjadi sosok wanita dewasa nantinya.

Zahrana baru menginjak bangku kelas satu SMP, sedangkan adiknya Raihan baru berusia 8 tahun dan baru duduk di bangku kelas 3 SD. Usia Zahrana dan Raihan terpaut 4 tahun.

Namun terkadang Zahrana lebih manja di bandingkan dengan Raihan,sehingga kerap kali Zahrana merasa dia seperti anak Bungsu dan Raihan seperti kakaknya, sebab terkadang sikap dan pemikiran Raihan lebih dewasa dari pada Zahrana, mungkin karena Zahrana anak perempuan lebih manja, sedangkan Raihan dari kecil sudah terlihat sosok gagah berani dan jiwa kepemimpinannya lebih mengayomi.

Bunda Fatimah sendiri sedari pagi selesai menunaikan ibadah sholat subuh langsung berbenah didapur. Menyiapkan sarapan pagi untuk mereka sekeluarga. Ada telor mata sapi dan cah kangkung yang menjadi menu favorit Zahrana dengan segelas susu yg menjadi syarat terpenuhinya nilai gizi 'EMPAT SEHAT LIMA SEMPURNA'.

Begitulah keluarga Zahrana hidup dalam kesederhanaan dengan santapan yang menurut pandangan mereka itu adalah menu yang paling istimewa untuk ruang lingkup mereka, yang terpenting adalah rasa syukur atas nikmat rezeki yang telah dikaruniakan oleh Allah untuk mereka itulah yang paling utama.

Zahrana dan Raihan pun terlihat sangat kompak dan penuh semangat menuju dapur dimana alas tikar sudah dibentangkan oleh Bunda Fatimah di lantai dapur mereka yang masih terbuat dari lantai semen biasa.

Semua hidangan makanan sudah tertata rapi di sana, tinggal menunggu untuk segera di nikmati.

"Nak, kalian tunggu sebentar! jangan sarapan dulu, biar lebih terasa keberkahannya, Bunda hendak menemui Ayah kalian guna mengajak sarapan bersama, tadi Ayah masih dikandang belakang rumah, memberi Ayam-ayam peliharaannya makan," ujar Bunda Fatimah.

"Bunda, biar Zahrana saja yang panggilkan Ayah. Bunda duduk disini saja bersama Raihan," ucap Zahrana pada Bunda Fatimah sembari mengerlingkan matanya ke arah Raihan dan di sambut senyuman manis oleh adiknya.

"Nah itu baru manis, sosok anak Sholihah generasi masa depan," puji Raihan pada kakaknya.

Zahrana tersenyum simpul mendengar ucapan adiknya, yang menurutnya sok dewasa sekali, diusianya yang baru genap 8 tahun.

"Dewasa sekali ucapan mu, Dek!" ucap Zahrana sembari mengelus pucuk kepala Raihan.

Zahrana kemudian berlalu pergi menemui Ayahnya yang sedang fokus memberi makan ayam-ayamnya di kandang belakang rumahnya, yang memang sudah menjadi rutinitas rutin Ayahnya di setiap paginya.

Zahrana berlari kecil menemui Ayahnya, "Ayahhh ... mari beristirahat dulu, Bunda mengajak kita untuk sarapan bersama,Yah."

"Apa Ayah sudah selesai dengan rutinitas Ayah?" tanya Zahrana sopan.

"Sudah hampir selesai, Nak.Tinggal sedikit lagi," ujar Buya Harun Al Aziz sembari menabur makanan untuk ayam-ayam peliharaannya.

"Banyak juga Ayam-ayam peliharaan Ayah. Lucu-lucu sekali mereka,Yah." Zahrana senang melihat Ayam-ayam peliharaan Ayahnya yang sangat unik dan menggemaskan warna-warna bulunya.

"Alhamdulillah ... Nak, sudah 100 ekor jumlah induk betinanya,sedangkan jantan 75 ekor lebih sedikit, anaknya yang masih kecil-kecil ada 225 ekor, di kandang sana insya Allah nantinya sudah ada 150 butir telur yang akan menetas oleh masing-masing induknya, Nak."

"Sebagian telurnya lagi ada 250 butir yang sudah Ayah pindahkan kedalam keranjang telur sebagian untuk dijual kepasar. Sebagiannya lagi ada 50 butir Ayah simpan untuk stok lauk kita," tutur Ayah dengan wajah sumeringahnya. Sebab, merasa senang karena telah berhasil memelihara ayam-ayamnya, sehingga berkembang biak menjadi lebih banyak seperti sekarang ini.

"Maa syaa Allah ... Zahrana sampai tidak tahu jika sudah ada telur sebanyak itu yang akan menetas lagi Ayah, berarti akan bertambah lagi ayam-ayam peliharaan kita. Apalagi ada 50 butir yang bisa di sisihkan untuk konsumsi kita. Zahra senang sekali Ayah," tutur Zahrana dengan antusiasnya.

Zahrana berdecak girang sembari memperhatikan keseluruhan ayam-ayam mereka yang sedang riuh asyik berebutan makanan.

"Iya Nak, Alhamdulillah ... jangan lupa bersyukur, Nak!" ucap Buya Harun lembut pada Zahrana anaknya.

Buya Harun menatap Zahrana dengan nanar wajah penuh penghayatan dan harapan untuk masa depan Putra-Puterinya kelak, yang mana masih ada dua kebanggaan mereka yakni Raihan dan Zahrana.

"Nak, Alhamdulillah ... selain dari hasil perkebunan karet dan lada. Lewat usaha peternakan Ayam ini juga Ayah dan Bunda bisa menyekolahkan kalian dan kakak-kakak kalian sebelumnya, Nak."

"Namun, kakak kalian Sabrina lebih memilih untuk berhenti sekolah setelah lulus dari SMP lebih memilih untuk segera menikah di usia mudanya dan tidak ingin melanjutkan ke Jenjang SMA."

"Ayah sangat menghargai keputusannya saat itu yang tidak ingin membebani Ayah dan Bunda untuk membiayai sekolah mereka. Waktu itu kami baru merintis semua usaha ini dari Nol, yang mana usahanya belum berkembang pesat seperti sekarang ini," tutur Ayah dengan wajah sedikit pias karena belum berhasil membuat Raffa dan Sabrina mengenyam bangku pendidikan yang lebih baik.

"Sementara saat itu, Kak Raffa pun sedang duduk di Bangku SMA akhir. Padahal Ayah merasa masih mampu untuk menyekolahkan kak Sabrina ke Jenjang SMA, namun kakakmu tetap kuat memegang keputusannya untuk tidak melanjutkan sekolah lagi dengan alasan yang lebih menguatkan agar pendidikan Raffa yang diutamakan, lantaran Raffa anak laki-laki yang satu saat nanti harus menjadi tulang punggung keluarga, pemimpin dalam rumah tangga. Sudah selayaknya harus mendapatkan pendidikan lebih baik dibandingkan anak perempuan," tutur Sabrina kala itu, mengalah demi Pendidikan kakaknya Raffa adalah jalan yang terbaik.

Wajah Buya Harun semakin pias mengingat kembali pendidikan Raffa yang hanya sampai SMA akhir.

"Harapan tinggal harapan ... Kak Raffa pun memilih pendidikan sampai jenjang SMA akhir dan tidak ingin melanjutkan kuliah lantaran tidak ingin membebani Ayah dan Bunda dengan biaya kuliah yang semakin meningkatkan pengeluaran dan kebutuhan hidup keluarga dan lebih memilih mencari pekerjaan demi membantu kebutuhan keluarga kita dan akhirnya pun memilih menikah muda di usianya yang ke 21 tahun," petuah panjang lebar Ayah sambil menatap lekat wajah Zahrana Puteri yang diharapkannya untuk memiliki masa depan yang lebih cerah di banding kedua kakaknya Raffa dan Sabrina kelak.

"Nak, Ayah berharap kamu dan Raihan bisa sukses di masa depan nanti.

Karena hanya tinggal kalian berdua yang masih menjadi harapan Ayah dan Bunda. Tuntutlah ilmu pengetahuan dengan sebaik-baiknya selagi masih muda, belajar yang rajin sampai akhirnya semua cita-cita kalian tercapai, Nak!" tutur Buya Harun penuh pengharapan pada Zahrana dan Raihan.

"Insya Allah Ayah, Zahrana akan mendengarkan dan menerapkan semua nasehat dan petuah-petuah Ayah dan Bunda," ucap Zahrana sambil bergelayut manja di pergelangan tangan Ayahnya.

Kemudian mereka pun menuju dapur untuk segera sarapan bersama menemui Bunda Fatimah dan adiknya Raihan yang sedari tadi menunggu mereka untuk segera santap pagi bersama.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!