NovelToon NovelToon

Liontin Untuk Sang Queen

1. Liontin

Allea masih asik melamun memperhatikan liontin bentuk huruf A yg cantik berwarna silver itu. Yg akhirnya ia temukan saat membereskan laci meja riasnya. Sudah beberapa hari ini ia mencari-cari benda itu. Allea ingat sekali siapa si pemberi barang itu, ya..seniornya dikampus, Sandy Davindra Prayoga. Mereka sangat dekat karena sesama pecinta alam dikampusnya. Sering terlibat kegiatan mapala bersama, entah itu naik gunung satu kelompok atau camping ditempat yang memiliki view menarik. Asal usul liontin itu sendiri sebenarnya punya cerita pahit. Itu milik Sandy yang dipesan khusus untuk gadis yang ia suka , Allea pun menjadi saksi kekecewaan Sandy sore itu, dua bulan yang lalu.

*Flashback On*

Dimobil Sandy menghubungi Allea yang masih dikampus sore itu.

"Al..kamu masih dikampus?" suara Sandy ditelpon.

"Masih kak...kenapa? Tapi ini udah mau selesai, aku lagi dikantin ini.." jawab Allea.

"Oowh...kamu pulang naik apa?"

"Mungkin pake ojol kak, motor aku lagi di service tadi soalnya, ada apa sih kak?" Allea mengernyit penasaran.

"Gini aja...ini kan aku kebetulan lewat sini, sekalian aku anter kamu pulang aja ya...aku tunggu didekat gerbang kampus oke" lalu Sandy mengakhiri panggilan setelah Allea mengiyakan. Mereka sebenarnya lumayan sering pulang kampus bersama misal kebetulan ketemu. Tapi kali ini Allea merasa ada yang lain dari suara Sandy.

"Kenapa kak? Tumben lewat sini lagi, tadi siang katanya mau ke..." tanya Allea sambil minum air mineralnya setelah ia masuk mobil Sandy. Allea tau tujuan Sandy yang tadi siang, ia cerita ke Allea kalau ingin menemui Amira gadis pujaannya untuk mengutarakan isi hatinya.

"Gak jadi kak?" kejar Allea lagi. Sandy tersenyum kecut lalu mengangkat pundak.

"Iya..ga jadi Al.." jawab Sandy datar.

"Lho kenapa, bukannya udah janjian katanya..??" kejar Allea.

"Iya...tapi tadi waktu aku ketemu Amira disana,ternyata dia juga ngajak cowok.."

"Hah?? Ngajak cowok siapa, abangnya? Atau temennya?" cecar Allea. Sandy menggeleng.

"Bukan Al, tadi sebelum aku sempat ngomong malah udah dikenalin duluan, katanya mereka malah baru seminggu jadian...kasian banget ya gue " kata Sandy geleng kepala sambil tersenyum hambar. Allea melongo, ada rasa kasian melihat Sandy seperti ini. Ia tau seperti apa Sandy naksir Amira dan bagaimana usaha Sandy ingin mendapatkan hati cewek itu.

Sandy sering ngirim bunga untuk Amira, mengirim bouqet snack diet ,sesekali juga Sandy mengusahakan menjemput Amira biarpun kegiatan Sandy sendiri sedang padat atau membelikan apa yang Amira suka tanpa diminta. Meskipun setiap Sandy memberi tidak pernah ditolak dan setiap chat mereka selalu ngobrol panjang tapi siapa sangka Sandy malah patah hati. Karena ternyata Amira menerima orang lain.

"Terus liontinnya belum jadi dikasihin berarti?" selidik Allea.

"Belumlah...begitu dikenalin kalo itu cowoknya, aku langsung ngubah topik, aku nawarin dia ikut fashion show yang aku dapat dari web. Amira kan suka ikut fashion show.." kata Sandy menerawang."Perasaan koq keliatan bodoh banget ya aku ni Al, bisa-bisanya gak tau kalo Amira udah jadi milik orang lain.." Sandy tertawa pahit mengingat lagi usahanya untuk mendapatkan Amira.

Allea gak tau kenapa, ada rasa sedikit sakit melihat Sandy patah hati kaya gini. "Ya sudahlah kak..mungkin belum waktunya dapetin Amira sekarang, jodoh kan gak ada yang tau, ya kan?" hibur Allea.

"Hmm...gak tau juga sih Al, aku masih mau nunggu dia apa enggak...lha kalo dibanding sama cowoknya yang pake mobil sport gitu kan aku gak ada apa-apanya" jawab Sandy sambil menatap lurus ke depan.

Allea tersenyum "Jangan gitu juga kak, tiap orang punya kelebihan koq. Udahlah...sekarang kakak mau kemana dulu ini? Aku temenin.." kata Allea sambil menepuk lengan Sandy.

Ia tak mau banyak menasehati. Mungkin saat ini Sandy cuma butuh pikiran tenang dulu. Sandy mengangguk lalu meraih botol air mineralnya yang tenyata kosong.

"Wahh...lupa beli tadi gara-gara..." Sandy menertawai nasibnya hari ini. "Minta minum kamu Al.." tanpa menunggu jawaban langsung diambilnya dari genggaman Allea lalu diteguknya sampai hampir habis. Allea cuma tersenyum geleng-geleng kepala.

"Orang patah hati tu ternyata bikin dehidrasi ya" kelakar Allea.

Sandy tersenyum sambil menyalakan mobilnya dan mulai tancap gas pelan. Tapi baru beberapa meter ia berhenti.

"Shetbelt Al..." ditariknya shetbelt Allea yang belum terpasang. Allea tergagap menahan nafas saat tau-tau wajah Sandy cuma beberapa senti saja dari wajahnya.

"Maaf lupa.." jawab Allea sok cuek sambil memainkan ponselnya. Padahal jantungnya berdegup saat Sandy menatapnya. "Kita coba caffe baru yuk kak, yang didekat taman kota itu..mau gak?" Allea mengalihkan kegugupannya. Sandy mengangguk saja.

Di cafe yang nyaman itu mereka sekarang memanjakan lidah, Allea memesankan Sandy minuman coklat yang ia yakini coklat bisa merilex pikiran. Selain itu karena Sandy gak suka semua yang berhubungan dengan vanila. Makanya apa yang mereka pesan sekarang tanpa rasa vanila. Sedangkan ia sendiri memesan orange fload favoritnya. Ditemani sepiring kentang goreng dan wafel coklat keju mereka ngobrol ringan. Allea berusaha mengalihkan agar Sandy tak membahas Amira. Sandy memberitahu bulan depan akan ada kegiatan camping bagi mahasiswa pecinta alam, ia mengambil brosur yang terlipat di tasnya. Saat menarik kertas itu ada sesuatu yang ikut terjatuh. Liontin berhuruf A, Allea menghela nafas. Sandy mengambil liontin itu lalu memandanginya sejenak.

"Al...liontin ini buat kamu aja nih kalo mau" kata sandy.

Allea mengernyit. "Koq buat aku...? Gimana kalo aku simpenin aja, besok atau kapan misal kakak ada rencana ngasih lagi ke..."

"Gak...gak..." potong Sandy. "Aku udah gak ada planning kesitu lagi kayanya Al. Ini buat kamu aja, inisialnya kebetulan sama tapi kalo misal kamu gak mau, nanti dijalan mau aku buang.."

"Jangan kak, sayang kalo dibuang.. yaudah mana sini aku mau koq.." giliran Allea memotong Sandy. Ia tak ingin melihat Sandy lebih terpuruk lagi. Sandy tersenyum.

"Okey...aku pasangin di gelang kamu ya, biar tambah cakep nih.."

Allea mengangguk tersenyum. "Tapi kalo dipake terus takut ilang...sekali-sekali aku simpen ya kak, nanti kalo ada kegiatan kampus baru aku pakai lagi.." kata Allea sambil memandangi liontin yang sudah terpasang di gelang tali hitamnya.

"Iya terserah kamu aja.." jawab sandy lesu. Padahal dulu Amira pernah berkata pada Sandy kalo ia menginginkan liontin seperti itu. Sekarang begitu Sandy menyanggupinya Amira malah menyia-nyiakannya.

*Flashback off*

Beberapa minggu berlalu, kesibukan kegiatan kampus membuat Sandy dan Allea sering bertemu. Minggu ini mereka disibukan rapat kegiatan camping pecinta alam yang akan dilaksanakan di daerah jawa tengah dipinggir danau dengan view pemandangan indah sekaligus pinggir hutan. Allea semangat sekali, ia mendapat tugas memesan spanduk yang akan dibawa saat camping nanti. Dengan motornya ia menuju tempat pemesanan spanduk yang telah ditunjukan oleh Mario, senior sekaligus ketua mapala. Keluar dari gerbang kampus ia melihat Sandy tengah ngobrol dengan beberapa temannya. Sesekali mereka tertawa , Allea tersenyum melihatnya. Ada kelegaan melihat Sandy sudah move on dan agak melupakan patah hatinya. Sengaja Allea tak mengklakson agar tak mengganggu Sandy. Diliriknya liontin yang ada di tangannya sambil tersenyum tipis. Allea berbelok menikung tapi tak menyadari kalo Sandy sebenarnya memperhatikannya.

   📱[Mau kemana Al?Lewat diem aja sombong banget..] sesampainya ditempat spanduk Allea membuka chat dari Sandy.

   📱[Pesen spanduk buat acara mapala kak. Kirain gak liat tadi, habisnya lagi pada asik ngobrol sih..] balas Allea.

    📱[Padahal aku pengen anterin kamu] Sandy membalas lagi.

    📱[Aaah...udah nyampe nih, hehe..besok aja misal udah jadi temenin ambil] jawab Allea.

    📱[Siap ,bener ya!]

Selesai Allea memesan spanduk ia langsung menaiki motor maticnya, pengen segera sampai rumah. Siang ini panas banget, sampai Allea gak sabar saat berhenti di lampu merah. Ia memperhatikan pengamen badut yg ada didepannya yang berjoget lalu meminta uang dengan kotak kecil. Sebuah mobil yang diacungi kotak oleh badut itu memberikan uang. Mata Allea membulat melihat siapa yang didalam mobil itu. Dari kaca yang transparan terlihat Amira bersama seorang lelaki yang sudah tidak muda tapi juga belum terlalu tua. Kemarin kata Sandy cowoknya pakai mobil sport, ini koq mobilnya beda? Ia yakin itu Amira, Sandy pernah mengenalkannya dulu. Suara klakson membuyarkan pikiran Allea. Ternyata lampu sudah hijau, Allea segera tancap tak mau begitu memikirkannya. Tapi tadi misal Sandy ikut dan melihat bagaimana perasaannya. Meskipun sekarang sudah tampak baik-baik saja. Allea malah kepikiran Sandy.

2. Camping & New Comer

Allea berpamitan dengan mamanya setelah selesai prepare untuk keperluan campingnya selama 3 hari 2 malam. Arga kakaknya yang akan mengantarnya sampai kampus. Sambil jalan ke teras mama Tiara memberi wejangan.

"Hati-hati...jaga diri, jaga kesehatan ya Al...jangan sembrono ditempat orang" mamanya mewanti-wanti.

"Iya mah, siap...kan bukan sekali ini Allea pergi camping" kata Allea nyengir melihat mamanya masih saja khawatir.

"Mau berapa kali juga nasehat mama tetep sama dong, kamu kan anak gadis mama satu-satunya.."

"Iya mah, Allea inget koq pesen mamah..ntar pamitin ke papa ya mah" jawab Allea lalu mencium tangan mamanya dan cipika cipiki.

"Yaudah, itu masmu udah siap dimobil, nanti biar mama pamitin ke papa tapi kamu chat papa juga ya.." pesan mamanya lalu Allea mengiyakan seraya masuk mobil.

"Shetbelt.." kata Arga mengingatkan adiknya.

"Siap boss..oiya mas nanti mampir ke minimarket sebentar ya ada yang kelupaan mau aku beli ya..ya.." rengek Allea ke kakaknya. Arga cuma menyeringai lalu mengacak-acak rambut adiknya gemes.

Sampai dikampus semua mahasiswa yg mengikuti mapala sebagian besar sudah datang. Allea langsung menghampiri Nayla dan Rania bestienya di mapala lalu asik ngobrol. Disana sudah siap 2 mobil yang akan membawa mereka semua menuju lokasi camping.

"Al..tadi kata kak Sandy ada personil baru lho.." kaya Nayla sambil merapikan ranselnya.

"Oh ya, siapa? Cewek apa cowok?" Allea penasaran.

"Gak tau juga, kak Sandy gak bilang sih..tapi kalo cowok seru nih ada pemandangan baruu...nyegerin mata" kata Nayla bersemangat.

"Alah ni anak...giliran cowok aja pengen maju duluan, dasar jomblo!" sahut Rania mendorong lengan Nayla.

"Iyalah...sapa tau rejeki gue,kan gak ada yang tau" timpal Nayla ."Gue kan juga pengen kali punya cowok yang hobinya sefrekuensi, asik kan bisa mapala bareng terus.." Nayla menerawang senyum penuh harap.

"Lha kalo ternyata cewek ,gimana?" sahut Allea menggoda sahabatnya.

"Yaa...mau gimana lagi Al...sementara jomblo dulu deh.." jawab Allea nyengir.

"Jangan kuatir Nay...aku temenin, aku juga belom ada pacar koq" hibur Allea.

"Iya...aku biarpun ada cowok tapi kan LDR, jadi rasanya juga sama kaya jomblo.." Rania menimpali. Nayla mencibir.

"Tapi kan seenggaknya kamu ada cowok Ran, kamu juga Allea, tu senior Sandy kayanya akhir-akhir ini rajin banget deketin kamu hppff..." spontan Allea membekap mulut Nayla.

"Jangan keras-keras Naylaaa...itu orangnya jalan kesiniii..." bisik Allea. Nayla mengangguk-angguk lalu Allea melepaskan tangannya dari mulut Nayla.

"Pada ngapain nih? Udah siap berangkat belum?" kata Shandy yang sudah didepan mereka.

"Udah kak, emang udah lengkap personilnya?" tanya Rania.

Sandy tak menjawab, malah sibuk memperhatikan Allea yang sedang menutup ranselnya dari atas sampai bawah. Gak tau kenapa Allea keliatan lain hari ini dengan outfit sneakers, celana jeans, tshirt army dan rambut diekor kuda. Ditangannya kanannya melingkar gelang berliontin A pemberiannya. Sandy tersenyum tipis, Allea yang sadar diperhatikan jadi agak salting.

"Kak...itu Rania nanya!" Allea mengibaskan tangannya didepan muka Sandy. Sandy terperanjat malu, lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ehm...gimana? Eh, iya udah siap semua koq, tinggal berangkat aja.."

Rania menggangguk-angguk tersenyum sambil membulatkan bibirnya, ia tau Sandy ada sesuatu pada Allea.

"Oiya kak katanya ada personil baru ya?" tanya Nayla semangat.

"Iya..dia pindahan dari universitas lain, tapi mapala juga disana..cuman ya..belum lama, ada tuh anaknya disana kalo pada pengen tau" jawab Sandy sembari menunjuk disekumpulan mapala cowok.

"Cowok ya? Yang mana kak?" Nayla celingukan. Allea mendorong pelan kepala Nayla.

"Ih...giliran cowok aja keponya gede banget!" sahut Allea. Nayla nyengir.

"Iya nih...kalem dikit dong Nay" timpal Rania.

"Kan cuma nanya gaes..." sungut Nayla. Sandy tersenyum geleng-geleng kepala.

"Yaudah 5 menit lagi kumpul dulu terus kita lanjut perjalanan ke lokasi ya...ya Allea?" kata Sandy.

"Allea doang yang disuruh.." Rania dan Nayla bisik-bisik menggodai Allea. Lalu Allea mencubit pinggang kedua temannya itu dari belakang.

"Rania sama Nayla juga koq" sambung Sandy yang mendengar mereka. "Yaudah kita tunggu di aula ya?" Ketiganya mengiyakan kemudian Sandy berlalu.

"Liat gak sih Al cara dia ngliatin kamu tadi? Emang kamu gak ngerasa apa gitu?" tanya Nayla setelah Sandy tak terlihat lagi.

"Iya lho Al ,beda lho pandangannya kalo ke kamu.." Rania ikutan berpendapat.

"Ngerasa gimana ya..aku juga gak berani spekulasi sih, orang dia juga belum lama koq patah hati...masa langsung cepet banget move on.nya.." jawab Allea.

"Tapi ya mungkin aja lho Al" pangkas Nayla.

"Ah gak tau ahh...yukk udah ditunggin tu disuruh kumpul.." Allea mengalihkan topik.

Ia belum terlalu ambil hati atas sikap Sandy, biarpun sebenarnya dia juga sedikit merasakan dan setelah Sandy patah hati kemarin mereka malah semakin dekat. Tapi Allea seolah terlalu berhati-hati. Ia tak mau hatinya kecewa lagi seperti dulu, jaman kelulusan SMA. Biarpun masih terbilang cinta monyet tapi rasa kecewa itu begitu membekas dan masih terasa sampai sekarang kalo ia mengingatnya. Ia terlalu terbawa perasaan pada kebaikan Andre, berharap sekali Andre ada perasaan yang sama. Tapi ternyata Andre cuma menggantungkan perasaanya dan pergi begitu saja.

Setelah itu Allea jadi lebih protektif jaga hatinya dan terlalu memilih jika ada cowok yang mendekatinya. Sampai saat ini Allea baru sekali pacaran, itu pun tak bertahan lama karena hatinya belum menemukan rasa nyaman.Biarpun setelah itu ada cowok saja yang mendekatinya, tapi sulit buat Allea membuka hati. Apalagi kalo si cowok itu udah gak klik dimata Allea. Ia akan memilih menghindar perlahan.

Tapi beda dengan Sandy dimata Allea, mereka awalnya dekat karna sesama mapala. Sandy memang perhatian dan baik pada siapa saja. Biarpun ia merasakan kebaikan Sandy akhir-akhir ini berbeda. Wajah juga gak kalah goodlooking dari Andre meskipun ketampanan mereka berbeda versi. Sandy punya pribadi yang kalem dan dewasa, badan proporsional, suka olahraga alam. Ia termasuk mahasiswa cerdas, karena berjalan ditahun ke 4 kuliahnya cowok itu sudah mulai selesai menyusun skripsinya. Meskipun sebenarnya jurusan ekonomi ini bukan seratus persen keinginan hatinya. Ia hanya menuruti keinginan ayahnya, karena saat ini hanya tinggal beliau orangtua Sandy setelah mamanya meninggal saat ia lulus SMA dulu.

Ayahnya ingin Sandy yang meneruskan perusahaannya yang mulai meroket karena dia anak laki-laki satu-satunya. Ia mempunyai kakak perempuan yang sudah menikah dan tinggal dengan suaminya diluar kota. Mereka memiliki perusahaan yang cukup bonafit. Sehingga biarpun sudah menikah tidak pernah merepotkan orangtuanya, malah sering membantu menyekolahkan adik bungsu perempuannya yang masih SMA. Karena ia ingat tinggal ayahnya satu-satunya orangtua yang ia miliki Sandy pun serius kuliah dan selalu mendapat IPK mendekati 4. Itu juga sebenarnya yang diam-diam membuat Allea simpatik.

Dua mobil minibus yang membawa mapala kampus telah tiba dilokasi setelah 2 jam perjalanan. Allea tak satu mobil dengan Sandy, karena ia bertugas menyetir dimobil satunya. Allea kagum banget dengan pemandangan sekitarnya, menjelang siang gini udara masih segar. Tempatnya juga gak begitu panas karena banyak pepohonan. Ternyata disini lumayan jauh dari rumah penduduk tapi kalo mau ke hutan cuma kurang lebih setengah kilometer saja. Setelah brefing sebentar mereka mendirikan tenda. Mapala yang ikut kegiatan ini ada 20 orang 8 cewek dan 12 cowok, 1 tenda bisa dipakai 4 orang karena lumayan besar dan nyaman.

Selesai mendirikan tenda Allea menata ranselnya didalam. Terdengar diluar suara Nayla sedang ngobrol dengan cowok. Suaranya asing, bukan personil yang dikenalnya ,bukan juga Sandy, Allea mengernyit lalu angkat bahu.

"Al...sini deh aku kenalin" tiba-tiba kepala Nayla sudah melongok kedalam tenda.

Allea menoleh lalu bertanya 'siapa?' tanpa bersuara.

"Tadi yang mapala baru.." bisik Nayla. Bibir Allea membulat lalu ia beranjak keluar. Tapi begitu keluar tenda Allea melihat cowok itu membelakanginya sambil memainkan gadget.

"Kev...kenalin ini temen satu tenda aku, Allea.." kata Nayla. Terlihat cowok itu buru-buru menoleh.

  DEG!

Jantung Allea serasa mau copot melihat cowok didepannya.

   'ANDRE!'

3. Penjelasan

Mata mereka bertemu dan sama-sama membulat.

"Kamuu...??" Ucap mereka hampir bersamaan dan saling tunjuk.

"Andre.." panggil Allea masih tak percaya dengan cowok didepannya.

"Kamu Allea kan? Allea Queen Mahesta...iya kan?" kata cowok itu yang masih mengingat namanya dengan benar.

"Lho kalian udah saling kenal?! Tapi koq kamu panggilnya Andre sih Al?" selidik Nayla.

"Ehm...bener koq Nay, nama aku Kevin Andrean. Dulu pas SMA emang dipanggilnya Andre gitu.." jelas Andre.

"Oowh...kalian ni temen SMA to..?" Nayla menggaruk belakang kepalanya malu. Niat mau ngenalin tapi malah udah pada saling kenal.

"Iya...kita udah kenal koq Nay" jawab Allea mengulum senyum.

"Iya...dulu kita..temen deket pas SMA, ya kan Al?"

"Gak, temen biasa koq!" jawab Allea tegas.

"Yaudah Nay, aku mau..cari Rania dulu ya.." tanpa menunggu jawaban kedua orang didepannya Allea segera berlalu.

Seketika satu persatu kenangan mereka muncul kembali. Ia ingat hatinya diberi harapan, dengan perhatian dan sikap manis Andre. Lalu digantungkan dengan pergi seiringan kelulusan mereka tanpa meninggalkan sepatah kata apapun. Pikiran Allea sampai jauh kemana-mana waktu itu. Andre punya cewek lain lah, Andre cuma jadiin dia mainan lah. Maklum, diusianya yang waktu itu masih labil. Tapi perasaan dan hatinya dulu memang cuma buat Andre. Sekaligus Andre pulalah yang membuat hatinya takut memiliki rasa lagi untuk orang lain. Karena gak mau terjadi hal itu lagi, Allea gak mau gampang baperan.

Perasaannya saat ini campur aduk banget, kaget, kesel, benci tapi ada rasa senang juga tiba-tiba melihat Andre lagi didepannya. Bahkan sekarang mereka satu kampus, satu jurusan.

'Jangan sampai terlena lagi kaya dulu!'

Rutuknya dalam hati.

Wajah Allea bete ,ia berjalan dengan kesal melewati teman-temannya menuju pinggir danau.

Brukk! Tak sengaja Allea menabrak punggung cowok, lalu cowok itu mengaduh. Allea mengangkat wajahnya, Sandy.

"Eh...maaf kak gak liat jalan.." sungut Allea. "Sakit ya?" reflek Allea mengusapi punggung Sandy.

"Gak koq...cuma kaget aja, aku juga gak liat tadi..baru cari sinyal ini ,disini sinyal susah.." jawab Sandy senyum.

Hatinya berdesir hangat saat Allea mengusap punggungnya. "Kamu mau kemana?" tanya Sandy. Allea tak menjawab hanya menunjuk arah danau kemudian berlalu. Sandy bengong, ia heran melihat wajah bete Allea. Belum beranjak dari tempat itu gantian Andre yang bilang 'permisi' melewati Sandy lalu mengekori Allea.

Sandy mengernyit lalu berjalan menjauh dari danau menuju tendanya. Ia tak mau orang lain tau ia memperhatikan Allea dan Andre. Jadi ia memilih ke tenda saja, dari tendanya ia tetap bisa mengawasi mereka. Sandy penasaran pada Andre, anak mapala baru tapi udah berani godain Allea. Apa tadi Allea bete karena cowok itu?batinnya.

Dipinggir danau Allea duduk sambil sesekali melempar batu kecil. Dari belakang Andre ikut melempar batu ke danau hingga Allea menoleh. Andre tersenyum tapi dibalas buang muka oleh Allea.

"Al...koq main pergi aja sih?" Andre udah ikutan duduk disampingnya.

"Kamu ngapain sih ikutan kesini?" tanya Allea bete."Ntar dikirain kita ada apa-apa lho?" Allea celingak-celinguk takut ada yang memperhatikan.

"Kan memang ada apa-apa.." Andre malah menggodanya.

"Gak usah ngarang!" sembur Allea.

"Galak banget sih.." sungut Andre.

"Orang yang suka gosting emang pantes koq digalakin!" Andre tersenyum memegang dahinya. "Kamu ngapain ikutan kuliah dikampus ini?" tanya Allea merengut.

"Al...aku sengaja pilih kuliah disini, ya karena pengen nyari kamu.."

"Buat apa?" potong Allea cepat.

"Aku minta maaf..."

"Kenapa minta maaf? Emang kamu...ngerasa ada salah?"

"Kalo gak ya buat apa aku jauh-jauh balik ke kota ini? Buat apa aku repot nyari info kamu kuliah dimana.." jawab Andre panjang.

"Kan gak ada yang nyuruh nyari juga..?"sela Allea santai.

"Al...dengerin dulu, tolong jangan dipotong dong.." kata Andre sabar. Allea menghela nafas. "Aku kan mau jelasin...aku minta maaf dulu aku pergi gitu aja. Dulu aku gak punya pilihan selain menuruti dulu kata-kata orang tuaku. Aku disuruh ngelanjutin sekolah pelayaran di luar kota. Pendaftaran dan ini itunya udah disiapin. Jadi mau gak mau setelah lulus aku disuruh langsung terbang kesana.."

"Terus? Emang gak bisa gitu telpon kek,chat kek atau nitip surat ke siapa gitu, buat pamit ke aku..?" cecar Allea.

"Ya aku juga gak kepikiran Al, orang malamnya aku mau tidur baru dikasih tau, disuruh packing, siang habis kelulusan langsung berangkat koq", jawab Andre." Ini semua bukan kemauan aku Al, makanya aku gak sempat juga ketemu kamu,padahal aku udah ada rencana.."

"Rencana apa?"

"Ya aku sebenernya pengen ngomong perasaan aku ke kamu waktu itu ,kamu mungkin juga udah tau kan hati aku cuma buat kamu..."

"Iya waktu itu" potong Allea agar Andre tidak semakin panjang lebar menggali lagi rasa yang dulu pernah ada diantara mereka. Yang penting apa yang ingin ia tau sudah terjawab. Andre dulu bukan sengaja meninggalkannya tapi terpaksa pergi karena keadaan. Biarpun cintanya dulu sebenarnya tidak bertepuk sebelah tangan namun rasa itu kini sudah berganti hambar. Tidak ada lagi rasa yang membuat hatinya berdesir melihat Andre saat ini. Seperti selama 3 tahun mereka di SMA dulu.

"Emang sekarang udah beda ya? Gak ada sisa tempat nih buat aku? Kan kamu juga belum ada pacar.." goda Andre tapi wajahnya serius.

"Dre...itu udah lama kan, udah berapa tahun coba? Aku memang sebel tadi pas ngliat kamu lagi tapi aku cuma butuh penjelasan...dulu aku gak munafik memang ada rasa juga ke kamu, cuman seiring waktu yaa...udah gak seperti dulu lagi Dre..aku harus perbaiki hati aku ,aku berusaha move on dan lupain yang pernah terjadi dulu..gak mungkin dong aku terus-terusan nungguin kamu, padahal waktu itu kamu aja gak jelas ada dimana..iya kan?" giliran Allea bicara panjang.

Andre menggaruk belakang kepalanya lalu menghela nafas panjang. "Yaa...gak papa Al, aku juga gak mau maksain koq...yang penting aku udah ngomong apa yang perlu kamu tau" Allea tersenyum mendengarnya. "Eh tapi...kalo kita temenan masih bisa kan?" tawar Andre lagi. Allea mengangguk. "Bener nih? Serius?!" Kata Andre bersemangat sambil memegang kedua pundak Allea.

"Eeh...gak usah gini juga kalii..." Allea menepis tangan Andre. Andre langsung mundur sambil mengangkat tangan.

"Sory...sory...kalo gitu gini aja.." Andre mengulurkan kelingkingnya. "Ayo dong kan udah baikan, sekarang kan kita temen..." rayu Andre.

"Iyaa..." jawab Allea menautkan kelingkingnya. Mereka tertawa menertawai kelakuan mereka yang kekanakan."Oh ya terus sekolah pelayaran kamu gimana? Koq jadi balik kesini lagi sekarang?" tanya Allea.

"Iya dulu sempat ambil jurusan pelayaran tapi yaa..gitu karena sekolahnya setengah hati jadi ya nilainya cuma seadanya lah Al.." kata Andre terkekeh sambil melepas jaketnya. Allea mengulum senyum. "Nilai yang bagus cuma nilai praktek olahraga hahaa..." lanjut Andre tertawa.

Allea tertawa kecil, benar mungkin kata Andre. Nilai yang bagus cuma nilai olahraga, karena itu hasilnya juga bagus. Melihat Andre yang sekarang memang beda, badannya atletis, dadanya bidang, jadi ototnya agak terlihat saat ia melepas jaketnya karena tshirt yang ia pakai pendek tidak sampai setengah lengan.

"Kenapa kamu gak suka sekolah pelayaran Dre?" tanya Allea penasaran.

"Karena memang aku minatnya gak di bidang itu kan Al, kalo minat aja udah gak ada gimana mau jalan..ya kan?" jawab Andre.

"Iya juga sih...kamu tinggal dimana sekarang?" tanya Allea.

"Itu lho apartemen yang gak jauh dari taman kota Al"

"Sendiri?"

"Iyalah...aku balik sini kan sendiri, ada sih sodara jauh, tapi jarang ketemu.." jawab Andre sambil merogoh tas kecilnya mencari air mineralnya lalu meneguknya.

"Kalo disana udah berapa cewek yang kamu ghosting?"

"Uhukk...uhuk.." Andre langsung kesedak air minumnya. Allea terkikik."Koq nanyanya gitu sih ,heh...?" Andre mengusap mulutnya lalu mendorong Allea pelan. "Gak ada ya!" lanjut Andre tegas.

"Yaa kali aja, aku kan gak tau makanya tanya ini.." jawab Allea dengan ekspresi mengejek.

"Eh...gak ada, gak ada..dengerin ni ya, jangan karena dulu aku kaya gitu ke kamu ,terus sama semua cewek juga gitu dong Al..." Allea terkekeh sambil menutup mulutnya. "Itu kan dulu bukan disengaja ,kamu nih!" Andre menyenggol Allea dengan pundaknya.

"Oo...kalo gitu diganti deh pertanyaannya, setelah itu udah pernah pacaran sama berapa cewek?" goda Allea lagi.

"Hahaa...gak ada juga Al, aku gak laku disana.." seloroh Andre cengengesan. Allea memajukan bibir bawahnya sambil tangan kanannya mendorong Andre.

"Gombal!"

Reflek dengan cepat Andre menangkap tangan Allea ketika ngeliat liontin di gelang tali hitamnya.

"Bagus gelang kamu...inisial A, pasti Andre yaa..."

"Hiih...kepedean! Allea lah..ngapain pake nama tukang gosting" Allea menarik tangannya lalu menjulurkan lidahnya.

"Astagaa..tukang gosting katanya, sini buat aku aja gelangnya!" tawar Andre sambil mau merebut dari tangan Allea.

"Ih...jangan, ini gelang amanah tau, kan dulu kamu udah pernah aku kasih gelang juga, mana sekarang?" kata Allea mengingatkan.

"Hehe...gak tau Al, lupa nyimpennya, udah ilang kayanya.." jawab Andre nyengir.

"Huu...gak bisa jaga amanah!" sembur Allea.

"Emang itu dari siapa sih? Sini liat lagi coba!" todong Andre mengulurkan tangannya. Allea menjauhkan tangannya.

"Rahasia! Yang pasti bukan tukang gosting, dadaa..." jawab Allea lalu meninggalkan Andre.

"Alleaaa...awas ya kamu!" teriak Andre sambil mengacungkan botol airnya yang kosong.

'Gak papa Dre, awal yang bagus, jangan terburu-buru...yang penting Allea sudah memaafkan' batin Andre.

Ia masih melihat Allea yang lari menuju tendanya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Dari jauh sepasang mata Sandy dari tadi mengawasi mereka , anehnya ia merasa tidak suka. Tapi ia sendiri juga bingung, kenapa dengan hatinya. Seolah tidak rela Allea dekat dengan cowok selain dirinya. Apa ia sekarang sudah mulai jatuh cinta pada Allea? Haahh...Sandy membuang nafasnya kasar lalu beranjak.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!