NovelToon NovelToon

Janda Dua Kali

Nasib malang

"Jul.."

Leha berteriak keras memanggil anak semata wayangnya. Sambil menyumpahi sang suami yang tak becus mengikat tali jemuran, yang lagi lagi putus.

Zulkarnain pria yang sudah menginjak usia tiga puluh lima tahun. Masih betah dengan status lajangnya. Sudah bukan hal yang baru jika Jul masih melajang.

Pria yang kerap kali di ejek teman temannya yang lain dengan sebutan jomblo. Hanya dirinya yang betah melajang. Sementara sebagian teman temannya sudah menikah, bahkan mempunyai anak.

"Panjul, denger gak emak ngomong.."

Leha menyeret kaki anaknya agar bangun dan membantunya.

"Apaan sih Mak, ganggu orang tidur aja."

Leha membuang bantal yang menutupi wajah anaknya dan membuangnya asal.

Sambil berkacak pinggang ia mendumel.

"Bangun gak, bantuin emak? Tuh tali jemuran putus lagi. Bapakmu gak becus ngikatnya. Sudah dua kali Mak bilas tuh baju....

Panjul..."

"Apaan sih Mak..Iya iya.."

Leha mendelik menatap anaknya yang selalu bikin enek jika di rumah. Kalau lagi ga ada aja kangen si emak.

"Pantes cewek pada kabur, wong kamunya yang welu(malas). Coba aja Jul, nyari duit tuh yang pasti. Ini kerja serabutan teros, kapan dapet duitnya buat lamar mantu emak."

Panjul hanya memutar bola matanya jengah. Emaknya itu dari dulu ngomong mantu mantu terus. Lama lama ia gerah sendiri. Nasib yang selalu di tolak dan di putusin pas lagi sayang sayang nya.

"Tuh si Ratna, kemarin udah di lamar sama orang kota Jul. Seminggu, langsung deh gelar acara pernikahan. Gak nyangka emak sama Ratna, dapet orang kota. Padahal emak kira, jodoh Lu Jul....Kapan sih Jul kamu kasih makmu ini mantu?"

"Tahun depan Mak"

Panjul menjawab asal, sambil tangannya mengikat tambang pada tiang kayu. Pikiran nya melayang jauh mengingat nasib buruknya yang selalu di putusin pas lagi sayang sayang nya.

Ratna Diana wanita yang Zulkarnain pacari setahun yang lalu. Dia gadis berusia dua puluh lima tahun. Cantik khas kembang desa, di desanya. Mereka berpacaran tidak lebih dari tiga bulan. Ratna memutuskan dirinya karna alasan yang tak cocok. Padahal ia tau, Ratna lebih memilih pria kaya yang saat ini menjadi suaminya.

"Wes to Jul, ora ngelamun wae. Makane Mak ngomong, nyari duit Ki lo mbok sing akeh. Ben enek cewek sing ke cantol Karo koe? Andalan nek pacaran ora due duit...

Coba ae Jul, tuh urusin kontrakan. Lumayan Jul, buat modal kamu nyari cewek. Emak yakin tuh, nek kamu mau ke kota. Cewek pada namplok sama kamu Jul."

" Males Mak, pada mata duitan tuh cewek."

"Makanya, coba aja kamu pake baju yang bener Jul. Gak baju elek di nggo teros. Koyok gembel ae."

*

" Mir, pak Burhan gelar pesta yah, besar besaran lagi di desa sebelah."

"Terus..."

Pak Amir sewot menjawab ketus rekan seprofesinya. Mereka berdua sedang di sawah memasang jerat, untuk si kunyuk yang selalu merusak tanaman.

Ya keseharian orang tua Zulkarnain adalah petani. Mereka terlalu sayang jika harus tinggal di kota. Baginya yang penting hidup damai di desa, makan bareng istri itu sudah cukup. Padahal Amir mempunyai kebun kelapa sawit yang lumayan luas di desa sebelah. Dan kontrakan yang ada di kota, dari almarhum ibunya, yang sedang ia renovasi.

Amir sudah menyuruh anaknya untuk mengelola kontrakannya. Tapi rupanya anaknya tak betah di kota. Maklum anak yang suka bekerja keras, dan buruh kalau suruh duduk manis pegal katanya.

"Ya engga, kan mantan anak lu, si Panjul."

"Iye tau, tuh anak mantan anak gua, emang kenapa kalau dia udah nikah dan anak gua belum."

"Ya elah sensi banget lu, ga dapat jatah semalam ya."

Amir mendengus sebal, ia melemparkan cangkir plastik pada sahabatnya. Tau aja kalo semalam ga dapat jatah dari si Leha.

Sementara Panji tertawa terbahak bahak melihat teman sejawat nya marah. Ia sudah menduga temannya, yang tak mendapat jatah mingguannya. Sudah hapal dia.....

"Ah, ko gue rasa hidup ga ada yang berubah ya. Tiap hari gini mulu, bosen."

"Kaya direktur aja laga lo Pan, dari karyawan naik jabatan."

"Menghayal juga, ga ada salahnya Mir."

"Yang namanya petani ye dari dulu gini aja. Masih sukur dah makan sama tempe tahu. Kadang si Leha cuman ada sambel doang. Heran tuh bini, uangnya di kemanain."

"Kebiasaan Lo, makan cuman pake sambel tahu tempe. Coba sekali kali tuh makan ayam. Ga di jual terus ayamnya, buat beli ikan asin. Bini Lo mah kebalik Mir."

"Tau dah... kalau di omongin pinternya ngancem ga ada jatah."

Panji hanya tersenyum melihat sahabatnya. Tak lama ia mengambil gelas yang Amir lempar tadi dan mengambil toples kecil.

"Lo tiap hari singgah di gubuk gua cuman nebeng bikin kopi. Lo ngomongin gua ngirit, padahal bini Lo yang pelit. Suami pergi ke sawah bukannya di bawain kopi. Nebeng aja Lo tiap hari."

Amir menyembunyikan air panas yang di bawanya dari rumah. Kebiasaan si Panji, kalau singgah pasti ngabisin.

"Ya elah, dikit doang,"

"Dikit, tiap hari,"

"Ga usah ngegas napa Mir cepet tua. Ya deh besok giliran gue yang bawa."

"Sampai lebaran monyet juga bini Lo ga bakalan bawain Lo kopi."

"Nasib.."

Amir mendengus sambil melirik tangan sahabatnya yang membuat kopi. Ia khawatir jika si Panji, bikinnya kebanyakan. Bisa tekor dia.

*

Malam harinya, Zulkarnain pergi bersama dengan temannya. Mereka bertiga bisanya akan nongkrong di warung Mpok Idah.

Kebiasaan seorang bujang jika malam pasti ngeluyur kek kelelawar. Nyari gebetan tentunya.

"Mpok kopi satu ya..."

"Loh nak Jul ga kondangan tuh di desa sebelah."

"Gak..."

Mpok Idah hanya menggeleng, mereka tau jika Ratna itu adalah mantannya Zulkarnain. Mereka itu sudah sangat serasi. Yang satu cantik dan yang satu tampan. Padahal Jul, berniat melamar Ratna sebelumnya. Jul juga sudah mempersiapkan cincin lamarannya, dan memberitahukan ibu dan bapak agar melamar kan Ratna untuk nya.

Tapi sebelum orang tua Jul datang melamar. Ratna terlebih dahulu memutuskannya, Dengan alasan katanya tak cocok.

Patah lah hati Panjul...

Untuk yang kesekian kalinya ia berpacaran dan berniat serius. Tapi selalu saja berakhir di putuskan. Padahal kalau di pikir kurang apa coba dirinya. Sudah tampan badan tinggi dan Maco. Cuma karna dia punya tato dan rambut gondrong, kebanyakan para gadis memutuskannya. Dengan alasan tak cocok.

Iya memang tak cocok, karna orang tua mereka yang tak setuju anaknya berjodoh dengan nya. Yang katanya preman....

.

.

Otor minta dukungan VOTE dan hadiahnya 🙏😌

Baca juga karya otor yang lain.

Mau coba bikin yang komedi, biar ga stres mikirin CEO mulu🤣

.

.

Galau

"Iya bener tuh Jul, Lo harus nya kondangan sama mantan. Itung itung ngilangin sial. Ya gak Yon?"

Si Riki, nambahin hati Panjul semakin panas. Sudah di putusin pas lagi sayang sayang nya. Menikah juga ngundang dia, kan tambah eneg hati Panjul.

Di undang sama mantan yang sangat di cintai itu adalah penyiksaan baginya. Datang sakit hati ngak datang di kira mati. Ah memang benar belum move on dengan Ratna. Ratna itu ibarat Sinta dan dia Rahwana.

Jul menggelengkan kepalanya, mengusir pikiran bodoh yang ada di pikirannya. Bisa bisanya ia bilang dirinya sendiri Rahwana. Harusnya bukan Rahwana tapi si Arwana. Yang cengap cengep melihat mantan terindah bersanding dengan orang lain. Seperti ikan arwana yang kehabisan air galon, mangap mangap sesak napas.

Yang di panggil hanya mengedihkan bahunya. Ia tau sahabatnya itu sangat mencintai Ratna. Tapi apalah daya si Panjul. Yang katanya cuman kuli panggul padi di sawah, saat panen dan kerja serabutan. Padahal tak ada orang tau jika Zulkarnain adalah pria kaya menurut nya. Bahkan kaya, cukuplah kalau cuman buat manjain bini, bolak balik ngecat kuku seminggu sekali.

"Jul.. Bengong aja, kopi Lo tuh, dingin."

Lagi lagi Riki mengagetkan lamunannya. Jul mendengus dan melirik tajam pada sahabatnya. Ga tau apa kalau dia tuh lagi galau. Berasa pingin nyelupin tuh pentolan panas ke bibir cerewet Riki.

"Berasa kayak mau gantung diri Lo, di tinggal nikah sama mantan. Lo sih,..harus nya Lo bawa kabur tuh sebelum janur melengkung. Badan aja gede nyali ciut, kalau udah di putusin. Pasrah aja kayak kodok kalau udah kebalik ga bisa tuh balik lagi."

" Brengsek Lo,"

Riki dan Yono tertawa terbahak bahak melihat wajah Panjul yang masam. Seperti pakaian kusut yang belum di rapika.

Sudah pasti temannya itu galau nya tingkat dewa. Secara dari sekian banyak nya pria hanya dia keknya yang bernasib sial. Selalu di putusin pas lagi sayang sayang nya. Miris....

"Mending Lo pulang sono, nambahin hati gue sesak napas aja. Bini Lo tuh nyariin."

"Kagak, gue itu bebas Jul, kalau keluar rumah. Bini gue bebasin gue keluar kandang. Gue tuh tipe setia ama sahabat gua.....

Cuman gua bingung, ko semua cewek selalu ninggalin Lo pas lagi anget anget ya Jul. Apa jangan jangan emak Lo pernah ngutuk Lo jul."

"Sialan Lo"

"Secara Mak Lo kan cerewet nya nangudubilah, siapa tau dia keceplosan."

Setusuk cilok panas mendarat mulus di mulut Riki. Sementara Riki kelabakan, bibirnya terasa terbakar mendapatkan cilok panas yang baru keluar dari panci. Masuk bebas ke dalam mulutnya. Tentu itu adalah ulah Panjul, sahabatnya.

Hah... Hah...Mulut Riki monyong dan membentuk huruf o, guna mengusir rasa panas dan pedas secara bersamaan. Yang seperti membakar lidah dan bibirnya.

"Sialan Lo Jul,"

Mpok Idah hanya menggeleng, ia sudah biasa dengan mereka bertiga.

"Yon, temenin gue kesoso yuk,!"

Hah...

Kedua sahabatnya itu bengong sekaligus tak percaya. Si Panjul mau ke tenda birunya si Ratna. Ga kejer tuh liat mantan cakep pake gaun putih. Dan yang pasti bukan kafan ye kan....

"Lo mau ke sono, yang bener, serius. Mimpi apa Lo semalam Jul. Ga biasanya Lo datang ke acaranya mantan. Dapat Wahyu Lo semalam.?"

Yono yang dari tadi diam pun angkat bicara. Gak biasa nya sahabatnya itu mau datang ke pestanya mantan. Apalagi lagi si Ratna, yang katanya dulu pacar idaman.

" Serius, gue mau buang sial. Kan Lo Ki yang bilang kalau gue kayak kodok di balik ga bisa kembali lagi tengkurap. Gue mau ke sono, sekaligus mau nunjukin, kalau gue bisa move on."

"Yakin,"

Yono menatap wajah Panjul nelangsa. Hah berasa kayak anak ayam kehujanan, tuh si Panjul.

"Lo kalau gak yakin, mending diem bae di sini. Dari pada ntar Lo mewek di sana Jul. Rendahin harga diri laki laki ntar."

"Sembarang Lo, kalian pikir gue bego apa? Sampek segitunya, mau mewek di depan tamu undangan. Apalagi di depan Ratna, bisa bisa tuh cewek semakin kasihan sama gue."

"Ya elah, kirain semakin besar kepala si Ratna, ternyata Lo malah mikirin Ratna yang semakin kasihan sama Lo. Makan aja tuh cinta Jul. Udah di tinggal kawin juga, masih aja belain tuh cewek. Parah Lu."

"Ya udah, gua temenin kondangan. Pasti juga bini gua lagi nonton."

"Tadi katanya Lo udah kondangan Ki,"

Riki mengangguk mengiyakan ucapan Yono, sahabatnya.

"Terus,"

Riki hanya cengengesan mendengar pertanyaan sahabatnya. Ia lalu menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

"Panjul yang mau ngasih duitnya.!"

"Enak aja, kebiasaan Lo. Ogah duit gue tipis, tinggal dua ratus rebu. Mending buat beli mie pangsit dari pada gua kasih ke Lo."

"Ye, itu juga Lo yang ngajak?"

"Ayok lah, kalau Lo ga mau kasih buat ngisi amplop. Lagian waktu tadi gue kondangan yang bawa amplop nya bini gue. Apa salahnya kalau orang nya datengnya belakangan. Ga mungkin nyadar juga tuh pak Burhan."

"Itu sih maunya Lo, ogah gue yang di intilin, malulah."

Akhirnya setelah perdebatan panjang mereka. Ketiganya sepakat untuk mengantarkan Zulkarnain ke pestanya Ratna. Si mantan terindah nya Panjul seorang.

*

"Heran tuh anak, kemana aja? Seharian cuman molor. Bangun bangun ga liat, kemana perginya tuh anak.?"

" Biarin aja, paling juga pergi ke warung nya Mpok Idah. Kayak baru aja liat tuh anak keluar malam. Kalau Lu liat Panjul diam di rumah semalaman baru Lo heran."

"Bukan pak, tuh Panjul belum makan seharian. Kagak noel pemanas seharian, makan angin."

Leha bicara ngegas pada suaminya, ia masih gondok kejadian pagi tadi. Yang dua kali bilas cucian yang sudah bersih. Sedangkan Amir berjengit kaget, mendengar nada gas dari sang istri. Ko marah sih, apa dia punya salah lagi?

"Alamat ga dapat jatah mingguan lagi gua,"

Amir bergumam lirih, takut sang istri dengar, bisa tambah parah tuh bibir.

Leha meletakkan cangkir muk lumayan besar dimeja. Lalu pergi kebelakang, sambil mendumel.

"Wong bapaknya, ko ga perduli sama sekali sama anak. Mau makan apa gak, di biarin. Emang nyari duit kalau bukan buat anak buat siapa, sampek anak kelaparan.?"

Kebiasaan istri kalau lagi ngambek, panci dan baskom bunyi semua. Amir pura pura sibuk menonton drama kesukaannya. Lagian.kalu di ladenin, sudah lain cerita lagi yang istri bahas. Merembet kemana-mana. Dari depan ke belakang kadang ga, selesai semalaman ceramah. Besok nyambung lagi, sampek kuping panas.

.

.

Bantu dukungannya VOTE dan hadiah

.

.

Tenda biru

Jul memandang nanar tenda biru yang lumayan besar. Ah ia pikir hatinya gak akan sedih lihat tenda yang di kerubuni manik manik. Ternyata masih aja sakit, ga kuat liat nya. Lihat tendanya aja berasa mau mati dia, apalagi kalau liat si Ratna. Pakai gaun pengantin dan mahkota di kepala, tentu wanita itu sangat lah cantik.

"Ais... Berani gak."

Yono mengagetkan Jul dari lamunannya. Sudah jelas ini adalah sejarah bagi Jul. Datang ke acara mantan, adalah hal yang sangat langka.

"Lo kalau ga kuat mending kita pulang aja, Jul. Liat muka Lo kayak kucing minta asin, melas banget."

Yono menonyor kepala Riki, sahabatnya ini memang selalu bikin eneg. Bukannya menghibur hati nya Panjul, justru manasin.

"Bang Riki.."

Ketiga nya menoleh ke arah wanita yang menggandeng anak sekitar empat tahun.

"Abang ngapain, loh bang Jul juga di sini."

Jul hanya memutar bola matanya jengah. Ia tau pasti istri Riki ini mau kepo. Sudah jadi kebiasaan perempuan suka sekali ngegibah.

"Bang Jul mau kondangan,?" Keponya.

" Gak, mau minta makan,"

"Ish.. Nanya doang bang, sewot banget. Bang Jul yakin mau masuk ke dalam. Bulan temenin mau?"

" Bawa pergi aja tuh laki Lo, bikin gua eneg aja tau gak,"

Bulan mencebik dan menarik tangan Riki. Sementara Jul dan Yono masuk ke dalam. Makin kedalam dada Jul jedak jeduk seperti ada petasan di dalamnya. Siap merontokan, jantung dan hati nya. Melihat Ratna tersenyum lebar menyambut para tamu undangan.

"Cantik,"

Tanpa sadar Jul memuji cantik wanita yang menjadi ratu sehari itu. Yono menatap jengah, pada sahabatnya. Sudah di tolak juga masih muji, pikir nya.

Tak sedikit orang yang memandang ke arah Jul. Tentu alasannya juga sama, heran dengan kedatangan Panjul ke pesta pernikahan mantan. Apalagi ini adalah Ratna, gadis yang di gadang gadang istri idaman Panjul. Tadinya....

"Jul, semua orang heran tuh, Lo datang kondangan kemari?."

"Gue mau ke depan dulu deh Yon." Jul justru menjawab lain. Sedangkan Yono segera mencegah bujang lapuk itu. Mau apa dia ke sana?

"Ngapain Jul, makan dulu nanti baru ke sono sekalian balik. Lapar gue Jul, masa iya seratus ribu ga makan rugi dong Jul."

Jul tak menggubris ucapan Yono. Ia melenggang pergi ke arah panggung. Sedangkan Yono mendengus melihat kelakuan Panjul. Sia sia dia kondangan, ujung ujungnya ga makan di prasmanan. Ia lalu mengikuti langkah Panjul.

Sementara Jul mengepalkan tangannya, bukan karna di la marah. Tapi karna tangan nya bergetar dan berkeringat dingin. Duh mau salaman sama mantan, gemeteran kayak kena siraman air garam.

Yono mendahului Panjul menyalami Ratna. Ia mengucapkan selamat pada wanita cantik itu. Ratna memang benar benar berubah jadi ratu. Ia melirik ke arah Jul di belakangnya. Terlihat wajah kaku tapi sangat melas, sampai tak tega liatnya dia.

"Ratna,...."

Hah....

Semua yang berada di atas panggung bengong, mendengar nada Panjul yang terkesan seperti anak kucing. Tak heran banyak yang kepo dengan Panjul malam ini. Mereka tau jika seorang Zulkarnain tak pernah datang ke acara mantan mantan nya. Itu sebabnya mereka mendekat. Berpura-pura ingin menyalami manten, padahal tadi udah.

"Semoga kamu bahagia dengan pernikahanmu,"

Ada kecewa yang tersirat di dalam nya. Pasti lah Jul kecewa dengan Ratna. Mereka berdua itu sudah serasi. Ah dasar gak jodoh, nasib....

Sedangkan Ratna tersenyum tipis, ia sebenarnya masih cinta dengan Jul. Tapi nasib berkata lain. Jul tidak mau memperjuangkan nya. Padahal dulu mereka saling mencintai. Entah sekarang pria itu masih mencintainya atau tidak.

Hanya karna ia memutuskan Jul bohongan, agar pria itu tak kaku dan sedikit mesra saat pacaran. Ternyata Jul menganggap nya serius. Dasar Jul, bujang lapuk itu tak konek dengan kode kodean.

"Iya terima kasih.."

Nyes.. Berasa ingin ngekepin si Ratna dan menyingkirkan pria yang di sampingnya ini. Suara indah Ratna masih teringat jelas, sangat syahdu di dengar. Bagi Jul tapi, gak tau yang lainnya.

"Ayo Jul, selamat ya Na. Semoga cepat di kasih momongan."

Jul pasrah di geret Yono turun dari panggung. Sebelum jauh ia menoleh kearah Ratna. Pasrah, tentu saja Ratna sekarang milik orang lain. Nasibnya selalu saja begini, di tinggal kawin sama pacar pacarnya. Entah apa kurangnya dia, mustahil hanya karna rambut gondrong dan tatonya.

"Bang Jul kayak mau nangis, bang.?"

Riki menghampiri Jul, dan Yono yang keluar dari tenda biru. Bener bener sejarah malam ini.

"Sabar Jul, gue yakin jodoh Lo nungguin Lo sekarang. Yang pasti dia lebih cantik dari mantan mantan Lo. Kan Lo udah buang tuh sial."

Jul tak menggubris ucapan Riki, ia berjalan lurus sambil memasukkan kedua tangannya pada saku celananya. Duh babang Panjul,emang beneran keren. Tapi sayang nya, dia selalu bernasib mengenaskan.

Sementara di dalam tenda, bisik bisik mulai menyebar. Yang tadinya dari depan tembus ke belakang. Padahal belum juga dua menit si Panjul meninggalkan tenda. Mereka pada heboh sendiri....

"Lo dari mana Jul,"

Amir mengagetkan anaknya yang berjalan sambil melamun. Tentu saja melamun memikirkan Ratna yang menikah. Di tambah lagi status jomblonya yang sepertinya masih bersambung dan semakin panjang.

"Kondangan.." Menjawab singkat dan jelas.

"Lo kondangan ke tempatnya Burhan?" Pekik Amir tak percaya. Baru kali ini anak satu satunya melepaskan kepergian sang mantan. Biasanya, dia di putuskan begitu saja lalu di tinggal nikah. Dan Panjul akan ngeram terus di kamar jika di tinggal nikah sang pacar.

"Ada kemajuan Lo Jul" Jul mendengus lalu meninggalkan bapaknya di depan tipi.

Tengah malam, Jul masih belum bisa memejamkan matanya. Ia masih memikirkan nasib jomblonya. Membayangkan bagaimana nikmatnya menanam ubi miliknya pada lubang gua. Kata Riki dan Yono, enaknya ga ketulungan. Jadi pengen cepet-cepet nyobain gimana rasanya.

Hah.. Lagi lagi status jomblo abadinya. Yang selalu di tinggal nikah pas lagi sayang sayang nya. Terus kapan mau nyoba nanam ubi, kalau gini terus. Apa ubinya gak berkualitas ya...Tapi mana mungkin. Lumayan jumbo juga...

" Tuhan kirimkan bidadari cantik untuk hamba mu ini." Jika Riki dan Yono mendengar, pasti mereka berdua akan muntah bersamaan. Lebay....

Brakk.... Brukk...

Jul di kagetkan dengan suara nyaring. Seperti ada sesuatu yang berat Dari di turun turun ka.. Apa itu?....

"Ah bodo, tidur aja. Siapa tau besok ada bidadari dari khayangan namplok ke gue."

Tak lama, Panjul sudah berada di alam mimpi. Inilah Zulkarnain, yang tak terlalu memusingkan mantan yang meninggal kan nya. Meski sakit hati, tapi Jul gampang melupakan mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!