Hai Readers, jangan lupa masukan favorit, kasih komen, like, gift dan vote nya juga ya ❤️❤️☺️ Selamat datang di novel horor pertamaku, semoga kalian suka...
🍁🍁🍁
Ting tong!
🎵🎵
Di sebuah sekolah bernama SMA Nusa Bangsa, terlihat beberapa siswa dan siswi berlarian menuju ke kelas mereka masing-masing setelah mendengar suara bel berbunyi. Hari itu adalah hari terakhir ujian kenaikan bagi semua siswa kelas X dan XI. Setelahnya mereka akan melalui liburan yang cukup lama.
Usai melaksanakan ujian terakhir, terlihat beberapa siswa di kelas X-b masih berkumpul di dalam kelas.
"Woah.. akhirnya ujian beres, maka terbitlah liburan!" Seru seorang gadis remaja sambil merentangkan kedua tangannya dengan gembira. Dia adalah Rania, siswi kelas X-b SMA Nusa Bangsa. Terkenal dengan sikapnya yang ceria dan ramah, friendly dengan semua orang di sekitarnya.
"Bener Ran, kita wajib liburan nih! Harus! Soalnya otak udah mumet sama belajar dan ujian." Ucap Nita, salah satu teman baik Rania.
"Ngomong-ngomong soal liburan, gimana nih kalau kita liburan ke pantai?" Usul Rendra pada teman-temannya.
"Pantai?" Rania tampak berpikir.
"Pantai ya?" Nita juga terlihat berpikir tentang kata pantai ini.
"Alah! Tahun lalu juga ke pantai kan? Gimana kalau kita liburan sekalian mengenal alam bebas sambil wisata horor juga." Ivan mengusulkan kepada ketiga temannya itu untuk berlibur ke alam bebas.
"Maksud Lo alam bebas? Apaan?" tanya Mila, salah satu teman Rania juga. Dia bertanya pada Ivan.
"Gimana kalau kita kemping? Tempatnya terkenal angker loh," Ivan melirik ke arah Rania.
"Terus kenapa Lo lihatin gue?" Rania menunjuk pada wajahnya sendiri.
"Lo kan gak percaya tuh sama mahluk gaib, setan dan semacamnya. Mungkin lebih baik kalau Lo ikutan kemping sekalian uji adrenalin. Buktiin setan itu ada apa enggak?" Ivan tersenyum memandang ke arah Rania. Dia tau temannya itu selalu berpikir dengan logika, hal-hal yang berbau mistis dan berhubungan dengan supranatural. Rania tidak percaya akan semua itu.
"Kemping? Malas ah." Ucap Rania langsung menolak ajakan Ivan untuk kemping. Dia menggendong tas gendongnya dan bersiap untuk pulang.
"Lo gak mau ikut, karena Lo takut kan?" tuduh Rendra pada Rania.
"Ah iya, selama ini Lo gak pernah ikut kemping dan gak percaya setan. Jangan-jangan itu karena Lo takut, bukannya gak percaya kalau mereka itu ada? Semuanya jadi masuk akal sekarang." Ivan juga menuduh Rania bahwa dia bukannya tidak percaya adanya makhluk gaib didunia ini, tapi karena dia takut.
Rania membalikkan badannya, dia menatap tajam pada Ivan dan Rendra yang menuduhnya. Alisnya terangkat, dia mendengus kesal. "Gue gak takut! Setan atau apalah itu, gue gak percaya! Gue bisa buktiin mereka itu gak ada!" Seru Rania tegas dan percaya diri.
"Hohoho, oke kalau Lo emang gak takut. Lo harusnya setuju dong ikut kemping ke tempat angker itu?" Ivan bertanya dengan nada yang menantang Rania.
"Oke gue terima ajakan konyol kalian itu! Gue gak takut ya," Rania menatap tajam ke arah Ivan dan Rendra.
"Hey, Nita...Mila. Kalian ikut juga kan?" tanya Rendra pada Mila dan Nita yang masih duduk di bangku.
"Oke, ikut!" Nita dan Mila menjawab dengan serempak.
"Fiks, besok kita berangkat!" Kata Ivan sambil tersenyum lebar.
*****
Keesokan harinya, di rumah Rania. Tampak gadis itu sedang mengemas barang-barang yang belum dia bawa ke ransel besarnya itu. Disisi lain seorang wanita paruh baya sedang duduk di kursi meja makan. "Ran, sebelum pergi sarapan dulu. Jangan lupa ucap bismillah, kalau di tempat orang jangan sompral ya!" ujar wanita paruh baya itu mengingkatkan Rania.
"Iya nek, tenang aja. Gak bakal ada apa-apa kok, palingan mereka cuma nakut nakutin aku."
"Mau mereka nakut-nakutin atau nggak, tetap aja kalau lagi ditempat orang harus sopan. Apalagi di alam liar, seperti hutan...kamu harus hati-hati, jangan lupa ucapkan salam dan bismillah." kata wanita paruh baya itu mengingatkan.
"Iya nek, iya..." Rania menganggukkan kepalanya, kemudian duduk di kursi meja makan dan memakan roti yang ada diatas piring.
"Jangan iya iya aja, harus dilakuin! Ingat ya Ran." kata nenek Rania tegas.
Tak lama setelah sarapan pagi, Rania dijemput oleh teman-temannya ke rumah dengan mengendarai mobil papanya Rendra. Mereka berlima pun berpamitan pada nenek Rania, tak lupa nenek Rania mengingatkan lima anak remaja itu untuk selalu berhati-hati.
Akhirnya mereka berlima berangkat menuju ke hutan yang disebutkan oleh Ivan sebagai hutan angker. Hutan itu letaknya berada dibawah kaki gunung, hingga mobil tak akan bisa masuk lebih jauh ke dalam hutan.
"Kita simpan mobil dimana nih?" tanya Rendra yang menyetir mobil.
"Bentar lagi, gue tunjukin tempatnya." ucap Ivan menjawab temannya itu.
Nita, Rania dan Mila melihat-lihat jalan yang sudah mulai tak terlihat, tertutupi oleh hutan belantara dan pepohonan yang menjulang tinggi. Terlihat sebuah pohon beringin besar disana, dengan akar-akar menjuntai disana.
Rania melihat ke arah pohon itu dan merasakan hawa dingin saat melewatinya. Awalnya dia biasa saja, mamun kedua matanya melebar ketika melihat seseorang berdiri didepan pohon itu.
Deg!
Kenapa bisa ada anak kecil ditempat ini?
Rania terkejut, dia sampai menelan ludah. Sosok itu berwujud anak perempuan, memakai pakaian putih dengan ada beberapa bercak merah terlihat di pakaiannya. "Eh guys, lihat itu!" tunjuk Rania pada sosok anak perempuan yang sedang tersenyum menyeringai ke arahnya itu.
"Apaan Ran?" tanya Nita yang duduk tepat disebelah Rania.
"Itu, masa ada anak kecil di hutan sendirian." tatapan Rania mengarah pada anak perempuan di bawah pohon beringin.
Nita dan Mila melihat ke arah pohon, mereka tidak melihat siapapun berada disana. "Mana, gak ada orang tuh!" kata Mila.
"Lo salah lihat kali Ran," ucap Nita yang juga tidak melihat anak kecil yang di tuduhkan oleh Rania.
"Serius guys, barusan dia ada dibawah pohon itu. Dia senyum sama gue!" Kata Rania yakin bahwa dia tidak salah lihat.
Kenapa anak itu menghilang?
"Wah, Lo udah mulai halu ya Ran? Apa jangan-jangan Lo liat salah satu penunggu di hutan ini?" goda Ivan pada Rania sambil tersenyum.
"Lo jangan bercanda Van, gak ada yang namanya penunggu. Setan itu gak ada, mereka itu khayalan dan halusinasi manusia." ucap Rania sambil menyilangkan kedua tangannya didada.
"Oh, terus yang Lo lihat apa dong?!" goda Rendra pada Rania.
"Bacot kalian!" Rania mencubit Rendra dengan kesal.
"Unchh.. sakit tau, Ran!" Pekik Rendra sambil memegang tangannya yang memerah.
Rania terdiam, dia tetap yakin bahwa dia melihat anak perempuan itu disana. Dia tidak berhalusinasi sama sekali.
Ckittt!!!
Tiba-tiba saja Rendra menancapkan pedal rem secara mendadak. Hingga membuat teman-temannya yang ada dibelakang terkejut. "Woy dra, ada apaan sih?" oceh Rania yang kepalanya terantuk jok kursi.
"Sorry guys, itu ada..." ucapan Rendra terhenti saat melihat sesuatu didepan mobilnya.
...*****...
...😈😈😈...
Rania, Ivan, Nita dan Mila melihat ke depan mobil Rendra. Mereka langsung berteriak begitu melihat sosok yang ada didepan mobil itu.
"Kyaaaaakkk!!!"
Sosok pria tua berambut putih, baju serba hitam dan pria tua itu memiliki bola mata berwarna putih hampir semua. Hanya ada satu titik kecil hitam di bola matanya itu.
"Van, siapa tuh aki-aki?!" Tanya Nita gemetar ketakutan, dia memeluk Rania yang berada tepat disampingnya.
"Gue gak tau," jawab Ivan sambil menelan salivanya. Dari wajahnya dia tampaknya tidak tahu menahu soal pria tua itu.
"Ini kan daerah rumah Lo, gimana bisa Lo gak tau?" Protes Mila pada Ivan yang hanya menjawab tidak tahu tentang si kakek tua yang saat ini masih berdiri di depan mobil Rendra.
"Hai guys, udah keles debatnya! Ini si kakek masih disini aja!" Tangan Rendra gemetar memegang setir kemudi itu. Dia seperti mati gaya didepan pria tua yang menatapnya dengan sinis itu.
Gila ini si kakek, sumpah! Gak tau muncul dari mana dia berhasil buat aku merinding. Rendra membatin.
Rania bahkan tak berani menatap kakek itu, dia merasa ada yang janggal dengan keberadaannya. Bulu kuduk Rania seketika berdiri saat melihatnya, namun dia tidak mau menunjukkan rasa takutnya didepan teman-temannya. Terutama Rendra dan Ivan yang selalu saja menggodanya.
"Ren, buka kaca mobilnya!" titah Rania pada Rendra.
"Ran, Lo gila ya? Buka kaca mobil?" Rendra menengadah menatap ke arah Rania.
"Kayaknya si kakek mau ngomong sesuatu sama kita, kita gak usah takut sama dia. Dia kan cuma manusia dan dia sendirian, sedangkan kita berlima." ucap Rania memberanikan diri.
Tok, tok ,tok!
"Jirr!!" Ivan yang duduk di kursi depan bersama Rendra, terkejut bukan main saat si kakek berambut putih ini mengetuk kaca mobil disebelah tempatnya duduk.
Rendra akhirnya membuka kaca mobil, terlihat si kakek menatap tajam kepada semua orang yang ada di mobil itu. "Kalian mau kemana?" tanya si kakek dengan nada tegas dan bisa membuat orang yang mendengarnya ketakutan.
"Ka-kami mau pergi kemping kek.." jawab Rendra dengan suara pelan yang tergagap.
Suara kakek itu meninggi dan bertanya. "Kemana?!"
"Ka-kami mau ke hutan kali mati, kek." jawab Ivan sambil menundukkan kepalanya, dia tidak sanggup menatap mata si kakek yang aneh itu.
"Pulang! Balik!" Teriak si kakek pada Rania dan teman-temannya yang sontak saja membuat muda-mudi itu terkejut.
"Maaf kek, kenapa kamu harus balik? Tolong berikan alasan yang jelas!" Kata Rania bertanya dengan tegas. Rania selalu bicara dengan logikanya terlebih dahulu.
"Kalau kalian melewati jalan ini dan masuk ke dalam hutan itu, kalian tidak akan kembali hidup-hidup!" Ujar si kakek dengan wajah menyeramkan, dan suara yang petir menggelegar itu.
Nita, Ivan, Rendra dan Mila menelan ludah, mereka tampaknya terpengaruh dengan ucapan si kakek. Wajah mereka langsung pucat saat mendengarnya.
"Cih! Kek, jangan menakuti kami ya! Bisa-bisa kakek dihukum loh karena bicara hoax!" Rania mendesis, dia tidak percaya dengan ucapan si kakek. Menganggap ucapannya hanya bualan saja.
"Ran, yang sopan sama orang tua!" seru Mila berbisik pada Rania, mengingatkan Rania untuk berlaku sopan.
"Ren, ayo jalan! Jangan dengerin si kakek bacot ini." Kata Rania pada Rendra, untuk melanjutkan perjalanannya ke dalam hutan dibawah kaki gunung.
Rendra tampak bingung, karena takut dan panik. Akhirnya dia menutup kembali kaca mobil dan menancapkan pedal gasnya, keempat temannya yang ada di mobil terlihat takut saat melihat mata si kakek menatap mereka dengan tajam.
Brum...Brum...
"Dasar anak-anak kurang ajar, dia akan memakan kalian! Saat itu kalian akan menyesal." Teriak si kakek sambil menatap kepergian mobil itu dengan dengusan marah.
Rania dan teman-temannya dag dig dug ketika melihat si kakek aneh yang entah datang dari mana dan ucapannya yang mengancam.
"Guys, kita balik aja yuk! Gue gak enak hati, sumpeh.." ucap Nita kepada teman-temannya.
"Gue juga nih, tiba-tiba gue merinding tau...kita balik aja yuk!" Mila gemetar ketakutan, Mila resah dan gelisah.
"Kalian takut gara-gara omongan si kakek penipu itu kan? Dia cuma nakut-nakutin kita doang, gak usah takut lah sama yang kayak begituan! Ren, lanjut aja!" Rania tetap pada pendiriannya untuk pergi kemping lebih jauh ke dalam hutan.
Ivan dan Rendra tidak bergeming, mereka masih kepikiran dengan ucapan si kakek.
"Ran, apa Lo gak dengar apa kata kakek itu? Kita bakal dimakan, kita akan mati!" Mila memegang tangan Rania.
"Bacot, dia cuma mau nakut-nakutin doang. Kalian kan yang ngajak gue kesini, kenapa kalian jadi pada mau balik? Bukannya kalian mau buktiin sama gue kalau hantu itu ada?!" Rania bicara tentang Ivan dan Rendra yang sebelumnya menantang Rania, bahwa setan itu ada.
"Oke, kita tetap lanjutkan perjalanan. Tapi, kalau Lo udah lihat setannya...kita harus cepet balik!" Ujar Ivan tegas.
"Oke."
Mereka berlima pun sampai di depan hutan Kalimati itu, mobil tidak bisa masuk lebih jauh karena jalan terjal yang akan mereka lewati. "Kata opa gue, jalan ke hutan cuma jalan setapak doang. Jadi mobil gak bisa masuk ke dalam, kita jalan kaki dari sini." kata Ivan sambil menggandeng ransel besarnya itu.
Disisi lain Rendra membawa tikar dan tenda gulung sebagai perlengkapan kemping mereka.
"Oke, jadi kita jalan dari sini ya." Gumam Rania sambil melihat-lihat hutan yang ditumbuhi pohon yang ukurannya tinggi juga besar-besar.
"Tunggu Van, apa Lo pernah kesini sebelumnya?" Tanya Mila pada Ivan.
"Gue...gue...pernah kok sekali sama Opa gue!" Ivan tersenyum lebar.
"Oh bagus dong, jadi pasti Lo udah tau seluk beluk hutan ini. Kita gak usah khawatir karena ada Lo," Nita merasa lega dengan jawaban Ivan.
Namun, Ivan terlihat resah setelah menjawab pertanyaan Mila. Kemudian 5 sekawan itu berjalan masuk ke dalam hutan, didepan sana terpasang papan bertuliskan. "Dilarang masuk! Dilarang berkemah dan berenang di air terjun Kalimati."
Deg!
Keempat teman Rania menghentikan langkah mereka saat melihat tanda bahaya itu. "Wah, Van! Ternyata disini ada air terjun juga, kesana yuk nyebur.." ajak Rania pada teman-temannya.
Rania melihat teman-temannya yang terdiam dengan wajah resah. "I-itu apaan.." gumam Mila sambil memegang erat tangan Nita.
"Apaan Mil?" Nita menoleh ke arah Mila.
"Di..di belakang Rania.." Mila tak berani menunjuk ke arah Rania, dia bersembunyi di balik tubuh Nita. Matanya memicing ketakutan, Nita bisa merasakan tangan Mila yang gemetar.
"Mil, Lo kenapa? Di belakang gue ada apaan?" Rania menoleh ke belakangnya, namun tidak ada apa-apa disana.
"Dia...dia...dia berdiri dibelakang Lo Ran!" Seru Mila semakin ketakutan.
Hingga semua teman-temannya cemas melihat Mila seperti itu. Entah apa yang dilihat Mila dibelakang Rania, gadis itu berlari ketakutan meninggalkan teman-temannya.
"Mila! Mil!" teriak Rendra dan Ivan memanggil Mila yang berlari masuk ke dalam wilayah hutan Kalimati.
Rania dan ketiga temannya berlari mengejar Mila yang berlari menuju ke arah hutan. Namun saat mereka sampai di tengah hutan, Mila menghilang tanpa jejak didepan mata mereka.
"Guys... jelas-jelas kita lihat Mila baru saja lari ke arah sini." kata Ivan yakin.
"Dia ngilang tanpa jejak, dia ilang!" Pekik Nita ketakutan, dia bahkan menangis. "Gue mau pulang!"
Rania terdiam, dia tidak percaya dengan hilangnya Mila tepat didepan mata mereka.
...*****...
...😈😈😈...
Nita menangis merengek ingin pulang, Ivan, Rendra yang membeku dengan wajah pucat dan Rania terdiam dengan bingung. Berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi didepan matanya, salah satu temannya menghilang.
Ini gak masuk akal? Gimana bisa Mila ilang gitu aja? Ini pasti halusinasi.
"Gue mau balik, gue mau pulang...hiks..." Nita yang paling cengeng diantara teman-temannya itu, berjalan pergi menuju ke tempat mobil mereka terparkir.
Rania memegang tangan Nita dan menghentikannya. "Nit, kita gak bisa balik sekarang!"
"Lepasin gue Ran! Gue mau balik!" Nita bersikeras ingin segera pulang dari tempat itu.
"Kita gak bisa pulang dulu sebelum kita nemuin Mila, kita harus cari Mila." ucap Rania tegas.
Nita terdiam mendengar ucapan Rania tentang Mila, dia merasa bahwa Rania berkata benar. Dia tidak bisa pergi sebelum menemukan Mila, teman mereka yang tiba-tiba saja menghilang.
"Maaf...barusan gue panik, tapi udah gini gimana?" Tanya Nita sambil menyeka air matanya, dia menatap ketiga temannya itu.
"Kita harus cari Mila, dia pasti ada di dalam hutan ini...gak mungkin Mila hilang tiba-tiba kan?" Rania masih bisa berpikir logis, meski jelas-jelas dia melihat Mila hilang seperti ditelan bumi.
Rendra mengangguk,"Gue setuju sama Rania, kita harus cari Mila."
"Tapi kalian jelas-jelas liat sendiri, Mila ilang gitu aja saat masuk ke dalam hutan!" Ivan gemetar, dia seperti enggan masuk ke dalam hutan. Hilangnya Mila telah membuatnya syok.
"Ivan, stop! Gue gak mau denger ocehan Lo...sekarang kita harus temuin Mila. Lo kan pernah datang kesini, Lo pasti tau jalan yang aman di hutan ini. Lo harus tuntun kita buat cari Mila," ucap Rania mencoba berpikir positif dalam setiap keadaan.
"O-oke, kita jalan." Ivan menjawab dengan suara tergagap.
Bisa mampus aku, kalau mereka tau yang sebenarnya.
Ivan, Rendra, Nita dan Rania memasuki kawasan hutan Kalimati itu lebih jauh lagi untuk mencari teman mereka yang hilang. Tak terasa hari sudah semakin gelap, namun Mila belum terlihat juga batang hidungnya.
"Mila! Mil... dimana Lo?" teriak Nita sambil mencari-cari ke sekitarnya, siapa tau ada jejak Mila disana.
"Mila!! Mil!" Rendra, Ivan dan Rania juga memanggil manggil Mila dengan berteriak.
Rania celingukan kesana-kemari mencari Mila, namun saat dia melihat ke salah satu pohon disana.
A-apaan itu?
Deg!
Jantung Rania berdebar semakin kencang, melihat sosok anak kecil yang dilihatnya tadi saat akan menuju ke dalam hutan. Kepala anak kecil itu menunduk, rambutnya terlihat panjang menjuntai ke depan.
Dengan berani Rania mendekati sosok anak perempuan itu. Ketiga temannya melihat Rania berjalan pergi ke arah yang berlawanan dengan arah yang mereka tuju.
"Ran! Lo mau kemana woy?" tanya Ivan pada Rania.
"Ran, jalannya kesini!" teriak Nita pada Rania yang terus saja berjalan maju entah kemana.
Rania seperti tidak mendengar panggilan teman-temannya, dia terus berjalan ke arah anak perempuan itu. Ketika tinggal beberapa langkah lagi mendekat ke arah anak perempuan ditengah hutan itu, tiba-tiba saja...
Khiiiikkkkk..khikkkkk...khikkkkk...
"Astaga!" Rania memekik terkejut, mendengar suara melengking dari sosok anak perempuan itu.
Anak perempuan berambut panjang itu menengadah, dia menatap Rania dengan tatapan tajam. Kedua matanya berwarna merah menyala, mulutnya robek, lidahnya menjulur keluar, dia tersenyum tipis. Keluar belatung dan darah dari mulutnya itu.
Sontak saja Rania berjalan mundur kebelakang, matanya terbelalak. "Ka-kamu..."
"Kakak...main yuk?" suara parau terdengar dari anak perempuan yang aneh itu.
Deg!
Bulu kuduk Rania semakin berdiri, tubuhnya dingin dan gemetar. Ketika anak perempuan itu melambaikan tangan kearahnya dan mengajaknya bermain.
Rania tidak bisa berkata-kata, baru pertama kali dia melihat hal yang tidak masuk akal seperti ini. Seumur-umur dia tidak pernah melihat hal-hal mistis dalam hidupnya.
"Ka-kamu..." Rania membeku, bibirnya mendadak kelu seolah dikendalikan oleh sesuatu.
Kenapa aku gak bisa jalan? Ya Allah, gimana ini? Dimana yang lainnya?. Rania kebingungan karena dia tidak melihat satu pun temannya ada disana, padahal tadi jelas-jelas mereka berada di belakangnya.
Anak perempuan itu mendekati Rania, bukan dengan berjalan tapi melayang! Kemudian dia tertawa cekikikan.
HIHIHIHIHIHHI
"Kita main ya kakak?"
"G-gak, aku gak mau main sa-sama kamu!" Rania tidak bisa bergerak, meski hati dan pikirannya ingin berlari dari sana.
Bibirku bisa bicara, tapi tubuhku. Ya Allah, kenapa bisa seperti ini? Dia bukan anak biasa!
Anak kecil itu tiba-tiba menghilang dari pandangannya begitu saja. Mata Rania masih melebar, dia mengambil tasnya yang jatuh.
Tiba-tiba saja ada tangan yang menepuk bahunya dari belakang dan menarik tangannya ke belakang. Rania semakin gemetar karenanya. "TIDAK! Aku tidak mau main sama kamu!" teriak Rania.
"Ran! Lo kenapa? Ini gue Nita,"
"Nita? Lo beneran Nita?" tanya Rania sambil memandang ke arah temannya itu, nafasnya masih terengah-engah.
"Iya ini gue Ran, Lo kenapa sih berdiri didepan tebing gitu?" Nita mengernyitkan keningnya, seraya bertanya pada Rania.
"Kalau Lo mau mati bilang-bilang dong!" Celetuk Rendra sambil menggaruk kepalanya. "Untung aja gue narik Lo, kalau enggak Lo udah dead tuh!" timpal Rendra lagi.
Rania melihat ke depannya, ada tebing curam dan jurang yang tidak terlihat dasarnya karena banyak pepohonan disana. Rania menelan ludah, dia masih syok dengan kejadian yang belum lama dialaminya.
Gak mungkin ada tebing, jelas-jelas tadi disini cuma jalan biasa. Ini gak masuk akal.
"Ran, kenapa Lo ngelamun?" tanya Ivan bingung ketika melihat temannya melamun.
"Gue gak apa-apa," jawab Rania yang sedang mencoba mengembalikan akal sehatnya.
Rania tenanglah, yang barusan itu pasti halusinasi doang.
"Guys, langit udah gelap...gimana kalau kita dirikan tenda dulu disini sambil istirahat." Usul Rendra kepada teman-temannya, dia menatap Rania, Ivan dan Nita seraya meminta persetujuan mereka.
Mereka bertiga mengangguk setuju atas usul Rendra. Akhirnya, Rendra dan Ivan memasang tenda, sementara Rania dan Nita memasak makanan yang ada untuk mengisi perut yang kosong.
Malam pun tiba, angin dingin semilir menusuk tubuh Rania, Nita, Ivan dan Rendra. Padahal mereka sudah memakai jaket tapi tetap saja dingin itu masih menusuk ke tubuh mereka.
"Guys, gue punya feeling gak enak soal Mila." Ivan tiba-tiba bicara tentang Mila yang belum ditemukan sampai saat ini.
Nita pun mulai bicara. "Jangan bicara sembarangan, Mila baik-baik aja! Dia cuma tersesat dan sebentar lagi pasti kita bisa ketemu sama Mila."
"Guys... sebenarnya gue-"
HIHIHIHIHIHHI
Rania dan ketiga temannya terdiam, saat mendengar suara tawa yang menggema dihutan itu. "Guys, kalian dengar suara itu?" Tanya Rendra pada ketiga temannya.
...*****...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!