NovelToon NovelToon

Dewa Bermata Api

Tentang ZEVUS Algara.

Zevus Algara adalah putra dari Dewa neraka bernama Xaren Algara sang Ayah dan Ratu kegelapan bernama Yasira Miva.

Selain memiliki wajah tampan nan rupawan dia juga memiliki kepandaian, petarung yang handal, sifat yang baik, arif, dan bijakaana.

Di samping kecepatan dan kegesitan dalam menghadapi serangan para musuhnya juga kesaktian mata apinya yang mampu menghancurkan pertahanan para musuh.

Api di matanya akan berkobar saat kemarahannya mulai terpancing siapapun yang berani menyinggung dirinya dan keluarganya akan habis terbakar oleh api yang keluar dari matanya.

Suatu hari... .

Zevus sedang meluangkan waktu santainya menyusuri jalan setapak negeri awan hitam.

Sesekali dia menunduk matanya menatap ke arah bumi terlihatlah berbagai siluman dan penyihir saling asyik bercengkerama.

"Akh...sedang cuaca sedang cerah rupanya, " gumamnya, senang.

Saat asyik-asyiknya menikmati kebahagiaan di bumi, tiba-tiba aura panas datang menyelimuti.

"Ayah." Zevus merasakan kehadiran sang Ayah melewati aura panasnya.

Dia memutar tubuhnya, lalu..

"Ayah, apa kau ke sini untuk memberi tahu bahwa perang melawan Raja Kelam dan pasukannya tinggal menghitung hari?" tanyanya yang sudah mengetahui perihal kedatangan sang Ayah Dewa Xaren menyusulnya.

"Hmm... iya, putraku. Bersiap-siaplah untuk menghadapinya," jawab sang Ayah, tegas.

"Heh! Raja Kelam lagi, dulu kita pernah mengalahkannya dan pasukannya," desis Zaven, mengingat.

"Iya, Ayah masih ingat itu semua. Rupanya Raja Kelam tidak menerima dan puas akan kekalahannya dulu," balas Dewa Xaren dengan kilatan api di tubuhnya.

"Selain picik Raja Kelam memang dari dulu tidak pernah puas dan serakah, Ayah," imbuh Zaven dengan api yang menyala-nyala di matanya.

"Heh! begitulah seseorang yang hatinya sudah ditutupi oleh kegelapan,Zaven," tutur Dewa Xaren menatap putranya.

"Tabiatnya memang seperti itu, Ayah.Mau bagaimana lagi?" kekeh Zaven.

"Ya.. mau tidak mau kita harus menghadapinya, Nak. Kalau tidak…" Sejenak Dewa Xaren berhenti bicara.

"Apa dia akan membuat dunia ini menajdi gelap,Yah? " tebak Zaven.

"Ya, begitulah. Kau tidak akan membiarkan ini terjadi, bukan?"

"Tentu saja tidak, Ayah." Api di mata Zaven pun berkilat-kilat lagi menandakan kemarahan di hatinya.

"Tenanglah, Ayah juga tidak akan membiarkan itu terjadi," ucap Raja Xaren menepuk punggung tangan sang putra…Pelan.

Perlahan api yang berkilat-kilat di mata Zaven pun menghilang.

"Ayo... kita pulang, Ibumu sedang menunggu kita di istana," ajak Dewa Xaren.

"Sebentar lagi, Yah. Aku ingin menikmati kesegaran di luar istana dan melihat sekumpulan makhluk-makhluk di bumi," tolak Zaven, tersenyum sendiri.

"Ya, terserah kau sajalah!yang penting kau harus pulang sebelum langit gelap," pesan Dewa Xaren sebelum pergi.

"Aku tahu, Yah."

"Baiklah, Ayah pamit ya."

'Wus... sssh.'

Dewa Xaren pun menghlang menyisakan sisa asap bewarna merah menyala.

Istana Hitam...

Dari langit sekarang turun ke bumi menuju istana hitam yang berada di tengah hutan kematian.

Hutan kematian adalah hutan yang pohonnya merenggut banyak nyawa para makhluk yang nekat memasuki hutan tersebut.

"Apa kalian sudah mempersiapkan semuanya?" tanya Raja Kelam, dingin. Wajahnya pun diselimuti kegelapan.

"Sudah, Yang Mulia," jawab para pengawal, membungkuk.

"Bagus," puji sang Raja tersenyum bangga.

"Mengapa kita harus perang lagi, Yang Mulia?bukannya, dulu Dewa Xaren dan anak buahnya sudah menumbangkan kita," ucap salah satu pengawal, hati-hati.

'Bra.. aaaak!'

Amarah Raja kelam pun memuncak semua benda yang berada di istana hitam hancur berjatuhan dan kembali utuh lagi lantai istana pun berguncang dengan kuatnya.

"Apa kau baru mengenalku?!heh!" sentaknya dengan suara lantang.

"Maafkan hamba, Yang Mulia. Hamba tidak bermaksud menyinggung perasaan anda," desis Haj nama salah satu pengawal itu ketakutan.

Mata Raja kelam masih berkilat-kilat menatap Haj yang tertunduk.

"Kalian tahu kan? harga diriku terjatuh saat mereka berhasil mengalahkan kita, bahkan bocah itu! bocah itu yang membuat pasukan kita tewas terbakar dengan bantuan api yang keluar dari matanya!benar-benar kurang aja!" umpat Raja Kelam penuh dendam.

"Bukan hanya itu, Yang Mulia. Putra dari Dewa Xaren sudah menghancurkan peralatan perang kita."

"Aku, tidak akan membiarkan ini semua terjadi, aku akan menuntut balas atas kekalahanku dulu, AKu BERSUMPAH!" teriak Raja Kelam dengan lantangnya.

"Yang Mulia, maaf. "

"Apa!"

"Apakah ancaman itu masih berlaku?" Raja kelam menatap tajam ke arah para pengawalnya, lalu..

"Ha.. ha... ha.. ha... aaaaa. " Tawa sang Raja pun meledak hingga terdengar sampai jagad raya.

Beberapa menit kemudian mata sang Raja mulai menghitam.

"Kalian pikir, ancamanku hanyalah sebuah permainan?!begitu!"

"Ten.. tentu saja tidak, Yang Mulia."

"Bila mereka mengacuhkan undanganku, mereka akan melihat betapa gelapnya bumi ini akan kubuat para makhluk di bumi ini tidak mengenal siang dan malam," ungkapnya sambil bangkit dari singgasananya dan berdiri dengan pongahnya.

"Sepertinya tadi ada yang berteriak, apa Raja Kelam?" tanya wanita cantik siluman ikan mas.

"Siapa lagi kalau bukan dia!" jawab pria penyihir memutar bola matanya.

"Bukannya dia sudah pernah dikalahkan?"sahut sebuah suara bariton menghampiri mereka.

Siluman ular besar bewarna kuning pun melesat di hadapan mereka dan...

'Wush.. hhhh.'

Seekor ular pun berubah menjadi seorang pria tampan gagah perkasa.

"Kau seperti tidak tahu saja siapa Raja Kelam itu!" cibir Anne penyihir wanita.

"Bukannya aku tidak tahu, Anne.Aku hanya heran," sahut Wezar sang siuman ular.

"Sama saja, dong!" Anne melirik.

Wezar balas menatap Anne dengan tatapan tajam.

"Hei.. sudahlah! apa yang kalian ributkan?!" sanggah siluman ikan yang menjadi penengah keributan Wezar dan Anne.

'Wush... hhh.'

Levira sang siluman ikan mas pun berubah menjadi wanita cantik jelita.

"Iya, tuh."

"Ini semua gara-gara kamu!" tunjuk Wezar pada Anne, sengit.

"Lho kok aku sih?" Anne tidak terima.

"Aduh.. ribut lagi kalian ini, capek deh!"umpat burung gagak yang mendarat dengan cepatnya, lalu..

'Wush.. hhhh.'

Seekor burung gagak berubah menjadi seorang pemuda tampan nan perkasa.

"Iya.. gak ada habisnya kalian ini." Penyihir lelaki tua menggeleng, sedih.

"Anne, jangan-jangan kalian sama-sama menyimpan cinta di hati, cie.. ee!" goda Levira melirik nakal ke arah Anne dan sesekali Wezar.

Anne menatap tajam Levira..

"Amit-amit gak mungkin lah ya!" elak Anne tak suka.

"Mana mungkin aku suka sama penyihir jelek kayak kamu!"ejek Wezar, menunjuk.

"Idih... memangnya aku menyukai ular jelek seperti kamu!" balas Anne, sengit.

"Sto.. oooop!bisa gak kalau setiap ketemu kalian tidak bertengkar? setiap bertemu kalian pasti bertengkar tidak ada habisnya!"Lerai penyihir wanita tua, jengkel.

"Maaf, Nyonya Oh," lirih Anne melirik tajam ke arah Wezar dan dibalas oleh Wezar.

Penyihir tua suami dari Nyonya Oh pun menggeleng heran.

Kembali ke langit..

Tepatnya di istana Neraka...

"Bagaimana? apa kalian sudah mempersiapkan semuanya?" tanya Dewa Xaren, memastikan.

Bersambung

Persiapan Perang

"Yang Mulia, semuanya sudah kami persiapkan, " jawab salah satu pengawal bernama Ed, mantap.

Raja Xaren tersenyum puas.

"Bagus, " sahut Raja Xaren manggut-manggut.

"Ya, Tuan. Semuanya sudah lengkap tinggal latihan fisik saja yang belum," ujar Dex pengawal lainnya.

"Jangan lupa perbanyak bala tentara kita!" titah sang Raja.

"Siap, Yang Mulia," sahut Ed dan lainnya berseru.

Setelah para pengawalnya pergi...

Aura gelap mulai menyelimuti istana Neraka.

"Suamiku," panggil Yasira sang Permaisuri menghampiri.

"Ya... istriku, ada apa gerangan dirimu kemari, sayang? apa tak ada yang menemani?" tanya sang suami, lembut.

"Tidak, Tuan. Aku hanya ingin menemanimu di istana ini, kamu gak keberatan kan?" Raja Xaren, menggeleng.

"Tentu saja tidak, sayang. Kemari lah, duduk di atas pangkuanku, " titahnya.

"Jangan, Tuan. Bukannya kita su... "

"Hup!"

Belum selesai lagi bicara dengan gerakan cepat Raja Xaren menghampiri sang pujaan lalu menggendongnya.

"Tuan, apa-apaan ini? bagaimana kalau penghuni istana ini melihat kita?" protes Ratu Yasira, panik.

"Mengapa harus panik?toh.... kita sudah sepasang suami istri walau sudah ada putra di antara kita yang sudah dewasa tak perlu malu memamerkan kemesraan kita," jawab sang suami tenang sambil mengecup kecil bibir permaisurinya.

"Ah.... Tuan. Kau masih saja seperti yang dulu," bisik Ratu Yasira dengan wajah merah tomatnya.

"Cintaku padamu yang tidak berubah, sayang," ralat Raja Xaren, terkekeh.

Raja Xaren pun menarik tubuh mungil Ratu Yasira ke dalam pelukannya, sang permaisuri pun hanya pasrah terdiam merasakan sentuhan hangat dada sang suami yang masih bidang.

Kembali ke daratan tapatnya di kota Ilusi...

Kota Ilusi adalah kota indusri sihir yang luar biasa maju dan berkembang pesat juga lumayan ramai oleh penyihir dan berbagai siluman.

Gedung-gedung pencakar langit pun saling berpindah sana sini, ada juga terdapat berbagai toko di kanan dan kiri jalan yang pemiliknya atau pelayannya adalah para hantu yang pernah mati terbunuh daun di hutan kematian.

Ada toko roti, perawatan tubuh, elektronik, penjual kue, fashion, jajanan pasar, dan lain sebagainya.

Mereka bekerja dengan cekatan dan sungguh-sungguh hasilnya pun tidak mengecewakan.

"Kamu mau ikut gak, Vir?" tanya Anne.

"Mau kemana?" tanya Levira, balik. Dengan tatapan malas

"Temani aku ke salon, mau creambath rambutku lecek banget nih," keluh Anne sambil memegang rambutnya bewarna biru yang memang kusut itu.

"Aduh... gimana ya, An? " Levira bingung mau nolak rasanya berat, ikut pun pastinya jadi bodyguard Anne yang selalu membawa barang belanjaannya yang lumayan banyak itu.

"Gimana?" ulang Anne.

Levira masih terdiam sejenak, lalu..

"Keadaannya pasti sama saja, aku disuruh bawa barang belanjaannya mending sedikit ini... Lebih dari sedikit, dia pikir enak apa bawain barang sebanyak itu? berat tahu!"umpat Levira dalam hati.

"Aku gak belanja kok cuma mau creambath doang, masih ada stok di rumahku, " ujar Anne yang memang bisa mendengar hati siluman atau penyihir lain bicara.

"Oh... "

"Kamu kalau mau ikut creambath bareng aku gak apa-apa kok," lanjutnya, berseru.

"Hmm.. gak deh, An. Mungkin aku hanya bisa menemanimu," balas Levira agak malas.

Levira belum berwujud manusia dia masih menjadi seekor ikan di kolam air warna pelangi milik Anne.

"Ya.. gak apa-apa deh yang penting aku ada temen, mau kan temenin aku?" bujuk Anne dengan wajah memohon. "Sudah itu aku traktir kamu coffee late kesukaanmu di Coffee Ilustration deh, gimana?" tawarnya.

"Benarkah?" selidik Levira mengibaskan ekornya yang bewarna ungu, girang.

"Astaga, Levira! mana pernah sih selama ini aku berbohong?"

"Ya.. gak pernah sih."

"Maka itu, ayo.. keluar dari kolammu, dandan yang cantik!" tegas Anne.

"Siap, bos!"

Anne dan Levira adalah teman dekat, Levira siluman ikan mas koi yang berada di kolam milik Anne yang airnya bewarna-warni dan jernih.

Ekornya yang bewarna ungu, sisik dan tubuh warna hijau, wajah warna pink, kekuatannya adalah dia bisa mendengar orang lain berbicara walau berjarak seratus kilo meter atau lebih dari itu apalagi mereka menjelek-jelekan Anne sang sahabat sekaligus majikannya sekali pukulan para siluman dan penyihir gibah itu terkapar tak berdaya.

Sedang Anne sang penyihir selain memiliki kekuatan berlari dengan ceoat, kilat aja kalah cepat dengan Anne. Dia, juga memiliki kekuatan bisa mendengar hati siluman dan penyihir lain kalau berbicara.

Sayangnya, penyihir cantik nan fashionable ini tidak bisa mendengar hati Wezar sang siluman ular.

Beberapa menit kemudian..

"Wah.. kau cantik sekali, Vir," puji Anne kagum saat melihat penampilan Levira yang juga tak kalah fashionable nya dengan sahabatnya.

Kali ini Levira sudah berubah menjadi wanita cantik dengan bajunya yang terkesan fashionable.

"Bisa aja kamu, An. Kamu juga gak kalah cantik kok," balas Levira juga kagum.

"Ngomong apa sih? biasa aja kali." Anne mengibaskan tangannya."Entar wajahku berubah merah lho, " lanjutnya yang diiringi tawa mereka yang terlepas bebas.

Beberapa menit kemudian...

"Ayo.. kita berangkat, " ajak Anne sambil jari lentiknya berputar.

Muncul lah mobil Honda brio warna pink warna kesukaannya, pink berpadu putih, dia pun menarik tangan Levira untuk duduk di sebelahnya.

Istana Hitam...

"Kali ini, aku tak boleh kalah. Aku harus membalas kekalahanku dulu!"sungut Raja Kelam penuh dendam.

Sang raja pun memanggil ajudannya.

'Wush... '

"Yang Mulia, ada gerangan apa anda memanggil hamba?" tanya Haj, hati-hati.

"Malam ini kita akan perang!persiapkan bala tentara lengkap dengan senjatanya!" perintah sang raja.

"Baik, Tuan. "

Setelah Haj pergi..

"Xaren, kali ini akan kubalas kekalahanku dulu!" geram Raja Kelam dalam hati penuh amarah dengan bukti matanya yang mulai menggelap. "Apalagi kau sudah merebut Yasira dari tanganku, shhhh," rutuknya semakin emosi.

Ya... Anggar si Raja Kelam memang sudah lama menaruh hati pada Yasira seorang putri dari Raja kegelapan Aldren Miva.

Sayangnya, cinta Anggar yang dulu pangeran kelam bertepuk sebelah tangan. Putri Yasira tidak pernah manaruh perasaan pada Pangeran muda Anggar.

Pangeran Anggar memang tampan tapi, sifatnya yang buruk membuat Yasira illfeel.

Putri Yasira juga tidak menaruh hati pada lelaki lain yang juga terpesona akan kecantikannya tapi mereka tidak tulus, dia memang dingin dan susah ditaklukan.

Lalu, pada akhirnya Yasira terjatuh dalam lubang cinta seorang pria tampan dari Neraka bernama Pangeran Xaren.

Pertama kai bertemu Xaren, perlakuan Yasira padanya juga sama dengan lelaki lain... Begitu dingin.

Pada akhirnya, Putri Yasira luluh juga dengan apa yang dilakukan Xaren, dia merasa akan ketulusan cinta Xaren.

Xaren dan Anggar memang sama-sama tampan tapi, sifat mereka yang berbeda.

Anggar tidak menerima Yasira bersama Xaren, dia berusaha menyingkirkan Xaren dari Yasira termasuk menfitnah Xaren berakhir dengan kegagalan.

Pada akhirnya, hatinya diselimuti dendam pada Xaren yang dulu pernah merebut Yasira darinya.

Di kota Ilusi yang ramai..

Setelah, creambath Anne memenuhi janjinya pada Levira untuk mentraktirnya minum Coffee Late favoritnya di Coffee Ilustration.

"Bagaimana rasa kopinya?" selidik Anne melirik Levira yang sedang menikmati coffee latenya.

Bersambung...

Nikmat Sekali

"Hmmm.... ini benar-benar nikmat sekali, sumpah aku belum pernah menemukan coffee late seenak ini di manapun selain di cafe ini, " seru Levira memuji sembari menghirup aromanya... Dalam.

"Jadi gak rugi dong aku ngajak kamu ke sini?" goda Anne, melirik.

"Sering-sering aja ngajakin aku ke sini," ledek Levira, asal.

"Enak aja!entar yang ada aku malah bangkrut gara-gara traktir kamu setiap hari," sahut Anne mencebik bibir nya yang merah dan tipis.

"Bercanda, An. Gak mungkin lah aku melorotin temanku sendiri," sela Levira, tersenyum menggoda.

"Aku tahu. "Anne tersenyum tipis.

"Terima kasih, teman. Oh... iya, jangan lupa teh poci nya segera diminum karena kalau sudah dingin nikmatnya sudah hilang," omel Levira bak emak-emak.

"Iya, bawel. "

Dalam suatu pertempuran...

"Xaren, akhirnya kita bertemu lagi dalam peperangan ini untuk kedua kalinya, memang kau dan putramu beserta pasukan nerakamu itu dapat mengalahkanku dan pasukanku. Sekarang jangan harap kau bisa menang dariku!" ucap Raja Kelam dengan suara lantang dan menantang.

Suara petir pun menggema di sana-sini mengiringi suara lantang Raja Kelam.

Dewa Xaren pun tersenyum dingin netra merahnya menyala-nyala...

"Kita lihat saja, Anggara. Siapa di antara kita yang tidak terkalahkan," balas Raja Xaren, santai. Namun, tajam.

"Heh! tentu saja aku tidak terkalah kan, Xaren. Kau bisa lihat pasukanku kan?lebih banyak dari yang kemarin." Dengan sombongnya Raja Kelam menunjukan pasukan.

"Anggara, mengapa kekalahanmu yang lalu tidak menjadikan pelajaran bagimu?malah menantang kami untuk bertempur," cecar Dewa Xaren menyudutkan.

"Jangan ikut campur, Xaren!dan jangan senang dulu atas kemenanganmu yang dulu!"Amarah Raja Kelam sudah berada di puncak hingga netra nya pun menggelap.

"Baik, kalau itu maumu!akan kulayani tantanganmu!" tunjuk Dewa Xaren dengan suara menggelegar. "Pasuka... aaaaan!maju.... uuuuuu!"komando Dewa Xarren dengan suara lantang.

"Serbu.... uuuuu! "teriak pasukan neraka, keras dan kompak.

"Serbu... uuuuu!" teriakan pasukan Istana hitam pun tak kalah lantangnya.

Zevus pun ikut berperang bersama dengan sang Ayah dalam peperangan itu dia hanya bermain pedang tidak dulu menggunakan mata apinya yang sakti.

Permainan pedang Zevus begitu lincah dan cepat apalagi gerakan tubuhnya dalam menghindar dan menangkis serangan musuh.

Ting... ting.. ting.

Bunyi pedang pun menggema di seluruh negeri Arkuma yaitu negeri seribu sihir.

Bugh...

Bugh...

Bugh...

Mereka saling menendang dan memukul, saling balas membalas dengan tatapan nyalang.

Di kota Ilusi..

"Sepertinya, ada peperangan," papar Anne.

"Perang?" ulang Levira tak mengerti.

"Coba kau lihat di sana, " tunjuk Anne pada cermin besar berbentuk layar yang merekam dua kubu yang sedang bertempur.

"An siapa mereka?" tanya Levira.

Anne menggeleng lemah. "Aku tidak tahu persis, Vir. Siapa mereka?yang aku tahu di antara mereka ada yang tidak puas dengan kekalahannya yang dulu," jawab Anne, jujur.

"Oh... jadi semacam balas dendam?"

"Ya.. kurang lebih seperti itu. "Levira manggut-manggut.

"Apa tuh?"

"Perang."

"Wah... seru banget nih. "

Para penghuni kota Ilusi yang rata-rata penyihir dan siluman itu heboh menyaksikan siaran langsung pertempuran antara dua kubu.

"Hei.. lihat, siapa yang bermain pedang dengan lincah itu? " tunjuk seorang gadis pada temannya dengan mata berbinar.

"Iya.. ya, siapa dia? dia begitu tampan," seru sang teman dengan pipi merona.

Para penyihir dan siluman baik lelaki, perempuan, tua, muda saling berbisik-bisik sembari menyaksikan tontonan gratis itu.

Ada yang sambil berjalan, berpose di mobil mewah, mesra-mesraan, dan ada yang bersama segerombolan teman.

Terutama para penyihir dan siluman wanita yang mengagumi ketampanan seorang pria muda yang sangat gesit dan cepat dalam menghadapi lawan.

"Sudah beberapa jam pertempuran itu belum juga usai apalagi di sana hujan membasshi tubuh mereka.

"An, kita pulang aja, yuk, Aku ingin istirahat, capek nih, pengen masuk kolam lagi," keluh Levira.

"Kamu gak suka lihatnya ya?" tebak Anne yang ternyata tepat.

"Iya.. An. Mataku capek lihatnya lagipula aku lebih menyukai perdamaian," tutur Levira.

"Aku juga, ya.. sudah deh, ayo.. kita pulang," ajak Anne memenuhi permintaan sang sahabat.

Levira pun tersenyum puas dan mengangguk kencang.

Dengan tangan saling mengamit, mereka pun menghilang dan hanya menyisakan asap ungu bercampur merah juga wangi yang semerbak.

Sedangkan di Istana Neraka...

Ratu Yasira menunggu dengan cemas kabar tentang kabar Suami dan putranya.

Apakabar mereka?apa mereka pulang dengan selamat?sungguh, sang Ratu begitu gelisah wajahnya cantiknya diselimuti keresahan takut sesuatu terjadi pada dua orang pria yang sangat dicintainya.

Terbukti sang Permaisuri tidak menyentuh hidangan yang disediakan koki istana untuknya satupun.

Beliau hanya meminum segelas anggur merah itu pun dengan perasaan yang dilanda kecemasan akan sesuatu yang akan terjadi.

Padahal masakan koki istana Neraka begitu nikmat dan tidak membosankan karena menu yang setiap hari berganti.

Hidangan yang disediakan untuk sang Ratu pun makanan yang menjadi kesukaan Ratunya yaitu tumis buncis, daging domba yang dibakar dengan bumbu rahasia yang membuat daging empuk dan bumbunya pun meresap.

Entah, mengapa Ratu seperti tidak selera untuk menikmati hidangan yang menjadi kesukaan di depannya?

Di tempat lain....

"Ada pertempuran rupanya?" seru Raz siluman gagak yang membuat siluman dan penyihir lain menatapnya penuh tanya.

"Coba kalian lihat!" tunjuknya pada cermin persegi panjang yang memperlihatkan pertempuran antara dua kubu.

"Siapa mereka?" tanya Wezar, penasaran.

"Aku juga kurang tahu pesis siapa mereka. Pastinya mereka bertempur karena salah satu di antara mereka dulu mengalami kekalahan, entah siapa aku juga kurang tahu," jawab Raz, apa adanya sambil menatap datar Wezar.

"Oh.... "

"Apa seperti pembalasan dendam, Raz?" tanya seekor kupu-kupu indah bewarna pelangi.

Wuzzz.

Kupu-kupu itu berubah menjadi seorang wanita cantik berlesung pipit kalau tersenyum.

"Ya.. seperti itu lah kira-kira, Nina," jawab Raz tersenyum menatap wanita ya ng teramat diam-diam menjadi incarannya itu.

Wanita yang usianya enam tahun lebih tua darinya, bukan hanya Raz saja yang mengincarnya tapi para siluman dan penyihir pria lainnya pun mengejar-ngejar dirinya.

Merin sang siluman kelinci pun merasa tersaingi karena Merin tergila-gila pada Raz yang tiga tahun lebih tua darinya.

Sayangnya, Raz sangat mencintai wanita dewasa seperti Nina yang katanya tidak cengeng dalam menghadapi masalah itu juga yang ada dalam diri Nina.

Para siluman dan penyihir ramai melontarkan komentar tentang apa yang mereka lihat bahkan ada juga yang berbisik-bisik akhirnya menjadi gosip yang memabukan.

"Mereka sepertinya dua kerajaan yang saling bermusuhan?" papar Aarov yang dari tadi diam.

"Dua kerajaan?" tanya Raz mengkerutkan dahinya.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!