Hari ini seperti biasa Danu dan Ria pergi menuju salah satu gunung didekat Pulau Jawa untuk melakukan ritual yang pria tua perintahkan. Setiap bulan, mereka tak henti hentinya harus membeli seekor kerbau untuk mereka tumbalkan ketika makhluk yang membuatnya kaya raya menginginkan santapan agar tak mengambil harta yang selama ini mereka kumpulkan.
Ya, tak dapat dipungkiri jika memang pesugihan yang Danu dan Ria lakukan selama 20 tahun mereka lakukan sudah membuat keduanya menjadi orang terkaya dikampungnya.
Darah segar yang menetes di leher sang kerbau, mereka tampung didalam wadah kecil untuk melakukan ritual selanjutnya. Tanpa rasa takut ataupun rasa jijik, keduanya begitu tenang menyembelih seekor kerbau dihadapannya dan kemudian meminum darah yang sudah ia kumpulkan.
Kebiasaan yang sudah lama mereka lakukan, membuatnya tak sedikitpun merasa mual dengan aroma anyir yang menyeruak disekitar tempat tersebut. Pria tua yang selama ini mereka panggil sebagai si mbah, terus saja melafalkan bacaan yang pelan dengan mata yang tertutup serta tangan yang tak henti hentinya bergesekan satu sama lain.
Sesekali ia memegang kemenyan dan memakan beberapa bunga, serta menyemburkan air ke arah api yang menyala dengan besar dihadapannya. Hutan yang hening dan gelap,tak membuat ketiganya merasa ketakutan ataupun kedinginan.
"Habiskan darah itu dan seperti biasa kau pejamkan mata serta menunduklah sebagai tanda penghormatan pada iblis yang datang" perintah si mbah dengan nada yang tegas.
"Baik mbah"
Keduanya terlihat bersimpuh diatas tanah dengan mata terpejam serta badan yang condong seperti sedang bersujud.
Angin yang kencang, serta suara berat tertawa mulai terdengar menggema di seluruh penjuru hutan. Suara hewan hewan tak terdengar sedikitpun kala sosok bersuara menyeramkan tersebut mulai datang menghampiri ketiga manusia yang sudah tersesat dijalan ya salah.
"BERIKAN AKU TUMBAL MANUSIA"
Suara berat yang keluar dari mulut makhluk berbulu dihadapan ketiganya sontak saja membuat Danu tercengang dan mentap tak percaya pada sang dukun.
"Tapi selama ini perjanjiannya hanya tentang sesajen serta seekor kerbau saja! aku tak mau jika kau memintaku untuk menumbalkan manusia" Danu yang emosi menyela perkataan makhluk menyeramkan dihadapannya.
"HAHAHAHA KAU YANG INGIN SEMAKIN KAYA TAPI KAU TAK MAU MEMBERIKANKU TUMBAL MANUSIA! BAIKLAH, AKU MENGAMBIL ISTRIMU AGAR BISA KUNIK**MATI!"
Sontak saja Ria membuka matanya dan memandang sang suami agar tak membiarkan makhluk menyeramkan itu membawanya apalagi menik**mati tubuhnya. Jijik sudah pasti ia rasakan. Namun ia percaya pada Danu bahwa tak mungkin suaminya tega memberikan dirinya pada iblis tersebut.
"Kenapa dia meminta hal yang aneh mbah?! kau bilang ia takan meminta tumbal manusia lagi"
"Aku tak tahu jika ini akan kembali terjadi. Mungkin saja kau yang terlalu tamak membuat makhluk yang selama ini kau suruh membantu usahamu menjadi ikut tamak dan menginginkan tumbal manusia!" Si mbah yang merasa tak mau disalahkan membela dirinya.
Apa yang telah ia lakukan selama ini telah membuatnya begitu menganggap sepele persekutuan serta perjanjiannya dengan sosok menyeramkan tersebut. Tak ada pilihan lain untuk Danu saat ini. Hati kecilnya menolak bahkan tak menginginkan siapapun menjadi tumbal atas kekayaannya selama ini.
Kejadian dulu cukup membuatnya trauma akibat seseorang yang pertama kali ia tumbalkan di tahun pertama ia melakuka pesugihan tersebut.
"JIKA KAU TAK MAU MENYETUJUINYA MAKA AKU AKAN MEMBAWA ISTRIMU SEKARANG JUGA. AKU SUDAH MERASA SANGAT BER**H MELIHAT ISTRIMU YANG CANTIK ITU"
sosok meyeramkan tersebut terlihat menjulurkan lidahnya yang dapat diperkirakan panjangnya mencapai 4meter.
"Mas! aku tak sudi jika harus ditidu** oleh makhluk menjijikan sepertinya!" teriak Ria dengan kencang.
"Iya, iya mas juga tak mau jika kau harus tidur dengan dia. Baiklah, aku akan memberikannya tumbal manusia. Tapi berikan aku waktu untuk mencari orang yang tepat untuk ku tumbalkan"
Danu dengan tertunduk terpaksa menyetujui permintaan tersebut.
Ia sangat mencintai Ria dan tak rela jika sang istri sampai harus juga menjadi milik makhluk yang sudah memberikannya harta berlimpah seperti sekarang ini.
Pikirannya mulai berkelana mencari seseorang yang harus ia tumbalkan pada sang iblis. Hatinya seakan menolak perintah penumbalan ini sebab ia pun tak tega jika harus mengambil jiwa seseorang untuk makhluk itu makan sebab ia tahu bahwa mungkin saja orang yang Danu tumbalkan memiliki keluarga yang harus dibahagiakan. Namun ketakutan serta keterikatan dirinya dengan makhluk itu tak bisa diputus sampai kapanpun sampai ia mati.
"JIKA SAJA KAU MEMBERIKAN ISTRIMU YANG CANTIK ITU, AKU AKAN MEMBERIKAN HARTA YANG LEBIH BANYAK LAGI UNTUKMU"
"Tidak! aku tidak akan pernah memberikannya padamu!"
"HAHAHAHAH BAIKLAH KALAU BEGITU. TERNYATA KAU SANGAT MENCINTAI ISTRIMU ITU. PADAHAL DENGAN UANG YANG KAU MILIKI SAAT INI, KAU BISA MEMBELI WANITA MANAPUN UNTUK KAU MILIKI. INGAT! BAWAKAN AKU TUMBAL MANUSIA MINGGU DEPAN. KAU TAK PERLU DATANG KEMARI, KAU BISA MENANDAI ORANG YANG INGIN KAU TUMBALKAN UNTUKKU DENGAN UANG YANG KAU BERIKAN BERLUKISKAN LAMBANG AKAN DIRIKU. SIMBOL YANG AKU MILIKI"
Setelah makhluk mengerikan tersebut pergi, Danu kini bangit dan menyalahkan sang dukun yang selama ini telah membantunya mendapatkan kekayaan ini.
"Kau tak katakan bahwa ia akan kembali meminta tumbal manusia lagi? kau seolah angkat tangan dengan urusan ini. Kau itu dukun atau apa hah?!"
"Kau yang menyuruhku untuk membantu ekonomi keluargamu yang miskin itu sehingga sekarang menjadi orang kaya raya. Kau menyalahkanku seakan aku yang mengingikan kau mejadi orang kaya. Aku tak sudi berhadapan dengan orang gila sepertimu. Sekarang kau lakukan ritual ini sendirian!"
Danu yang merasa takut akan ancaman yang lebih buruk lagi dari sang iblis, dengan berat hati meminta maaf pada sang dukun dan memintanya agar terus membimbing ritual pesugihan yang selama ini ia lakukan bersama istrinya.
Kekayaan yang ia dapatkan selama ini adalah hasil jeripayahnya bersekutu dengan iblis menyeramkan tersebut. Walaupun berat untuknya menumbalkan manusia tak bersalah, namun jalan yang sudah ia pilih takan mampu membuat ritualnya berakhir. Selagi bukan keluarganya sendiri, maka ia akan menuruti permintaan iblis tersebut asal balasannya sepadan.
Si mbah yang membantunya selama ini merasa geram akibat keangkuhan Danu yang danu miliki dan membuatnya sedikit acuh atas permintaan maaf dari pria tersebut. Namun bagaimanapun ia sudah terikat dengan tanggung jawab atas bayaran yang Danu lakukan kepadanya.
"Aku akan membantumu lagi asal kau harus mencarikanku gadis perawan untuk tumbal ritualku"
"Apa! jadi mbah juga menginginkan tumbal manusia kepadaku?! apa kau sudah tak waras hah?!"
"Kau jangan pernah berani membentakku! kalau kau tak mau mencarikan tumbal untuk ritualku, maka aku akan lepas tangan jika terjadi sesuatu pada usahamu ataupun pada nyawa keluargamu. Aku sudah muak dengan orang orang tamak yang tak tahu diri sepertimu!"
Ria menepuk pundak suaminya dan mulai berbisik lembut ditelinganya.
"Aku yang akan cari gadis perawan untuk si mbah. Kau tenangkan saja dirimu. Jangan gegabah, aku tak mau jatuh miskin apalagi harus mati sebelum aku menikmati semua uangku"
Danu kembali meredam amarahnya dan mulai menyepakati persyaratan yang si mbah inginkan.
Malam kian larut, hingga dini hari telah datang Danu dan Ria baru bisa pulang dengan imbalan seperti biasa batu merah yang harus ia simpan disalah satu cabang toko yang baru saja ia buka. Kantuk yang mulai menyerang pada Ria, membuatnya sedikit terkantuk kantuk didalam mobil hingga tak selang beberapa lama ia pun terlelap dalam mimpi mengerikan yang selalu membuatnya ketakutan.
"Kau adalah wanita yang jahat! kau berhati iblis! sekitumu iblis, namun kau jauh lebih mengerikan darinya" suara melengking dari sosok wanita dengan bola mata hitam serta rambut panjang tak beraturan seakan membuat dirinya merasa ketakutan.
"Aku hanya ingin kaya dan kau adalah caraku untuk bisa mendapatkannya. Aku tak peduli dengan apa yang menimpamu kau sudah mati! dan takan bisa mencelakakanku" Ria berjalan mundur hingga terpentok ketembok.
Tangan yang pucat dengan kuku panjang yang kotor kini telah berada dileher wanita cantik bertubuh menggoda tersebut. Cekikan dilehernya berhasil membuat Ria kesulitan bernafas serta membuatnya bisa melihat dengan jelas wajah sosok menyeramkan dihadapannya dipenuhi dengan belatung yang menggeliat serta kulit yang mengelupas. Mulut sosok itu kini terbuka lebar sampai lidahnya yang panjang kini menjilati setiap jengkal wajah Ria.
Kukunya kini mulai menancap dileher jenjang mulus milik Ria. Darah segar mulai menetes dengan perlahan hingga membanjiri baju sang wanita yang kini tengah merasakan kesakitan. Tak ada sang suami yang selalu ia cintai saat ini membantunya lepas dari cengkaraman kuat sosok menyeramkan dihadapannya.
"Kau sudah membuatku menjadi budak iblis dan sekarang aku akan melakukan hal yang sama padamu Ria! kau tak pernah tahu hancurnya aku serta sakitnya aku dikala kau mulai menggoreskan kaca tajam diwajah cantikku! aku tak memiliki salah apapun padamu dan kau adalah sahabat baikku. Namun kau memiliki hati seperti seta*n merebut segalanya dariku! kebahagiaan, penantian, serta kedamaian yang dulu kumiliki kini kau ambil sepenuhnya dengan cara melenyapkanku!"
"Ak..aku tak merebut apapun darimu. Justru ka..u lah yang..sudah mengambil semuanya dariku" Suara Ria yang mulai terdengar terbata bata begitu merdu ditelinga sosok wanita berwajah hancur tersebut.
Senyumnya yang menyeringai serta tawanya yang begitu nyaring terasa menakutkan saat ini.
Danu yang melihat istrinya terlelap dengan berteriak teriak seketika menepikan mobilnya dan mulai membangunkan istrinya yang saat ini tengah histeris. Entah apa yang istrinya mimpikan, yang jelas Danu sangat tahu bahwa saat ini mungkin sang istri tengah mengalami mimpi buruk.
"Sayang! sayang! bangun! kau kenapa?!" beberapa kali Danu menepuk pipi sang istri hingga mencoba menggoyangkan tubuhnya. Sampai beberapa menit kemudian sang istri akhirnya terbangun dan langsung memeluk tubuhnya.
"Dia, dia, wanita jal**ng itu ingin membunuhku mas! "
"Siapa dia? Irma? kau bermimpi tentang gadis desa yang sudah mati itu lagi ? sudahlah Ri, Dia sudah kita berikan pada makhlus itu. Mana mungkin ia bisa menyakitimu"
"Aku serius mas! dia mencengkram leherku dengan kuat dan menancapkan kukunya yang tajam keleherku. Aku takut" Ria memeluk lebih erat sang suami yang kini berada disampingnya.
"Tahu kah kau Ria. Aku sangat mencintaimu dibanding segalanya. Aku sangat takut jika kau pergi dariku dan aku pun tak bisa melihatmu tertekan seperti ini. Akan ku usahakan agar kau tak merasa takut dengan mimpi burukmu lagi. Sekarang kau jangan menangis, mari kita pulang kasihan Sarah jika harus pergi kesekolah tanpa sarapan terlebih dahulu. Masakan buatannmu sangat enak dan terlebih lagi kau menyiapkannya dengan sepenuh hati" Danu mencium kening istrinya dengan lembut. Dan kemudian menjalankan kembali mobilnya menuju rumah mewah di kawasan kota.
*******
Sarah Anjelina yang merupakan anak satu satunya dari hasil pernikahan Danu dan Ria adalah gadis remaja yang cantik jelita dan populer disekolahnya. Banyak sekali pria yang menaruh hati padanya dan berlomba lomba untuk menjadi kekasih gadis cantik berlesung pipit tersebut.
"Bi! Bi Darsih! cepat ambilkan tasku dikamar. Aku sudah telat nih" teriak Sarah di ruang keluarga.
"Ibu sama ayah kemana sih? kebiasaan banget pergi tak mau ajak ajak" gerutu Sarah kesal.
Terlihat dari kejauhan seorang wanita paruh baya tengah menenteng tas berwarna merah muda menuju lantai bawah tempat Sarah duduk. Tangan dan wajahnya yang mulai keriput, serta langkahnya yang pelan begitu membuat Sarah sedikit kesal.
"Bi cepat sedikit!" ucapnya manja.
"Iya non, iya. Bibi ini juga sudah cepat"
Tas yang dibawa Bi Darsih kini ia berikan kepada gadis muda yang tengah sibuk memainkan ponselnya saat ini.
"Non Sarah makan dulu ya, biar bibi buatkan"
"Gak usah bi. Aku hanya ingin makan nasi goreng buatan ibu saja"
"Tapikan nyonya besar belum pulang"
"Iya makanya dari itu aku kesal. Sudah ah bi aku mau makan dikantin saja nanti. Tolong suruh supir siapkan mobilnya dan antar aku kesekolah"
Bi Darsih kembali berjalan menuju halaman rumah mewah tersebut. Tak peduli seberapa seringnya majikan mudanya tersebut membuat dirinya lelah, yang pasti ia sangat menyayangi Sarah sama seperti cucunya sendiri yang sudah lama meninggal.
Mobil berawarna putih kini sudah terlihat bersiap untuk pergi. Dari kejauhan terlihat mobil Danu dan Ria yang baru saja masuk pekarangan rumah.
Ria membuka jendela mobil dan berteriak memanggil anak kesayangannya yang terlihat kesal didalam mobil disampingnya.
"Sayang, ibu sama ayah baru sampai, kok kamu mau pergi tanpa makan dulu nasi goreng buatan mama sih?"
" Gak! aku gak mau. Aku juga gak laper! aku mau berangkat sekolah, udah siang! pak jalan!" jawab Sarah ketus.
Ria dan Danu hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala kala melihat tingkah laku anakknya yang begitu kesal sebab mereka pulang terlalu siang. Hingga saat keduanya turun dari mobil, Bi Darsih dengan siap sedia mengambil barang barang yang mereja bawa kedalam rumah.
Tak lupa Bi Darsih bergegas kedapur dan menyiapkan teh manis serta camilan untuk majikannya tersebut.
Saat Bi Darsih mengambil keresek berwarna hitam yang sebelumnya dibawa oleh Ria, ia begitu terkejut ketika melihat sebuah plastik berwarna putih yang berisikan darah segar dengan warna yang mulai hitam pekat.
"Astagfirullah" pekik Bi Darsih seraya melemparkan plastik tersebut keatas meja makan.
"Ada apa sih Bi!? pagi pagi udah heboh " ucap Ria yang terlihat memasuki ruang dapur.
"Ini nyonya, saya terkejut melihat darah di plastik. Ini buat apa nyonya? apa saya harus membuangnya?"
"Jangan! jangan buang itu. Saya akan memasukannya kedalam kulkas, biar nanti saya yang memasaknya menjadi makanan spesial untuk Sarah. Itu hanya darah sapi bukan darah manusia. Kau jangan takut dan banyak bicara!" Ria mengambil plastik tersebut dan memasukan sendiri kedalam kulkas.
Bi Darsih yang merasa jijik dengan bungkusan plastik tersebut, seketika bergidik ngeri kala melihat majikan perempuannya menjilat tangannya sendiri yang terdapat darah.
Rasa mual mulai menyeruak didalam dirinya ketika membayangkan kembali darah hewan yang mulai menghitam didalam plastik.
*******
Hujan malam ini begitu deras. Sarah yang sedang asik berbaring diatas kasur empuk miliknya didalam kamar seraya menonton drama percintaan dari luar negeri seketika terkejut ketika listrik dirumahnya padam disertai kilatan yang begitu keras terdengar.
Dihentikannya film yang sedang ia tonton dilaptopnya dan kemudian menutup gorden jendela kamarnya dengan perlahan. Matanya yang indah kini membulat sempurna kala melihat seorang wanita mengenakan baju sekolah basah kuyup sedang berdiri dihalaman rumahnya.
Gadis itu hanya berdiam mematung melihat kearah rumahnya tanpa mau perhi berteduh padahal hujan diluar begitu deras.
"Siapa dia? apakah dia tetangga baru?" gumamnya pelan.
Tak berselang lama ia kemudian menutup seluruh kaca jendelanya dan berbaring kembali diatas kasurnya hingga saat tetesan air diatas kepalanya membuatnya sedikit kesal karena rambut Sarah menjadi basah.
"Ibu! Ayah! kamar Sarah bocor!" teriaknya kencang.
"Ibu! Ayah! kamar Sarah bocor ni!" teriaknya kembali namun tak ada sahutan apapun sebab suara hujan diluar begitu keras.
Gadis muda itu kemudian mematikan laptopnya dan mulai melihat kearah atas kepalanya. Ia meneliti setiap tetesan air yang jatuh dari atap kamarnya. Karena gelap, ia kemudian mengambil ponselnya dan menyalakan senter untuk melihat bagian mana saja yang bocor dikamarnya.
Sarah mulai menghitung letak atap kamarnya yang mengalirkan air tersebut. Hingga kemudian ia begitu terkejut ketika melihat dipojok langit langit kamarnya terdapat sosok menyeramkan.
"Satu...Dua...ti...Ahhhhhh" teriaknya kencang.
Sosok berambut basah dengan pakaian sekolah kini sedang menempel diatas langit langit kamarnya. Matanya yang hitam pekat, serta wwajahnya yang pucat sontak saja membuat Sarah begitu syok dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Pintu kamarnya terbuka dengan keras, hingga membuat gadis tersebut ketakutan dan melihat kearah sosok menyeramkan tersebut. Perlahan lahan hewan kecil berjatuhan diatas lantai kamarnya dan sosok itu menyeringai hingga mulutnya mulai robek dan mengeluarkan darah segar dari ujung bibirnya.
Rasa takut yang begitu besar dirasakan oleh Sarah saat ini. Sampai sampai gadis tersebut gemetar dan mulai merasakan pusing dan pandangannya mulai gelap.
"Sar! Sarah! bangun sayang! kamu kenapa?" tanya Ria dengan panik.
"Bangun sayang. Ini ibu sama ayah ada disini" Danu yang tak kalah panik terus saja membelai rambut putrinya berharap ia segera bangun.
"Sarah pasti diganggu oleh seta**n sialan yang sering ganguin aku mas! Pasti dia ingin membuat putri kita celaka. Kau cepat hubungi si mbah untuk menyingkirkan set** itu. Udah mati masih saja bikin kita gak tenang"
Danu hanya bisa diam mendengarkan ocehan istrinya. Memang benar mungkin ini ada kaitannya dengan kematian Mala dua puluh tahun silam yang sudah ia lakukan. Mungkin saat ini arwah dari Mala sudah tahu bahwa Sarah sudah akan menginjak usia 17 tahun.
Sesuai dengan sumpahnya, ia akan menghancurkan keluarga Danu dan Ria dengan cara mengambil Mala dari mereka.
"Besok aku akan pergi kerumah si mbah. Kau tunggu disini dan jaga Sarah. Jangan sampai ia mengalami hal buruk lagi. Dan jika bisa tolong carikan lagi asisten pribadi wanita yang masih lajang untuk menemani Sarah. Nanti aku akan membayarnya asalkan dia mau menjaga serta menjadi teman bagi Sarah"
"Tentu mas. Aku akan mencari gadis yang seuisia dengannya. Sekalian aku juga akan mencari tumbal untuk si mbah. Kau jangan lupa juga untuk mencari tumbal bagi ibli** itu" Ria yang tak henti hentinya membalurkan minyak angin pada Sarah kini mulai berjalan mengambil air minum diatas laci dan mulai mencoba mencipratkannya kearah muka sang putri kesayangannya tersebut.
Tak lama kemudian Sarah yang mulai sadar kini membuka matanya pelan dan langsung memluk tubuh Ria dengan erat seraya menangis.
"Ibu, Sarah takut bu! gadis menyeramkan itu ingin membunuhku"
"Gadis?" Ria dan Danu saling pandang satu sama lain.
"Gadis yang mana sayang? tak ada siapapun disini"
"Dia..Dia sangat pucat, matanya hitam dan rambutnya sangat panjang. Dia menyeringai kearahku dan menakutiku. Tolong usir dia ayah, Sarah takut"
Danu mulai mencerna ciri ciri yang putrinya katakan. Ia berpikir dengan keras, siapakah gadis yang Sarah maksud. Apakah arwah dari Mala bisa merubah wujudnya kembali ke saat ia masih muda.
"Iya sayang, nanti ayah akan usir dia. Ayah akan panggilkan paranormal terhebat untuk usir seta*n itu"
"Iya sayang, ayah sama ibu akan panggil paranormal yang paling sakti untuk mengusir makhluk itu. Kau jangan takut, malam ini ibu akan tidur temani kamu disini" Ria mencium kening putrinya dengan lembut dan tersenyum kearahnya. Dari pantulan kaca dibelakang Sarah ia dengan jelas melihat sesosok wanita yang sedang berada dibelakang tubuhnya.
Sontak saja pemandangan itu membuat Ria terlonjak kaget dan membuat Sarah serta Danu kebingungan.
"Kau kenapa?" ucap Danu heran.
"Iya, ibu kenapa? apakah ibu melihat sesuatu? wajah ibu sangat tegang sekali"
Ria hanya bisa menelan saliva dan segera mengalihkan pembicaraan.
"Tidak, tidak papa. Ibu hanya baru ingat kalau ibu sudah memasak makanan kesukaanmu dan makanannya ibu taruh dimeja belum ditutup. Ayo kita makan, seblum tikus memakanan makanannya"
Ria segera pergi meninggalkan Danu dan Sarah didalam kamar. Danu segera mengikuti Ria dengan Sarah berjalan disampingnya. Danu yakin pasti ada sesuatu yang Ria sembunyikan darinya.
Malam yang sunyi membuat dentingan sendok dan piring yang beradu menjadikan nada yang menemani kegiatan makan malam saat ini. Sarah, Danu dan Ria kini tengah menyantap makanannya sedangkan Bi Darsih dan supir sedang makan didekat dapur.
Walaupun Ria dan Danu baik hati pada Bi Darsih, namun keduanya masih memperlihatkan bahwa mereka tak sepadang dengan Bi Darsih yang hanya seorang pelayan dirumah mereka.
"Besok ayah akan pergi mencari dukun yang akan mengusir seta*n sialan itu. Kau temani Sarah disini" ucap Danu disela sela makannya.
"Iya mas, aku akan menjaga putri kita. Kqu juga hati hati di jalan"
Sarah hanya terdiam mendengarkan perkataan ayah dan ibunya. Baginya sudah cukup merasa takut atas kejadian tadi hingga membuatnya sedikit menjadi pendiam.
"Makan yang banyak sayang. Dan besok ibu akan menelpon guru disekolah untuk memberikanmu izin dulu. Sekalian besok ibu akan ajak kamu jalan jalan ke mall" ucap Ria seraya tersenyum.
"Iya bu, tapi ibu janji malam ini temani Sarah tidur. Sarah masih takut"
********
Malam yang kian beranjak tepat menunjukan pukul 24.00. Ria yang saat ini tertidur dikamar Sarah mulai terganggu dengan kegaduhan yang terdengar dikamar sebelah putrinya. kamar yang dua puluh tahun silam selalu ditempati dirinya saat menginap dirumah sahabatnya, yang tak lain adalah Mala, kini sudah lama tak pernah ia masuki.
Entah suara apa yang berasal dari sana. Yang pasti saat ini Ria sangat penasaran namun ia tak bisa meninggalkan putrinya sendirian sebab ia takut hal yang menakutkan kembali terjadi pada Sarah.
"Apa itu suara tikus" gumam Ria pelan.
Perlahan lahan ia berjalan kearah tembok pembatas antara kamar putrinya dan kamar sebelah, ia kemudian menempelkan telinganya dan tak mendengar apapun selain benda jatuh.
Saat Ria akan membalikan badannya, ia mendengar sebuah suara rintihan sendu yang berasal dari kamar sebelah putrinya. Suara itu pelan, namun cukup terdengar olehnya. Lama kelamaan rintihan itu berubah menjadi sebuah tangisan yang lama kelamaan semakin kencang. Tubuhnya bergidik nheri dan mulai berjalan mundur kearah ranjang Sarah.
"Aku yakin pasti set**n itu ingin mengangguku dan Sarah. Dia pasti tak senang melihat kebahagiaan yang aku miliki. Masih hidup saja sudah menjadi penghalang, dan sekarang, sudah matipun masih saja menjadi penghalang kebahagiaanku"
Tangis yang tadinya kencang kini tiba tiba saja berubah menjadi sebuah tawa melengking yang menakutkan. Ria segera berlari kearah ranjang putrinya dan terduduk ditepian seraya memegang kedua telinganya. Sentuhan dingin dipundaknya membuat tawa itu menghilang.
"Kamu kebangun ya sayang" ucap Ria seraya memegang tangan putrinya.
"Tanganmu kok dingin sih nak? kamu sakit?" tanya Ria seraya mulai membalikan badannya mengarah pada Sarah.
Tubuh diam tak bergerak Sarah seketika membuat Ria menjadi ketakutan. Ia paham betul bahwa Sarah saat ini sedang kerasukan.
"Na...k kamu ken..apa ?" Ria terbata bata melihat wajah Sarah yang tertutup dengan rambut panjangnya yang indah.
Tanpa diduga duga, Sarah kemudian mencekik leher ibunya dengan sangat kencang hingga membuat wanita itu merasa kesulitan untuk bernafas.
"Lep..askan ibu..nak" Ria yang memberontak mencoba meraih ponselnya diatas Kasur tetatpi ia malah menjatuhkannya.
Hingga ia pun berhasil lolos kemudian berjalan kearah pintu untuk membangunkan suaminya. Namun dicekal kembali oleh Sarah yang saat ini sedang tersenyum mengerikan.
"Kau akan ikut bersamaku Ria! kau akak membusuk dineraka akibat persekutuanmu dengan iblis itu! hahahahahah!" tawa yang terdengar melengking membuat Ria begitu sangat ketakutan.
Cengkraman dilehernya begitu kuat hingga membuatnya tak bisa bergerak apalagi bernafas. Tangannya tak henti henti meraih benda apapun didekat lemari untuk ia lemparkan. Sampai akhirnya usaha yang ia lakukan tak sia sia, ia meraih botol parfum yang ditaruh Sarah dan membantingkannya dengan keras keatas lantai.
Tak lama Danu dan Bi Darsih yang mendengar kegaduhan dikamarnya Sarah, datang dengan tergesa gesa dan mencoba menjauhkan tubuh Sarah dari ibunya.
"Ada apa ini ribut ribut tengah malam?" tanya Danu dengan kesal.
Hingga saat ia melihat kearah samping, terdapat Ria yang saat ini tengah dicekik oleh Sarah dan tubuh Ria mulai terlihat lemas.
Danu kemudian bergegas menjauhkan tubuh Sarah dengan kekuatannya serta bacaan yang selama ini ia pelajari dari si mbah.
"HENTIKAN BAJIN** ! SUDAH CUKUP KAU BUAT AKU TERSIKSA SEMASA HIDUP. BIARKAN AKU MENYIKSA KELUARGAMU SEKARANG! HAHAHAHAH!"
"Hentikan perbuatanmu Mala! kau sudah mati! dan bahgialah kau dialammu sana!" Teriak Danu dengan keras.
"MALA? KAU PANGGIL AKU MALA? KAU SENDIRI BAHKAN LUPA SIAPA AKU SEBENARNYA! BAIKLAH, SAAT INI AKU AKAN BIARKAN ISTRIMU INI HIDUP. SEBAB AKUPUN INGIN MELIHAT KALIAN TERSIKSA DAN MATI SECARA PERLAHAN"
Akhirnya cekikan dileher Ria mulai melonggar, diiringi dengan tubuh Sarah yang mulai terkulai lemas jatuh dilantai.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!