Hujan turun tipis-tipis. Alula meraih tas punggung miliknya, dia berlari keluar dari rumah sederhana nya.
Alula Humaira, gadis 18 tahun ini terpaksa pontang-panting mencari kediaman dari pemenang lelang rumah miliknya.
Kendati keserakahan kakak iparnya, hari ini Alula mendapati kenyataan pahit bahwa rumah peninggalan orang tuanya telah berpindah tangan kepada pemenang lelang.
Alula yatim piatu, memiliki dua saudara laki-laki, yaitu Abang nya bernama Aryan Hermawan, dan kembarannya bernama Nakula.
Karena ketidak cukupan finansial, Alula harus rela tidak melanjutkan kuliah setelah lulus tahun ini, rencananya Alula akan melamar pekerjaan saja.
Pengumuman kelulusan sudah dia dapatkan, tinggal menunggu turun ijazahnya saja. Tapi sebelum itu, Alula harus menjumpai pemilik baru rumahnya.
Alula yakin, Alula masih bisa mendapatkan kembali rumah peninggalan orang tuanya. Bagaimana pun caranya, Alula harus bisa.
Begitulah kegigihan sikap Alula yang harus mendapatkan apa pun sesuai keinginannya.
Alula mengantongi alamat pemilik baru rumahnya. Bermodalkan kertas biru di tangannya dia mendatangi wanita bernama Emelly.
Tak mudah, karena sepertinya Emelly bukanlah wanita biasa, sudah pasti sangat kaya raya. Dan waktu orang-orang kaya memang sedikit mahal.
Setelah melewati beberapa macam saringan seakan-akan dirinya seonggok kuman, Alula berhasil di persilahkan masuk oleh pemilik Penthouse mewah ini.
Menyandang pakaian putih abu-abu yang lusuh karena perjalanan jauh, Alula berjalan sedikit gemetar memegangi kedua tali tas punggungnya.
Pandangan dia edarkan secara perlahan, menyimak setiap detil griya tawang nan menawan ini.
"Punya rumah sebagus ini, tapi kok beli rumah ku yang biasa saja?" Gumamnya lirih.
"Siapa namamu?" Suara yang mengagetkan Alula hingga naik kedua bahunya. "Alul, Alula Nona." Jawabnya spontan seraya menoleh.
Di lihatnya wanita cantik nan seksi itu menatap seksama dirinya dari atas hingga bawah. "Ada apa kau mencari ku?" Tanyanya.
Asap rokok Emelly semburkan tepat di depan wajah Alula yang terbatuk-batuk.
Alula menunduk. "Aku ke sini, mau melamar pekerjaan Nona, aku ini, pemilik lama dari rumah yang telah Anda lelang tadi pagi." Ujarnya.
"Oya? Rumah yang di kawasan anggrek itu?"
"Iya Nona." Angguk Alula.
Emelly mencebik. "Tidak ada lowongan pekerjaan di sini." Alula menatap memelas Emelly.
"Sebenarnya, aku mau bercerita Nona, begini, rumah yang Nona beli itu, rumah peninggalan orang tua ku, tapi karena keserakahan kakak ipar perempuan ku, rumah itu dia lelang tanpa sepengetahuan ku."
"Aku ke sini, mau menebusnya, tapi berhubung aku tidak bisa menebusnya dengan uang, aku akan menebusnya dengan tenaga ku saja Nona. Aku rela mengabdikan diri di sini tanpa di bayar, asal kan rumah orang tua ku kembali." Tekad Alula.
Emelly tersenyum getir. "Wah, wah, kau pejuang rupanya. Lumayan juga tekad mu anak muda."
Alula menunduk. "Karena rumah itu sangat penting bagiku Nyonya." Katanya lirih.
"Sayangnya aku tidak butuh asisten." Sambung Emelly menolak.
Alula menekuk lutut, menghiba bahkan menyatukan kedua tangannya. "Tolong Nona Emelly, biarkan aku bekerja di sini." Pintanya.
Kriiiiiing....
Dering ponsel milik Emelly meminta perhatian, sejenak wanita itu meraihnya dari atas meja sebelum kemudian ia menggeser tombol terima. "Halo."
📞 "Hari ini aku pulang ke Indonesia, siap-siap aku nikahi dan ku habiskan di malam pertama kita." Suara berat seksi yang Emelly dengar dari seberang sana.
Emelly berkerut kening. "Cepat sekali pulang nya? Hari ini aku harus ke Prancis, kamu tahu kan, ada show di sana."
📞 "Aku tidak mau tahu, undangan eksklusif pernikahan secret kita sudah ku sebar, jangan membuat ku malu di depan kolega ku, kau tahu, sudah lama pernikahan ini aku rencanakan."
"Raden."
📞 "Aku tidak mau mendengar penolakan mu lagi, sekarang berdandan lah cantik, aku datang. Aku mencintaimu." Sambungan terputus setelah itu.
"Raden!" Pekik Emelly. "Aaaaah, kau selalu memaksakan kehendak mu sendiri!" Perlahan Emelly mendengus. Menikah bukan hal yang ingin dia buru-buru.
Emelly masih punya cita-cita yaitu menjadi violinis terkenal, dengan tidak menikah Emelly pasti akan lebih populer lagi.
Terkadang ada kontes yang membatasi peserta, salah diantaranya adalah wanita yang sudah menikah tidak di perbolehkan mengikuti.
Emelly masih ingin meraih cita-cita dan karier nya, menjadi terkenal adalah impian setiap orang dan itu akan segera Emelly capai.
Di tanggal yang bersamaan saat Raden akan menikahinya, Emelly mendapatkan golden tiket kontes menyanyi dan bermain biola kelas dunia.
Ini adalah cita-cita nya, Emelly tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Iya kalo Raden setia padanya, berakhir sebagai istri tidak akan pernah membuatnya menyesal, tapi jika Raden tidak setia bagaimana?
Di saat hamil dan perutnya menjadi besar Raden tidak lagi tertarik padanya. Emelly takut karena trauma masa lalu yang terjadi pada ibunya dahulu pun seperti itu.
Emelly tak ingin mengambil keputusan yang salah, Emelly harus bisa mencari cara untuk menguji kesungguhan cinta Raden padanya.
Emelly gusar sambil berjalan mondar-mandir dia menyesap rokok di jemari lentiknya. Sebentar lagi mungkin Raden akan datang untuk menikahinya secara paksa.
Di sela pencarian ide, Emelly tak sengaja menatap wajah Alula yang standar pabrik menurutnya.
Alula masih bersimpuh di lantai, menghiba belas kasihnya. Emelly menyeringai saat sudah memiliki ide cemerlang.
"Gimana kalo aku suruh bocah bau kencur ini menggantikan posisi ku. Sekalian aku mau menguji kesungguhan dan kesetiaan kekasih ku." Siasat nya.
"Nona kenapa?" Alula yang sedari tadi diam, kini berani bertanya sesuatu setelah mencium adanya siasat.
"Kamu mau pekerjaan kan? Kamu mau mengabdikan diri padaku bukan?" Tawar Emelly menyengir, sesekali menyesap rokok di jemari lentiknya.
"Iya Nona." Angguk Alula polos.
"Aku akan kembalikan rumah peninggalan orang tuamu, tapi, dengan syarat."
"Apa syaratnya Nona?" Sela Alula bersemangat.
"Gantikan posisi ku, menjadi pengantin pacar ku."
"Apa?" Mendelik netra belo milik Alula.
...----------------...
...Ok.. Awal mula, aku mau minta kesediaan kalian untuk memfavoritkan karya ini, like di setiap bab nya. Pertama-tama aku perkenalkan visual dulu biar lebih sayang. Karena tak kenal maka tak cinta....
...Alula Humaira. 18 tahun, baru lulus SMA. Periang, lucu, imut, manis. Sederhana, dan kebaikan hatinya adalah kekayaannya....
...Raden Mas Rafael. 30 tahun, presiden direktur perusahaan properti ternama. Pria berdarah Jawa Italia, yang namanya masuk ke dalam jajaran lima besar orang terkaya di dunia....
...Emelly Missy, 28 tahun, pemain biola atau violinis cantik yang sedang dalam masa ingin terkenal. Kaya raya dari lahir....
...Galang Mandala, ketua BEM, alias presiden mahasiswa di universitas tempat Alula kuliah....
...Bastian. Pria berusia 30 tahun. Tangan kanan Raden Mas Rafael yang di juluki sebagai seorang Casanova....
...TAHAP REVISI, nama Raden akan diubah menjadi Rayden!...
...Warning, masih belum direvisi, jadi banyak banget kata yang tidak sesuai kaidah penulisan... Mohon maklum yaaa... ...
"Tenang saja, dia tidak akan menyentuh mu, dia sangat setia padaku, lagian, kamu bukan tipe nya." Emelly menarik sebelah bibir tanda ia mencibir.
Alula bukanlah saingannya, Emelly wanita matang yang sangat seksi dan cantik. Sementara Alula hanya anak ingusan yang compang-camping dandanannya. Rayden tidak akan tergiur pada bocah seperti Alula.
"Tapi Nona. Pernikahan bukan main-main." Sanggah Alula. Menikah sangat sakral, ingin Alula, menikah hanya satu kali seumur hidup.
"Kamu bilang mau mengabdikan diri mu padaku." Protes Emelly. "Tugas ini hanya satu hari saja, setelah itu kau boleh pulang." Jelasnya.
"Begitu kah?" Polos Alula dan Emelly mengangguk. "Yah, karena pacar ku tidak mungkin menyandera mu, dia sangat setia padaku."
Alula manggut-manggut. "Iya baiklah kalo hanya pura-pura dan cuma satu hari saja." Terima nya. Lagi pun, ini kesempatan mendapatkan rumahnya lagi tanpa bersusah-payah.
"Bagus!" Sambung Emelly. "Deal, kau akan menggantikan aku sebagai pengantin perempuan. Tapi ingat, kau harus langsung pulang setelah acara pernikahan selesai. Tugasmu hanya itu saja. Calon suamiku sudah mengatur acara pernikahan kami, aku hanya tidak mau mempermalukan calon suami ku yang sudah mengundang banyak tamu ekslusif."
Alula mengangguk memahami. "Baiklah."
"Sekarang kamu bantu aku membawa koper-koper ku ke bawah. Di bawah ada sopir ku. Kamu letakkan koper ku di bagasi mobil ku."
"Memangnya Nona mau kemana?"
"Ke luar negeri."Jawabnya. "Ini tempat parkir mobil ku." Emelly memberikan kartu pada gadis polos itu agar mudah mencari mobil miliknya.
"Baiklah." Alula menarik koper besar milik Emelly lalu keluar dari Penthouse ini.
"Menikah, pura-pura menjadi pengantin, itu akting yang tidak sulit. Aku pasti bisa." Alula melayangkan tinju ke udara tanda ia bersemangat.
Rumah peninggalan orang tuanya akan segera kembali, itu hal yang paling menakjubkan baginya. Ternyata benar, ada usaha pasti ada jalan.
Buktinya tidak sia-sia dia mendatangi wanita pemilik rumah barunya. Setidaknya Emelly wanita cantik yang baik menurutnya.
...----------------...
^^^Di lain tempat.^^^
Pria yang berdiri di ambang pintu pesawat jet pribadi itu menyematkan kacamata hitam di wajah tampannya. Angin mengibarkan surai pekatnya.
Rayden Mas Rafael, pria berdarah Jawa Italia ini sangat terkenal di kalangan orang elit, Rayden nama panggilannya, pria matang berusia 30 tahun itu, berwajah tampan bertubuh sixpack nan tinggi. Rayden pernah di nobatkan sebagai pengusaha terseksi dan tertampan di dunia.
Rayden memiliki senyum tipis yang teramat manis, tubuh kekar atletis, kulit putih bersih namun tetap eksotis, netra dengan iris hijau dan berjambang tipis.
Hijau matanya bukan karena matre, Rayden lahir di Italia namun tinggal di Jawa tengah ikut dengan nenek ningrat nya, setelah kantor pusat perusahaannya berpindah ke Jakarta, Rayden juga pindah ke ibukota.
Di usianya yang ke dua puluh tujuh tahun, Rayden di percaya ayahnya untuk menjadi presiden direktur kerajaan properti milik ayahnya.
Penthouse, hunian mewah di komplek, apartemen, rumah susun, kontrakan, kost, apa pun itu properti nya, pasti ada lebel R-build miliknya.
Di Italia, Inggris, Korea, dan negara lainnya, Rayden punya cabang perusahaannya. Rayden definisi lelaki nyaris sempurna. Kaya raya juga sangat tampan, terlebih yang tak mampu di pungkiri adalah, he's a very sexy man.
Rayden masuk ke dalam mobil sport berwarna merah, ada sopir yang dia sebut-sebut sebagai tangan kanannya.
"Bas!" Panggil Rayden pada lelaki yang duduk di jok kemudi nya. "Hmm?" Lelaki tampan berkacamata hitam itu menoleh.
"Persiapan pernikahan ku sudah selesai?"
"Sudah Bos!"
"Bagus, siapkan semua lingerie seksi, sepatu heels, juga yang lainnya, susun dan tata yang rapi ke dalam kamar utama ku." Titah Raden.
"Beres."
Rayden tersenyum menatap layar ponselnya, dimana wajah cantik Emelly menjadi wallpaper. "Kita akan segera bersama." Gumamnya lirih.
"Jadi kita kemana? Pulang ke rumah utama, atau Penthouse Nona Emelly?"
"Kamu antar aku menemui Emelly dulu, aku mau memastikan dia tidak lari dariku, barusan dia bilang, ada show di Prancis. Aku takut dia kabur lagi seperti tahun lalu."
Bastian terkikik. "Nona Emelly sangat takut kau nikahi Bos, kalo aku jadi kau, sudah aku tinggal dan cari sugar Baby."
"Sial, sayangnya aku tidak bisa." Sanggah Raden.
Sekitar dua jam mereka berbincang random, hingga tibalah di Penthouse milik Emelly, hunian mewah itu Rayden yang memberinya, jadi sudah pasti Rayden tahu bagaimana cara masuknya.
Seorang diri, Rayden berjalan menuju dapur bersih dan sesosok wanita bertubuh tinggi berdiri dengan gaun tipisnya mencuci tangan di wastafel.
"Sayang." Rayden peluk wanita itu dari belakang membisikkan sebutan mesra.
Emelly berjingkrak. "Raden!" Kejut nya.
Rayden mempererat pelukannya. "Maaf mengagetkan mu." Ucapnya.
"Kapan kamu datang?" Emelly mengernyit menatap Rayden dari samping.
"Baru saja." Jawab Raden.
"Kamu buru-buru sekali pulang, padahal kamu bilang masih banyak pekerjaan kan?"
"Aku sudah sangat merindukanmu. Kau lihat. Aku bahkan meninggalkan semua pekerjaan hanya untuk mu."
Emelly tersenyum, di sela penolakannya, jujur Emelly sangat tersentuh dengan keromantisan lelaki tampan itu.
"Kamu sangat menginginkan ku, mencintai ku, menyayangi ku?"
Rayden mengangguk. "Tentu saja."
Rayden membalikkan tubuh Emelly agar menghadap padanya. "Kamu sangat cantik sayang."
Emelly tersenyum manis mengalungkan tangan pada leher kekasihnya. "Cium aku." Dia berjinjit untuk meraih bibir Rayden yang mundur menghindari nya.
"Emmh, No!" Rayden menggeleng. "Kita akan melakukannya di malam pertama kita, sebentar lagi kita menikah." Ujarnya berbisik.
Emelly memukul dada protes. "Apaan sih?"
"Surprise, biar lebih greget sayang." Sanggah Raden.
Emelly mencebik, Raydenlantas memberikan elusan lembut pada bagian telinga wanita cantik itu. "Aku tulus mencintaimu, aku tidak ingin merusaknya dengan napsu."
Emelly tersenyum getir.
Rayden memeluk Emelly. "Aku hanya mampir, kamu berdandan lah, MUA terbaik akan ke sini, Bastian akan menjemput mu, kita menikah malam ini juga, sekarang aku harus pulang, masih ada beberapa pekerjaan kecil. Karena setelah menikah, aku mau bulan madu kita tidak terganggu siapa pun."
Emelly menatap lekat wajah tampan kekasihnya. "Maaf kan aku Raden. Aku masih belum bisa memastikan ketulusan mu. Jika kau setia, aku akan menyerahkan diriku padamu seutuhnya. Akan aku tinggalkan dunia hiburan hanya untuk menjadi istrimu." Batinnya.
Rayden kecup kening Emelly. "Aku pergi." Pamitnya.
"Secepat itu?" Sambung Emelly.
"Di rumah masa depan kita. Ada beberapa kejutan yang harus aku siapkan juga untuk mu kan?"
Emelly menggeleng. "Aku takut dengan kejutan mu."
Rayden tersenyum. "Tunggu saja. Bye." Ucapnya lalu pergi meninggalkan tempat itu.
Emelly membiarkan punggung gagah kekasihnya berlalu dari retinanya.
...😚𝗕𝗮𝗯 𝗶𝗻𝗶 𝘁𝗲𝗹𝗮𝗵 𝘀𝗲𝗹𝗲𝘀𝗮𝗶😚...
...ᴰᵘᵏᵘⁿᵍ ᵃᵘᵗʰᵒʳ ᵈᵉⁿᵍᵃⁿ ᴸᴵᴷᴱ ⱽᴼᵀᴱ ᴷᴼᴹᴱᴺ ᵈᵃⁿ ᴴᴬᴰᴵᴬᴴ🙏...
^^^Di parkiran basemen.^^^
"Syukurlah, aku bisa memasukkan koper besar ini." Alula menepuk silangkan kedua telapak tangannya setelah berhasil meletakkan koper besar milik Emelly ke bagasi mobil berwarna merah muda.
Menggunakan sepatu sneaker usang, rok abu-abu dari seragam sekolah nya dan atasan kaos putih longgar. Tas punggung berwarna merah muda dia gendong. Rambut panjang dia ikat tinggi. Ada dua poni yang menjuntai lucu.
Keringat berbulir- bulir menghiasi wajah yang kian memerah karena pembuluh darah tertekan beban berat, mengangkat koper.
"Heh, Lula miskin!" Alula berjingkrak. Ada suara yang membuat Alula menoleh, rupanya benar dugaannya, Cherry, Sindy dan Hana lah yang berdiri menatapnya. Sudah jelas mereka tinggal di apartemen ini.
"Hai." Sapa balik Alula tersenyum, meski tak pernah mendapat perlakuan baik, Alula selalu tersenyum saat menyapa gadis-gadis itu.
"Kamu mau nyolong di sini?" Sergah gadis bernama Sindy menuding. Jika Alula pemilik mobil mewah itu sangat tidak mungkin.
"Aku kerja di sini." Sahut Alula.
"Oh, jadi pembantu?" Sambar gadis bernama Cherry.
"Apa saja asalkan halal." Sambung Alula lagi.
Hana menyeringai. "Kamu mau uang tambahan nggak?" Tawarnya. Ketiga gadis itu berdiri seperti ingin mengeroyok tapi Alula santai saja. Dia bisa karate kok, kalaupun kepepet Alula bisa menjaga diri.
Alula mengangguk. "Mau saja, tapi tergantung apa pekerjaan nya." Ujarnya.
Sindy menyodorkan satu kakinya. "Jilat sepatuku, baru setelah itu, aku kasih kamu lima puluh ribu." Titah nya.
Alula mengepal erat tangannya, jika saja dia tidak ingat posisi kastanya Alula akan mencekik leher gadis itu.
"Maaf, aku tidak bisa. Permisi." Alula lebih memilih untuk menghindari ketiga gadis itu.
Sindy meraih tas punggung Alula agar tidak bisa pergi. "Sombongnya, miskin!"
Alula menoleh. "Aku miskin, tapi masih punya harga diri, menjilat sepatu mu yang penuh dosa, bahkan anjing pun tidak akan sudi aku rasa."
"Kau!" Sergah Sindy melotot. "Kau anjing nya!" Berang nya.
Alula menampik tangan Sindy, menerobos keluar dari kepungan gadis-gadis itu. Mereka memang sudah biasa membully Alula, tapi sejauh ini Alula masih sabar untuk tidak membalasnya.
Alula memasuki gedung apartemen, lagi, dia menaiki lift menuju lantai paling atas gedung apartemen ini. Penthouse milik Emelly lah yang gadis itu satroni.
Alula telah resmi menjadi pesuruh Emelly. Maka dia juga harus bolak-balik ke Penthouse milik Emelly. Barusan, dia menjalankan tugas pertamanya yaitu meletakkan koper pada mobil Emelly.
Sampai di lantai atas, lift berbunyi nyaring, dengan tergesa-gesa Alula menerobos keluar bahkan sebelum pintu lift benar-benar terbuka lebar.
Bruk!!
Alula terpental kembali ke belakang bahkan terduduk di sisi dinding lift, hingga meringis menahan sakit di sebelah pantatnya.
"Aaaah." Keluhannya.
Lelaki bertubuh tinggi tegap itu masuk dan seketika pintu tertutup, Alula belum sempat keluar, lift telah membawa keduanya turun kembali.
Alula berteriak "Om, lihat-lihat dong! Aku terjatuh apa kau lihat? Aku jadi tidak bisa keluar dari sini!" Alula bangkit dari posisinya sembari mengelus sebelah pantat.
Pria tinggi berkharisma itu tidak lain adalah Rayden Mas Rafael. "Kau yang menabrak ku lalu kau yang menyalahkan ku?" Berang nya.
"Tapi aku yang terjatuh, berarti Om yang salah dong!" Sanggah Alula tak mau kalah. Sifat Alula memang sedikit lebih arogan dari pada keluarga lainnya.
"Heh anak kecil, ..." Rayden menunjuk hidung mungil milik Alula dengan rahang yang mengeras. "Barusan kamu yang menabrak ku, tapi bukan salah ku jika kau sendiri yang terjatuh karena tubuh kurcaci mu terlalu lembek!"
"Apa? Kurcaci kata Om?" Alula melompat hanya untuk berkata tepat di depan wajah Rayden Mas Rafael yang tingginya 185 itu.
"Yah, kurcaci, kau sangat kecil." Ejek Raden.
"Stop body shaming, ada undang-undang yang mengatur tentang itu!"
"Oya. Berapa pasal dan dendanya?" Rayden tahu anak kecil seperti ini takkan bisa menjawab pertanyaannya.
Alula membeberkan secara gamblang poin-poin penting yang tersurat dalam undang-undang, Rayden di buat ternganga.
"Encer juga otaknya, fix, emak bapaknya kebablasan ngasih air pas ngadonin bocah ini pasti."
"Jadi berdasarkan ketentuan tersebut maka pidana denda yang diatur dalam Pasal 351 ayat 1 KUHP menjadi paling banyak empat juta lima ratus ribu rupiah. Sekarang bayar."
Berwajah bak preman Alula menodongkan tangan pada pria konglomerat itu.
Rayden melotot. "What?" Anak kecil ini benar-benar tidak tahu sopan santun. Siapa dia berani benar memerasnya?
Alula menaikan ujung bibir. "Apa Om miskin?" Olok nya.
Rayden menggeleng perlahan. "Apa kau tidak mengenal ku?" Tanyanya. Perasaan wajah tampannya sering mondar-mandir di majalah bisnis, apa anak ini serius tidak mengenalnya.
"Siapa memangnya Om ini? Anak presiden?" Kata Alula mencibir menatap Rayden dari atas hingga bawah.
"Kau tahu, empat juta lima ratus bagiku seperti membuang debu, dan kau salah satu debu menyebalkan yang perlu aku basuh."
Alula mengernyit. "Om mau tahu tentang pasal penghinaan?"
"Ah sudahlah!" Rayden menyergah ucapan Alula. Bosan rasanya menghadapi gadis rewel itu. Dia rogoh kocek miliknya dan mengeluarkan dompet hitam tebalnya, banyak uang dolar yang pasti bisa di tukar rupiah.
Alula melotot terkesima menatap dollar Amerika serikat berbaris rapi di dalam dompet tebal milik Raden. "Uaaahhh Om, apa itu uang monopoli?" Tanyanya.
"Mbah mu!" Sambung Rayden ketus.
"Lalu?"
Rayden menyodorkan lima lembar dollar pecahan seratus. "Kamu bisa tukar ini dengan rupiah, dan jangan lupa, beli lakban yang banyak untuk menutup mulut kurcaci mu!"
"Hey Om!" Pekik Alula tak terima, dan tanpa sadar melotot bola mata indahnya.
Rayden menaikan satu alisnya. "Apa? Kau tidak mau dollar ku?"
"Hehe," Alula menyengir. "Mau Om." Tubuh kecil Alula dia putar-putar persis anak SD yang merengek meminta sesuatu.
Rayden menyeringai kecil sambil menaikan pupil matanya. "Bau kencur!" Umpatnya.
Setidaknya keberadaan anak ingusan ini sedikit menghibur perjalanan Rayden menuju lantai bawah. Akan dia anggap lima ratus dollar ini saweran darinya teruntuk bocah kecil ini.
"Om jadi kasih aku dollar nya tidak?" Cecar Alula menagih.
"Hmm!" Rayden menarik kerah kaos oblong milik Alula lalu memasukkan dollar miliknya pada dada empuk gadis itu. "Pakailah untuk beli bra baru gadis kecil."
"Oooommm!" Alula berteriak seraya melotot sementara Rayden hanya menyeringai iblis sembari keluar dari lift tanpa rasa bersalah.
Alula bersandar pada dinding kaca itu sambil memegangi bagian dadanya. "Ya Tuhan, barusan Om itu menyentuh ku." Lirihnya lemas.
Alula terhenyak, satu sisi dia menyayangkan saat tubuh ranumnya di sentuh oleh tangan nakal seorang pria, tapi di sisi lainnya Alula bahagia mendapatkan lima lembar pecahan seratus dollar Amerika dari manusia seksi yang entah siapa itu.
"Dasar Om Om keong sianida!" Alula menekan tombol ke atas dan lift itu kembali tertutup. Dia berdiri dengan memandangi uang lima ratus dollar di tangannya.
"Ini asli kan?" Gumamnya. "Semoga asli, aku bisa bayar uang pendaftaran kuliah Nakula. Untuk sementara biar saja Nakula yang kuliah, aku belakangan." Ujarnya lirih.
Pintu lift terbuka di lantai paling atas, Alula keluar dari transportasi vertikal itu, memasuki Penthouse milik majikannya. Di sofa sana Emelly telah duduk manis sambil meminum air putih. Itu kebiasaan Emelly saat sendiri.
"Baru sampai?" Tanya Emelly.
"Iya Nona" Alula mengangguk berhenti langkah di hadapan wanita itu.
"Calon suamiku sudah pulang, kamu harus siap-siap selalu di sisiku." Kata Emelly.
"Baik Nona."
Emelly melirik tangan Alula. "Apa yang kau pegang?"
"Uang dari seseorang." Tunjuk Alula pada Emelly.
"Siapa?"
Alula menggeleng. "Tidak tahu, ada Om jelek yang memberikannya padaku Nona." Jawabnya.
Emelly tersenyum. "Mungkin dia menyukai mu." Jika Om Om jelek sudah pasti bukan Rayden kekasihnya.
Alula bergidik geli. "Amit-amit jabang bayi, aku tidak berniat sama Om Om keong sawahan." Tepis nya.
Emelly tersenyum. "Bagus. Kamu masih kecil, lebih baik gapai mimpi mu dulu, baru menikah." Tutur nya.
"Tentu saja Nona."
"Sekarang kamu siap-siap di dandani MUA." Titah Emelly.
"Baik Nona." Alula mengangguk.
...😚𝗕𝗮𝗯 𝗶𝗻𝗶 𝘁𝗲𝗹𝗮𝗵 𝘀𝗲𝗹𝗲𝘀𝗮𝗶😚...
...ᴰᵘᵏᵘⁿᵍ ᵃᵘᵗʰᵒʳ ᵈᵉⁿᵍᵃⁿ ᴸᴵᴷᴱ ⱽᴼᵀᴱ ᴷᴼᴹᴱᴺ ᵈᵃⁿ ᴴᴬᴰᴵᴬᴴ🙏...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!