Cahaya matahari yang malu-malu masuk melalui jendela kamar, membuat Stella menggeliat malas di tempat tidur. Sedikit demi sedikit bulu mata lentik itu terbuka menunjukkan mata indah Stella yang berwarna coklat karamel.
Matanya terlihat memancarkan sinar kebahagiaan di hatinya. Setiap pagi selalu saja ia di suguhkan dengan sebuah kebahagiaan yang tak terduga dari sang suami.
Seorang pria yang sudah berstatus menjadi suaminya itu, kini mengalungkan tangannya di pinggang ramping wanitanya, memeluk erat seakan tidak ingin melepaskan nya begitu saja.
"Mas! Kamu gak kerja?" Tanya Stella kepada Kairo, suaminya.
Nampak Kairo hanya mengecup mesra punggung istrinya itu, membuat Stella menggeliat geli karenanya.
"Mas! Udah ah. Aku mau ke kamar mandi" cegah Stella yang masih merasakan geli sedikit sakit karena suaminya itu tidak hanya mengecup punggungnya, melainkan menggigitnya begitu saja.
Lelaki itu terus memeluk tubuh ramping Stella dengan erat, tanpa ingin melepaskan pelukannya.
"Mas!" Seru Stella lagi.
"Nanti saja sayang! Mas masih ingin meluk kamu" jawab Kairo yang masih membenamkan wajahnya di pundak istrinya.
Stella pun akhirnya menurut, membiarkan suaminya itu memeluknya lebih lama.
Sesekali Kairo terlihat mengecup nakal punggung istrinya. Lalu mencium aroma tubuh Stella dengan begitu intim. Membuat Stella menggeliat manja merasakan sentuhan suaminya yang sudah mulai menjalar kemana-mana.
"Sayang geli. Aghhhh" Dshan Stella seketika meluncur begitu saja di saat tangan kekar itu menyentuh bagian inti dari tubuhnya dan bermain di dalam sana dengan tangan nakalnya.
"Aku pengen yang!" Bisik Kairo lembut di telinga Stella. Kairo pun semakin bersemangat untuk penyatuan pagi ini, setelah suara dshan itu kembali terdengar dari mulut Stella. Kali ini lebih dari sekedar sentuhan. Melainkan sebuah penyatuan yang sudah memuncak.
Tubuh kekar itu kini sudah berpindah posisi dan menggagahi tubuh mungil istrinya. Senyum nakal terlihat di wajah Kairo, membuat Stella menelan salivanya dalam-dalam. Setiap kali bermain, Stella merasa kewalahan menyeimbangi suaminya di atas ranjang. Karena setiap kali bermain, selalu saja dirinya yang lebih dulu kelelahan di bandingkan suaminya. Walaupun begitu, Stella merasa selalu puas dan selalu melakukan pelepasan bersama dan merasakan semburan lahar itu terus menghujani rahimnya.
Kairo seketika membungkam mulut istrinya dengan sebuah kecupan panas. Melenguh bibir manis Stella begitu dalam dengan lidah yang saling berdansa.
Stella pun menikmati permainan suaminya, hingga seketika benda kokoh berharga milik suaminya itu memenuhi area terlarangnya.
Kairo pun memaju mundurkan pinggulnya. Ritme yang awalnya lambat, kini semakin mempercepat ritme geraknya untuk mencapai pelepasan masing-masing.
"Aghhh. Mas, uhh. Cepat mas ahhh" Stella nampak meracau merasakan benda kesayangannya itu memenuhi area intinya dan menerobos semakin dalam. Hingga akhirnya Stella merasakan rahimnya menghangat karena semburan lahar berharga dari suaminya itu. Kairo pun seketika tumbang di atas tubuh Stella dengan keringat sudah membasahi tubuh kedua insan itu.
Kairo terlihat mengecup lembut bibir Stella, "Aku mencintai mu sayang. Terimakasih untuk servisnya pagi ini" Ujar Kairo tersenyum senang melihat Stella yang terlihat begitu puas atas permainannya kali ini.
Kairo pun beranjak dari tempat tidur, lalu mengambil sebuah handuk dan pergi ke kamar mandi.
Sebelum dirinya pergi ke luar kota pagi ini, ia sengaja memberikan kehangatan di atas ranjang sebelum meninggalkan istrinya itu. Jika saja bukan karena urusan bisnis, mungkin Kairo tidak ingin berpisah lagi dari sang istri.
Di meja makan.
Terlihat Stella menyiapkan makanan untuk suami tercinta. Tidak lama setelahnya, Kairo nampak menuruni anak tangga dengan membawa sebuah koper di tangannya.
Stella tersenyum ke arah suaminya, "Mas! Sarapan sudah siap!" Wanita itu segera menggelayut memeluk sang suami dan membawanya untuk duduk di meja makan.
"Iya sayang. Kamu gak apa-apa di rumah sendirian? Kalau gak, Mas antar ke tempat ibuk mau?" Tanya Kairo yang nampak khawatir meninggalkan istrinya itu sendiri di rumah.
"Gak apa-apa mas. Lagian juga ada Bibik yang nemenin aku disini" Jawab Stella. Ya, walaupun usia pernikahan mereka baru menginjak satu bulan lebih, hal itu tidak membuat wanita berumur 24 tahun itu merasa takut berada di rumah sebesar ini sendirian. Lagipula, Stella begitu menyukai kesunyian.
"Mas berangkat! Kamu hati-hati di rumah ya!" Ujar Kairo yang sudah ingin berangkat.
Stella mengangguk sebagai respon.
"Baik mas. Kamu juga harus hati-hati di jalan. Kabarin aku kalau sudah sampai" jawab Stella lalu mencium punggung tangan suaminya lembut.
"Ya udah! Mas berangkat ya sayang!" Ucap Kairo lagi dengan mencium kening Stella lembut, lalu ia pun masuk ke dalam mobil.
Terlihat Stella melambaikan tangannya, seiring berlalunya suaminya itu. Hingga akhirnya mobil yang di tumpangi suaminya itu pun sudah tidak terlihat lagi.
Stella masuk dan memeriksa isi kulkasnya yang sudah menipis.
"Sepertinya aku harus belanja lagi untuk keperluan di rumah selama mas Kairo gak ada di rumah" ujar Stella setelah memeriksa isi kulkasnya.
"Sebaiknya di minimarket dekat sini saja. Berjalan kaki juga deket banget, sekalian juga aku mau beli tes pack karena sudah seminggu ini aku gak ada kedatangan tamu bulan ini" sambung Stella lagi yang kembali bergumam.
Tanpa menunggu lama, wanita itu segera beranjak dari rumahnya dengan pakaian biasa. Karena minimarket hanya berada di luar gang kompleks perumahan nya, wanita itu benar-benar hanya berjalan kaki kesana.
Sesampainya disana. Stella terlihat begitu asyik memilih-milih belanjanya untuk keperluan di rumah.
"Dasar wanita Jlang. Perebut suami orang"
Seketika Stella tersentak. Matanya kini menatap wanita dengan pakaian mewahnya yang juga sedang menatapnya dengan tajam. Ia terlihat celingak-celinguk, merasa heran siapa yang wanita itu katakan sebagai perebut suami orang.
"Maaf mbak. Apa maksudnya dengan mengakan saya sebagai perebut suami orang?" Merasa kurang yakin, Stella bertanya dengan ragu.
"Memang kamu perusak rumah tangga orang. Jlng sepertimu tidak pantas untuk suami saya yang sempurna"
Seketika, semua mata mengarah kepada Stella. Tentu perkataan Bella saat ini membuat perhatian semua orang beralih kepada Stela. Apalagi banyak dari mereka menatap Stela sebagai wanita yang menjijikan.
"Saya tidak mengerti maksud anda. Saya tidak pernah merebut siapapun. Bahkan saya sendiri tidak kenal sama anda" tegas Stella yang tetap berusaha menegarkan hatinya dari guncangan yang menekan jiwanya saat ini.
"Kamu mungkin tidak kenal saya, tapi kamu kenal pria ini kan?" Tanya Bella dengan menunjukan sebuah poto pernikahan dirinya bersama Kairo.
Stella seketika melebarkan matanya dengan sempurna dengan sudut mata yang sudah memerah.
"Kenapa diam? Kamu kenalkan sama dia? Dia adalah King Kairo, suami saya. Jika kamu gak percaya, kamu bisa lihat di berita yang ada di internet. Saya adalah istri sah nya Kairo. Dan kamu hanya sebuah sampah yang terhina perebut suami orang. Dasar placr" Maki Bella dengan begitu lantang.
Stella terlihat membeku dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya.
"Tidak! Tidak mungkin aku adalah istri kedua. Mas Kairo mencintaiku" lirih Stella yang terus berusaha meyakinkan perasaannya. Rasanya baru kemarin ia menikah dan merasakan bahagia, namun kini ia di hantam oleh kepahitan kenyataan bahwa dirinya adalah istri kedua. Ada rasa sesal di hatinya karena telah mempercayai Kairo, namun cintanya saat ini terlalu mendominasi dirinya sehingga membuatnya berusaha meyakinkan bahwa semuanya tidak benar.
"Cih, cinta? Memangnya hanya karena cinta kamu mau di gagahi pria manapun termasuk suami saya? Jlng tetap saja jlng" Bentak Bella yang secara tidak sengaja mendengar ucapan Stell.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.
"Cih, cinta? Memangnya hanya karena cinta kamu mau di gagahi pria manapun termasuk suami saya? Jlng tetap saja jlng" Bentak Bella yang secara tidak sengaja mendengar ucapan Stella.
"Ibu-ibu yang ada di sini. Dengar ya! Wanita murahan ini telah merebut suami saya dan kalian harus hati-hati, karena bisa saja wanita ini akan merebut suami kalian dan mengincar harta kalian" Teriak Bella kepada semua pelanggan minimarket disana. Sontak semua orang kembali berbisik-bisik menatap Stella dengan tatapan benci.
Stella membelalakkan matanya setelah mendengar ucapan Bella yang terakhir. Rasanya ingin sekali Stella segera menutup mulut wanita itu dengan lakban. Karena ucapannya itu terlalu beracun dan menyakitkan. Namun Ia urungkan, karena sejatinya ia malu di tatap oleh semua orang saat ini, apalagi dirinya sendiri tidak bisa membuktikan bahwa dirinyalah istri satu-satunya Kairo, karena buku nikah saja mereka memang tidak punya. Apakah ini alasan Kairo selama ini tidak ingin menikahinya secara hukum, dan lebih memilih menikahinya secara siri. Begitulah pikir Stella.
Bella kembali menatap Stella dengan senyuman liciknya, lalu seperdetik kemudian sorot matanya berubah tajam, "Jangan pernah dekati suami aku lagi. Jika tidak, aku tidak akan segan-segan melaporkan kamu ke polisi karena telah menjadi duri di dalam rumah tangga kami. Dasar wanita murahan, pasti kamu ngincar harta suami saya kan? Ngaku kamu? Kamu butuh berapa? Lima ratus juta? Atau satu Miliar? Aku akan membayarnya sekarang juga" Bentak Bella sekali lagi.
Bulir-bulir air mata Stella jatuh begitu saja. Sebenarnya siapa yang korban dari semua ini? Dirinya di anggap perusak rumah tangga orang lain, pada kenyataannya dirinya sendiri tidak tau apa-apa tentang masalah Kairo yang sudah memiliki seorang istri.
"Maaf. Saya tidak butuh uang anda. Dan satu lagi yang ingin saya pertegaskan. Saya bukan wanita murahan ataupun wanita yang mengincar harta siapapun. Permisi" Stella pergi begitu saja dengan membawa kepedihan. Dari pada berlama-lama dan di permalukan di depan umum, Stella memilih untuk pergi saja dari sana dan tidak meladeni Bella.
Bella terlihat melipat kedua tangannya dengan sedikit mendecah kesal.
Tatapan tajamnya mengarah kepada Stella yang sudah berlalu meninggalkan dirinya.
"Lihat saja. Aku akan semakin mempermalukan kamu, hingga kamu meninggalkan Kairo" Gumam Bella dengan penuh tekad.
Sementara di depan lain. Stella berjalan pulang dengan wajah yang sudah sembab. Ia terisak disana menahan sesak dan sakit yang ia rasa. Sungguh kenyataan yang begitu pahit baginya, bagaimana bisa dia menjadi istri kedua Kairo? itulah pertanyaan yang begitu sulit ia cerna. Kata-kata yang membuatnya menjadi rapuh dan tidak berdaya. Sungguh kenyataan yang begitu pahit untuknya.
Sesampainya di dekat rumah. Stella kembali di kejutkan oleh segerombolan orang yang ada di depan rumahnya. Terlihat Ibunya dan juga Bik Inem menenangkan beberapa orang yang terlihat sedang marah-marah.
"Masalah apa lagi ini?" Gumam Stella khawatir, lalu mempercepat langkahnya menuju rumah dengan setengah berlari.
"Noh, orangnya datang juga. Usir saja wanita murahan itu! Kami tidak mau jika di kompleks rumah ini ada seorang pelakor. Menjijikan sekali" Hina seorang wanita yang merupakan penghuni kompleks yang Stella tempati.
Stella terhenti seketika mendengar ucapan wanita itu. Matanya memerah, tatapannya mengarah kepada sang ibu yang juga menatapnya penuh tanya. Sungguh ia tidak bisa menahan kesedihan di hatinya, setelah melihat sang ibu yang juga menatapnya kecewa.
"Usir saja wanita ini ibu-ibu. Saya tidak sudi jika anak saya Kairo menikahi wanita murahan seperti dia! Kasihan sekali menantu saya yang harus menerima kesakitan ini" Ucap Bu Shopia mengompori. Terlihat Stella mengalihkan pandangannya kepada seorang ibu-ibu yang baru sampai bersama seorang wanita muda yang tadi juga mempermalukan dirinya di minimarket.
Bella terlihat terisak dengan memeluk Bu Shopia mendekati kerumunan. Rasa benci para warga pun semakin mendominasi setelah melihat Bella dan Bu Shopia. Terlebih lagi, mereka melihat kasihan kepada Bella yang merupakan istri sah Kairo yang terisak karena masalah ini.
Siapapun pasti akan membenci seorang pelakor. Apalagi pelakor itu berada di posisi Stella yang sejatinya tidak tau apa-apa.
Stella juga tidak menyangka akan melihat ibu mertuanya untuk pertama kalinya. Wanita cantik itu tidak terlihat baik seperti wajahnya, itulah yang Stella tangkap dari perlakuan Bu Shopia terhadapnya.
"Kamu yang sabar ya dek. Pelakor memang harus kita basmi. Kelihatannya saja alim. Ternyata ke aliman nya untuk menyembunyikan kebusukannya selama ini" Ujar salah satu warga disana.
"Cukup Ibu-ibu. Seharusnya kalian tidak bisa main hakim sendiri seperti ini. Saya bukan pelakor, dan saya tidak tau jika mas Kairo sudah memiliki suami. Seharusnya kalian memahami itu" Teriak Stella pada akhirnya setelah sekian lama diam membisu mendengarkan cemoohan semua orang.
"Makanya jadi wanita itu yang pintar dong. Cari tau kek asal-usul nya. Ini malah mau aja di nikahin. Giliran di labrak kayak gini, merasa paling terzolimi" Timpal Bu Shopia.
Stella merasa terhenyak oleh perkataan Bu Shopia barusan. Memang benar adanya, seharusnya dirinyalah yang harus hati-hati memilih pasangan. Toh, pada akhirnya tetap dia yang selalu salah.
"Sudah Buk. Usir saja wanita ini dari kompleks kita"
Stella membelalakkan matanya, ketika ibu-ibu itu berbondong-bondong menarik tangan ibunya dan juga dirinya untuk pergi dari sana.
"Berhenti!" Teriak Stella menggema disana. Seketika teriakan itu menghentikan kegiatan ibu-ibu itu.
"Beri kami waktu. Kami janji akan meninggalkan tempat ini!" Lanjut Stella.
Terlihat Ibu-ibu itu saling melempar pandangan, menanyakan pendapat masing-masing.
"Baiklah. Kami akan memberimu waktu 2 hari. Jika kamu tidak pergi meninggalkan Kairo, jangan salahkan kami melakukan hal yang lebih parah dari pada ini" Ujar Bella kemudian yang langsung mewakili semua ibu-ibu yang melabrak Stella. Terlihat Ibu-ibu itu manggut-manggut menyetujui keputusan Bella yang menurut mereka cukup bijak.
Stella mengangguk mengiyakan, "Baiklah. Saya setuju" Jawab Stella pada akhirnya. Setelah mendengar jawaban Stella. Terlihat Ibu-ibu itu pergi satu persatu meninggalkan Stella dan keluarga, terkecuali Bu Shopia dan Bella yang masih berada di tempatnya.
"Ingat untuk pergi secepat mungkin wanita murahan!" Cerca Bella.
"Ayo Ma kita pulang" Lanjut Bella yang sudah membawa ibu mertuanya itu memasuki mobil mereka, lalu pergi dari sana.
Stella yang berdiri mematung, kini beralih menatap sang Ibu yang sudah gemetar. Ibunya pasti sangat terguncang oleh kenyataan ini, sungguh Stella benar-benar merasa sangat bersalah telah membawa ibunya ke masalah rumah tangga nya. Apalagi setelah Stella melihat bingkisan makanan yang berserakan di tanah. Pikir Stella itu pasti makanan yang di bawa oleh sang Ibu dari rumah mereka. Stella juga tidak menyangka bahwa Ibunya akan berkunjung ke rumah nya hari ini dan harus menyaksikan kejadian pahit ini bersamanya.
"Ibu!" Lirih Stella lalu menghamburkan pelukannya kepada ibunya.
"Maafkan Stella Bu. Maafkan dosa-dosa Stella" Ujar Stella yang sudah menangis di pelukan ibunya.
Bu Sonia pun tidak bisa menahan tangisnya, ia pun ikut menangis dan memeluk anaknya.
Setelah beberapa saat melepaskan kesedihannya dengan menangis, mereka pun kembali masuk ke dalam rumah untuk membicarakan masalah ini dengan kepala dingin.
Stella juga tidak lupa tujuannya pergi ke minimarket kecil itu adalah untuk membeli sebuah tes kehamilan. Ia pun segera memeriksa hasil tes tersebut ke kamar mandi dengan air urin yang sengaja ia tampung untuk di tes.
Dua menit sudah menunggu, hasil tes nya pun terlihat. Benda panjang itu menampakkan dua garis merah yang menandakan bahwa dirinya sedang hamil saat ini.
Ia terlihat bahagia, namun juga bingung harus mengekpresikan kebahagiaan itu seperti apa. Sementara dirinya sudah berjanji kepada warga disana dan Bella untuk pergi meninggalkan Kairo dalam waktu dekat. Mata Stella terlihat memandang sang ibu dengan wajah yang bingung. Bu Sonia yang memahami situasi ini pun mendekati Stella.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Bu Sonia nampak berjalan mendekati Stella yang masih berdiri di depan kamar mandi.
"Ma! Aku hamil" ungkap Stella dengan air mata yang sudah meluruh. Hatinya begitu hancur saat ini. Dilema kini menghantui perasaannya yang di suguhkan oleh masalah yang datang bertubi-tubi. Entah takdir apa yang sudah Allah tetapkan untuknya saat ini. Sesaat, dirinya merasa sangat hancur. Sungguh dirinya benar-benar serba salah harus memilih jalan yang mana. Disaat rumah tangganya yang di ambang kehancuran, sebuah janin hadir di dalam kandungannya.
"Apa takdir sedang mempermainkan aku, Hik" Stella semakin menangis, lalu menghamburkan pelukannya kepada sang Ibu.
Bu Sonia menghela nafas berat melihat nasib anaknya kini, "Sabarlah Nak. Kita cari solusinya sama-sama. Mama tau ini sulit untukmu. Tapi percayalah, tuhan tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kemampuan hambanya. Tenangkan dulu hatimu! Sebaiknya kita sholat Zhuhur berjamaah, kita berdoa dan meminta pertolongan kepada Allah atas masalahmu ini" Ujar Bu Sonia lembut kepada anaknya Stella.
"Baik ma, Stella ambil whudu dulu" Balas Stella menyetujui dengan mengusap wajahnya yang sudah sembab.
Setelah Stella berwhudu. Mereka pun melaksanakan sholat zhuhur berjamaah.
"Ya Allah, bukakanlah atas ku pintu pintu kebaikan dan kekuatan iman ku. Ya Allah ya Tuhan ku, berikanlah rahmat kepada ku dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi ku petunjuk yang lurus dalam urusan ku ya Allah. Dengan menyebut nama mu ya Allah, aku bertawakal kepadamu, tidak ada daya serta kekuatan melainkan hanya dengan kekuasaan dan pertolongan mu ya Allah. Berikanlah hamba jalan terbaik dari masalah yang hamda hadapi ini, serta berikanlah hamba kekuatan untuk melewati semua cobaan yang kau beri. Amin." Doa Stella di dalam hati dengan penuh ke ikhlasan.
Stella pun mencium punggung tangan ibunya dan bersimpuh di kaki sang ibu.
"Ma! Ampuni segala dosa Stella. Dosa yang telah membuat noda di keluarga kita Ma! Stella minta maaf" Ucap Stella memohon ampunan dari sang Ibu
"Bangunlah Nak. Mama tau, kamu adalah anak yang baik dan kuat, cobaan ini pasti akan berlalu dengan sendirinya" Ujar Bu Sonia.
"Aku bingung ma harus berbuat apa. Aku sudah berjanji akan meninggalkan mas Kairo. Aku juga salah, kenapa aku mempercayai mas Kairo begitu saja waktu itu. Tapi bayi ini, bagaimana mungkin ia akan hidup tanpa ayah. Dan bagaimana nasibnya nanti?"
Bu Sonia kembali menghela nafas berat kesekian kalinya setelah mendengar perkataan anaknya itu, "Mama terserah bagaimana keputusan kamu saja Stella. Hanya saja mama ingin mengingatkan kembali, posisi kamu yang menjadi istri kedua itu sudah salah. Bagaimana mungkin kamu berbahagia di atas penderitaan orang lain? Mama juga bisa merasakan bagaimana menjadi istri yang di tinggalkan oleh suami bersama istri mudanya, dan itu tidaklah mudah. Alangkah baiknya kita mengenyampingkan keegoisan kita, dan masalah anak ini mama yang akan bertanggung jawab dan membesarkannya bersama mu. Mungkin sudah takdirnya untuk tidak bersama ayahnya saat ini" jelas Bu Sonia panjang lebar.
Stella masih diam membisu, lalu seperdetik kemudian ia mengangguk mengiyakan.
"Baiklah Ma. Kita pergi dari sini secepatnya. Dan pergi sejauh mungkin sampai aku tidak lagi melihat keberadaan mas Kairo" Ucap Stella dengan penuh tekad. Keputusannya untuk pergi kali ini terlihat sudah mantap. Dengan dukungan sang ibu di sisi nya, sedikit membuat Stella sedikit lega, setidaknya masih ada ibunya yang menemaninya melewati semua ini.
Stella pengemasan barang seadanya ke dalam koper. Bahkan barang pembelian Kairo ia tinggal semuanya disana. Termasuk cincin pernikahan yang juga ia tinggalkan di atas nakas samping tempat tidurnya.
"Bik! Aku titip rumah ini ya! Jika mas Kairo sudah pulang dan dia menanyakan keberadaan ku, bilang bibik tidak tau apa-apa. Terimakasih karena sudah mau membantu aku selama ini bik. Aku titip mas Kairo" Ucap Stella berpamitan. Kedua wanita itu saling berpelukan melepas rasa sedih akan kepergian Stella.
"Hati-hati Non. Bibik akan merindukan Nona" jawab bik Inem yang sudah menangis.
Stella hanya mengangguk sebagai respon. Lalu pergi dengan membawa koper besar miliknya ke dalam mobil taksi online yang sudah ia pesan sebelumnya.
Stella pun menatap rumah yang ia tinggalkan itu dengan hati yang sangat berat. Namun hal ini harus ia lakukan demi kebaikannya dan anaknya.
Setelah beberapa hari kemudian.
Bella terlihat berdiri di teras balkon rumahnya, seseorang menelpon dirinya saat ini.
"Bagus. Pastikan wanita itu tidak akan pernah kembali lagi ke rumah itu. Dan ingat, buang semua barang-barang wanita murahan itu dari rumah itu" Ujar Bella yang berbicara kepada seseorang di balik teleponnya.
Bella mengakhiri teleponnya itu, lalu tersenyum puas disana.
"Akhirnya wanita murahan itu pergi juga. Dan tidak akan aku biarkan seorang pun mengambil Kairo dariku" gumam Bella tersenyum licik.
Sementara di tempat lain. Sebuah mobil mewah berhenti di depan sebuah rumah bertingkat dengan interior minimalis miliknya. Wajahnya terlihat sumringah berjalan masuk dengan buket bunga mawar putih di tangannya.
"Sayang! Aku pulang" teriak Kairo yang sudah berada di dalam rumah.
"Sayang kamu dimana?" Teriak Kairo lagi ketika tidak mendapatkan jawaban. Rumah pun terlihat sangat sepi, bahkan Bik Inem yang merupakan asisten rumah tangganya pun tidak berada di tempat.
Kairo terus mencari ke seluruh tempat, namun tidak ada siapapun disana. Sampailah dia menuju kamar mereka, pikirnya Stella istrinya itu berada di dalam kamar.
"Sayang aku pulang" teriak Kairo lagi. Namun seketika ia kembali terdiam, ketika tidak mendapatkan siapapun disana.
Kairo mulai frustasi, lalu berjalan masuk dan duduk di kasurnya.
"Aku sudah bilang akan pulang hari ini. Kenapa Stella tidak ada?" Gumam Kairo yang terus merasa kesal karena ini. Padahal ia sudah menyiapkan sebuah hadiah untuk sang istri, namun dirinya tidak menyangka akan mendapatkan momen seperti ini.
Mata Kairo seketika beralih kepada sebuah cincin pernikahan yang tergeletak di atas nakas.
"Kenapa ada disini?" Kairo bertanya dengan heran kepada dirinya sendiri.
Satu persatu sisi ruangan kamarnya ia tatap, memang ada yang berbeda di kamar itu. Semua barang-barang Stella tidak ada termasuk semua alat make up dan beberapa barang kesukaannya. Bahkan foto pernikahan mereka pun juga tidak ada di sana.
Hal itu membuat Kairo merasakan sesuatu yang salah telah terjadi. Segera ia membuka isi lemari, dan benar saja, tidak satu pun barang Stella tidak ada di sana. Kairo pun menyadari bahwa Stella telah pergi melarikan diri.
Segera Kairo menelpon nomor Stella. Namun nomor yang di tuju tidak bisa menerima panggilan darinya.
"Sial, kenapa nomornya tidak aktif" gumam Kairo kesal.
Kairo pun beralih menelpon ibu mertuanya Dan menyambung, yang membuat Kairo sedikit lega karena ia bisa menanyakan keberadaan Stella.
"Hallo!"
"Hallo Buk. Apa Stella ada di sana? Dia gak ada di rumah dan barang-barangnya juga tidak ada" Jelas Kairo yang terdengar sangat khawatir oleh Ibu mertuanya.
"Tidak Nak. Stella tidak kembali kerumah. Memangnya kamu tidak tau dia pergi kemana?" Tanya Buk Sonia balik. Sebenarnya, Stella memang ada bersamanya saat ini, namun ia sengaja berbohong agar menantunya itu tidak bisa menemukan Stella anaknya. Karena ia tidak ingin Kairo semakin menyakiti perasaan anaknya lagi.
"Aku baru kembali dari luar kota Buk. Stella juga tidak menghubungi aku beberapa hari ini, jadi aku gak tau dia pergi kemana" Jawab Kairo.
"Baiklah Buk. Aku akan mencari Stella dulu, kalau Stella ada pulang ke rumah ibu segera hubungi aku" Lanjut Kairo.
"Baik nak. Nanti akan ibu hubungi jika Stella ada pulang"
"Baik Buk. Terimakasih, aku tutup dulu teleponnya. Assalamualaikum" Kairo pun mengakhiri pembicaraan dan mematikan teleponnya. Ia terlihat linglung dan sangat khawatir memikirkan Stella. Sementara Stella du tempat lain menangis tersedu mendengar suara suaminya dari balik telepon ibunya. Stella sangat mencintai Kairo, namun kenyataan pahit ini terlalu menyakitkan sehingga Stella lebih memilih pergi meninggalkan Kairo.
Sementara itu. Kairo keluar dari kamar dan mencari keberadaan Bik Inem, ia berpikir bahwa Bik Inem mengetahui tentang kepergian Stella.
Setelah menuruni anak tangga, Kairo tidak sengaja melihat Bik Inem yang keluar dari kamar pembantu dan wajah Kairo seketika mengkerut heran melihat pembantunya itu membawa satu tas besar di tangannya. Ia pun mempercepat langkahnya dan segera menghampiri bik Inem.
"Bik! Mau kemana?" Tanya Kairo heran. Matanya tertuju kepada tas yang Bik Inem bawa.
"Saya ingin berhenti bekerja disini tuan. Saya ingin pulang kampung" Jawabnya gemetar. Bahkan Bik Inem tidak berani untuk menatap mata Kairo. Hal itu membuat Kairo menjadi curiga.
"Tapi kenapa? Kenapa mendadak begini?" Tanya Kairo lagi penuh selidik.
"Anu tuan. Sa-saya mau pulang saja" jawabnya gugup.
"Sebentar Bik. Bibik tau kenapa Stella pergi? Dan kenapa dia meninggalkan rumah?" Tanya Kairo dengan penuh selidik.
Bik Inem terlihat gelisah, "Sa-saya gak tau apa-apa tuan. Kemarin nona Stella pergi gitu aja dari rumah gak ngomong apapun ke saya" jawabnya dengan wajah tertunduk dan tidak berani menatap tuannya itu.
"Gak mungkin bibik gak tau masalah Stella yang pergi. Bibik bohong kan?" Bentak Kairo yang sudah merasa sangat marah. Kepalanya bahkan sudah ingin pecah karenanya.
Bik Inem terlihat ketakutan melihat kemarahan tuannya itu, "Saya pergi dulu Tuan!" Pamit Bik Inem cepat. Ia tidak ingin berlama-lama disana, karena dirinya sangat takut jika Tuanya itu mengintrogasi nya lebih detail.
"Tunggu Bik!" Cegah Kairo dengan nada dinginnya.
"Katakan yang sebenarnya, atau aku masukan Bik Inem ke dalam penjara karena telah menyembunyikan kebenaran" ancam Kairo dengan suara meninggi. Yang semakin mendesak Bik Inem.
Bik Inem semakin gemetar, lalu berlutut memohon di hadapan Kaieo, "Maaf tuan. Jangan jebloskan saya ke penjara. Nona Stella pergi bersama laki-laki tuan. Dia gak bilang mau kemana. Dia pergi bersama kekasih barunya" ucap Bik Inem cepat dengan mata terpejam. Sungguh sulit baginya mengatakan ini semua, namun mau bagaimana lagi, Kairo terlalu mendesaknya, terlebih lagi hal lain yang juga sudah mengancam keamanannya. Pikiran Bik Inem kembali berseliweran, mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, disaat dirinya di ancam oleh Bella sebelum kedatangan Kairo. Bella juga telah mengancam dirinya untuk mengatakan kebohongan ini. Karena sekarang cucu kesayangannya masih berada di tangan Bella. Dan bik Inem tidak mau ambil resiko walaupun harus berbohong kepada Kairo yang selama ini selalu baik padanya. Hatinya begitu sakit mengatakan kebohongan ini, di dalam hatinya, ia meminta maaf kepada kairo dan Stella.
"Maafkan aku tuan. Maafkan aku non. Bibik terpaksa mengatakan ini semua" Batin Bik Inem yang merasa bersalah.
.
.
.
.
Bersambung.
jangan lupa untuk like dan komen ya ☺️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!