Bau khas singkong bakar selalu tercium setiap Maghrib tiba.Aku selalu berpikir siapa yang bakar singkong disekitar sini,mengingat rumahku adalah rumah terakhir disebelah timur.Setelahnya hanya ada kebun kosong dengan pohon bambu yang rimbun serta sungai kuning yang masih jernih airnya karena jarang dikunjungi.
Lingkungan sekitar rumahku hanya pepohonan.Aku tidak punya tetangga.Rumah terdekat berjarak 5km dari rumahku.
Sebatas mata memandang,hanya ada pepohonan besar dan kebun kosong.Bila hari sudah menjelang malam,suasananya sepi seperti kuburan.
Bagiku,yang sudah 18th hidup disini tidaklah menjadi masalah.Aku sudah terbiasa dengan kesunyian.
Menjelang Maghrib,aku terbiasa menutup pintu.Tiba-tiba dari arah barat kuliah pria tampan lewat depan rumah.
"Mau cari rumah siapa mas?" sapaku pada pemuda itu.
Dia terus saja berjalan tanpa menghiraukan sapaanku.Kupikir hanya pemuda yang sedang mencari burung di belakang rumah dekat sungai.Akupunsegera masuk dan menutup pintu.
"Bu, cowok ganteng yang sering lewat depan rumah kita sepertinya dari kampung sebelah ya?".
"Hussss.......ngaco kamu,,,,,mana ada cowok lewat, Ibu nggak pernah lihat".
"Ah,,,,,ibu,,, itu Lo cowok pencari burung dibelakang rumah,tiap magrib Nisa ngeliat kok".
"Oh......itu mungkin anak Bu Mimin yang baru datang dari kota Bu".
"Anaknya memang suka berburu,maklum anak orang kaya..".
"Bapak juga liat kan??? anaknya ganteng kan pak??". "Oh......jadi itu anak Bu Mimin ya pak???, dasar orang kota ditegur pun nggak mau nengok". "Itu cowok sombongnya kebangetan".
"Bapak belum pernah liat sih Nis,,coba besok kalau lewat lagi kau suruh mampir, biar sekalian kenalan,Cuma Bu Mimin tetangga terdekat kita".
"Ok pak........siap.....".
"Ini sudah isya Nis, kamu belum sholat kan??Sana ambil wudhu mumpung Bapakmu belum tidur,nanti kamu takut lagi".
"Iya Bu".
Aku bergegas keluar ditemani bapak untuk berwudhu.Sayup-sayup dibelakang rumah terdengar burung hantu bersahutan.
Bulu kuduk ku bergidik ngeri,,dari belakang rumah aku bisa memandang kebon kosong di atas sungai.Sepertinya ada sepasang mata yang memperhatikan dari kegelapan malam.
"Ah......mungkin hanya perasaanku saja".
Aku segera masuk untuk menunaikan sembahyang,,sesaat sebelum menutup pintu,tiba-tiba ada sekelebat bayangan hitam dari arah belakang rumah.
Akupun cepat-cepat mengunci pintu dan berlari ke dalam.
"Kau kenapa Nis??,seperti habis dikejar setan",
"Nggak apa-apa Bu,Nisa cuma takut suara burung hantu".
"Kau ini, mengagetkan ibu saja,bukannya setiap malam memang burung hantu itu jadi nyanyian pengantar tidurmu?".
"Tapi malam ini lain Bu, seperti ada aura mistis".
"Kau saja yang kebanyakan nonton sinetron kali,,sudah masuk sana,habis sholat lalu tidur".
"Iya Bu".
Malam semakin larut,namun entah kenapa aku masih belum bisa memejamkan mata.
Bayangan hitam tadi masih terekam jelas.
Kucoba untuk membaca buku agar aku segera tertidur.Suasana rumah sudah sepi.Mungkin ayah dan ibu sudah tertidur.
Rumah di pinggiran,jauh dari akses jalan membuat keluarga kami jarang keluar di malam hari.Selain karena jalannya gelap Ayah dan Ibu juga sudah lelah setelah seharian bekerja.
Hanya di hari-hari tertentu kami keluar untuk sekedar jalan-jalan atau makan malam.
Tetanggaku Bu Mimin juga jarang terlihat.Biasanya mobilnya akan keluar di pagi hari dan kembali di sore hari lagi.
Kalaupun ada perlu,ibu atau Bu Mimin akan saling bertelepon.Walaupun bertetangga kami jarang bertemu.
"Nisa,,,ini bekal makan siang mu,Ibu harus buru-buru membantu memasak,ada hajatan di rumah Bu Ida".
"Iya Bu......,apa ibu nanti akan menginap?".
"Mungkin iya Nis,,bapakmu juga akan disana nanti malam,kasihan nanti kalau kesiangan masaknya".
"Kamu nggak apa-apa kan di rumah sendiri malam ini?".
"Tenang Bu,nggak usah khawatir,Nisa kan pemberani".
"Ya sudah,,,,,ibu pergi dulu,hati -hati dijalan kalau kau kerja nanti".
"Siap Bu....!!!".
Sudah adat kebiasaan di desa kami kalau ada hajatan ayah dan ibu pasti membantu.Ibuku tukang menanak nasi sedang ayah bertugas merebus air untuk minum para tamu.
Mengingat pentingnya kedua hal tersebut maka setiap kali hajatan pasti ayah dan ibu menginap di tempat tuan rumah.
Aku bergegas berangkat kerja.aku tak mau telat buka toko,nanti bisa diomeli oleh boss ku.Sambil berkendara aku melihat pemandangan desa ku.Kiri kanan jalan hanya ada hutan dan semak belukar. Kalau malam hari pasti takut lewat sini sendirian.
Tiba-tiba dari kejauhan kulihat cowok kemarin,cowok yang sama yang lewat depan rumah untuk mencari burung.Kuhentikan motorku dan menyapa dia.
"Mas,,,pagi-pagi sudah mau cari burung ya?"tanyaku kepadanya.
Aneh........pikirku.Cowok itu hanya mengangguk dan melanjutkan jalannya.Wajahnya kelihatan pucat.Mungkin semalam dia begadang menjaga jebakannya.
Aku masih penasaran,kenapa dia juga tidak membawa satupun burung???.
"Mas,,Ayo sa......,,,,Lo ....kemana dia ??? cepat sekali jalannya.Apa dia terbang atau menghilang???".
"Ah....sudahlah, keburu telat ini,aku berangkat saja".
Niat hati ingin ngajak bareng cowok itu,tapi dia menghilang entah ke arah mana.Dalam hati masih bertanya apa dia anak Bu Mimin yang dari kota.
Setelah 30 menit berkendara aku sampai di tempat kerja.Toko kelontong milik pak Yahya,letaknya di pasar desa tidak jauh dari kampung ku.Walaupun masih jam 7 pagi,tapi pasar sudah rame.Aku segera masuk dan membuka toko.
Sejak lulus SMA aku langsung bekerja di tempat pak Yahya.Upahnya lumayan,selain itu setiap hari bertemu warga desa jadi tidak bosan. Maklum toko ini satu-satunya toko yang dagangannya lengkap,jadi lumayan rame pembeli.
Dari interaksi inilah mengalir crita-crita ataupun gosip dari kampung-kampung,sehingga bisa update berita terus.
"Nis,,kudengar sebelah rumahmu ada penghuni baru ya????,mereka sudah mengenalkan diri ketempatmu belum???.
"Rumah baru yang mana Bu????,perasaan cuma ada rumah kosong di sebelahku"
"Ada Nis,,,orangnya ganteng Lo,,,gadis-gadis di kampung sebelah malah sudah pada kenal".
"Keluarga itu baru pindah,tapi anak nya saja yang ikut,orang tuanya masih diluar negeri".
"Namanya Leon atau siapa ya???,ah ..aku lupa Nis...".Aku berpikir sejenak,,,,mana mungkin ada rumah baru di dekat rumahku.Apa mungkin cowok itu yang dimaksud ibu-ibu ini.
"Ah.....lupakan dulu,,,nanti sepulang kerja aku akan lihat,batinku."
"Jadi berapa totalnya Nis,cepetan kamu hitung belanjaanku.".Teriakan Bu Netty membuyarkan lamunanku.Buru-buru ku total belanjaanya.
"300 ribu totalnya Bu".
"Ok,,,,ini uangnya,pas ya...."
"Iya Bu,terimakasih".
Di pasar ini gosip sekecil apapun tidak akan luput diceritakan.Termasuk penghuni baru pindahan dari kota itu.Aku bertekad pulang nanti akan bertandang ke rumahnya.
Kalo sampai gadis-gadis di kampung sebelah mengenalnya,sudah pasti cowok itu yang dimaksud.Tapi kapan mereka pindah ya???
Angkut barangnya lewat mana???.
Rumah yang mana yang ditempati,perasaan tidak ada proyek bangunan akhir-akhir ini.
Bermacam pertanyaan melintas di benakku.Aneh sekali.Apa benar cowok itu penghuni baru kampung kami??.
*Hai ...hai...perkenalkan aku author baru.Tolong dukungannya ya,,,,,,maaf apabila masih banyak koreksi.Salam kenapa...*
Sore hari aku baru pulang kerja dari toko.Malam ini aku bakal di rumah sendirian karena ibu menginap di tempat hajatan.
Setelah mandi, aku sempatkan menyiram tanaman di teras depan rumah.Niatku mengecek rumah kosong di hutan aku urungkan karena Bapak juga tak di rumah.
Pikirku nanti saja kalo memang ada tetangga baru mereka pasti silaturahmi ke sini.
Sore ini angin bertiup agak kencang,tidak seperti hari biasanya.Aku berniat masuk dan menutup pintu.Tiba-tiba ada yang memanggil dari jalan.
"Mbak.......mbak......tolong,,,,,kaki saya terluka".
"Aku menoleh ke belakang, kulihat cowok yang sama,yang beberapa hari ini selalu lewat depan rumah.Kakinya berdarah,,mungkin jatuh di jalan.
Aku mempersilahkan pria itu masuk,kemudian buru-buru mengambil kotak obat.Karena hari menjelang malam,aku menyuruhnya masuk ke dalam rumah.
Pria itu menolak dan memilih duduk di teras.
Aku menyalakan lampu agar bisa mengobati lukanya.Entah kenapa pria itu seperti takut cahaya,dia duduk di pojokan yang agak gelap.
"Mas,,,tadi jatuh di mana?" tanyaku padanya.
"Saya ditabrak sepeda MB".
"Oh.....ini tak terlalu parah,sebentar biar ku plester dulu".
"Terima kasih mbak".
"iya". "O,,,iya mas,kota belum kenalan,,,aku Nisa, Anisa Rahma".
"Saya Dion MB".jawab pria itu singkat.
"Jadi mas Dion ini putranya Bu Mimin yang baru pulang dari kota?".
"Iya mb".
Setiap kali kutanya,pria itu hanya menjawab singkat.Akulah yang banyak bertanya dan ingin tahu.
Dari obrolan kami aku tahu kalau Dion ini sudah Sarjana.Sudah seminggu dia pulang dari kota.Kebetulan dia kuliah di perhutanan,jadi dia sering mondar- mandir di belakang rumah.
"Nisa,,,,,Bapak pulang,,tolong buka pagarnya".
teriakan bapak membuat obrolan kami terhenti.
"Pagarnya nggak dikunci pak,"sahutku.
"Jangan bercanda Nis,ayo cepat ambil kuncinya,bapak bawa makan malam untukmu"
.Aku heran,,padahal pagar belum aku kunci,bukannya Dion masih disini,mana mungkin pagarnya terkunci.
"Tunggu sebentar ya mas,,,itu bapakku".
"Iya mbak,silahkan".
Aku bergegas masuk mengambil kunci sambil terus berpikir.
Sampai di teras,Dion sudah tidak ada lagi.
Ah....mungkin dia ke depan nyusul bapak.
Bergegas aku buka pagar yang masih terkunci.Dalam benakku agak sedikit aneh,,,bukannya tadi Dion sudah masuk???.
Lalu sekarang dimana dia???.
"Pak,temanku tadi sudah pulang??".
"Teman siapa???dari tadi bapak nunggu kamu bukain pintu,bapak nggak lihat ada siapa-siapa.
"Ada pak,dia Dion anaknya Bu Mimin".
"Dia terluka tadi,ini kotak obat bekasnya tadi masih ada". "Gelas tempat dia ngopi juga masih ada,aku pikir dia nyamperin bapak".
"Nggak usah bercanda deh Nis,,kalau beneran ada,dimana dia sekarang? bapak dari tadi di depan nggak liat dia keluar rumah".
"Apa mungkin ke kamar mandi ya pak??".
Jangan sembrono kamu,anak gadis kok berdua-dua di rumah,mana pagar dikunci lagi".
"Ayo cepat cari ke belakang,siapa tahu dia ke kamar kecil".
"Iya pak,tapi aku yakin benar kalau pagar tadi tidak ku kunci pak".
Aku dan bapak bergegas memeriksa belakang rumah.Nihil.......Pria itu tak ada.
Mana mungkin dia bisa raib begitu saja.
"Disini nggak ada siapa-siapa Nis,kamu berkhayal kali,,,,,,,".
"Nggak pak".
Ahhhh .....aku jadi bingung sendiri.Mana mungkin bapak nggak liat Dion.
Apa jangan-jangan dia bukan manusia???
Atau sejenis hantu???
Atau malah pria tak kasat mata???
Yang jelas aku langsung bergidik ngeri setelah kejadian tadi.Akhirnya aku ikut bapak ke tempat hajatan.Takut dirumah sendirian.
Aku memilih diam saja diperjalanan.Lagi pula bapak mewanti-wanti untuk tidak cerita kejadian tadi Takutnya orang-orang pada heboh.
Aku menurut saja kepada bapak.Biarlah kali ini aku mengalah.Besok kalau aku jumpa si Dion itu,akan ku buat perhitungan.
****Hai ....reader yang Budiman,,,,tolong mampir ke sini ya!!!
Aku tunggu****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!