............Happy reading🌹 ...........
...Baca dulu, kalau suka silahkan meninggalkan jejak yah. Fav nya jangan lupa biar nggak ketinggalan....
.
.
.
Pagi ini adalah pagi spesial bagi Adenia, wanita berumur 29 tahun itu bangun begitu pagi sekali demi menyiapkan suprise pernikahan ke empat tahunnya bersama sang suami.
Setelah berdandan cantik dan **** seperti biasanya, Adenia pun langsung bergegas keluar kamar pribadinya bersama sang suami. Melangkah anggun menuju kamar di lantai bawah, tepatnya kamar sang adik satu-satunya sekaligus keluarga terakhir yang dia miliki.
Tok Tok Tok.
Ketukan yang terus dia lakukan demi membangunkan sang adik kebo nya itu, dia tahu pasti ini tak akan mempan tapi tetap dia lakukan. Hingga sampai dimana dia bosan sendiri melakukan hal itu.
"Dasar ade lakn@t kamu Brian. Ayo buka pintunya. Kamu tidur atau mati siiih." Omelnya sambil terus menggedor pintu kamar sang adik.
"Benar-benar yah ni anak minta di gebukin kali yah."
"BRIAN!!!!!" Teriak Adenia makin menambah tinggi suaranya dengan volume tingginya sekuat yang dia mampu...
"Nah, berhasil." Batinnya bersorak senang saat mendengar bunyi entah apa itu dari dalam kamar sang adik, yang dia yakini bahwa adik lakn@tnya itu merespon teriakan membahana nya.
Dalam hitungan satu dua dan tiga dalam hatinya, pintu kamar sang adik akhirnya terbuka dan menampakkan wajah bantal Brian yang nampak menggerutu kesal.
"Mba apa-apaan sih, udah kaya orang hutan saja teriak sepagi ini. Pantas saja Bang Adnan buat rumahnya segede lapangan bola agar teriakan Mba tak mengganggu tetangga lain." Omel Brian membuat Adenia mendelik kan bola matanya dan langsung melepaskan hills nya secepat kilat dan menggetok kepala Brian dengan hills yang tingginya mengalahkan alat wiffi rumah mereka itu.
"Awwwww, sakit mba. Ya ampun, bisa berlubang ini kepalaku." Aduh Brian memegang kepalanya yang habis di cium panas sepatu keramat sang kakak.
"Mulut mu itu di jaga Brian, aku Mba mu sendiri malah di katai orang hutan. ku oper juga kamu di panti asuhan baru tahu yah." Kesal Adenia dan hendak kembali melayangkan tepokan nya pada Brian namun dengan cepat langsung di cegah pria itu sebelum dia akan berakhir mengenaskan.
"Ampun ampun, udah cantik gitu kenapa harus marah-marah sih. Ada apa Mba, ada perlu apa bangunin aku sepagi ini. Ini masih jam lima loh, belum waktunya pria lajang sepertiku ini bangun sepagi ini." Ucap Brian sengaja memuji sang kakak, namun bukannya merasa tersanjung Adenia malah ingin mengeluarkan semua isi perutnya mendengar kalimat sang adik.
"Halah..... lajang dari mananya, kalau hidupmu saja seperti memiliki banyak istri Brian. Dan itu kau tidak bisa melarang wanita-wanita murah@nmu itu untuk tak membuat banyak tanda di tubuhmu. Itu sangat menjijikan Brian oh astaga..." Omel Adenia meluncur begitu saja saat melihat banyak tanda merah keunguan di leher sang adik.
"Apa sih, kenapa sekarang malah membahas ku Mba? Sebenarnya Mba bangunin aku untuk apa? Apa hanya untuk mengomentari tanda istimewa ini. Ayolah aku hanya bersenang senang, kaya nggak pernah muda aja." Gerutu Brian bersandar frustasi di pintu kamarnya.
"Oh ya ampun Mba sampai lupa. Gara-gara kamu sih, jiwa omel Mba jadi bangun kan."
"Bagaimana kue pesanan Mba sama pacar kamu itu udah beres, bentar lagi Mas Adnan sampai rumah nih." Lanjut Adenia yang sudah mengingat niat awalnya untuk membangunkan sang adik.
"Udah, itu aku letakan sama bunga dan embel-embelnya di ruang makan. Jangan lupa transferannya aku tunggu." Seru Brian sambil berjalan masuk kamarnya setelah tahu apa yang di inginkan sang kakak untuk membangunkan dirinya terjawab sudah.
"Hey, kamu letakan dari kapan tuh kuenya. Apa nggak letoy tuh kue. Kenapa nggak taruh di lemari es sih." Omel Adenia berjalan masuk mengikuti sang adik.
"Bawel ih, baru aja aku taru dan masuk kamar. Eh suara memekakkan telinga Mba malah mengganggu istirahatku yang bahkan belum beberapa menit." Jelas Brian jujur, dia baru saja berkelana menjajakan tubuhnya pada sang pacar demi kue gratis yang dia tahu pasti kakaknya akan membayar mahal dirinya karena sudah membantu menyiapkan segalanya.
Kue yang di pesan sang kakak, yang harus ada saat sebelum jam lima subuh itu membuatnya harus lembur menemani sang pacar menyiapkan segalanya. Dan alhasil setengah jam yang lalu dirinya baru memasuki rumah sang kakak, dan beristirahat namun sekarang malah di ganggu orang yang sudah dia bantu itu..
"Hehehe, good boy. Kau memang ade yang terbaik. Awas saja kalau tulisannya nggak benar, aku nggak transfer." Ucap Adenia dan memeluk sang Adik yang nampak duduk di ujung kasur.
"Lihat saja sendiri baru protes, pacarku itu sangat teliti dia nggak mungkin buat kesalahan. Apalagi bayarannya aku yang tampan ini, nggak mungkin dia buat kaka kecewa." Seloroh Brian membuat Adenia melepas pelukannya.
"Sana mandi, bau amis banget kamu. Kalau habis begituan sama pacar tuh bersihin diri dulu biar nggak bau. Udah buat dosa setidaknya bersih-bersih dulu baru tidur, biar kalau malaikat cabut tuh nyawa nggak pada ilfil sama bau dosa kamu." Ujar jahil Adenia pada Brian sambil menepuk kedua tangannya seolah habis menyentuh sesuatu yang jorok.
Yah begitulah kehidupan nyata kedua adik kakak itu, saling membuli namun rasa sayang di antara keduanya begitu erat bagaikan lem tak ada obat pemutus rekatannya.
"Sembarangan kamu Mba, aku udah lap lap pakai tissue basah tahu. Masa masih bau." Ucap Brian kemudian mencium bau badannya sendiri, dia akui setelah tadi menghabiskan malam panjangnya dengan sang Pacar dia tak langsung bersih-bersih melainkan langsung balik sebelum dia di gong gong sang kakak karena pesanannya terlambat sampai. Yang udah sampai dengan selamat aja udah banyak dramanya apa lagi telat, bisa mati bujang dia. Pikir Brian.
Adenia yang sudah melangkah ke ambang pintu kamar sang adik berbalik sekilas menatap Brian.
"Btw makasih ade ganteng. Uangnya udah Mba transfer, ucapin salam juga buat pacar kamu. Makasih buat kuenya." Kata Adenia Cepat dan langsung melangkah buru-buru karena sudah mendengar deru mobil sang suami yang baru memasuki gerbang rumah mereka.
Dengan langkah tergesa-gesa, Adenia memasuki ruang makan mereka dan langsung tersenyum. Karena ternyata sang adik sudah menyiapkan segalanya.
"Ah, kau yang terbaik Brian." Sorak gembira Adenia melihat meja makan yang sudah di sulap Brian begitu romantisnya. Yang dia tak tahu sejak kapan sang adik menyiapkan itu.
Meja makan yang di hiasi lilin elektrik dengan sebuah rendaman wewangian mawar di baki kecil yang penuh dengan taburan bunga kesukaan nya di tambah makanan dari restoran siap saji sudah tertata rapi di sana. Buket bunga mawar besar serta kue sudah tersedia rapi persis seperti yang di katakan Brian tadi. Sempurna, satu kata yang bergumam kala Adenia meneliti semuanya.
Ceklek...
Adenia pun langsung terkesiap ketika pintu rumahnya berbunyi, yang dia tahu Adnan pasti sudah berjalan masuk sekarang. Dengan langkah lebar Adenia langsung melangkah menghampiri sang suami. Dan ternyata dirinya yang di kejutkan oleh Adnan, Pria itu membawa sebuket bunga dan kue kecil di tangannya. Berdiri diam menanti Hills Adenia yang terus berbunyi melangkah dalam kegelapan menghampirinya.
"Selamat hari pernikahan sayang." Seru Adnan sambil menyalakan lilin membuat Adenia menghela nafasnya, lagi-lagi dia kala telak sama sang Suami yang selalu berhasil lebih dulu memberi selamat dari awal menikah hingga sampai pagi ini. Selalu Adnan pemenangnya.
"Curang ihhh." Ucap Adenia memanyunkan bibirnya sontak saja Adnan langsung tertawa puas, selalu seperti ini.
"Berhenti, awas muncrat kena kuenya Mas." Seloroh Adenia membuat Adnan bukannya berhenti ketawa namun malah bertambah terbahak.
Selagi sang suami masih tertawa puas, Adenia malah melangkah mendekati sang suami dan menutup matanya sekilas mendoakan kebahagian akan selalu menghampiri keluarga kecilnya itu, tak lupa juga dia selalu meminta agar suaminya tak akan pernah berubah dalam mencintainya dan tawa bahagia seperti ini akan terus terjadi setiap tahunya sampai mereka menua. Aamiin, Batin Adenia berdoa dan setelahnya dia membukakan matanya dan meniup lilin itu tanpa menunggu suaminya membuat Adnan langsung menghentikan tawanya.
"Loh, ko duluan. Kenapa nggak barengan." Ucap Adnan sedikit terkejut dengan yang di lakukan istrinya.
"Habisnya ketawanya Mas lama, ayo nyalakan lagi lilinnya. Giliran kamu doa sekarang." Ucap Adenia dan di turuti Adnan tanpa bantahan lagi.
"Yah yah yah, baiklah. Tapi ulang lagi, aku nggak mau sendiri. Kita barengan meniup seperti biasanya." Ujar Adnan dan mereka langsung melakukannya.
Adnan berdoa, doa yang hampir sama dengan Adelia. Kemudian mereka berdua meniupkan lilin bersama.
"Happy anniversary pernikahan sayang." Ucap Adnan usai keduanya meniup lilin. Pria itu menarik Adenia dalam pelukannya setelah kue di tangannya di letakan di atas sofa di samping mereka.
"Happy anniversary pernikahan juga Mas, semoga saja tahun ini kita di berikan kado anak ya Mas. Aku sudah siap." Seru Adenia dan langsung Adnan menganggukkan kepalanya.
"Yah, semoga saja sayang. Tapi jika belum pun aku tak masalah, kapanpun itu Tuhan memberinya aku siap menunggu. Asalkan kamu selalu ada di sampingku, itu sudah lebih dari cukup." Ucap Adnan sembari mencium kening Adenia.
"Ya kau benar Mas, yuk. Ke ruang makan, kejutan ku seperti biasa menunggu walau selalu jadi yang kedua setelah kamu Mas." Ucap Adenia membuat Adnan terkekeh geli, dan dia langsung menggendong Adenia membawanya ke arah ruang makan sembari dia letakan buket bunga yang dia siapkan untuk Adenia di antara gendongannya.
"Bunganya sayang." Kata Adnan.
"Yah aku sudah lihat, makasih yah." Ujar Adenia mengecup sekilas sang suami.
Keduanya pun berakhir dengan makan subuh bersama dengan kue kedua yang menemani.
"Sayang, kata Nela dia besok sampai tanah air yah. Dia sudah menghubungi kamu." Tanya Adnan di sela-sela makan mereka.
"Ya Mas, besok aku akan menjemputnya. Apa Mas mau ikut?" Tanya Adenia.
"Maaf yah sayang, aku ada kerja luar kota besok. Malam mungkin baru balik lagi, ini aku balik buat rayakan hari jadi kita saja sayang." Kata Adnan.
"Baiklah, jam berapa berangkat lagi Mas?"
"Jam tujuh sayang, tapi sebelum itu aku mau minta hadiah pernikahan kita dulu." Ucap Adnan dengan wajah mesumnya membuat Adenia paham maksud sang suami.
"Siap laksanakan, sekarang aja yuk. Biar waktunya nggak mepet." Kata Adenia dan di sambut bahagia Adnan, pria itu langsung meninggalkan makanannya dan berjalan menyambar tubuh Adenia membawanya dengan tergesa-gesa ke kamar mereka.
"Ahh Mas pelan-pelan awas kita jatoh." Teriak Adenia saat Adnan menaiki tangga dengan cepat padahal dia ada dalam gendongan pria itu.
"Hahaha, kamu masih meragukan saja aku naik turun tangganya yang." Seru Adnan membaut Adenia mengeratkan pelukannya di tubuh Adnan.
Dan berakhirlah mereka di kamar keramat yang sudah menemani mereka empat tahun lamanya.
"Hy, Berisik kalian." Teriak Brian yang saat melewati kamar kedua kakaknya itu malah mendengar suara-suara yang membuatnya panas dingin. Dia yang tadinya ingin menuju ke ruang olah raga atas selepas mandi, akhirnya mengurungkan niatnya dan kembali turun melanjutkan tidurnya dan melupakan niatnya membakar kalori pagi ini yang sudah di ancang sejak di kamar mandi tadi...
...Btw, Jangan lupa like dan komennya yah🥰. Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita baru ini🙏🤗. Sehat-sehat untuk kalian semua di manapun kalian berada😇...
............🌹Happy Reading🌹 ...........
...Baca dulu, kalau suka silahkan meninggalkan jejak yah. Fav nya jangan lupa biar nggak ketinggalan....
.
.
.
Usai menyiapkan segala keperluan Adnan yang hendak kembali bertugas ke luar kota, Adenia langsung bergegas turun menyiapkan sarapan untuk suaminya selagi Adnan masih berada di kamar mandi sekarang.
"Bude imas, udah di beresin yah. Maaf udah buat kacau ruang makan subuh tadi." Ucap Adenia saat masuk ruang makan dan mendapati Bude imas asisten rumah tangganya sedang menyiapkan sarapan di meja makan yang subuh tadi dia tinggalkan dalam keadaan berantakan usai merayakan hari pernikahannya bersama Adnan subuh tadi.
"Eh Non, udah bangun.? Kan itu tugasnya Bude kan non, Apa Bapak sudah kembali Non biar Bude siapin sekalian sarapannya Buat Bapak." Seru Bude imas Asisten rumah tangga bawaan Adenia dari rumah peninggalan almarhum kedua orang tuanya.
Sudah lama sekali Bude imas mengabdi pada keluarganya sejak dulu hingga kini dia bahkan sudah berumah tangga sekarang.
Sebutan Non yang di sematkan untuk Adenia pun sebutan bawaan juga yang belum Bude imas ubah mengingat Adenia yang belum mempunyai anak dan juga keinginan Adenia sendiri yang aneh jika sebutannya di ganti menjadi Ibu atau nyonya mengikuti sang suami yang di panggil Bapak oleh Bude Imas sebagai rasa hormatnya atas majikannya.
"Udah Bude, lagi mandi di atas orangnya. Tapi mau berangkat lagi jam tujuh ini." Kata Adenia sambil mencomot roti yang sudah tersedia di meja dan memakannya sambil berjalan menuju dapur melihat kegiatan Bude ines di dalam sana.
"Oke kalau gitu Non, Bude siapin dulu buat Bapak. Tadi Bude kira Bapak belum balik soalnya."
Usai melihat-lihat di dapur, Adenia pun pamit kembali ke kamarnya untuk melihat Adnan yang sedang bersiap.
"Mas." Panggil Adenia namun Adnan yang sedang menelpon menaruh jari telunjuknya di bibirnya meminta Adenia jangan berisik.
Adenia yang paham pun hanya mendekati Adnan dan membantu pria itu untuk berpakaian yang tertunda karena sedang menelfon, dan Adnan menerima dengan baik perlakuan sang istri yang sudah menjadi kebiasaan wanita itu di kala dia dalam kondisi yang seperti ini.
"Selesai." Ucap Adenia tanpa suara hanya dengan gerakan di bibir se*i nya membuat Adnan tanpa sengaja terkekeh kemudian tersadar dan meminta maaf pada orang yang ada di balik telfonnya itu.
Sementara Adenia dia kini yang berganti terkekeh melihat suaminya yang nampak merasa bersalah sudah tertawa seenaknya.
Adenia berjalan mengambil sisir dan menyisir rambut Adan. Meneliti kembali penampilan sang suami setelah itu dia langsung mengajak suaminya turun untuk sarapan. Tepat sampai di tangga menuju lantai bawa Adnan menyudahi panggilannya dan mencium gemas pipi sang istri.
"Brian ada sayang?" Tanya Adnan membuka obrolan.
"Ada, masih tidur mungkin. Pulangnya subuh tadi soalnya."
"Tuh anak nggak pernah berubah yang. Kapan dia nikahnya kalau masih main-main terus." Ujar Adnan yang sudah menganggap Brian adik sekaligus anaknya sendiri, karena memang sejak menikah dengan Adenia semua tentang Brian dia yang bertanggung jawab penuh sebelum nanti pria itu akan menikah barulah dia lepas tangan.
"Ya udah, sana panggil sayang panggil Briannya. Mas tunggu di ruang makan." Kata Adnan dan di patuhi Adenia. Mereka berdua pun berpisah di ujung tangga, Adnan langsung ke ruang makan dan Adenia ke arah kamar sang adik.
Kali ini, Adenia tak mau terlalu bertenaga memanggil Brian. Dia punya jurus andalan dengan membawa nama sang suami, yang dia tahu jelas Brian akan langsung bergerak jika mendengar nama sang suami.
"Brian, Mas Adnan nunggu di ruang makan. Buruan." Kata Adenia sekali saja dengan suara ketukan beberapa kali dan setelahnya dia langsung beranjak dari kamar sang adik. Melangkah cantik ke arah ruang makan.
"Sayang, mana Briannya?" Tanya Adnan sembari dia memakai kacamatanya untuk melihat pesan di ponselnya setelah dia melihat sekilas sang istri yang berjalan tanpa Brian bersamanya.
"Udah ku panggil Mas, paling bentar lagi nyusul." Seru Adenia mengambil tempat di sebelah sang suami. Dan benar saja tak berlangsung lama, Brian berjalan gontai memasuki ruang makan dengan wajah yang di tekuk nya se hancur mungkin.
"Itu muka biasa aja kali Dek, udah dapat semprotan vitamin dari pacar semalam ko masih lesu aja sih." Jahil Adenia saat melihat Brian duduk di kursinya dengan wajah sok teraniaya nya.
Adnan yang sudah usai dengan ponselnya, dia mencopot kacamata dan langsung melihat Brian dan merasa sama dengan yang di bilang sang istri tadi.
"Benar kata Mba mu Brian. Kamu kenapa lemas gitu.?" Tanya Adnan sembari menyuapkan makanan ke mulutnya usai bertanya.
"Aku belum tidur baik kak, Suprise subuh tadi kan aku yang nyiapin semua. Tuh bini mu tinggal terima beres." Ucap Brian yang sudah di hafal Adenia, adiknya itu akan selalu memberitahukan semua berbau yang dia lakukan untuk membantu dirinya. Adenia hafal betul akan hal itu.
"Ck tak pernah sekali pun tak mengumbar kebaikan. Udah di bayar Mba juga." Decak sebal Adenia membuat Adnan menggelengkan kepalanya melihat tingkah kakak beradik itu.
"Sudahlah sayang, makasih ya Bri. Oh iya gimana distro kamu dan teman-teman kamu Bri, Kakak dengar udah tambah cabang lagi nih.?" Tanya Adnan pasalnya Brian sudah menekuni bisnis itu kurang lebih hampir lima tahunan dan sudah banyak cabang juga yang mereka buka di berbagai kota.
"Hehehe, syukur banyak kak. Banyak peminatnya soalnya. Jadi kita tambah satu cabang lagi." Kata Brian yang sebenarnya sudah lebih dari kata mapan, namun entah kenapa dia lebih nyaman tinggal bersama sang kak di banding harus tinggal sendiri di rumah besar miliknya yang memang sudah dia punya sendiri. Dia hanya sesekali ke sana jika pingin saja, lebih dari itu. Dia lebih suka menginap di rumah sang kakak entah jam berapapun itu dia pulang, rumah sang kakaklah arah pulangnya.
"Makmur dah kalian." Kata Adnan yang tahu betul seberapa kaya adik iparnya sekarang walau memang belum terlalu setara dengan kekayaannya juga sang istri. Tapi dia yakin pria itu bakalan jadi pria sukses kedepannya.
"Ah Kak Adnan bisa aja. Aku bahkan lebih dari kata makmur loh." Canda Brian dan langsung mengundang tawa dua orang di hadapannya itu.
"Eh sayang, jam berapa Nela sampai? Ajak Biran saja nemenin kamu." Kata Adnan ketika mengingat sahabat mereka itu.
"Jam sembilan, oh iya yah kok aku nggak kepikiran sih. Kan ada supir gratis yah aku." Kata Adenia sambil melirik Brian yang hanya nampak menyimak.
"Aku mencium bau-bau tak sedap nih." Kata Brian.
"Hahaha, bisa aja kamu Bri. Tolong anterin Mba mu yah, dari pada dia nyasar nanti." Kata Adnan dengan jahilnya.
"Mas ih, emang aku anak kecil apa pake nyasar segala." Protes Adenia tak terima, walau dia tahu itu hanya candaan tapi dia suka sekali di jahili suami juga ade nya itu..
"Asiap laksanakan kak, aku nggak bakalan biarin kakak bawel ku ini nyasar entar di adopsi kakek kakek girang lagi. Kan bahaya enakan di kakeknya dong dapat yang bahenol gini, putih mulus. Kan susah lagi kalau kak Adnan harus nyari istri baru, tapi yang sebanding lagi sama Mba Nia kan sulit jaman sekarang. Pasti rumah ini bakalan sunyi nggak ada yang teriak-teriak lagi pasti nih." Jahil Brian dan mendapat tawa keras Adnan juga sekaligus dapat teriakan keras dari Adenia.
"BRIAN!!!!!! Awas kamu yah." Teriak Adenia namun Brian sudah dulu berlari setelah menculik roti dan segelas susu di tangannya.
"Dasar ade nggak punya akhlak kamu Brian." Tambah Adenia sebel.
...****************...
"Buruan dikit napa Brian, teman Mba udah landing dari tadi tuh. Kamu sih udah di bilangin siap-siap cepat mana pake acara mandi dulu lagi, telat kan kita jadinya." Keluh Adenia karena tadi mereka terjebak macet dan kini masih lima belas menit lagi baru sampai di bandara, sementara sahabatnya sudah menelfon dirinya mengabari sudah sampai.
"Oh astaga Mba ko aku yang di salahin, bukannya kita kan udah keluar satu jam lalu. Salahin macetnya dong, kenapa aku." Protes tak terima Brian.
"Itu lagi Mba kenapa pakai bajunya ketat gini, itu namanya ngundang perhatian orang Mba. Apalagi cantiknya Mba itu nggak ada obat gini." Puji Brian agar sang kakak berhenti mengomelinya walau memang apa yang dia katakan itu benar adanya.
Sungguh dia pun mengagumi kecantikan sang kakak, yang luar biasa tak ada obat seperti yang dia katakan. Tubuh padat langsing, putih mulus, tinggi dengan kaki jenjang yang indah. Kurang apa lagi coba, kakak iparnya benar-benar beruntung pikirnya. Hingga dia sendiri memiliki selera jika menikah nanti dia pingin mendapatkan tipe wanita sempurna seperti kakaknya, karena dirinya pun ciplakan kakaknya namun dia prianya jadi tampan sematan nya..
"Berhenti memuji tak jelas, Mba sadar diri Mba cantik nggak ada obat nggak usah di jelasin. Dan lagi ini bukan pertama kali Mba se*i gini, jangan lebay." Ketus Adenia.
Ini nih yang paling Brian suka dengan sang kakak, pede selangit nya membuat dia hanya bisa geleng geleng kepala.
Lima belas menit berlalu kini Adenia dan Brian sudah di bandara, berjalan masuk ke bandar dimana Nela sang sahabat sudah duduk cantik menunggu mereka.
"Wah Mba, Mba Nela makin glow up aja nih. Aduh bodinya bikin merinding, mateng banget sih." Kata Brian menatap takjub pada sahabat sang Kakak yang dia sudah tahu, tapi kini penampilan wanita itu jauh sekali dengan beberapa tahun yang lalu.
"Iya yah, makin wow sekarang." Tambah Adenia setuju merasakan hal yang sama dengan yang di katakan Brian, sahabat polosnya yang dulu tampil biasa kini sudah sangat jauh berbeda berpuluh puluh derajat bedah jauhnya..
Kemudian mereka berdua melangkah cepat ke arah Nela yang belum menyadari kedatangan mereka.
"Cewe." Ucap Adenia membuat Nela yang sibuk dengan ponselnya mengangkat pandangannya dan langsung berteriak girang dan berhamburan memeluk Adenia yang dia begitu rindukan.
"Ah, aku rindu banget kamu Ade." Ucap Nela memeluk dan melompat menggoyangkan tubuh keduanya ke kiri dan ke kanan sama halnya juga di lakukan yang sama dengan Adenia.
"Sudah lama sekali kita nggak ketemu dari habis kelulusan kuliah Nel, aku rindu." Kata Adenia dan mereka pun puas-puaskan saling memeluk melepas rindu.
"Wah siapa ini, ganteng banget." Seloroh Nela selepas berpelukan dan melihat Brian yang tak dia kenali.
"Lo lupa ini si bocah tengil, Brian ade gua." Kata Adenia dan Brian hanya tersenyum tampan.
"Wah wah, kau sangat berubah. Nggak tengil lagi, oplas dimana lo." Kata Nela yang memang sifatnya tak ada bedanya dengan Adenia sang kakak.
"Di bawah ketek pacarku Mba." Kata Brian santai.
"Lo bisa aja, apa kabar?" Kata Nela sembari menarik Brian dan mencium pipi kiri kanan Brian membuat pria itu jantungan.
"Apa itu, empuk banget sih. Harum mulus lagi." Batin Brian m**um saat di sentuh Nela apalagi bagian tubuh depan Nela menempel pasti saat mereka bersentuhan.
"Sempurna." Kata Brian tanpa sadar membuat Nela yang baru mau melepas diri jadi tersenyum mendengarnya.
"Kau juga tampan sempurna." Bisik Nela sensual di telinga Brian membuat pria itu meremang tak karuan di buatnya apa lagi di tambah Nela memainkan sengaja jarinya di dada bidang Brian, benar benar sungguh menggoda.
"Ah yah, dimana jagoan kita. Kenapa nggak ikut jemput." Tanya Nela beralih pada Adenia saat tak melihat keberadaan Adnan.
"Lagi ke luar kota semingguan baru balik."
"Aku sangat merindukan jagoan kita." Kata Nela lagi.
"Hahaha, dia juga merasakan yang sama. Nanyain kamu mulu." Jawab Adenia tanpa dia tahu semua itu bisa saja jadi boomerang untuknya.
...Btw, Jangan lupa like dan komennya yah🥰. Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita baru ini🙏🤗. Sehat-sehat untuk kalian semua di manapun kalian berada😇...
............🌹Happy Reading🌹 ...........
...Baca dulu, kalau suka silahkan meninggalkan jejak yah. Fav nya jangan lupa biar nggak ketinggalan....
.
.
.
Dari bandara ketiga manusia beda umur dan jender itu tak lantas pulang. Mereka memutuskan untuk menuju salah satu restoran terdekat sekedar memanjakan perut dan bersantai sejenak melepas rindu yang menggebu.
"Nggak nyangka yah, ade lo udah besar aja De." Kata Nela pada Adenia saat mereka berjalan masuk ke dalam restoran dengan dia yang tak henti mengagumi ketampanan Brian.
"Namanya juga pria Mba, ya pasti tampan lah." Kata Brian tanpa malu sambil merangkul pinggang seksi Nela dan di sambut hangat wanita itu.
"Hahaha, kalian ini. Kan aku jadi rindu Mas Adnan kan jadinya. Aku juga pengen di rangkul kali." Kata Adenia melihat tingkah kedua orang tak tahu malu di sampingnya itu. Alhasil Brian pun juga langsung merangkul pinggang sang kakak.
"Aduh lebai nya Mba, subuh tadi belum puas apa. Aku dengar teriakan me**m kalian lo, masa udah rindu aja." Kata Brian yang sudah biasa dengan hal itu.
"Mana cukup, cuman sejam doang." Kata Adenia juga melingkarkan tangannya di pinggang sang adik, alhasil mereka kini jadi bahan perhatian orang di dalam restoran. Banyak yang berdecak kagum melihat ketiga makhluk sempurna itu, tak ada celah dari sisi manapun yang melukiskan kekurangan mereka. Benar-benar mencuri perhatian.
"Bersyukur Mba." Nasehat sok bijaknya Brian akhirnya keluar di kala kakaknya sudah mengeluarkan keluhan kurang waktunya sama sang suami yang sibuknya pol pol.
Tak menjawab, Adenia langsung mengambil tempat duduk karena mereka sudah tiba di kursi di mana meja yang mereka tujuh.
Saat dalam menunggu pesanan yang tadi sudah mereka siapkan, tiba-tiba datanglah seorang wanita mudah berparas cantik menghampiri meja mereka.
"Brian." Sapa wanita itu membuat atensi Brian menatap ke arah sumber suara.
"Oh hay sayang, eh maksud aku hay Beca, lo di sini." Ucap Brian dengan sinar bahagianya, sungguh sudah lama sekali dia mengejar wanita itu. Namun belum juga dia bisa menaklukannya. Tapi siapa sangka, Beca malah menyapanya duluan di sini di tempat ini.
"Iya, ini resto Bokap. Makanya aku di sini. Eh hay kak." Ucap Beca dan beralih menyapa dua wanita cantik yang bersama Brian, dia sudah terlalu biasa mendengar keceplosan Brian memanggilnya sayang itu sebabnya Beca tak terlalu terkejut.
"Hay Beca, yuk gabung." Ucap Adenia setelah tahu nama wanita itu.
"Hehehe, apa nggak papa kak? entar ganggu lagi." Tanya Beca sedikit canggung dengan kedua wanita itu.
"Oh santai, kami ini Mba-Mba Brian yang baik kok. Nggak gigit juga paling cubit dikit." Canda Nela membuat Beca jadi rileks sekarang.
"Benar ayo duduklah." Kata Adenia dan di turuti Beca.
Mereka pun terlibat saling mengenal kemudian lanjut dengan makan bersama hingga sampai dimana Adenia mengajak untuk balik, dia ingin Nela bisa istirahat karena habis terbang jauh.
"Mba bisa kan nyetir sendiri, hehehe ada yang harus aku urus soalnya dengan Beca." Kata Brian meminta izin dan Adenia hanya memutar bola matanya malas, dia tahu pasti dimana ujung yang di katakan urusan oleh Brian itu. Dia tahu betul akan sepak terjang pria itu.
"Awas Brian, jangan hamilin anak orang." Bisik Adenia namun ini bukan yang pertama kali, tapi sering sekali dia selalu mengingatkan ade brengs*knya akan hal itu.
"Aman kak." Kata Brian tanpa berbisik dengan tawa kecilnya, itulah Brian dengan segala ke playboy'an sebenarnya.
Setelah itu Adenia dan Nela pun langsung pergi meluncur ke rumah Adenia juga Adnan.
...****************...
"Wow, rumah kalian gede juga De bukannya cuman bertiga kan kalian tinggalnya. Ko gede banget." Decak kagum Nela, maklum di jerman rumahnya tak seberapa gedenya di banding rumah yang baru mereka masuki ini.
"Hehehe, itu juga awalnya aku protes. Tapi lo tahu sendiri kan Adnan gimana orangnya."
"Nggak bisa di bantah." Tambah Nela. "Nah itu lo tahu." Sambung Adenia.
"Lalu bersihinnya gimana? gede gini pasti kan capek." Tanya Nela ketika mereka berjalan masuk pintu utama rumah itu.
"Ya iya lah capek, makanya itu tiap seminggu sekali nanti ada orangnya Mas Adnan yang datang bersihin ini rumah. Gila kali kalau Bude Imas yang beresin, bisa encok tuh orang tua." Kata Adenia sambil menghempaskan bokongnya di kursi ruang tamu yang baru mereka masuki.
"Hahaha, bener juga." Tambah Nela yang tahu siapa Bude Imas.
Saat asik mengobrol tiba-tiba ada panggilan vidio dari Adnan dan segera di terima Adenia.
"Halo Mas."
"Hay Ad." Sapa Nela ikut nimbrung memposisikan dirinya menempel Adenia, agar dirinya pun bisa melihat Adnan sang sahabat.
"Eh hay Nela, lo uda sampai." Ucap Adnan di seberang sana tersenyum tampan pada Nela.
"Kalian ngobrol gih, aku ke toilet dulu kebelet." Ucap Adenia, karena dia memang sudah menahannya sejak tadi..
"Jangan lama yang." Seru Adnan.
"Tergantung Mas hehe." Kata Adenia dan dia berlalu ke lantai atas kamarnya dan tinggallah Nela dan Adnan yang kini larut dalam perbincangan.
"Kapan balik Ad, kangen nih." Kata Nela setelah mereka berbincang sekilas.
"Lo tanya kapan balik, la aku baru saja berangkat tadi. Minggu depan aku baliknya, masa Nia nggak ngomong." Kata Adnan sembari dia berbaring di sofa, karena memang setelah sampai dia langsung menghubungi Adenia..
"Udah sih, tapi kalau kerjaannya udah beres sebelum minggu depan balik lah. Jalan-jalan kita."
"Ya itu pasti, lo tahu sendiri kan aku mana bisa jauh dari Nia barang sebentar udah kangen aja aku." Kata Adnan dan tak berselang lama Adenia pun kembali dengan membawa dua gelas minuman di tangannya.
"Masih nyambung?" Tanya Adenia, Nela mengangguk dan menunjukkan siluet Adnan di ponsel pada Adenia.
"Mas udah makan belum, jangan sampai lupa?" Tanya Adenia naik di sofa dan menyandarkan dirinya di legan Nela.
"Bentar lagi sayang, tadi baru di pesan makanannya mungkin bentar lagi sampai." Kata Adnan.
"Oh okey." " Nel lo ngantuk yah?" Sana tidur dulu tuh kamar yang sebelah tangga, udah Bibi Imas siapin buat kamu." Ucap Adelia beralih pada Nela saat menyadari sahabatnya itu nampak menguap.
"Iya betul kata Nia, sekalian masing-masing istirahat gih. Aku juga mau bersih-bersih dulu sayang."
Usai Adnan mengatakan itu, Adenia dan Nela pun berlalu ke kamar masing-masing untuk istirahat. Dua-duanya sama-sama capek, Nela dengan penerbangannya sementara Adenia dengan bangun subuh nya tadi membuat keduanya pun memutuskan untuk beristirahat sejenak.
...****************...
Seminggu telah berlalu dari hari kedatangan Nela dan keberangkatan Adnan. Hari hari kemarin yang mereka lalui begitu banyak dengan canda tawa. Bagaimana tidak dua sahabat yang sudah lama tak bertemu di kumpulkan dalam satu rumah sudahlah pasti akan menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan. Mulai dari masak bersama, belanja, jalan-jalan ke berbagai restoran hingga cafe-cafe baru sekedar berfoto atau makan makanan baru mereka lakukan setiap ada kesempatan luang Adenia dari aktifitas butiknya yang tak terlalu padat..
Seperti sekarang. Pagi ini, setelah sarapan tadi mereka memiliki ide untuk berenang bersama pagi ini. Adenia dan Nela masih berganti pakaian di kamar masing-masing sementara Brian sudah lebih dulu menceburkan dirinya di kolam renang sembari menunggu kedatangan dua wanita di rumah ini.
"Woilah, lo nggak nungguin kita apa Brian." Ucap Adenia yang baru saja tiba di kolam renang dengan baju renang seksinya. Atasan yang seperti dalaman yang hanya menutup dua aset berharganya tanpa di pamer dengan memamerkan perut rata mulusnya dan di padukan dengan celana renang ketat sepaha dalam membuat Adenia bagaikan model pakaian renang profesional yang sangat menarik untuk di lihat tanpa kata bosan.
"Lama kalau tunggu kalian Mba, airnya udah panggil panggil soalnya." Seru Brian sambil kembali menyelam, namun saat kepalanya terangkat dari dalam air matanya langsung dibuat terkejut dengan kehadiran Nela dengan penampilan teramat seksinya. Wanita itu hanya memakai dalaman penutup atas dan bawah saja dengan begitu beraninya memamerkan lekuk tubuh polosnya sungguh sangat mengganggu ketenangan jiwa lelakinya Brian.
Pria itu sampai terbatuk batuk tak jelas sakin kagetnya hingga membuat Nela tertawa puas.
"Woe Brian, lo kaya nggak pernah lihat cewe pakai bikini aja lo." Ucap Adenia walau sebenarnya dia pun cukup sama terkejutnya dengan gaya berani Nela kini, sungguh sangat berbeda dengan Nela yang polos dahulu. Namun seketika dia tersadar, jika Nela pasti sudah terbiasa di Negara Jerman seperti itu dan dia mulai memakluminya.
"Ade, nggak papa kan aku pake gini. Udah terbiasa soalnya kalau renang kaya gini." Ucap Nela yang juga sadar dengan ekspresi terkejut Adenia saat melihatnya tadi.
"Iya nggak papa, senyaman nya lo aja." Ucap Adenia, tak mungkin juga dia melarang sedangkan dia juga tak bedah jauh dari Nela.
Mereka pun langsung menceburkan diri masing-masing ke arah kolam renang bergabung dengan Brian yang kini nampak menatap tak jelas pada Nela. Entahlah, mungkin saja jiwa mes*m lelakinya sedang timbul sekarang jika di suguhkan dengan pemandangan indah seperti sekarang. Benar benar indah..
Saat mereka sedang duduk santai dekat kolam usai berenang, Adenia di kejutkan dengan kedatangan Adnan yang seharusnya besok baru kembali seperti kata pria itu padanya.
"Oho, asik banget nih kayanya." Kata Adnan ketika baru menginjakan Kaki di tempat kolam renang dimana tawa istri dan sahabatnya juga sang adik ipar yang membawa dirinya melangkah sampai di sini saat baru masuk rumah tadi.
"Mas, kok nggak ngasih kabar balik hari ini?." Ucap Adenia sedikit terkejut akan kepulangan Adnan, sementara Nela wanita itu langsung berdiri dan berlari memeluk Adnan membuat Adenia terkejut sepersekian detik. Bagaimana tidak Nela bisa-bisanya memeluk adnan dalam keadaan seperti itu, keadaan hampir polosnya..
...Btw, Jangan lupa like dan komennya yah🥰. Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita baru ini🙏🤗. Sehat-sehat untuk kalian semua di manapun kalian berada😇...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!