NovelToon NovelToon

Gairah Anak Pak Kyai

Prolog

Bab 1

Hilya Aulia AZ Zahra umurnya 16 tahun sekarang dia kelas 11 SMA di salah satu SMA favorit di Jakarta, Aulia punya wajah cantik dan manis, ibunya bernama Bu Rina dan ayahnya bernama Hendra Wijaya seorang pengusaha beberapa restoran kelas atas yang awal merintis didirikannya di Surabaya, karna di Surabaya sudah semakin ramai dan berpendapatan lumayan beliau melebarkan sayap ke Jakarta.

Di Jakarta restoran nya semakin lama semakin membesarkan namanya, setahun kemudian pak Hendra membeli rumah dan memboyong keluarganya ke Jakarta. Aulia dibawa ke Jakarta saat kelas 5 SD.

Aulia diajarkan untuk hidup mandiri oleh ayahnya dengan memberikan usaha cafe kecil-kecilan di Surabaya usaha itu sudah atas nama Aulia dengan pendapatan bersih masuk ke tabungan Aulia. Cafe itu awal nya di atur oleh anak buah ayahnya dan sampai sekarang masih di kelola oleh ayahnya. Karena setelah masuk SMA Aulia jadi anak pembangkang dan susah diatur.

Bel pulang sekolah berbunyi, Aulia keluar dari kelas bersama sahabat-sahabat nya Andre, Faiz, Andin dan Icha. Karena hari ini hari Sabtu rencananya mereka akan hangout ke mall, dengan menaiki mobil Andre karna mereka sudah janjian di grup chat untuk tidak bawa kendaraan biar sekalian barengan satu orang saja yang bawa. Jalanan Jakarta seperti biasa macet karna memang waktu pulang sekolah banyak yang di jemput atau bawa kendaraan. Setengah jam kemudian Mereka sampai di mall yang di tuju.

"Makan apa ya ini enak nya" Aulia bergumam agak keras sambil berjalan memasuki pintu masuk.

"Gue laper banget nih cari yang ada nasinya yuk" Faiz memberi saran

"Yokk, gue juga laper banget" jawab Icha

Akhirnya mereka memilih makan junk food karena selain enak juga kenyang.

" Guys ntar malem ke party Abang gue yuk " Andin berkata sambil makan makanan yang sudah di pesan

"Hah ada acara apaan emangnya" tanya Andre

" Kayak nya sih ulang tahun nya yang udah lewat sebulan itu " jawab Andin

"Lah kan udah lewat ndin, ngapain masih di rayain segala" tanya Aulia

"Yah kan Abang gue baru pulang dari ausie seminggu lalu jadi gasempet ngerayainnya" jawab andin

" Ohh gitu, jauh nggak tempatnya? " tanya Aulia lagi

"Nggak kok cuma sejam an dari sini, ada villa keluarga gue " jawab Andin

"Boleh deh yuk guys capek banget pikiran gue pengen seneng-seneng" kata icha

"Ehh tapikan kita ga kenal sama Abang Lo ndin, nanti dikira apaan ujug ujug ke pesta Abang Lo" ragu Aulia

"Ya gapapa kan masuk nya bareng gue ntar gue kenalin dulu, gimana mau yaa" pinta Andin

"Yaudah deh boleh " pasrah Aulia

" Yesss" sorak Andin dan langsung menutup mulutnya karena agak kerasnya, Malu dilihat banyak orang.

Setelah makan mereka langsung cari baju yang mau di pakai buat nanti kepesta tidak lupa Andin mengabari mamanya kalau dia malam ini tidak pulang dengan alasan tidur di rumah Andin bareng Icha. Mama Rina pun menyetujui nya karena toh dia dan suaminya lagi ke Surabaya mengurus restoran nya.

Pukul 3 sore mereka meluncur ke tempat yang akan mereka tuju lumayan lama sampai nya karena Andin mesti mengingat ngingat kembali tempatnya, karena dulu dia kesini sudah agak lama.

Pukul 5 sore mereka sampai di villa mewah milik keluarga Andin, Andin mengajak Icha dan Aulia ke kamar nya untuk istirahat dan bersiap-siap. Andre dan Faiz juga sudah di beri kamar satu untuk istirahat.

Pukul 7 malam para tamu dan Abang Andin sudah berkumpul di tempat, yang datang tidak banyak dan tidak sedikit, sekitar 50 orang karna memang yang di undang teman-teman Abang Andin sepertinya yang hanya di ingatnya.

" Bang kenalin ini temen-temen gue, sorry ya gue ajak mereka soalnya di rumah juga sepi, males gue pengen cari hiburan" ungkap Andin pada abangnya

" Iya, tapi jangan ngerusuh ya disini " jawab bang fino

" Hay kak aku Aulia sahabat andin, happy birthday ya" ucap Aulia tulus sambil mengarahkan tangan nya untuk berjabat

"Eh iya au ... Aulia thank you ya " jawab bang fino seraya menjabat tangan Aulia dan bengong

" Ekhheeem, lepasin bang Sampek kapan nih tangan Aulia lu pegang gitu, mau Sampek kiamat" kesal Andin

"Eh iya maaf ya Aulia " kikuk Fino

"Hmm iya gapapa kak" jawab Aulia .

Lalu yang lain pun iku memperkenalkan diri satu-satu.

Pesta berjalan dengan meriah banyak minuman alkohol di sini , ya karna memang pestanya orang dewasa 21 + kalau di novel katanya, hehehe

Andre dan Faiz sudah tidak tau kemana karna sepertinya mereka mencari mangsa wanita-wanita dewasa untuk di pacari.

Aulia Icha dan Andin sudah minum wine yang tersedia karena mereka merasa aman meskipun mabuk di sini, pasti Bang Fino jaga mereka. Karena biasa nya mereka bertiga kalau ke club hanya minum segelas dan paling paling pusing tidak sampai mabuk.

Villa ini benar-benar di tata seperti diskotik bahkan bang fino mengundang DJ ternama di Jakarta.

Jam 11 malam Aulia benar-benar mabuk dia sudah tidak tahan ingin ke kamar, dia benar-benar pusing karena menghabiskan 1 botol lebih, dia mencari sendirian kamar yang tadi di tempatinya istirahat, karna Andin dan Icha masih berjoget di sana.

" Ini deh kayaknya " gumam Aulia

Aulia langsung masuk ke kamar dan membuka blazer luarnya, dengan menyisakan tanktop dan hotpants nya dia langsung tertidur.

Jam setengah 4 sebelum adzan subuh Aulia mendengar suara orang berteriak di sampingnya, Aulia langsung bangun dan kaget karena seorang laki-laki tidur di sampingnya satu ranjang dengannya.

" Lo apain gue anj*ng" teriak Aulia

" Astaghfirullah mbak, sadar kamu yang ngapain di kamar ini, kan ini kamar tamu buat saya" marah Nauval

Aulia langsung melihat sekelilingnya benar ini bukan kamar nya karna kamar mandinya beda tempat nya juga penataan kamarnya. Nauval langsung menoleh kebelakang melihat penampilan Aulia yang benar-benar sexy dadanya yang besar seperti akan keluar dari tempatnya. Aulia yang menyadari itu langsung menutup tubuhnya dengan selimut.

"Maaf kayaknya tadi malem gue mabok berat, jadi salah kamar " sesal Aulia

"Ya gapapa, sebaiknya kamu pergi dari kamar ini" pinta Nauval

"Oke, sekali lagi sorry" ucap Aulia

Aulia mengambil blazer dan berjalan menuju pintu. Tapi setelah membuka pintu dan melihat keluar kamar keadaan ruang tamu gelap hanya ada cahaya remang remang yang membuat Aulia semakin takut dan merinding. Aulia kembali menoleh ke arah belakang dan berjalan menuju Nauval.

" Kak bisa minta tolong anterin nggak, gue takut banget kalau gelap" pinta Aulia

" Males, saya mau sholat subuh, masa' udah gede ini masih takut" jawab Nauval

" Ayo dong kak tolongin gue " pinta Aulia sambil memelas

" Yaudah gue tunggu depan pintu aja, pake tuh blazer kamu " jawab Nauval ketus

"Iya iya " ucap Aulia

Nauval berjalan duluan di ekori Aulia, sampai di depan pintu kamar Nauval menunggu di depan pintu, Aulia mencoba berjalan sendiri mencoa memberanikan diri. Saat baru Lima langkah Aulia tidak sadar tangannya menyenggol gelas di meja, jantung Aulia berdegup kencang dia Langsung berlari kearah Nauval kembali dan tanpa sengaja memeluk tubuh Nauval, Nauval yang dipeluk seperti itu langsung kaget karna dia tidak pernah berpelukan dengan perempuan hanya dengan uminya saja.

" Gue takut gelap, tolongin gue " ucap Aulia seraya menangis dengan tubuh gemetar

Mendengar Aulia menangis Nauval urung memarahinya.

" Yaudah kamu mau gimana " tanya Nauval

"Izinin gue di kamar Lo betar ya ntar kalo agak terangan gue balik ke kamar gue" pinta Aulia

" Yaudah " pasrah Nauval dengan melepaskan pelukannya dan menarik tangan Aulia masuk kamar.

Aulia tidur di ranjang dengan menutupi tubuhnya dengan selimut, tidak butuh waktu lama Aulia tertidur.

Matahari sudah naik Aulia baru bangun sekitar jam 7 pagi, melihat sekelilingnya dia tidak melihat siapa-siapa. Laki-laki itu sudah pergi. Untung saja pikir Aulia, diapun pergi dari kamar itu menuju kamarnya dan melihat kedua sahabatnya tertidur pulas Aulia menuju kasur dan tidur lagi karna kepalanya masih pusing.

Bab 2

Pukul 10 Icha terbangun dan membangunkan yang lainnya, mereka mandi dan keluar untuk mencari sarapan yang kesiangan. Di meja makan tidak ada apa-apa untuk di makan, Andin pun kesal dan mencari abangnya dengan berteriak.

"Abaaanngg" teriak Andin sambil menggedor pintu kamar bang fino

" Bang Fin cepetan bukakk" lanjutnya

Andre dan Faiz yang mendengar Andin teriak-teriak pun ikut bangun dan keluar dari kamar mereka.

"Apaan sih Lo teriak-teriak gak jelas" seru Fino kesal

"Sarapannya mana gue laper banget" seru Andin

" Eh salah siapa lu bangunnya kesiangan, tu udah di siapin di dapur, lihat aja ntar kalo dingin angetin lagi aja" kesal Fino

" Gitu ya, yaudah deh gue kedapur dulu" ucap Andin sambil berlalu ke dapur

Lari Andin karna takut Abang nya ngamuk.

Setelah mereka berlima sarapan mereka kembali ke rumah masing-masing dan Andre akan mengantar satu persatu sahabatnya itu. Di tengah perjalanan hp Aulia berdering tanda ada telepon, yang menelpon adalah mamanya.

" Halo ada apa mah, aku lagi di jalan pulang ini bentar lagi nyampek" sergah Aulia karena pikir Aulia mama nya ingin tahu keberadaannya.

"Maaf apa ini saudari Aulia Putri ibu Rina?" Jawab seseorang di sebrang telpon

" Iya saya sendiri, ini siapa ya? Kok hp mama saya di pegang orang lain?" Jawab Aulia dengan cemas

" Saya dari kepolisian, mau mengabarkan kalau kedua orang tua anda baru saja mengalami kecelakaan di jalan tol, ini sudah kami bawa ke rumah sakit kasih bunda, sebaiknya ada bisa kesini dan menghubungi keluarga yang lain" jawab polisi panjang lebar

"Apa... Saya kesana sekarang pak" jawab Aulia langsung mematikan telepon dan langsung menangis

"Kenapa, kok Lo nangis? Mama Lo kenapa? " Tanya Andin dengan cemas melihat Aulia menangis

" Mama papa gue kecelakaan, ndre tolong anter gue ke rumah sakit kasih bunda, tolong gue ya!?" Jawab Aulia

Mereka berempat pun terkejut

" Iya Aulia, pasti gue anter " jawab Andre dengan langsung mengarahkan mobilnya ke rumah sakit itu

Aulia juga menelfon saudara mama papa nya yang juga harus tau kabar ini. 20 menit perjalanan mereka pun sampai dirumah sakit yang di tuju, sampai Disana Aulia langsung mencari di UGD, tak berselang lama dokter keluar dan mencari keluarga Bu Rina dan pak Hendra.

" Dok saya anak nya, gimana keadaan orang tua saya?" Tanya Aulia sambil menangis

" Maaf ya nak, mereka tidak ada yang selamat, kamu yang sabar ya " ucap dokter

Aulia yang mendengar itu tidak bisa menyembunyikan kesedihannya yang begitu dalam, ia menangis dan terjatuh kelantai, Aulia merasa sekarang dia seperti kehilangan pijakannya, kehilangan seluruh hidupnya, karna orang tua yang begitu ia sayangi telah meninggalkannya, meninggalkan ia sendirian.

Adik papa om Herman melihat Aulia langsung memeluknya dan juga menangis kakak tercinta nya dan kakak kebanggaannya meninggalkan nya.

"Aulia yang sabar ya, kita harus ikhlas, Lia ingat masih ada om, om sayang kamu kayak om saya Reno, kamu anak om dan Tante Maya, kamu masih punya kita berdua" jelas Herman mengusap air mata nya dan menahan tangisnya untuk menguatkan Aulia.

"Mama sama papa om, mereka ninggalin aku, aku takut sendirian aku mau ikut mereka aja" seru Aulia sambil terus menangis

Tante Maya mendengar itu pun langsung memeluk Aulia menguatkan dia agar sabar menghadapi ujian ini.

"Yang sabar ya nak, kita semua terpukul tapi mau bagaimanapun semua manusia pasti akan dihadapkan dengan kematian dan itu sudah janji Allah SWT " nasehat Tante Maya

" Tante, aku ... Ak" belum selesai melanjutkan kalimatnya Aulia terjatuh dan tidak sadarkan diri, Hendra reflek menangkap tubuh keponakannya itu, Reno yang baru datang kaget dan ikut membantu papa nya membukakan pintu UGD agar Aulia dapat perawatan dan segera sadar.

Pukul 3 sore Aulia sudah ada dirumahnya, sahabat-sahabat nya pun menemani gadis malang itu, bukankah ia masih sangat membutuhkan kasih sayang kedua orang tua nya untuk meraih cita-cita nya. Setelah magrib pemakaman pun selesai di rumah Aulia di adakan tahlilan untuk mendoakan orang tua Aulia.

Oh iya Mama Rina punya saudara 1 perempuan dan satu laki-laki. Mereka agak kurang dekat dengan Aulia, berbeda dengan om Herman saudara papa Hendra yang benar-benar dekat seperti orang tua kedua Aulia, begitupun Reno dan Rara anak-anak om Herman.

Umur kak Reno 26 tahun, dia menyayangi Aulia seperti Rara adiknya sendiri. Setelah tahlilan selesai Reno menghampiri Aulia di kamarnya.

"Lia " panggil Reno

"Iya kak, ada apa?" Tanya Aulia seraya bangun dari kasur, karena dari tadi Aulia menangis, meratapi nasibnya.

"Kamu nangis lagi? " Tanya Reno

"Aku harus gimana kak, aku belum kuat menghadapi ini, aku ga bisa membayangkan gimana aku kedepannya tanpa mama papa" tangis Aulia kembali pecah, Reno pun memeluknya menatap iba adik tersayang nya.

"Kamu harus kuat ya dek, ada kakak papa Herman dan bunda, ada Rara juga. Kita akan selalu ada buat kamu, buat nemenin kamu melanjutkan hidup dan cita-cita kamu" ucap Reno menguatkan Aulia.

"Makasih ya kak, kalau ga ada kalian aku gatau harus gimana" ucap Aulia tulus sambil melepaskan pelukan Reno.

"Iya dek, yaudah kamu mau di temenin nggak tidurnya kakak panggilin bunda atau Rara ya" tanya Reno agar Aulia tidak kesepian.

" Gausah deh kak, aku gak mau ngerepotin bunda, aku pengen sendiri juga" jawab Aulia

"Jangan gitu dong kakak takut kamu kenapa-kenapa" khawatir Reno

"Gapapa kak aku gak bakal macem-macem kok" jawab Aulia melihat kekhawatiran Reno.

" Yaudah biar kakak yang temenin kamu ya kakak tidur di sofa itu." Pinta Reno sambil menunjuk sofa lumayan panjang di kamar Aulia

"Terserah kakak aja deh" jawab Aulia pasrah.

"yaudah nanti kakak kalau ngantuk kakak masuk ya sekarang kakak mau keluar dulu ngobrol sama yang lain" ucap Reno sambil berdiri.

"iya kak ntar masuk aja, gak aku kunci" jawab Aulia.

Reno pun keluar dari kamar dan menghampiri keluarga Aulia yang lain.

Aulia mengambil ponselnya dan membuka aplikasi chat warna hijau, semua teman-teman dan guru-guru nya mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya mama papa Aulia. Aulia pun menjawab pesan dari guru-gurunya dan untuk teman-teman nya dia menjawab di grup chat sekolahnya. karena teman-teman nya banyak dan Aulia agak lelah untuk menjawab satu persatu.

jam 11 malam Reno masuk ke kamar Aulia untuk menepati ucapannya, melihat Aulia tertidur Reno menghampiri Aulia dan menyelimuti tubuh Aulia.

"Kamu selalu cantik dari dulu Lia " ucap Reno sambil mengecup kening Aulia, Reno pun tidur di sofa.

Bab 3

Malam ini tahlilan 7 hari kematian orang tua Aulia. Setelah tahlilan selesai Aulia masuk ke kamar ingin menaruh jilbabnya karena tahlilan tadi dia memakai hijab.

Saat akan keluar lagi dia mendengar suara agak keras dari ruang keluarga.

" Dia kan cuma anak pungut, dia gak berhak atas semua kekayaan Hendra dan Rina, seharusnya kan kita man yang dapat semua warisannya, kamu harus bilang sama Aulia biar dia kasih warisannya untuk kita" ucap om Farhan kakak pertama Mama Rina dengan nada agak tinggi sepertinya again Aulia mendengar pembicaraan mereka.

" Nggak, Aulia bukan anak pungut, dia berhak atas seluruh warisannya" kesal Herman karna mendengar ucapan Farhan karena berani membongkar asal usul Aulia, menurut nya rahasia ini tidak boleh terbongkar jangan sampai Aulia tau karena itu akan membuat Aulia semakin sedih.

Deg!

Aulia mendengar itu, apakah dia tidak salah dengar, dia anak pungut. Diapun keluar dari kamar nya untuk bertanya langsung pada om dan tantenya

"Om apa yang di bilang om Farhan tadi bener, aku anak pungut?" Tanya Aulia sambil menghampiri keluarganya

Semua nya terdiam

"Jawab om" teriak Aulia pada om Herman dan om Farhan

" Jadi kamu udah denger Aulia, yaudah sekalian aja Tante bilang sama kamu sekarang, kamu anak pungut jadi harta warisan mama papa kamu buat kita aja yang berhak kamu gak berhak" jawab tante Dewi, kakak kedua Mama Rina

"Dewi! Jangan kurang ajar kamu" teriak Herman kepada Dewi

"Kurang ajar gimana man, emang kenyataannya gitu kan Aulia emang bukan anak kandung adik saya" jawab Dewi tak terima

Aulia yang mendengar itu pun langsung menangis, Reno menghampiri nya dan memeluk Aulia.

"Aulia kamu yang tenang ya, apapun yang terjadi kamu adik aku, kamu anak om Hendra dan tante Rina" ucap Reno

"Kenapa hidup aku kayak gini kak, kenapa ... " Tangis Aulia semakin terisak

Reno menuntun Aulia ke kamar nya agar bisa sedikit membuat Aulia lebih tenang.

"Kenapa kamu bilang kayak gitu Han, wi, kan kak Hendra sama kak Rina udah peringatin kita untuk tidak pernah membicarakan tentang ini, kamu lupa apa gimana sih" marah Herman sambil menunjuk kedua saudara kakak ipar nya itu.

"Ya biar dia tau man siapa yang lebih pantes dapet warisan itu" sergah Dewi

" Iya bener, kan kamu juga nanti kebagian, tenang aja" tambah Farhan

"Kalian berdua gila pikun apa gimana sih, ini semua hasil kerja mas Hendra dan yang berhak atas ini semua itu cuma Aulia, kalian masih kurang dengan apa yang di kasih mas Hendra dan kak Rina? Kalian butuh bantuan apapun selalu di tolong, suami kamu wi setelah di PHK dari pekerjaannya gak punya pekerjaan yang ngasih kerjaan lagi siapa kalau bukan mas Hendra, dan kamu Farhan setelah semua yang mas Hendra percayakan sama kamu dengan kerja sama dia cukup lama kamu gaada sedikitpun balas Budi nya? Setidaknya apa yang dia amanahkan di jaga dengan baik, jangan seperti ini" marah Herman panjang lebar

"Aku gak peduli man, itukan memang kewajibannya dia buat tolongin saudara nya, pokok nya aku mau minta bagian warisannya, terserah gimana caranya" geram Dewi karna Herman malah memarahinya

" Sebaiknya kalian pulang dulu, pikirkan lagi kondisi Aulia" ucap Maya menengahi

" Yaudah aku pergi dulu, aku tunggu seminggu keputusan nya, ayo kak kita pergi" ucap Dewi seraya melangkah untuk pergi.

Maya mendatangi Herman seraya mengelus dadanya serta berkata

"Sabar ya pa, istighfar, kita tenangin Aulia dulu yuk, dia pasti kebingungan"

" Astaghfirullahaladzim, iya bunda" ucap Herman sambil berjalan ke kamar Aulia diikuti Maya

Sesampainya di kamar

Herman dan Maya melihat'Reno masih memeluk Aulia, melihat om Herman dan tante Maya masuk aulia segera bertanya

"Om aku .. aku siapa om aku bukan keluarga kalian? Ayo om ceritain yang sebenarnya " tanya Aulia sambil menangis

"Aulia siapapun kamu, kamu keluarga kita " jawab Herman

"Om.. aku pengen tau yang sebenarnya" lirih Aulia sambil menunduk menahan tangisnya. Melihat Aulia seperti itu ia menoleh ke istrinya meminta persetujuan, Maya pun mengangguk

" Sayang, sebenarnya waktu umur kamu 3 bulan ada seorang ibu membutuhkan uang untuk biaya operasi anak pertamanya yang sudah sekarat, dan di rumah sakit dia bertemu dengan mama dan papa kamu, yang saat itu baru kehilangan bayi nya, dan saat itulah di mulai"

*Flashback on*

Surabaya tahun 2000

" Sayang kamu yang sabar ya, kita harus kuat dan ikhlas biar anak kita tenang di sana " ucap Hendra menguatkan Rina

" Kamu gak tau perasaan aku mas, 9 bulan aku mengandungnya, dan saat waktu nya tiba hari kebahagiaan itu datang bayi kita malah tidak selamat" ucap Rina sambil menangis memeluk suaminya.

"Iya sayang aku tau perasaan kamu aku juga sama, kita sama-sama kehilangan" ucap Hendra sambil menahan tangisnya

Terdengar suara tangisan dari ruang UGD rumah sakit itu, sepasang suami istri menangis melihat anak laki-laki nya terkapar lemah di ranjang, dan dokter disampingnya.

"Maaf Bu anak anda harus segera di operasi, jika tidak.. " dokter itu menghentikan ucapannya

"Kira-kira biayanya habis berapa ya dok" tanya sang istri

"Kalau operasi nya saja 50 juta belum yang lain-lain Bu" jawab dokter

*Pada jaman itu uang segitu banyak banget ya guys*

"Kami pikirkan dulu Dok" ucap sang suami

"Baik, segera beri keputusan karena waktu nya tidak banyak" ucap dokter seraya keluar dari UGD

Mereka pun ikut keluar dan dan sang istri menggendong bayi perempuan kecil yang cantik ada di luar ruangan. Sang istri itu mengambil bayi itu dari seseorang seperti nya keluarganya.

"Buk, kita dapat uang dari mana sebanyak itu, bapak bingung buk, semua sawah kita sudah kita sudah kita jual untuk biaya pengobatan Fahri" ucap sang suami dengan menahan tangisnya

" Ibu juga nggak tau pak, ibu juga bingung harus bagaimana" jawab sang istri

Rina dan Herman yang mendengar itu pun saling berhadapan, Hendra tau apa yang di pikiran Rina dan Hendra menggeleng tidak setuju.

"Ayo pa, aku menginginkan bayi " tangis Rina memohon pada Hendra.

"Tidak ma, mereka sedang kesusahan" ucap hendra

"Ayolah pa mama mohon" ucap Rina yang langsung berlutut di hadapan Hendra

"Ma jangan seperti ini " jawab Hendra sambil jongkok untuk menyuruh Rina bangkit.

"Enggak pa, mama pengen anak, mama lebih baik mati aja kalau papa gak nurutin mama" ancam Rina

"Jangan gitu dong ma" jawab Hendra seraya berfikir

" Yasudah, tapi kalau mereka tidak mau jangan di paksa, kita bisa mengadopsinya di panti asuhan" ucap Hendra mengingat kan Rina

" Iya pa, mama janji gak akan maksa" jawab Rina dengan tersenyum

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!