NovelToon NovelToon

My Step Brother

PENGAKUAN

"Sya, kamu jadi latihan untuk acara pensi kan? ayo kita ke aula," ucap Afif.

Afif adalah teman satu sekolah Syafa yang telah cukup lama menyukai gadis itu.

"Sya kamu masih marah? Maafin aku Sya."

Tiba-tiba saja suara handphone Syafa berbunyi.

"Sya, aku udah ada di depan gerbang. Ayo pulang," terdengar suara Rafka.

Rafka adalah saudara tiri Syafa, sejak Sekolah Menengah Pertama mereka tinggal bersama, sejak mamanya meninggal dunia dan papanya memutuskan untuk menikah lagi.

"Bentar, aku segera ke situ." Syafa pun menutup telepon dan meninggalkan Afif.

"Kok enggak bawa tas? enggak mau pulang?" tanya Rafka heran.

"Dia pulang bareng gue." Tiba-tiba saja suara Afif sudah terdengar di belakang.

"Enggak kok, aku ada latihan pensi jadi agak telat pulangnya." Syafa memotong ucapan Afif.

"Oh ... ya sudah, nanti aku jemput ke sini lagi," ucap Rafka lalu bergegas pergi.

Afif pun terlihat kesal dia terus menguhujami Syafa dengan berbagai pertanyaan, Rafka itu siapa? dia itu sekolah di mana? dia itu pacar Syafa  bukan? tapi Syafa tidak ingin menjawab semua pertanyaannya itu.

Hari pun sudah sore langit terlihat mendung, seperti nya akan turun hujan. Syafa pun bergegas meninggalkan sekolah.

Di depan gerbang terlihat sudah ada Rafka yang menunggunya.

"Ayo pulang!!" ajak Rafka yang sedari tadi menunggunya.

Di tengah perjalanan tenyata hujan turun sangat deras. "Ka kita neduh dulu ya, hujannya deras banget," teriak Syafa dalam perjalanan.

Akhirnya mereka berteduh di sebuah halte, hanya ada mereka berdua di temani suara hujan. Saat itu Syafa sangat canggung karena Syafa tidak pernah dalam suasana seperti itu bersama Rafka.

"Sya, cowok tadi kaya nya suka banget ya sama Kamu?" ucap Rafka memulai percakapan.

"Afif? iya dia udah lama suka sama aku."

"Kamu juga suka?" tanya Rafka sambil menatap Syafa.

"Enggak tau, kita berteman baik, tapi aku belum bisa menyukainya," ucap Syafa sedikit gugup karena Rafka terus menatap ke arahnya.

"Kalau ada cowok lain yang suka sama kamu, apa kamu keberatan?"

"Kenapa mesti keberatan? menyukai seseorang itu kan hak setiap orang, memang nya siapa yg suka sama aku?" tanya Syafa penasaran. Rafka tak menjawab, dia hanya tersenyum sambil mengalihkan pandangannya dari Syafa. Syafa pun tidak berani untuk bertanya lagi, mereka hanya saling terdiam untuk beberapa saat.

"Ayo pulang hujan nya udah reda," ucap Rafka memecah keheningan.

"Pakai nih." Tiba-tiba saja dia melepaskan jaket nya dan memakaikannya di tubuh Syafa.

"Enggak usah." Syafa mencoba membukanya tapi tangan Rafka menahannya, tangan nya terasa sangat dingin saat menyentuh Syafa, perasaan Syafa menjadi tidak karuan, Syafa hanya tertunduk malu saat Rafka terus menatapnya.

Sepanjang jalan Syafa hanya memikirkan  perasaan apa ini?  apa karena tadinya sangat jarang berkomunikasi jadi suasana seperti ini membuatnya sangat tidak nyaman, apa hal yang dilakukannya ini hal yang wajar?  Syafa tak mengerti.

Keesokan harinya ☁️☁️☁️☁️☁️☁️

Hari ini akan ada acara pentas seni di sekolah.

"Syafa!! lo apa-apaan sih, kok jadi panitia? bukannya harusnya main drama musical sama Afif? lo harusnya pasangan Afif kan?" ucap Lisa terlihat sangat marah.

"Iya Lis maaf, gue udah ngundurin diri, gue pengen jadi panitia aja."

"Aduh Syafa ko tiba-tiba gini? enggak ada yang kasih tahu lagi."

"Iya emang mendadak tapi ibu Rita juga udah setuju, gue ngerasa gue enggak bisa peranin tokoh itu Lis."

"Ya ampun Syafa, Afif pasti marah banget kalau tahu!!" ucap Lisa dengan nada kesal.

***

Di depan sekolah tampak seorang pria yang mulai memasuki halaman sekolah dan terus memutar bola matanya seakan mencari sesuatu.

"Permisi kalian kenal Syafa enggak?" tanya seorang pria.

"Ya ampun ... itu cowok ganteng banget ya?" ucap salah satu cewek ke teman cewek d sampingnya.

"Iya ganteng," jawab sekelompok cewek itu sembari berbisik.

"Hey, kalian kenal Syafa Al Maqhvera enggak? dia di mana ya?" tanya pria itu.

"Oh Syafa ya? dia jadi panitia, kaya nya lagi beres-beres properti di aula Ka, tuh di situ aula nya, Kakak pacar nya Syafa ya?" tanya seorang cewek di sana.

"Oh ... ok makasih ya," ucap pria itu sambil melempar senyumnya, di sambut kegaduhan cewek-cewek tersebut yang

terpesona kepadanya.

***

"Syafa!!" panggil Afif sangat keras sambil meraih tangan Syafa.

"Ada apa Fif?"

"Kenapa kamu ngundurin diri dan jadi panitia Sya? kamu tahu aku itu udah seneng banget bisa main drama bareng kamu Sya."

"Iya Fif aku minta maaf, aku ngerasa peran itu enggak cocok buat aku."

"Kamu bohong kan Sya? kamu ngelakuin ni buat menghindar dari aku? sampe kapan sih Sya kamu menghindar dari aku? aku tuh SUKA, SAYANG sama kamu Sya," ucap Afif sambil memeluk tubuh Syafa dengan sangat erat.

Syafa benar-benar tidak mengerti dengan Afif kenapa dia jadi seagresif ini, Syafa benar-benar risih dengan perlakuan Afif padanya. Syafa pun mendorong Afif dan melepaskan pelukannya, Syafa segera berlari dari aula tanpa berbicara apapun. Syafa benar-benar tidak menyangka, akhir-akhir ini sifat Afif berubah, dia menjadi sangat agresif tidak seperti Afif yang di kenalnya, perasaan Syafa menjadi tidak karuan Syafa pun memutuskan untuk pulang.

***

Syafa  pulang dengan perasaan yang tidak menentu, di rumah pun tidak ada siapa-siapa, hari sudah hampir gelap tapi Rafka, mama dan papanya pun belum juga pulang.

Teeeeeet ....!!! terdengar suara bell, Syafa pun segera membuka pintu.

"Rafka kenapa baru pulang?" Rafka pun menatap Syafa dengan tatapan yang sangat dingin.

"Tolong beresin kamar aku dong," pinta Rafka sambil berlalu pergi.

Syafa pun menurutinya, Syafa membereskan kamar Rafka yang sangat amat berantakan, tapi Syafa merasa Rafka mengamatinya dengan tatapan yang sangat menyeramkan, Syafa pun segera keluar tapi tiba-tiba saja Rafka menarik tangannya dan mendorongnya ke dinding sambil menahan tangannya agar tidak bisa pergi.

"Ada apa Ka?" ucap Syafa dengan nada yang sedikit bergetar.

"Sya, kenapa kamu bohong sama aku? kamu ada hubungan apa sama cowok itu?"

"Afif?  aku memang enggak ada hubungan apa- apa, lepasin Ka sakit!!" ucap Syafa sambil berusaha melepaskan tangannya yg semakin erat digenggamnya.

"Terus kenapa kamu pelukan sama dia?  aku tadi ke sekolah kamu, dan aku lihat kamu  pelukan sama dia!!" ucap Rafka dengan tatapan yang sangat marah, Syafa tidak habis fikir untuk apa dia ke sekolahnya.

"Udah lah Ka itu bukan urusan kamu, mau aku seperti apapun dengan Afif itu bukan urusan kamu!!"

"Jelas itu urusan aku karena AKU SUKA SAMA KAMU, AKU SAYANG SAMA KAMU!!"

MENDINGIN

Seketika pernyataan itu seperti bom waktu di hati Syafa. Mana mungkin dia bisa berkata seperti itu?  apa dia lupa kalau mereka itu saudara tiri?.

"Sadar Ka! aku itu saudara kamu, enggak seharusnya ngomong kaya gitu ke aku."

"AKU ENGGA PERDULI," ucap Rafka sambil mencium bibir Syafa dengan paksa. Syafa mencoba melepaskan tangannya yang di tahanya tapi Rafka menahannya,  sampai Syafa berhasil melepasnya dan mendorong tubuh Rafka.

PLAKK ....!!!

Syafa tanpa sadar menampar Rafka. Syafa tak bisa berkata apa-apa, hanya bisa menangis dan segera keluar dari kamarnya.

***

Syafa merebahkan dirinya di kasur dengan air mata yang masih menetes, perasaannya benar-benar tak bisa diungkapkan, kenapa Rafka bisa berbuat seperti itu kepadanya? kenapa dia bisa menyukainya? sejak kapan dia menyukainya? kenapa harus dirinya yang dia sukai?.

Sepanjang malam Syafa hanya menangisi kata-kata Rafka, dan perlakuan nya kepadanya hari ini benar-benar membuat Syafa sedih, tak pernah terfikirkan oleh nya orang yang selama ini satu rumah dengan nya ternyata menyimpan rasa kepada nya, walaupun mereka bukan saudara kandung tapi tidak seharusnya dia seperti itu.

Syafa bertanya dalam hati. "Kenapa dia bisa menyukai ku?? sejak kapan?? sedangkan selama ini dia selalu bersikap dingin terhadap ku, akhir-akhir ini saja dia terlihat agak aneh, aku benar-benar tidak mengerti dan otak ku benar-benar tidak bisa menjawab semua pertanyaan yang ada di hati ku."

Semenjak kejadian itu Syafa menjadi sangat risau, Syafa benar-benar tidak ingin melihat atau berbicara dengan Rafka, walaupun Rafka masih sering ingin mengantar atau menjemput Syafa ke sekolah, tapi Syafa terus menolak nya, terkadang Rafka terlihat sangat marah tapi Syafa tidak menghiraukan nya, karena Syafa sengaja ingin menjaga jarak dengan nya, ini yang terbaik menurut pemikiran Syafa saat ini.

***

"Sya ... Syafa ... Syafa!!!" teriak Lisa mengagetkan Syafa saat Syafa sedang melamun di dalam kelas.

"Apa sih Lis ngagetin aja!!" jawab Syafa kesal.

"Lagian pagi-pagi gini udah ngelamun, lo kenapa sih Sya akhir-akhir ini gue perhatiin lo ngelamun trus, lo lagi ada masalah? cerita dong."

Syafa bingung saat Lisa bertanya seperti itu, Syafa tidak mungkin menceritakan semua ini ke Lisa, itu sangat memalukan untuk Syafa.

"Enggak kok Lis, enggak apa-apa," jawab Syafa.

"Oh ... gue tahu, pasti lo lagi berantem ya sama Afif? gue perhatiin Afif sekarang enggak pernah nyapa atau ngobrol lagi sama lo Sya, kenapa sih?"

Iya, semenjak Afif menyatakan perasaan nya dan Syafa tidak merespon nya, dia memang tidak pernah menyapa atau mengobrol dengan Syafa lagi, Syafa juga agak merasa bersalah tapi Syafa benar-benar tidak suka dengan sifat Afif akhir-akhir ini yang begitu agresif kepadanya, itu seperti bukan Afif yang Syafa kenal.

"Enggak Lis, gue sama Afif baik-baik aja kok,"  jawab Syafa mengelak.

"Lo pasti bohong!!. Oh iya Sya, lusa kan udah libur semester, gimana kalo kita jalan-jalan Sya, mau engga?" ajak Lisa.

"Jalan-jalan ke mana Lis?" tanya Syafa.

"Gimana kalo kita ke pantai Sya, kita bisa lihat sunset, nanti kita nginep di hotel trus malam nya kita bisa nongkrong di pantai, seru kan Sya!! lo mau ikut kan?" tanya Lisa.

"Mmm ... boleh juga, ya udah gue ikut, kapan emang?"

"Gue belum tau kapan Sya, nanti gue obrolin dulu sama papa gue ya?" jawab Lisa sambil tertawa.

"Ya ampun!! ternyata baru wacana aja, kirain udah di pastiin," ucap Syafa kesal.

"Sabar ya Syafa sayang, nanti pasti gue kabarin lg," jawab Lisa di iringi dengan tawa nya yang semakin keras.

***

"Syafa!! bagus ya kamu jam segini baru pulang,"  ucap Mama ketika melihat anak perempuannya baru pulang sekolah jam 5 sore.

"Maaf Mah tadi Syafa ke Perpus dulu."

"Kamu tuh pintar banget ngeles ya, udah mending kamu masak sana, Mama laper!!"

Dengan berat hati Syafa pun menuruti perintah Mama nya.

Syafa pun memasak dengan fikiran setengah melamun.

Plak, plak, plak ... !!! terdengar suara percikan minyak mengenai tangan Syafa.

"Aduh!!!" ucap Syafa refleks sembari menarik tangannya jauh dari jangkauan wajannya yang mengepul.

Tiba-tiba saja seperti ada yang meraih tangan nya.

"Lo enggak apa-apa?" tanya Rafka panik.

"Enggak apa-apa," ucap Syafa sambil melepaskan tangan nya dari gengaman tangan Rafka, namun Rafka juga tidak kalah cepat menahannya dan semakin erat memegangi nya.

"Kenapa lo terus kaya gini? kenapa lo terus bersikap dingin sama gue?" ucap Rafka.

"Enggak apa-apa, lepasin Ka."

"Gue enggak akan lepasin sebelum lo jawab pertanyaan gue," ucap Rafka dengan nada yang agak keras.

"Ok, gue jawab. Gue bersikap seperti ini supaya lo tau apa yang udah lo lakuin tempo hari itu salah!!"

"Hah ... ?!! lucu ya, bukan nya lo pernah bilang kalo lo enggak akan keberatan kalau ada cowok yang suka sama lo, karna menyukai seseorang itu hak semua orang??"

"Iya gue enggak akan keberatan sama siapa pun yang menyukai gue, tapi KECUALI saudara gue sendiri," ucap Syafa sambil menarik tangan nya dari Rafka dan pergi meninggalkan Rafka.

Semenjak itu, sikap Rafka kepada Syafa menjadi sangat dingin.

Iya, dia kembali seperti Rafka yang dulu, Rafka yang saat pertama tinggal di rumah nya, Rafka yang dingin, yang tidak pernah menyapa nya, atau bahkan perhatian kepada nya.

Semua nya kembali seperti semula, hubungan mereka kembali mendingin, Syafa pun berusaha melupakan semua yang terjadi.

***

Teeeett ... teeeettt ...,!! terdengar suara bell dari luar.

"Syafa kemana sih nih anak?!" gerutu Mama kesal.

Mama pun membuka pintu rumah.

"Siang tante, masih inget aku kan?!" langsung terdengar sapaan wanita dari balik pintu yang baru saja terbuka.

"Ya ampun Natalie ...,!! kamu kok enggak kasih kabar sih mau ke sini? kan Mama sama Rafka bisa jemput kamu."

"Enggak apa-apa kok Tante, tadi aku di antar supir."

"Ya ampun ...,!! ayo masuk sayang, Rafka ... Rafka ...,!! sini turun lihat nih siapa yang datang," teriak Mama.

Rafka pun datang menghampiri Mama dan Natalie.

"Rafka, ini Natelie anak nya om Hartoyo, sepupuh jauh Mama yg di Bandung, kamu masihinget kan? Natalie dulu kan sering kesini," ucap Mama.

"Iya inget kok."

"Apa kabar Rafka!!!" sapa Natalie sambil bersalaman.

"Baik," jawab Rafka singkat.

"Aduh Natalie, kamu tuh makin cantik aja ya," puji Mama sambil tersenyum dan membelai rambut Natalie.

"Tante bisa aja, Tante juga makin cantik, Rafka juga makin ganteng ya," ucap Natalie dengan suara manja nya.

"Iya dong, kalian emang cantik dan ganteng, kalian berdua tuh cocok banget," ucap Mama sambil tersenyum.

Why??

Tidak lama terdengar suara Mama memanggil Syafa, Syafa pun menghampiri mereka.

"Syafa, ini ada Natalie, kamu bawain nih tas Natalie ke atas, Natalie bakal menginap di rumah kita selama libur semester, iya kan sayang?"

"Iya Tante," jawab Natalie manja.

"Oh iya, kamu tidur sama tante aja ya, biar om sama Rafka, soalnya enggak ada kamar lagi. Ada kamar pembantu, tapi udah kotor gitu sayang,"

"Enggak Tan, Tante tidur sama om aja, biar Natalie tidur di kamar Syafa aja gimana?" ucap Natalie menolak.

"Oh iya benar, ya sudah kamu tidur di kamar Syafa aja ya, biar Syafa yang tidur di kamar pembantu," ucap Mama.

"Biar Rafka aja Mah yang tidur di kamar pembantu, Natalie tidur di kamar Rafka aja."

"Rafka ... kamu apa-apaan sih!!" ucap Mama dengan nada keras.

"Ya udah Mah, enggak apa-apa biar Syafa aja yang tidur di kamar pembantu." Sebenarnya Syafa merasa sedih dengan perlakuan Mama nya yang selalu tidak adil terhadap nya, tapi Syafa tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ya sudah, sana cepat bawa tas Natalie ke atas," perintah Mama.

Syafa pun segera membersihkan kamar pembantu di rumah nya, terlihat kamar yang sangat kotor karena sudah lama tidak terpakai, dulu keluarganya sempat mempunyai pembantu, tapi hanya sebentar saja, saat awal-awal mama tiri nya baru menikah dengan papanya, setelah itu mama nya lebih sering menyuruh Syafa untuk melakukan perkerjaan rumah sendiri, sebenarnya Syafa kadang merasa sedih dengan perlakuan mama tiri nya, tapi Syafa tidak ingin memberitahukan pada papa nya karena Syafa tidak ingin papa nya bertengkar karena dirinya.

"Syafa ... Syafa ...,!!!"  terdengar suara mama memanggil ku.

"Iya  Mah,"

"Kamu buatin Natalie makanan dulu sana, dia laper nih,"

Syafa pun terpaksa menunda pekerjaan nya membersihkan kamar untuk memasak terlebih dahulu. Setelah selesai Syafa pun segera kembali ke kamar untuk melanjutkan perkerjaan nya yang tadi tertunda, tapi Syafa benar-benar terkejut karena kamar itu sudah sangat bersih dengan sprei yang terpasang rapih, siapa yang membereskan nya???

"Kenapa bengong? kaget?" terdengar suara Rafka dari arah belakang punggungnya.

"Rafka!!"

"Iya, gue yang merapihkan semua nya sebagai permintaan maaf atas perlakuan mama gue ke lo."

"Makasih," ucap Syafa sambil berajak pergi, tapi Rafka menahan Syafa.

"Sya ...." Rafka tidak melanjutkan perkataan nya, Rafka hanya menatap Syafa, Syafa pun hanya terdiam, wajah kami sangat dekat, perasaan Syafa menjadi tidak menentu, Syafa pun segera melepaskan tangan nya dan meninggalkan Rafka sendirian.

Bagaimana Syafa bisa menghindar dari Rafka, sedang kan mereka saja 1 rumah, Syafa merasa Rafka masih berlaku tidak wajar kepada nya,  bagaimana Syafa harus menjelaskan kalau Rafka benar-benar tidak boleh menyukai dirinya, karena mereka ini saudara.

***

Kring ... kring ... !! suara handphone milik Syafa berbunyi.

"Hallo Sayang, kamu belum tidur?" terdengar suara Papa.

"Belum Pah, Papa kapan pulang?" tanya Syafa.

"Papa agak lama pulang nya sayang, Papa masih ada kerjaan di luar kota, oh ya tadi mama bilang Natalie main ke rumah?"

"Iya Pah, dia bilang mau menginap selama liburan semester."

"Oh gitu, tapi dia baik kan sama kamu?"

"Hmmm ... iya baik," jawab Syafa lirih.

"Ya udah bagus, kamu baik-baik ya, nanti kalau pulang Papa bawain oleh-oleh buat kamu, kamu sekarang tidur ya,"

"Iya Pah." Syafa pun menutup telepon, untuk kesekian kalinya Syafa berbohong  kepada papa nya.

"Andai saja mama masih hidup, pasti hidup ku akan jauh lebih bahagia," ucap Syafa dalam hati.

***

"Syafa!!! mana sarapan nya, " teriak mama memanggil Syafa.

Syafa pun bergegas menyiapkan sarapan dan makan bersama mereka.

"Tante hari ini kita shopping yuk!!" ajak Natalie.

"Boleh juga tuh, Rafka kamu juga ikut ya, Syafa kamu jaga rumah saja," ucap Mama.

"Tante Syafa ikut juga lah, nanti kan dia bisa bantu bawain belanjaan kita, iya kan?"

"Oh iya bener ya, ya sudah Syafa kamu ikut juga."

"Iya Mah," jawab Syafa lirih.

Kami pun pergi berbelanja bersama, Mereka terlihat sangat bahagia sedangkan Syafa hanya menjadi kuli panggul hasil belanjaan mereka.

"Mah, Syafa pulang duluan ya."

"Ya udah Tante, Syafa suruh pulang duluan aja naik angkot tapi sekalian bawain belanjaan nya pulang juga, kita makan dulu aja yuk Tante, aku sudah laper banget soalnya," ucap Natalie.

"Ok ... ya sudah Syafa, kamu pulang sana."

"Mah Rafka pulang bareng Syafa aja, Rafka juga udah capek banget mau pulang," ucap Rafka.

"Kamu apa-apaan sih Rafka, kamu enggak boleh pulang dulu," jawab Mama.

"Ya sudah Mah Syafa pulang dulu," pamit Syafa.

Sebelum pulang Syafa pun memilih untuk berjalan-jalan sendiri di mall tersebut, langkah kaki Syafa pun terhenti di sebuah wahana permainan tersebut, Syafa pun tersenyum melihat banyak sekali anak-anak yang sedang bermain bersama orang tua mereka, terlihat sangat bahagia. Syafa jadi teringat dulu waktu kecil, dirinya selalu menghabiskan hari libur nya di sini bersama mama dan papa nya.

"Andai saja mama masih ada." Di tengah-tengah lamunan nya tangan Syafa seperti ada yang menarik dari arah samping kanannya.

"Rafka!! lepasin!!" Rafka pun tak menghiraukan Syafa dan terus menarik Syafa keluar dari mall tersebut, sampai akhirnya mereka sampai di sebuah restoran cepat saji di dekat sana.

"Ngapain kita ke sini?" tanya Syafa.

"Makan lah, mau ngapain lagi," ucap Rafka sambil memesan makanan.

"Jangan di liatin aja, cepet makan."

"Lo bukan nya harusnya makan sama mama dan Natalie?"

"Gue enggak suka makan bareng mereka." Tiba-tiba saja Rafka mengulurkan tangannya ke arah wajah Syafa.

"Mau apa?" tanya Syafa refleks menyondongkan badannya ke belakang.

"Mau nyeka sekitar mata lo yg basah , lo habis nangis?  nangis karena sikap Natalie? bukannya setiap ke rumah sikap dia selalu begitu?"

"Gue nangis bukan karena Natalie, gue nangis karena mama, gue rindu mama gue." Rafka pun langsung terdiam mendengar ucapan Syafa, dan Syafa pun semakin tidak bisa menahan air mata nya, Syafa benar-benar merindukan mama kandungnya.

Syafa pun segera menghabiskan makan siang nya bersama Rafka, kemudian keluar dari restoran tersebut, Rafka pun menarik tangan Syafa untuk kembali masuk ke mall itu lagi.

"Kok masuk lagi Ka? gue mau pulang aja," ucap Syafa sambil berusaha melepaskan tangannya.

"Ikut gue sebentar," Rafka pun menarik Syafa ke dalam arena permainan dan membeli kartu untuk bermain di sana.

"Lo mau main di sini?" tanya Syafa.

"Iya lah, nih buat lo. Ayo kita maen bareng."

"Enggak Ka, gue enggak bisa main permainan di sini, pasti kalah trus," ucap Syafa menolak nya.

"Hahahaha ...,!!! yang namanya permainan pasti ada menang dan kalah lah Syafa, jadi ya itu wajar, udah ayo maen aja."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!