Nama : Risda Zay Akli
Umur : 18 Tahun
Cita Cita : Prajurit Negara
Hobi : Binsik
Alamat : Aceh
TB : 164 cm
BB : 54 kg
Risda seorang gadis tomboy yang cantik, manis dan ceria. Sejak ia duduk di sekolah dasar ia sudah memprioritaskan dirinya untuk menjadi salah satu dari prajurit dengan mengabdikan dirinya pada negara tercintanya. Namun musibah tidak dapat dielakkan lagi yang mengakibat kaki bagian kirinya cedera yang mengharuskan Risda untuk mengundurkan diri pada penyeleksian yang sedang berlangsung karena tidak ada pilihan lain dan dengan terpaksa mengharuskannya melanjutkan pendidikan di salah satu universitas ternama di kota asalnya.
Nama : Ahmad Alfarisi Albert
Umur : 27 Tahun
Pekerjaan : Dosen
Status : Belum Kawin
Alamat : Jambi
Albert salah satu dosen yang mengajar di universitas di Aceh yang berpenampilan rapi,berwajah tampan dan berwibawa, berakhlak mulia, paham agama, tipe orang yang bertanggungjawab dan sayang orangtua. Satu kekurangan Albert yaitu sulit menemukan tambatan hatinya karena terlalu memilih pasangan hidupnya.
Nama : Safira
Umur : 20 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswi
Safira sering dipanggil dengan sebutan nama Fira. Seorang mahasiswi yang berparas cantik nan anggun, paham agama dan bijaksana. Bersahat dekat dengan Albert.
Nama : Rita Susanti
Umur : 18 Tahun
Seorang sahabat setia, sederhana dan konyol.
Nama : Muhammad Bintang
Umur : 19 Tahun
Hobi : Binsik
Bintang seorang yang bersifat tegas, berbadan tegap, berwajah tampan, kulit putih, tinggi, penyayang dan setia.
Risda, Rita dan Bintang lulus di sekolah menengah atas dengan nilai yang sangat memuaskan, Rita dan Bintang memilih mendaftar kuliah di universitas yang sama dengan jurusan yang berbeda, Rita lulus di jurusan Akuntansi sedangkan Bintang lulus di jurusan Hukum.
Jangan tanyakan bagaimana pilihan Risda sudah tentu ia akan mendaftar diri sebagai salah satu prajurit negara.
Pendafataran telah dibuka, Risda langsung mendaftarkan dirinya sebagai salah satu calon prajurit. Tahap demi tahap Risda lalui seorang diri dengan dukungan penuh dari orangtua. Binsik dan belajar sudah menjadi makanan kesehariannya.
Nama : Zaynuddin
Umur : 47 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Seorang pahlawan bagi Risda. Zay adalah segala galanya bagi Risda. Zay seorang bapak yang sangat menyangi anak anaknya.
Nama : Nur Haida Kemal
Umur : 36 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Seorang wanita lemah lembut berparas cantik nan anggun, penyayang dan sabar. Nur Haida Kemal adalah ibu dari Risda Zay Akli.
Pengumuman penyeleksian tahap Kabupaten atau Kota sudah diumumkan, Risda Zay Akli dinyatakan lulus terpilih memenuhi syarat. Tahap penyeleksian selanjutnya akan dilaksakan di tingkat daerah.
Pengurusan administrasi mulai dari legalisir ijazah di sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, kantor catatan sipil, surat tanda belum nikah, surat izin dari orang tua dan surat keterangan catatan kepolisian (SKCK), semuanya berkas sudah disiapkan.
Esok hari siap subuh Risda berangkat menuju ke tempat penyeleksian berlangsung. Perjalanannya jauh ia lewati sorang diri selama delapan jam menuju tempat tujuan.
"Mamak, Bapak, Risda pergi dulu ya. Jangan lupa doain Risda ya Ma, Pak supaya lulus terpilih."
"Oh iya pak minta duit, hehehe duit kemarin yang bapak kasih udah habis untuk ngisi bensin sekalian ngisi perut kemaren."
"Berapa ?"
"Lima ratus (500) ribu aja dulu pak"
"Ini duitnya, hati hati dijalan. Ingat jangan ngebut ngebut dijalan bahaya".
"Iya bapak, Risda ngak akan ngebut kok tapi gass full bisakan ??"
"Aduuuhhh,"mengaduh Risda sambil mengusap bagian kepalanya yang sakit.
"Abang kenapa diketok kepala Risda sih?, sakit tahu."
"Kalau dinasehatin orangtua itu didengar, bukan malah kamu anggap candaan".
"Yaahh Risdakan cuma nanya abang."
"Yaudah deh abangku yang paling ganteng, salim dulu bang, abang salam tempelnya ada ngak bang hitung hitung untuk kesejahteraan isi dompet biar ngak cepat kosong".
"Ini anak duit aja yang selalu diingat."
"Hehehe uangnya yang warna merah ya bang."
"Ini ambil. Pergi sana ingat pesan bapakmu tadi jangan ngebut di jalan."
"Iya abangku yang paling ganteng."
"Bapak, mamak Risda jalan dulu ya"
"Assalamualaikum"
Nama : Zaimi Mulyadi
Umur : 21 Tahun
Pekerjaan : Pertanian
Zaimi Mulyadi dengan sebutan nama panggilan Adi, abang sepupu dari Risda Zay Akli. Seorang Wirausaha yang sukses di bagian Pertanian. Telah membuka tiga (3) pabrik penggilingan padi di setiap kabupaten / Kota. Adi seorang pemuda tampan, berbadan tegap, baik hati, dermawan dan penyayang. Kekurangannya yaitu sering gonta ganti pacar alias Playboy cap kapak.
Motor ayok kita berangkat, helm udah ada di kepala, minyak full, oli pas, air radiator juga oke, ban beres, mesin siip. Aman tinggal jalan.
Huft capeknya, Alhamdulillah sudah sampai.
Calling On
"Assalamuaikum Mak".
"Walaikumsalam, udah sampai nak ? kenapa lama kali sampainya".
"Sudah mak, ini baru aja sampai, tadi hujan jadi berhenti dulu sebentar."
"Oh, jangan lupa makan dan shalat dulu baru tidur. Jaga kesehatan dan jaga diri baik baik disana".
"Siap laksanakan mamak".
Calling Off
Dalam gelapnya malam ada rembulan dan bintang sebagai penerang malam
Jangkrik dan katak saling bersautan menyuarakan suaranya sebagai tanda kesunyian malam,
Di tengah malam itu pula datang gerimis hujan dari langit membasahi sebagian bumi.
Bukannya daku takut menghadapi kemungkinan buruk yang mendatang di masa yang akan datang
Bukannya daku tidak percaya akan kekuasaan-Mu Ya Rabb
Tetapi diri ini, sadar akan diri ini yang masih terlalu banyak kurang akan potensi diri.
Risda saatnya beres-beres, lalu makan dan sholat setelah itu tidur. Oh kasur dan guling aku merindukanmu.
Hhhh ngapain kamu ngobrol sendiri, Risda Risda.
Mata memandang langit loteng, termenung sepi menyendiri di tengah malam sunyi. Tiada kata mampu terucap hanya linangan air mata mengalir bagaikan arus sungai pasang surut tapi tidak dengan hidupku, hanya surut saja yang biasa terjadi tanpa adanya pasang.
Aduh kok udah subuh aja perasaan baru tidur, ngantuknya ngak bisa tidur semalaman. Mandi, shalat ajalah dulu.
Jam 07:00 WIB
"Perhatian seluruhnya \=
Pagi ini kita akan menyeleksi tahap pertama bagian kesehatan 1
Mata
THT
Kulit
Gigi
TB / BB dan lain sebagainya, saya rasa adek adek sekalian sudah tahu semuanyakan".
"Siap Sudah pak".
"Bagus"...
Malamnya langsung diumumkan pemberitahuan siapa yang lulus memenuhi syarat dan siapa saja yang tidak memenuhi syarat.
"Risda zay Akli dengan nomor pendaftaran nol tiga nol tiga dua nol nol dua (03032002) selamat kamu memenuhi syarat".
"Siap memenuhi syarat".
"Bagi yang lulus tahap pertama tiga hari lagi kumpul di kampus A di jam 06:00 WIB untuk tahap penyeleksian spikotes. Di harapkan membawa peralatan tulis seperti pensil, rautan pensil, penghapus dan papan alas. Memakai baju warna hitam putih seperti yang telah ditentukan".
"Apakah bisa dimengerti".
"Siap bisa".
Tidak perlu kamu takuti apa yang belum terjadi kecuali suatu hal yang sudah ditetapkan. Tidak perlu kamu beberkan dan kamu sebarluaskan setiap rencana yang kamu susun. Sebab itu hanya sebuah rencana bukan gerakan.
BERSAMBUNG ...
Calling on
"Assalamualaikum".
"Walaikumsalam nak".
"Mamak, Bapak, Alhamdulillah Risda lulus ditahap pertama bagian kesehatan. Tiga hari lagi penyeleksian tahap selanjutnya akan dilakukan di kampus A bagian spikotes".
"Alhamdulillah nak kamu lulus,
iya mak, pak Alhamdulillah".
"Risda tutup ya teleponnya mau tidur, capek kali".
"Iya nak".
"Asslamualaikum mak".
Calling Off
Azan shubuh berkumandang dengan merdu mendamaikan hati
Menyadarkan diri dari alam mimpi
Sholat dan membaca Al-Qur'an itu pasti.
Sepatu sudah dikaki, topi sudah menutupi kepala. Saatnya lari maxsimal 3,2 km / 12 menit harus bisa di gapai. Peregangan juga udah siap.
Saatnya lari asalkan tidak lari dari kenyataan ya hihihi.
Embun pagi masih terasa, udara begitu menyejukkan menembus pori pori kulit, kicauan burung saling bersautan bersiul berterbangan di udara, fajar mulai menampakan diri tanda matahari segera terbit dari arah timur.
Start
"Wish gelapnya, ngak apa-apalah yang penting sekarang latihan aja dulu".
Satu, dua, tiga hitungan peregangan otot dimulai dari kepala sampai ke ujung kaki.
Siap mulai.
Jam Arloji melingkar di tangan penunjuk waktu timer
huft "ayok Risda sedikit lagi, ini satu (1) menit putaran terakhir".
Tanpa sengaja mata memandang segerombolan anjing yang lagi nongkrong bersama sambil melihat diriku yang sedang melintas di depan mereka.
Alhamdulillah kamu selamat Risda tapi tidak lama kemudian
Oh tidak sepertinya ini lari akan panjang,
mati aku...... AAAAAAAA.
Aduh kaki tolong bertahanlah. Tetap strong dong kaki, kumohon.
Hampir dua puluh (20) menit tapi kenapa masih dikejar sih, capek sekali, kuat sekali kaki tu anjing ngak ada capek capeknya, kakiku malah aduh mulai keram lagi. Ngak ada orang lagi di sekitar sini. Mudah mudahan ada orang lewat yang mau nolongin. Aaamiiinnn....
Yesss Alhamdulillah itu ada orang satu.
"Baaanggg tolong saya, ada anjing gila kejar kejar saya".
"Abaaannngggg tooolloooonggg".
"Adeeek naik kesini dek, lompat dek".
"Iya bang".
Dalam sekali lompat, mendarat sempurna diatas punggung motor CBR 150.
Terimakasih bang, dengan napas naik turun sambil menetral kembali napas yang tidak beraturan berusaha menyelesaikan kalimat.
"Hah hah hah capek ya bang dikejar anjing hhhh tapi seru ya bang" Ucap Risda dengan napas yang ngos ngosan.
"Aneh di kejar anjing kok seru, kurang kerjaan kamu".
"Ngak kok bang, banyak juga kerjaan saya tapi yang tadi cuma tambahan saja hehehe".
"Ngapain kamu kok bisa sampai di kejar anjing", HAHAHAHAHAH tawa Rajifpun pecah tidak dapat ditahan lagi.
"Ish abang kenapa ketawa sih."
"Aku tu tadi lagi olahraga, lari 3,2 km harus bisa di gapai dalam waktu 12 menit. Banyak manfaatnya bang misalnya untuk kesehatan jantung, untuk pembentukan otot. Mantap loh bang punya badan sixpext".
Aduuhh, "kenapa di ketok sih kepala saya bang, sakit tahu".
"Sadar diri kamu itu cewek".
"Sadar kok bang, wish kerennya kalau punya badan sixpaxt, lengan bola, perut kotak. Aku mau".
Nama : Rajif Fandi Alfarid
Umur : 26 Tahun
Pekerjaan : Nahkoda
Rajif Fandi Alfarid seorang Nahkoda tampan, yang paham agama dengan segudang prestasi. Hari harinya ia habiskan di lautan bebas tanpa adanya yang menanti kepulangannya di darat. Rajif seorang anak yang tidak pernah merasakan kasih dan sayang dari orangtuanya.
"Nama kamu siapa dek ?".
"Nama saya Risda bang".
"Nama abang siapa?".
"Rajif".
"Abang bagaimana kalau kita makan dulu yuk, udah jadwal sarapan pagi ini, saya yang bayar bang, sebagai bentuk terimakasih saya ke abang karena tadi udah nolongin saya dari kejaran anjing".
"Boleh, dimana ?".
"Di warung dekat dekat sini aja ya bang".
"Ayok".
"Yakin kamu dek mau makan disini". Ucap Rajif ragu ragu karena tempatnya begitu sederhana yaitu di warung kecil di pinggir jalan.
"Kenapa emangnya, ada masalah bang".
"Ngak, cuma biasanya para cewek cewek ngak mau makan di warung pinggir jalan".
"Oh kalau saya di mana saja bisa, asalkan bersih".
"O" jawab Rajif sambil membulat mulutnya.
"Kenapa senyum senyum, ada yang lucu".
"Tidak ada".
Bang bubor ayam dua beh ngen ie teh panas dua (Bang bubur ayam dua ya dan teh panas dua)
nyan menteng dek hana tamah le yang laen (itu aja dek, ngak tambah yang lain lagi.
hana bang, nyan manteng ile (ngak bang, itu aja dulu).
"Dek".
"Iya bang, ada apa?".
"Lari jogging kenapa ngak ajak kawan, bahaya dek anak cewek sendirian".
"Malas bang ajak kawan mengganggu, lari 1 meter habis memori 1 GB untuk selfi. Lagian Risda disini sendiri ngak ada kawan, ngak ada keluarga".
"Masak sih".
"Masak apa bang, aduuh kenapa di ketok lagi sih kepala saya bang, kalau lecet gimana".
"Ngakpapa, nanti tinggal nikah sama abang aja".
"Belum satu jampun kenal udah ngajak nikah"
Pesanan sudah di depan mata, tidak ada lagi sepatah katapun yang terucap hanya dentingan sendok yang berbunyi saling beradu dengan mangkok yang berisikan bubur ayam.
Sesuap demi sesuap bubur masuk dalam mulut Risda, mata Rajif malu malu curi pandang pada Risda, seulas senyuman terbit dari bibir Rajif tanpa Risda sadari.
"Bang Risda udah siap ini, balek dulu ya".
"iya".
Risda bangun dari kursi dimana tempat para pelanggan duduk dengan nyaman untuk menyantapi bubur, Risda melangkahkan kakinya menuju di mana tempat kasir berada untuk membayar dua mangkok bubur yang di makan olehnya dan yang di makan oleh Rajin.
"Bang padum mandum (bang berapa semuanya) ?".
" Dua ploh lapan ribe dek (dua puluh delapan ribu dek)".
"Nyompat bang (ini bang )".
"Teurimenggeunaseh bang (terimakasih bang)".
"Jeut sama sama dek (iya sama sama dek)".
Fajar pagi mulai menyinari bumi, embun pagi mulai menghilang dengan hadirnya matahari, udara sejuk kini mulai berubah menjadi panas, kupandangi langit yang mulai cerah.
Di jalan raya berlalulalang sepeda motor dan mobil melintasi ke arah tujuannya masing masing.
Kaki ini berjalan menapaki bumi
pundak berat menahan beban kehidupan mengharap secercah harapan hadir menghendap dalam kehidupanku ini.
Risda melirik ke sisi kiri dan kanannya untuk mencari kendaraan untuk pulang balik ke kosannya berasa. Setelah menemukan Risda langsung memanggil RBT untuk ia tumpangi menuju kos.
RBT
"Uan dek (iya dek)".
"Neutulong intat long u Kaju (tolong antar saya ke Kaju)".
"Ek dek ( naik dek)".
"RBT ---> ojek sepeda motor".
Alhamdulillah untung hari ini ngak ada jadwal penyeleksian, kalau bisa habis aku terlambat.
"Katroh dek (udah sampai dek)".
"Padum bang (berapa bang) ?".
"Siploh ribe manteng (sepuluh ribu aja)".
"Makasih bang".
"Jeut sama sama dek (iya sama sama dek)".
Hati ini menangis tanpa suara yang terdengar,
bibir ini tersenyum dengan indah tanpa seorangpun tahu bagaimana keadaan hati ini.
Hati ini sedih pedih tak tertahan, bahkan air mata meleleh tanpa henti bagai air terjun yang jatuh dengan deras sampai titik yang terdalam.
Antara gelap atau terang, antara iya dan tidak, antara kegundahan bimbang dengan kenyataan atau karena takut menghadapi masa akan datang.
Mata jauh memandang ke depan,
bibir tersenyum mengetahui kenyataan,
hati berkata "kamu bisa Risda jangan takut ada Allah yang Maha Kuasa yang akan menolongmu".
"Serahkanlah setiap permasalahanmu pada-Nya".
"Ingat ada harapan yang dititipkan padamu dan ada tanggungjawab yang belum kamu penuhi".
BERSAMBUNG...
Hari yang ditunggu tunggupun tiba. Penyeleksian tahap spikotes akan dilaksanakan. Titik kumpul di kampus A pukul 06:00 WIB. Persyaratan sudah siap di lengkapi.
Perhatian seluruhnya
"Apakah alat tulis adek adek sekalian sudah siap semua".
"Siap sudah".
"Siap Grak"
"Rentangkan tangan Grak"
"Tegap Grak"
"Hadap Kanap Grak"
"Maju jalan".
Satu persatu peserta masuk dalam ruangan tempat penyeleksian berlangsung sesuai dengan nomor pendaftaran yang tertera tertempel di dada.
Enam (6) jam berlalu dengan cepat, semoga jawabanku benar semua ya Allah.
Aaamiiinnn...
Pengujian siap sudah, tinggal menunggu hari pengumuman tiba.
"Adek adek semua tiga hari lagi kalian datang lagi ke sini pada pukul 07:00 sudah berkumpul semua untuk pengumuman mengetahui hasil ujian kalian hari ini".
"Lulus atautidak?".
"Siap".
Hari pengumumanpun tiba
"Risda Zay Akli dengan nomor pendaftaran nol tiga nol tiga dua nol nol dua (03032002) selamat kamu memenuhi syarat".
"Siap memenuhi syarat".
"Tahap selanjutnya yaitu bagian jasmani terdiri dari
- Lari
- Sit up
- Pull up
- Shitle run".
"Siap laksanakan".
"Untuk informasi jadwal selanjutnya kalian bisa mengaksesnya di Aplikasi Group".
"Siap".
Alhamdulillah Ya Allah. Tiada kata mampu terucap dengan lidah, tiada naskah yang perlu di tulis, tidak perlu ada coretan tinta pena diatas kertas putih hanya ucapan syukur saja yang mampu ku ucapkan dalam hati ketika raga ini bersujud pada-Mu Ya Rabb.
Calling On
"Assalamualaikum mamak".
"Walaikumsalam, bagaimana kabarmu di sana nak".
"Alhamdulillah baik mak".
"Mak Risda lulus di tahap spikotes, ini tinggal tunggu konfirmasi dari group untuk penyeleksian selanjutnya tahap jasmani".
"Alhamdulillah Ya Allah nak kamu lulus. Semoga kamu bisa lulus semuanya dan bisa mengikuti pendidikan".
"Iya Aaamiiinnn mamak".
"Mamak bagaimana keadaan mamak di sana sehat, bapak bagaimana sehat juga kan
Alhamdulillah kami semua di sini sehat. Kamu jangan banyak pikiran dulu, harus fokus pada penyeleksian ya".
"Iya Mamak doakan yang terbaik untuk Risda ya".
"Iya".
"Assalamualaikum mamak".
"Walaikumsalam".
Calling Off
Mamak, Bapak doa dari kalian yang kuharapkan, tiada satupun manusia yang dapat kupercaya selain kalian di dunia ini.
Sungguh diri ini trauma mak, pak dari yang namanya pengkhianatan.
Povt Sahabat
Hallo nona (RH) apa kabar?
saya rasa Anda baik baik sajakan nona, apalagi tanpa adanya kehadiran saya di sisi Anda nona.
Saya heran nona kepada Anda? jurus apa yang Anda gunakan, sehingga saya hilang kepercayaan terhadap insan lain dan juga termasuk pada diri saya sendiri.
Saya juga berterima kasih kepada Anda nona sebab pengkhianatan Anda berupa pergi meninggalkan dan fitnah yang Anda tujukan kepada saya, membuat saya mengerti arti dari kehidupan dan paham makna akan ketulusan.
Povt End
Diri ini berteman sepi tanpa adanya kesetian yang menanti, mungkin ada kesetian yang menanti tidak lain hanyalah kematian yang daku jalani di kemudian hari mungkin nanti atau esok hari.
Mengapa diri ini menaruh harapan pada seorang sahabat dengan alasan balasan kesetian yang daku harapkan malah kekecewaan yang diri ini dapatkan.
Sungguh bodoh diri ini. Lalu dimana letaknya otak yang selalu diri ini asah yang sudah tajam setajam tombak yang siap memangsa mangsanya dan mengapa mendadak tumpul bagaikan tongkat estafet yang terus menerus menaruh harap pada insan manusia yang tak guna itu.
Apa gunanya diri ini belajar mengasah otak dan melatih otot jika tidak mampu mengendalikan hati yang berakhir dengan tubuh roboh air mata meleleh membasahi pipi.
...****************...
Dalam perjalanan pulang balek ke kos ada sebuah sepeda motor melaju kencang dari arah berlawanan menuju ke arahku yang siap menabrak menghantam tubuh ini.
Phoommmm
Tubuhku terbang melayang di udara terseret belasan meter ke depan. Orang orang sekitar yang menatap terpaku tercengang menyaksikan kejadian tersebut, tiada satu orangpun yang berani mendekat hanya menonton dan saling berbisik satu sama lain yang mereka lakukan. Diriku tersenyum melihat raut wajah satu persatu wajah itu semua.
Sebelum kesadaran menghilang daku dengar suara sirane Polisi dan sirane Ambulance yang datang mendekat. Kupandangi sekujur tubuhku ini tidak ada satu tetespun darah yang menetes lantas mengapa penglihatanku mulai menggelap kabur menghilang dan tak sadarkan diri.
Drt ... drt ... drt ...
Bunyi getaran telepon Zay, dan Zay pun menerima sambungan telepon tersebut.
"Hallo dengan ayahanda dari saudari Risda Zay Akli".
"Iya dengan saya sendiri, maaf ini siapa ya?".
"Kami dari pihak kepolisian ingin mengabarkan bahwa bahwa anak bapak Risda Zay Akli mengalami kecelakaan di jalan xxx sekarang korban sudah berada di Rumah Sakit (RS) xxx.
Jduar .......
Bagaikan di sambar petir di siang bolong mendengar kabar anak perempuan satu satunya mengalami musibah kecelakaan.
"Baik pak saya kesana sekarang. Terimakasih atas informasinya".
"Maaaaaa maaaaa mamaaa mana sih maa".
"Di sini pak, ada apa kenapa teriak teriak kayak orang utan aja sih".
"Risda anak kita maa".
"iya Risda anak kita kenapa, ih Pa Risda kenapa?, jangan buat mama panik deh paa".
"Risda kecelakaan maa, barusan dapat kabar dari pihak kepolisian".
hiks hiks hiks
"Anak kita pa".
"Nanti aja nangisnya sekarang siap siap sana, kita pergi sekarang".
Kesadaran yang sempat menghilang berangsur angsur kembali secara perlahan
Mata yang terpejam secara perlahan mulai terbuka
kupandangi sekeliling hanya ada ruangan kosong bercat dinding tembok nuansa putih yang terletak diriku didalamnya. Kupandangi arah pintu keluar ada tulisan UGD (Unit Gawat Darurat) tertempel di dinding atas pintu.
Apakah separah itu hantaman yang mendarat di tubuhku ini sehingga diriku harus terbaring lemah tak berdaya di brankar pasien.
Entahlah aku juga tidak tahu.
"Ma cepat Ma lambat kali mama".
"Iya pa, sebentar".
Alhamdulillah sampai
Mamak dan bapak Risna langsung menuju meja Resepsionis menanyakan, "Bu ruangan Risda Zay Akli yang kecelakaan tadi berada di ruangan mana ya".
" Oh pasien bernama Risda Zay Akli baru saja di pindahkan ke ruang perawatan nomor 107, bapak dan ibu jalan aja lurus nanti simpang cabang tiga, belok ke kiri ya".
"O terimakasih buk".
" Iya sama sama pak".
Terbaring termenung seorang diri. Lamunan buyar akibat suara gesekan pintu yang terbuka melebar dengan kedatangan dua orang yang paling berarti dalam hidupku.
"Mamak Bapak tau dari mana kalau Risda ada di sini"
"Kamu ini kebiasaan ya, kalau ada apa apa bilang sama kami orantuamu nak jangan dipendam sendiri apalagi musibah kayak gini".
"Maaf mak, pak hp Risda hilang. Mamak sama Bapak jangan khawatir Risda ngak kenapa kenapa kok. Palingan besok pagi sudah diizinkan pulang".
"Tidak apa apa gimana maksudnya, itu lihat kaki kamu udah terpasang gips, tidak apa apa kamu bilang" ucap Zay dengan emosi. "Berulang kali bapak bilang jangan ngebut ngebut di jalan".
"Sabar Pa sabar" ucap Nur menenangkan Zay.
BERSAMBUNG.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!