Tyara Queen Nesya, gadis berusia 23 tahun yang harus menikah dengan lakilaki yang usianya tujuh tahun lebih tua darinya Hanya demi melunasi hutang ayahnya yang berjumlah milyaran rupiah..
Apakah hidup tyara akan bahagia setelah menikah? dengan seorang pria bernama Alfin Sanjaya seorang pengusaha tersukses dinegaranya dan terkenal dengan sifat tak acuhnya kepada Semua orang yang merasa tidak penting dihidupnya
Lalu bagaimana dengan nasib hidup Tyara yang harus berurusan setiap hari dengan pria yang bernama Alfin sanjaya itu, Akankah hidupnya akan bahagia atau menderita.
Apakah pernikahan ini akan berlangsung lama atau hanya sebentar,?
Lalu bagaimana jika nanti Tyara benar benar jatuh cinta kepada seorang Alfin sanjaya lakilaki yang slalu menyiksa batin dan fisiknya Akankah Alfin akan luluh dengan sikap sabar dan penurutnya Tyara,?
" Tya gamau menikah dengan pria itu Yah" Ucap tyara berlutut dikaki ayahnya sambil memohon
" Tya apakah kau mau jika ayah dipenjara" Ujar ayahnya Tyara dengan tegas
" Tapi yah" Ucap tyara menghapus airmatanya
" Kau anak ayah satu-satunya Tya kalau bukan kau siapa lagi"
" Tya akan bekerja lebih giat lagi agar bisa membayar hutang-hutangn Ayah" Ucap Tyara sambil terisak
" Sampai kau mati juga hutang ayah tidak akan terlunaskan Tya" Ucap Ridwan ayahnya Tyara dengan keras
" Sebaiknnya kau pikirkan lagi Tya" Berlalu meninggalkan Tyara yang masih terduduk lemas dilantai
" Aku tidak mencintainya, lalu bagaimana nanti kehidupanku, akankah aku bahagia atau malah sebaliknya tapi jika aku tidak menihkah Ayah akan dipenjara" Ujar Tyara dengan suara parau
" Dia pria yang dingin dan acuh dengan keadaan sekitar apalagi ditambah mukanya yang datar" Tambahnya lagi
******
Sore harinya terlihat mobil mewah terparkir rapih dihalaman depan rumah Tyara sedangkan diruang tamu terlihat dua keluarga sedang membicarakan pembicaraan yang serius.
" Bagaimana pak Ridwan apa keputusan yang bapak ambil menihkahkan anak bapak atau membayar semua hutang bapak kepada saya" Ucap lakilaki paruh baya tersebut
" Menihkahkan anak saya dengan putra bapak" jawab Ridwan ayahnya Tyara
" Baik, tapi apakah anak bapak setuju"
" Kau setuju ka Tyara" Ucap Ridwan menatap tajam kearah anaknya
" I--iya Yah aku setuju" Ucap Tyara dengan wajah yang tertunduk
" Baik kalau begitu kami permisi dulu acara pernikahan nya nanti saya kabarin lagi kalau Alfin sudah pulang ke Indonesia" Ucap wanita paruh baya yang masih sangat terlihat cantik berdiri dari duduknya
" Yasudah pak Ridwan kami berdua permisi pulang" Ucap lakilaki paruh baya mengulurkan tangannya ke arah Ridwan
" Baik hati-hati dijalan" Menjabat tangan tersenyum ramah..
Setelah kedua orang pergi dari rumahnya Ridwan ayah Tyara langsung mendekati anaknya yang masih terduduk dibangku sambil tertunduk.
" Tya sampai kau tidak mau menikah ayah tidak akan segan untuk terus menyiksa ibumu" Ancam Ridwan dengan suara yang kecil namun tegas
" Jangan menyiksa ibu lagi ayah Tya akan menikah dengan anak dari tuan Toni dan nyonya Marisa" Ujar Tyara mencoba menghapus airmatanya yang terus mengalir bak air sungai
" Bagus, kau boleh bertemu dengan ibumu sekarang" Ucap Ridwan seraya tersenyum tipis
" Baik ayah" Berdiri bangun dari duduknya dan langsung berlalu pergi untuk bertemu dengan ibu tercinta
^^^^
" Pah kamu jangan terlalu baik dengan keluarga nya pak Ridwan" Ucap wanita paruh baya itu yang sekarang sedang duduk dibangku belakang dengan suaminya
" Kamu jangan seperti itu, Papah suka sama tyara dia anak yang baik sopan dan cantik juga"
" Paling cuma kedok" Celetuk wanita paruh baya itu
" Mama jangan seperti itu ingat sebentar lagi dia akan jadi calon menantu kita"
" Papa ini ko malahan belain Tyara" Cemberut kesal
" Papa tidak belain Tyara ma"
" Terserahh tidur dikamar lain nanti malam"
Di dalam ruangan yang sempit, gelap, dan pengab terlihat seorang wanita paruh baya yang berumur empat puluh lima tahun sedang menahan rasa haus, dan lapar...
' Ceklek' suara pintu yang dibuka
" Ibu" panggil Tyara seraya berjalan kearah ibunya untuk memberikan makanan dan tak lupa juga dengan minumnya..
" Tyara" Ucap Rika dengan suara tercekat
" Ibu makan dulu yah" Menyerahkan sepiring nasi dengan lauknya yang langsung diterima oleh Rika, Rika pun lantas memakannya seperti orang kesetanan setelah menghabiskan makanan ia pun langsung meminum air hingga tersisa hanya gelasnya saja.
" Ayah tidak berbuat apapun kepadamu kan Tya" Memandang mata Tyara yang sembab
" Tidak, bu" Tersenyum menyakinkan
" Lalu kenapa matamu sembab" Memegang pipi anaknya
" Tya, tidak menangis karna disiksa oleh ayah Koq bu"
" Lalu"
" Tya menangis karna sebentar lagi Tya akan menikah dengan seorang lakilaki yang sangat Tya cintai bu" Dengan wajah yang dibuat seceria mungkin
" Kau mau menikah Tya"
" Iyah bu"
" Dengan siapa"
" Pria bernama Alfin Sanjaya bu" memandang Tyara dengan tatapan sedih Tyara yang melihat ibunya bersedih pun langsung memeluknya.
" Ibu jangan sedih, Alfin pria yang baik bu" Mengelus punggung belakang ibunya
" Tapi kenapa perasaan ibu mengatakan lain"
" Kau benar dia pria yang baik Tya" Memandang dalam manik coklat milik Tyara
" Yah, kalau dia bukan pria baik lalu untuk apa dia mau menikahinku"
" Bolehkah ibu datang ke acara pernikahanmu"
" Tentu, kau adalah ibuku kau berhak datang dihari bahagiaku" tersenyum manis
" Maaffkan Tyara yang sudah berbohong Bu, ini semua demi kebaikan ibu dan aku" batin Tyara dalam hati
" Sebaiknya kau kembali Tyara ibu tidak mau jika nanti ayahmu menyiksamu jika berlamalama disinih" Mencium kedua pipi anaknya
" Tapi Tya masih ingin bersama ibu"
" Tya akan ada saattnya kita menghabiskan waktu bersama" Mengelus kepala Tya dengan penuh cinta
" Baiklah bu besok Tya akan datang kesinih lagi" Memeluk lama ibunya sebelum pergi dari ruangan pengab itu.
******
Bandara Soekarno Hatta..
" Alfin anak Momy" Ujar Marisa berjalan menghampiri anaknya dan memeluknya
" Mom, jangan seperti ini aku malu" Ujar Alfin melepaskan pelukan momynya
" Kau ini" Cemberut kesal
" Kemana papah" tanya Alfin yang celingak celinguk mencari keberadaan Toni
" Papah tidak ikut"
" Memangnya Kenapa"
" Papah sedang mengurus pernikahanmu yang tinggal satu minggu lagi"
" Secepat itu, aku belum siap mom"
" Aku masih ingin bersenang senang Mom"
" Setelah menikah kau juga tetap bisa bersenang senang sayang"
" Apa benar mom?"
" Tentu saja, lagipula kau menikahi nya hanya karna terpaksa bukan? anggap saja dia hanya budak kita"
" Yah, aku juga tidak yakin kalau dia masih perawan" Berjalan masuk h pahanya kebanyak pria"
" Lagian kenapa si papah harus menikahkan aku dengan wanita itu"
" Mamah juga tidak setuju"
" Liat saja akan aku buat dia menderita"
" Mamah mendukungmu sayang"
" Aku penasaran bagaimana rupanya"
" Yang pasti dia tidak pantas berada disampingmu"
" Ingat pesan mama setelah nanti kau menikah dengannya jangan pernah menyentuh atau berbicara kepadanya kau mengerti"
" Memangnya kenapa aku mau mencoba bermain main dengannya" Tersenyum miring
" Sehebat apa dia jika bermain diatas ranjang"
" Alfin, kau jangan gila" Ucap Marisa dengan suara yang keras
" Aku hanya bercanda mom"
" Dan satu lagi kau jangan pernah tidur satu kamar dengannya kau mengerti bukan"
" Tentu"
Like, Coment, Bintang lima, dan Votte terimakasih!!
" Tyara cepat pakai-pakain yang bagus keluarganya tuan. Toni akan kesini berdandan lah yang rapi" Ucap Ridwan kepada Tyara
" Baik yah"
" Segarahlah turun kebawah perlihatkan senyuman semanis mungkin" Menutup pintu kamar Tyara dengan kencang
" Huh, membuang nafas kasar,"
" Baikalah Tyara, ini semua sudah takdir hidupmu" Berbicara kepada dirinya sendiri sambil melihat pantulan dirinya di depan cermi,.
Setelah hampir lima belas menit bersiap akhirnya Tyara pun turun untuk menemui Ayahnya saatt sedang berjalan untuk turun dari tangga tidak sengaja mata Tyara tertuju kepada seorang lakilaki yang sedang menatapnya dengan datar seperkian detik mereka bertatap muka Tyara langsung memutuskan tatapannya dan kembali fokus untuk menghampiri keluarga calon suaminya.
" Maaff sudah menunggu lama" Ujar Tyara duduk dibangku samping ayahnya sedangkan Alfin ia duduk persis di depan Tyara.
" Tidak apa Tya kami juga baru saja datang" Ujar Toni seraya tersenyum lebar dan Tyara hanya membalas nya dengan kembali tersenyum..
" Jadi pak Ridwan, kedatangan kami kesinih untuk membicarakan tentang hari pernikahan Tyara dan anak saya Alfin" Ujar Marissa yang langsung to the point.
" Bukanya kita sudah membicarakannya" Ujar Ridwan.
" Yah, tapi kita ingin mempercepat pernikahannya" Ujar Toni.
" Anda dan Tyara tidak keberatan bukan" tambahnya lagi.
" Kita sama sekali tidak keberatan benar kan Tyara" Ujar Ridwan sambil meremas kencang tangan Tyara.
" I---Iyha" Ucap Tyara mehanan sakit ditangannya.
" Memangnya kapan pernikahannya dilangsungkan?" Ujar Ridwan.
" Tiga hari lagi setelah itu Tyara akan ikut dengan Alfin untuk tinggal di Apartemennya" Ucap Marisa yang sudah mulai tidak betah.
" Tidak kecepatan bukan pak Ridwan" Ujar Toni menimpali.
" Sama sekali tidak" Menjawab sambil tersenyum ramah.
" Apakah kalian berdua hanya akan berdiam diri tanpa mau berkenalan" Celutuk Toni sontak saja Tyara langsung menundukkan kepalanya.
" Yah, Alfin permisi ingin mengajak Tyara keluar ayo Tyara" Ajak Alfin yang sudah berjalan duluan keluar rumah dan langsung diikuti oleh Tyara.
" Kita mau kemana ka?" Tanya Tyara yang masih menunduk
" Kita duduk saja disanah" Menunjuk kursi panjang yang ada disamping rumah Tyara mereka pun berjalan kearah bangku tersebut tapi sebelum Tyara mendudukan bokongnya Ke kursi Alfin sudah lebih dulu mencekal tangannya.
' Awwwhhh' Ringis Tyara yang kesakitan dengan cekalan tangan Alfin
" Siapa yang menyuruhmu duduk disini" Membuang kasar tangan Tyara dan langsung mengelapnya ke bajunya bagaikan habis memegang kotoran sedangkan Tyara mencoba menahan air matanya agar tidak jatuh.
" Berdiri saja disituh kau tidak boleh duduk disampingku mengerti"
" Me---mengerti ka" Menganggukan kepalanya
" Kau jangan besar kepala, aku menikahimu hanya karna terpaksa" Memandang tajam kearah Tyara
" Dan nanti setelah kita menikah kau tidak boleh mencampuri semua urusan ku" dan Tyara hanya menganggukan kepalanya sampai buliran airmatanya berjatuhan yang segara ia hapus dengan kasar.
" Dan jangan meminta apapun kepadaku"
" Ingat kau menikah denganku hanya karna ayahmu mempunyai hutang oleh keluargaku jadi bersikaplah sewajarnya" Lagilagi Tyara hanya mengangguk paham.
"Budak!" sambung nya
Bagai tertusuk ribuan pisau, Perkataan Alfin membuatnya tidak sanggup lagi untuk menahan airmatanya.
" Tolong jangan merendahkan harga diriku ka" Ucap Tyara menatap manik milik Alfin dengan matanya berkaca-kaca, bukannya merasa bersalah Alfin malah tertawa lebar mendengar ucapan Tyara.
" Cih, ingat kau adalah budak dikeluargaku jadi terima saja" Bangkit berdiri meninggalkan Tyara yang masih terlihat menangis terisak.
Alfin tidak tega juga diri nya kembali menghampiri Tyara berdiri dekat perempuan itu.
"Hapus air mata mu, dan ayo kembali"
" Salam hangat dari Aku"❤.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!