Perkenalkan namaku Nadta Garwita Langsih, aku ingin menceritakan kisah-kisahku dulu saat masih bersamanya. Bersamanya? Siapa? Dia, dia yang ku panggil Kyeri.
Aku akan menceritakan kisahku dari awal bertemu dengannya sampai kami ... Ah sudahlah aku tidak ingin melanjutkan.
Saat ini aku sedang duduk di rumah pohon tua yang ayahku bangun dulu saat aku masih kecil. Sambil menatap nastabala yang di penuhi sinar rembulan serta gemintang.
Sudah, sudah, sudah cukup. Aku akan menceritakan kisahnya sekarang...
...~▪︎~...
Maret 2007
Aku sedang di teras rumah bersama ayah ku, kami sedang membenarkan kayu sofa yang keluar dari pelapisnya. Sedangkan ibuku sedang memasak makan siang untuk kami bertiga.
"Nat, tolong ayah ambilkan palu di dalam box berwarna coklat itu ya!"
"Oke ayahku siap," jawabku penuh dengan semangat.
Kreek...
Aku membuka box itu tetapi, banyak sekali bentuk palu yang beragam. Aku pun memutuskan untuk menanyakan kembali, "Ayah ini palunya yang seperti apa?"
"Yang warna kuning berlist hitam," jawab ayah dari luar.
"Oh yang ini," gumamku sembari mengambil palu itu.
Aku membawakan palu itu segera ke ayah. Kami berdua membenarkan sofa ini hampir 2 jam lebih.
Huh... (ayah ku menyeka keringat yang mengalir di dahinya, begitupun juga denganku)
"Wah sudah selesai ya?" ucap ibu menghampiri kami berdua.
"Iya dong bu, berkat bantuan Nata kita yang mungil dan kuat ini semua jadi beres," ucap ayah sembari mengacak-acak rambutku.
Aku hanya bisa tersenyum manis saja dan Ibu juga tersenyum kala melihat aku menyengirkan gigi.
"Yasudah yuk bersih-bersih dulu, habis ini kita makan bersama. Ibu sudah selesai masak jadi kita makan sekarang ya."
"Iya ibu," seruku penuh dengan semangat.
Sore hari pun tiba, Aku sedang membersihkan kamarku karena dari tadi pagi aku belum sempat membereskannya. Walaupun tidak terlalu berantakan tetapi aku harus membersihkan kasurnya.
Bruuummm...
Suara mobil tiba-tiba saja lewat di depan rumah kami, dan berhenti di sebelah rumahku. Aku mengintip dari balik jendela dan mengamati siapa yang baru saja datang.
'Ada yang pindah ya?' tanyaku dalam hati.
Tidak lama kemudian satu keluarga turun dari mobil jeep berwarna hitam. Satu perempuan dewasa, satu perempuan balita, satu pria dewasa dan satu anak kecil sebaya denganku.
"Oh orang baru," gumamku kemudian merapihkan kamar kembali.
Saat aku keluar kamar, ayah dan ibu sedang menyiapkan sesuatu untuk menyambut tetangga baru. Karena di desaku ini terdapat sebuah tradisi jikalau ada warga yang baru saja pindah.
Apa itu? tradisi punjungan seperti memberikan makanan ataupun bingkisan untuk menjalin silahturahmi antar tetangga.
Orang tuaku sedikit memaksa untuk aku ikut ke sana, tetapi aku tidak mau dan tetap saja orangtua ku memaksa.
"Ayok sayang ikut ayah dan ibu pergi kerumah sebelah untuk memberikan punjungan," ajak ibu.
"Tidak, aku tidak mau ibu."
"Ayoklah sayang, ini tetangga baru di sebelah rumah kita lagi," ajak ayah.
"Tidak ayah, ibu. Aku tidak mau ikut, aku ingin pergi main ke tanah lapang saja."
"Tapi Nata..." belum sempat ayah menyelesaikan pembicaraannya, aku pergi berlari ke tanah lapang dekat rumahku.
Sepasang mata pun memperhatikan aku dan ia pun mulai mengikuti langkahku. Tanpa rasa khawatir aku langsung naik kerumah pohon ini, walau pun tinggi aku tidak takut sama sekali.
Aku duduk memunggungi tempat naik tadi dan memandang indahnya pemandangan desa tempat tinggal ku ini.
Dersik agin begitu sejuk, menyapu helai-helai rambut yang ada di bahuku. Saat sedang asyik menikmati pemandangan, suara teriakan dari bawah rumah pohon ini pun terdengar.
"HAY! PEREMPUAN PENYENDIRI," teriak anak laki-laki di bawah rumah pohon ini.
Aku tidak memperdulikannya dan aku berpura-pura tidak tahu saja. Tidak lama kemudian, anak laki-laki itu pun naik ke atas dan duduk tepat di sampingku.
"Wah pantas saja kau tidak menyahutiku, pemandangan disini sangat bagus ya," ucap anak laki-laki itu yang begitu takjub dengan pemandangan disini.
"Hay, siapa namamu? Aku Matteo Kyeri Bram," sapa anak laki-laki ini.
Namun aku lagi-lagi tidak menghiraukannya, aku malah lebih memilih berpandang lurus melihat pemandangan desa yang begitu sejuk di mata.
"Hay! kamu ini bisu ya? Aku dari tadi memanggil mu, tetapi kamu hanya diam saja!" ledek anak itu.
"Mana ada aku bisu! aku hanya kesal kamu naik ke rumah pohon milikku ini tanpa seizinku," jelasku.
"Huh... jadi kamu marah ya, yasudah aku minta maaf ya kalau aku naik kesini tanpa seizinmu."
"Jadi siapa namamu?" tanya anak itu lagi.
"Aku Nadta Garwita Langsih," jawabku bernada acuh tak acuh.
"Wah namamu bagus ya, tapi lebih bagus lagi namaku sih hehehe."
"Ih kau ini, pergilah jika kamu hanya menggangguku!"
"Tidak, aku tidak akan menganggumu. Aku tadi mengikutimu kesini, karena aku tau kita tinggal bersebelahan jadi aku mengikutimu saja." jelas Kyeri.
"Mengapa kamu mengikuti ku?" tanyaku bernada kesal.
"Entahlah, mungkin aku ingin kita menjadi teman."
"Tidak, aku tidak mau," aku menolak dengan tegas.
"Tetapi aku mau, jadi kita hari ini dan seterusnya akan berteman baik ya."
Walaupun aku menolak, Kyeri tetap memaksa untuk menjadi temanku, jadi mau tidak mau aku dan Kyeri pun berteman baik saat itu.
Keesokan harinya,
Aku akan pergi ke sekolah bersama ayah dan ibu, karena hari ini adalah hari pertama ku masuk Sekolah Dasar (SD). Menunggangi motor astrea berwarna hitam, aku dan kedua orangtua ku berangkat pagi menuju sekolah.
Di jalan aku bernyanyi sembari mengalunkan tangan kesana dan kemari. Ayah dan ibuku juga ikut bernyanyi bersama.
Sesampainya di sekolah, aku melihat Kyeri di lorong ruang guru bersama keluarganya. Aku tidak memperdulikannya dan aku pun langsung masuk kedalam kelasku.
"Nata sayang, kamu ingin ibu temani atau tidak?" tanya sang Ibu.
"Tidak usah bu, aku berani disini sendirian, tidak. Disini ramai teman-teman dan juga ada bu guru yang cantik," ucapan ku meyakinkan.
"Baiklah kalau begitu ayah akan mengantarkan ibu pulang dan setelahnya ayah akan berangkat kerja, kamu jangan menangis ya," ucap ayah.
Aku hanya mengangguk-anggukan kepala sembari tersenyum manis. Aku duduk di bangku paling depan dekat dengan jendela sebelah kanan.
Walau aku masih duduk sendiri tetapi aku sangat percaya diri, wajah berseri-seri sangat terlihat di wajahku.
Baru saja aku mengeluarkan buku bersampul boneka tedy, suara yang tidak asing menyapaku.
"Nah ini ada Nadta mah, pah."
'Huh... pasti Kyeri deh yang memanggilku,' gumamku dalam hati.
"Wah apa kamu mengenalnya?" tanya wanita paruh baya yang begitu cantik di sampingnya.
"Iya Mah, ini Nadta teman aku. Rumahnya juga bersebelahan dengan kita," jelas Kyeri.
Aku hanya tersenyum manis lalu mengambil tangan orangtua Kyeri untuk bersalaman, "wah ternyata kamu cantik banget ya," ucap mamah Kyeri mencolek pipiku yang begitu tebal ( chuby ).
"Kursi di sebelahmu kosong atau tidak?" tanya papah Kyeri.
"Kosong, aku belum punya teman duduk disini."
"Wah syukurlah, Matteo boleh kan duduk disini," tanya sang mamah Kyeri.
"Iya boleh kok," ucap ku walau terpaksa.
Seterusnya, aku dan Kyeri selalu duduk bersama. Bahkan kami akhirnya bisa berteman baik juga.
Bersambung....
..."Tempat paling nyaman ialah tempat dimana kamu merasa aman dan suasananya pun sangat damai."...
...-Ant...
Mengapa kamu tidak memanggilnya Teo saja Nadt?
Tidak, tidak, aku tidak mau, karena temanku dulu juga bernama Teo tetapi dia sangat jahat kepadaku dan selalu mengejekku.
Karena tubuhku yang begitu berisi (gemuk) mereka pasti selalu mengejekku, bahkan mereka juga mengambil barang-barang milikku.
Aku memang sering di ganggu oleh anak-anak di sekolah dan bisa dibilang aku langganan di ganggu para murid jahil. Tetapi Kyeri selalu membantu aku dan membela aku.
Saat Kyeri tidak masuk sekolah karena izin pergi kerumah sang nenek, aku di ganggu oleh Teo lagi dan teman-temannya.
Mereka mengambil buku-buku cerita yang baru saja aku beli dari warung depan sekolah dan menghancurkannya, aku ingin melawan mereka, tetapi mereka sangat banyak.
Aku sangat kesal saat itu, rasanya aku ingin pindah dari sekolah ini tapi apalah daya keluarga ku hidup dengan kesederhanaan.
"Aku membencimu Teo! aku akan mengadukan ini kepada bu guru nanti!" ucapku kemudian berlari keluar sekolah.
Aku hanya bisa menangis sepanjang jalan dan aku tidak mengikuti pelajaran. Padahal buku-buku dan tas aku masih ada di dalam kelas.
Saat kelas hampir di mulai, teman-teman lain hanya menaruh barang-barang yang berserakan di lantai ke atas meja ku.
Guru pun heran, tas dan bukunya ada di meja sedangkan orangnya tidak ada di tempat. Bahkan teman-teman sekelas tidak ada yang membelaku sama sekali, mereka hanya diam seperti tidak tau apa-apa.
Sampai jam pelajaran selesai pun, aku tidak ada disana. Mengambil barang-barang yang tertinggal di sekolah pun tidak.
Ibu guru akhirnya memutuskan untuk datang kerumah ku sembari membawakan tas dan juga buku-buku milik ku yang tertinggal di sekolah.
Ibu ku sangat khawatir dan sedikit panik dengan keberadaanku. Saat bu guru datang ke rumahku, Kyeri melihat dan bertanya kepada dirinya sendiri, "Mengapa bu guru ada dirumah Nadta?"
Tanpa fikir panjang Kyeri datang kerumahku dan berkata, "Eh ada Ibu guru disini," Kyeri menyapa Ibu guru lalu Kyeri bertanya lagi, "Ibunya Nadta, Nadta ada?"
Ibu aku hanya bisa menggelengkan kepala saja dengan raut wajah panik pun terlihat jelas dan ibu ku meminta tolong ke Kyeri untuk mencari tahu dimana keberadaanku sekarang.
"Iya bu, aku tau kok Nadta ada dimana. Tenang saja Nadta aman bersamaku," ucap Kyeri dengan wajah percaya diri.
"Antarkan dia pulang ya Kyeri," pinta ibu.
Kyeri pun menganggukan kepalanya dan bergegas pergi kerumahnya terlebih dahulu untuk mengambil sesuatu.
Seperti Kyeri mengambil paper bag berwarna biru muda dan berlari lagi menuju tanah lapang tempat rumah pohon berada.
"Hiks... hiks... jahat," ucapku menyeka air mata dengan kasar.
Tidak lama kemudian Kyeri datang dan berteriak dari bawah, "NADTA? KAMU DI SANA KAN?" tetapi aku tidak menjawab.
Kyeri pun naik ke rumah pohon sembari berkata, "Hey Nadta bu guru tadi ke rumah kamu tau, tapi..." perkatananya terpotong kala Kyeri melihat aku menangis.
"Kamu pasti di ganggu lagi ya sama Teo dan teman-temannya?! ih dasar Teo itu liat saja nanti akan aku balas perbuatannya!" Geram Kyeri kesal.
"Sudah sudah tidak usah menangis lagi ya, aku sekarang ada disini. Aku janji, aku akan melindungimu selamanya bahkan sampai kita besar pun aku akan tetap melindungimu," ucap Kyeri sembari menghapus air mata ku.
Ucapan Kyeri kala itu ku dengar dan ku ingat sampai saat ini. Dengan begitu percaya dirinya dia mengucap seperti itu. "Aku harap kamu menepati janjimu Kyeri," ucapku ke Kyeri.
Kyeri menganggukan kepalanya dan ia memintaku untuk menutup mata, "Nadt tolong tutup matamu sebentar ya," ucap Kyeri dan aku pun hanya bisa menuruti perkataannya.
Entah apa yang Kyeri lakukan karena hanya terdengar suara kertas di sobek, plastik di buka dan juga suara kertas dilipat.
Cukup lama aku menutup mata sampai akhirnya Kyeri memintaku untuk membuka mata dalam hitungan ke tiga. "Nadta buka matamu dalam hitungan ke tiga ya, satu, dua, tiga," ucap Kyeri begitu semangat.
"Tadaaa,"
Kyeri menunjukan kertas origami berwarna merah seperti pesawat kertas yang dibentuk seperti hati. Dia pun membuat 2 buah pesawat kertas yang sama.
"Ini satu untukmu dan satu lagi untuk ku," Kyeri memberikan pesawat kertas yang sudah ia buat ini.
"Wah, bagus terimakasih Kyeri," ucapku sembari tersenyum manis.
"Nah, kalau kamu tersenyum kan lebih bagus, lebih cantik terlihatnya."
Ucapan Kyeri membuatku malu, tetapi jarang sekali Kyeri memuji seperti ini. Di hari itulah aku dan Kyeri membuat suatu yang berharga untuk kenangan di kehidupan kita.
"Ayok kita terbangkan pesawat ini, kita jauh-jauhan ya. Siapa yang paling jauh akan teraktir makanan besok di sekolah."
"Iya boleh, siapa takut."
Sepasang mata tidak suka pun memperhatikan kami berdua dari kejauhan, ia hanya melihat kami sembari berdecak kesal dan pergi meninggalkan kami berdua.
"Ahahaha aku menang," ucap Kyeri girang.
"Ah Kyeri kamu ini, curang tau itu."
"Mana ada aku curang, jelas-jelas angin membantuku memenangkan perlombaan ini."
"Yasudah, aku mengaku kalah."
Sederhana bukan? Tetapi aku suka, suka dengan semua kenangan saat aku selalu bersama Kyeri.
...~▪︎~...
Ketika aku sakit dan izin untuk tidak masuk sekolah, Kyeri juga ikut tidak pergi sekolah karena dia berkata, " Aku ingin menjaga Nadta, kasian kalau Nadta di sini sendirian tidak ada teman. Pasti dia akan kesepian nanti."
Mamah Kyeri hanya bisa menggelengkan kepalanya saja melihat kelakuan anak sulungnya ini. Tetapi mamanya menyetujui apa yang di katakan Kyeri tadi, aneh kan?
Sampai aku sembuh barulah Kyeri bisa berangkat sekolah sendiri tanpa aku. Sepulang sekolah, Kyeri malah langsung datang kerumah bukan pulang terlebih dahulu kerumahnya.
"Kenapa kamu kesini? Pulang dulu kerumah mu nanti ibumu mencari," tegas ku.
"Iya, iya aku akan pulang tetapi aku kesini untuk menaruh tas ini disini."
"Kenapa?"
"Kita akan mengerjakan tugas rumah bersama, aku tidak mengerti siapa tau kamu bisa membantuku."
"Huh, kamu ini."
"Hehehe aku pergi pulang dulu ya," ucap Kyeri berlari ke rumahnya.
Ibu yang baru saja keluar dari toilet pun bertanya, "Siapa tadi Nat?" Aku hanya menaikkan pundak seperti tidak peduli.
"Kok ada tas Kyeri disini?" tanya ibu lagi.
"Dia tadi kesini katanya ingin mengerjakan tugas rumah bersama," ucapku bernada kesal.
"Nah bagus itu, jadi kamu juga tidak tertinggal pelajaran di sekolah," ibu ku malah mendukung Kyeri.
Padahal saat itu aku ingin beristirahat lebih lama lagi dan tidak memikirkan pelajaran di sekolah, tetapi Kyeri malah menganggu rencanaku.
10 menit kemudian.
Kyeri datang sembari membawa pisang goreng hangat buatan mamanya, "Permisi, Nadta aku datang," ucap Kyeri dari luar.
"Masuk tinggal masuk, pintu rumahku tidak di tutup ini," gumamku.
"Masuk Kyeri," ucap Ibu.
Kyeri pun masuk dan menyerahkan pisang goreng hangat ini ke ibu. 'Harum sekali pisang goreng itu,' aku berkata dalam hati.
"Terimakasih ya Kyeri, jadi ngerepotin."
"Ahahaha enggak kok bu, aku tau Nadta suka pisang goreng jadi aku meminta ibu untuk membuatkannnya setelah dia sembuh," jelas Kyeri.
"Tuh Nat denger, bilang makasih ke Kyeri ya," ucap ibuku kemudian pergi ke dapur.
"Makasih ya Kyeri."
Kyeri hanya tersenyum saja dan kami pun langsung mengerjakan tugas rumah yang ternyata sangat banyak.
Bersambung...
..."Ketika semua terlihat berlawanan dengan mu, ingatlah bahwa pesawat terbang selalu terbang melawan angin, bukan mengikuti arus angin."...
...- anonim...
Matteo Kyeri yang menyebalkan itu dulu bisa menjadi teman paling dekat ku dan dia juga satu-satunya teman di hidupku. Apa kamu memang tidak mempunyai teman Nadt?
Iya, sudah ku bilang dari awal, aku tidak memiliki teman, sama sekali aku tidak memilikinya. Bahkan sampai di SMP pun hanya Kyeri yang menjadi sahabat ku.
Sedangkan yang lain hanya menjadi teman jika ada maunya saja. Karena aku murid yang cukup di akui kepintarannya di sekolah, akhirnya aku bisa masuk SMP terkenal tanpa membayar.
Saat itulah semua teman sekolah mendekatiku karena mereka mereka hanya memanfaatkan kepintaranku.
Aku tidak suka di bilang pintar, hebat ataupun anak jenius. Aku ingin ingin hidup biasa seperti anak-anak pada umumnya dan disini lah peran Kyeri sangat membantuku.
"Nat, laper," ucap Kyeri yang baru saja datang setelah selesai bermain basket di lapangan.
"Ya terus?" tanyaku dengan tegas. Walaupun aku sudah tau apa yang dia ingin kan tetapi aku tetap saja ingin menanyakannya.
Jika dilihat, Kyeri memiliki banyak penggemar di sekolah ini. Bahkan di kelas ku ini pun Kyeri memiliki banyak fans. Mereka rela membawakan bekal untuk Kyeri tapi Kyeri tidak memperdulikannya dan lebih memilih meminta bekal milikku.
"Ini," aku mengeluarkan dua wadah bekal yang sengaja aku buat sendiri.
"Kok beda?" tanya Kyeri.
"Isinya sama, coba liat. Aku sengaja buat dua supaya kamu kenyang dan bisa fokus saat belajar nanti."
"Wah, Lo baik banget sih Nat jadi seneng kan gua punya sahabat kayak lo."
Aku dan Kyeri pun makan bersama. Terlihat jelas sekali teman-teman sekelas ku kesal karena Kyeri lebih memilih untuk makan bersamaku.
Bekal yang mereka bawakan pun menjadi sia-sia, Tidak. Bekal mereka tidak sia-sia karena teman-teman yang akrab dengan Kyeri banyak di kelas.
Akhirnya mereka yang mengambil bekal tersebut, "Dari pada di buang mending buat gua."
"Ih lo ini!" geram siswi yang lain.
Aku dan Kyeri selalu di gosipi oleh teman-teman sekolah karena kami pulang pergi selalu bersama. Bahkan Kyeri pun tidak segan-segan merangkul pundak ku.
"Nat, kita ke tanah lapang dulu yuk," ajak Kyeri.
"Kenapa?"
"Jenuh gua di rumah, ada sepupu gua dateng."
"Siapa?"
"Anton, lagi males gua maen sama dia."
"Oalah yaudah ayok kita ke rumah pohon."
...~▪︎< Rumah Pohon >▪︎~...
Sesampainya disana, Kyeri dan aku bernyanyi bersama, membawakan sebuah lagu Kemersaan - Iwan Fals. Walau bukan berlatar belakang laut tetapi pedesaan, suasananya masih tetap sama.
Kemersaan ini janganlah cepat berlalu....
Kemersaan ini ingin ku kenang selalu...
Hati ku damai, jiwaku tenteram disampingmu...
Hati ku damai jiwaku tenteram bersamamu...
Prok.. prok.. prok..
"Huuu, ahahahaha gak nyangka aku Ke, kalau kamu pintar main gitar."
"Gua itu udah lama belajar, tapi gua gak mau tampilan di depan orang karena gua mau lo yang pertama denger nyanyian diiringi gitaran gua," jelas Kyeri.
"Wah, makasih ya Kyeri. Aku suka kok, gitaran kamu udah smooth banget sesuai sama nadanya."
"Ahahaha makasih ya atas pujiannya Nadta," ucap Kyeri sembari mengacak-acak rambutku.
"Gua punya sesuatu untuk kita dan harus kita pakai sampai kapanpun itu," lanjut Kyeri lagi.
"Apa itu?"
"Tutuplah matamu dulu,"
"Oke siap,"
"Dalam hitungan ke tiga buka matamu, satu, dua, tiga."
"Bukalah," lanjutnya lagi.
"Apa ini?"
"Ini pin liontin yang sengaja gua buat untuk kita dan sengaja juga gua buat dua. Satu untuk lo dan satu lagi untuk gua, gimana? Lo suka?"
"Suka suka."
Aku menerima hadiah yang Kyeri berikan untukku dan langsung aku pasangkan di tas, agar aku tidak lupa.
Jika dilihat sikap dan gayanya Kyeri seperti layaknya bad boy sekolah, tetapi nyatanya Kyeri memiliki pribadi yang sangat tertutup. Dia bisa menyambut siapa saja yang ingin menjadi temannya.
Tetapi dia selalu membatasi pertemanannya agar persahabatan antara aku dan Kyeri tidak di rusak oleh pergaulan anak-anak seusia kami.
Aku tidak mempermasalahkan jika Kyeri memiliki banyak teman dan mempunyai teman-teman yang lebih akrab dariku karena itu kehidupannya.
Tetapi Kyeri tidak suka seperti itu, katanya hidup yang ia jalani tidak akan damai seperti biasa dan dia lebih memilih untuk selalu bersamaku dalam kondisi apapun.
Bisa di bilang Kyeri semakin hari semakin tampan, wajar saja kalau dia di idolakan para siswi - siswi sekolah. Tak jarang juga Kyeri di ikuti oleh siswi famous, entah itu di kantin ataupun saat dia sedang berolahraga di lapangan.
Aku dan Kyeri memang selalu duduk berdampingan dari SD sampai SMP dan setiap harinya meja Kyeri selalu di penuhi kotak kado dari siswi-siswi yang menyukainya.
Aku tidak memperdulikannya dan aku hanya bisa melihat kotak-kotak yang menumpuk di mejanya sampai Kyeri datang untuk merapihkan sendiri.
"Dari siapa sih ini?" tegasnya.
Aku hanya bisa menaikkan pundak saja dan tidak menghiraukannya. Raut wajah kesal pun nampak jelas sekali, Kyeri pun menyingkirkan semua kotak kado itu ke teman-temannya.
"Ko, Bal, ambil nih kotak-kotak ini!" perintah Kyeri.
"Eh untuk kita? Serius?"
"Iya ambil aja semua, bawa pergi jauh dari gua."
"Wah, makasih ya Mat, lo baik banget hahaha."
Setelah Iqbal, Riko dan teman-teman yang lain mengambil semua kado itu, Kyeri baru bisa bernafas lega. Duduk dengan tenang dan pasti mengangguku.
"Apa itu? Wah gak nyangka gua Nadt lo pintar gambar."
"Ahahaha cuma gambaran boring aja ini Ke," jelasku tetap fokus ke gambaran.
"Soknya boring, coba gua liat. Wah ini kan pemandangan yang sering kita liat di tanah lapang kan. Gila lo ternyata berbakat juga ya Nadta, bangga gua hahaha."
"Apasih lo ini lebay,"
"Sini gua tambahan lagi biar lebih bagus."
Kyeri mengambil buku tulis yang sedang aku gambar. Kyeri juga mengambil pensil yang ada di tangan ku dan ia pun mulai mengukirkan pensil itu ke buku.
Cukup lama Kyeri menggambar dan aku tidak boleh lihat sampai hasilnya selesai. Setelah selesai, aku melihat gambaran yang aku gambar tadi menjadi sempurna.
Gambar pemandangan desa dari balik rumah pohon dan juga ada pesawat kertas yang sering kami mainkan serta ada aku dan Kyeri di gambaran itu.
Gambaran itu tidak pernah aku buang malahan aku sengaja mengcopy gambaran tersebut dan ku pasangkan bingkai di dua gambar tersebut.
Gambaran asli ada di aku dan aku pasang di dinding kamar untuk mempercantik kamarku, sedangkan gambaran satunya aku berikan ke Kyeri untuk kenangan jika suatu saat nanti kami berpisah.
Tidak, tidak boleh. Kami tidak boleh berpisah dalam keadaan apapun. kami harus bersama selamanya karena Kyeri sudah berjanji padaku.
Bersambung...
..."Sebuah perpisahan itu menyakitkan, untuk ke dua belah pihak yang sudah bersama belasan tahun."...
...-Aku...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!