Cicilan Cinta Vio For CEO Arogan
Siraman Rohani
Vio
Bun, aku boleh pergi ke pesta ulang tahun Verly nanti malam, ya
Vio terus merengek kepada Bunda nya
Vio berdecak seraya mengikuti Ibu Tini, sang Bunda masuk ke dalam ruang tengah
Vio
Ayolah, Bunda! Please..
Ibu Tini
Sekali tidak, ya tetap tidak
Vio
Tapi, ini ulang tahun sahabat karibku, Bunda.
Vio
Tidak mungkin Vio tidak hadir di pestanya
Vio berjingkat dengan wajah terkejut, ketika sang Bunda meletakkan gelas berisi air putih secara kasar di atas meja. Hingga tumpah air dalam gelas.
Vio menelan saliva nya kasar dengan mata melotot ketakutan.
Ibu Tini
Sepertinya, Bunda harus segera memeriksakan telingamu ke dokter, Vio!
Vio mengerucutkan bibirnya mendengar perkataan sang Bunda.
Ibu Tini
Kalau tidak tuli! Kenapa bertanya berkali-kali
Dena mengangkat sebelah alisnya
Ibu Tini
Seharusnya kamu bisa mendengar perkataan Bunda, kan?
Ibu Tini
Tidak adil bagaimana?
Vio
Bunda tidak seperti ibu teman-teman Vio, yang mengijinkan anak nya datang ke pesta ulang tahun Verly
Vio
Mereka boleh pergi ke mana pun, juga mandiri
Vio
Aku kan sudah dewasa, Bunda!
Ibu Tini
Dewasa katamu, Vio!
Ibu Tini
Usia saja baru 18 tahun! Sudah bilang dewasa
Ibu Tini
Tidak ada tapi, kali ini!
Ibu Tini
Badan kamu aja yang bongsor! Tidak dengan pikiranmu
Terdengar langkah seseorang mendekati ke arah ruang tengah
Pak Zainal
Ini ada apa sih? Pagi-pagi sudah ramai seperti pasar sayur
Ibu Tini
Itu anak kamu yang bawel
Ibu Tini
Masih pagi sudah ngajak ribut Ibu
Mata Ibu Tini menunjuk ke arah Vio yang berdiri diam bersandar di dinding
Vio
Vio hanya minta ijin sama Bunda, Ayah.
Ibu Tini
Sudah jangan banyak protes Vio
Ibu Tini
Lama-lama Bunda getok pakai centong nasi kamu
Vio
Tuh kan, Bunda gak sayang sama Vio
Pak Zainal berjalan menghampiri Vio dan mengusap kepalanya
Pak Zainal
Sudah Vio, jangan membantah ucapan Bunda! Itu tidak baik
Vio
Tapi, Ayah. Ini pesta ulang tahun Verly sahabat karib Vio. Sahabat kental
Ibu Sutini melotot ke arah Vio
Pak Zainal
Sudah.. Sudah.. Masih pagi enggak enak didengar tetangga. Ribut-ribut
Ibu Tini
Ayah itu juga. Sekarang Lebaran Idhul Fitri juga sudah habis! Kenapa gak cari kerjaan lagi
Pak Zainal
Ayah sudah melamar pekerjaan ke sana ke mari. Hanya rezeki Ayah belum ada
Ibu Tini
Sabar, ya sabar. Yah! Tapi, dapur juga butuh uang biar terus mengepul
Ibu Tini
Perut butuh diisi juga
Giliran Pak Zainal kena omelan Bu Tini
Pak Zainal
Waduh.. Kalau Ibu Negara sudah kasih siraman rohani, mampuslah aku!
Bathin Pak Zainal menguman
Tiba-tiba suara dering yang melengking keluar dari ponsel Bu Tini. Mengagetkan tiga orang tersebut.
Ibu Tini
Siapa ya ini? Kok tidak ada namanya
Bu Tini hanya menatap layar ponsel nya, tak segera menggeser icon hijau.
Pak Zainal
Angkat dulu saja, Bu! Siapa tau itu informasi penting
Ibu Tini
Tapi ini tidak ada namanya, Ayah
Pak Zainal
Segera angkat, mungkin orang mau kasih rejeki pada kita
Ibu Tini
Ya sudah, Ibu angkat dulu
Vio
Dijawab Bunda, bukan diangkat
Ibu Tini
Sudah diam kamu, bawel!
Ibu Tini masih sempat mengomeli Vio, sebelum menjawab panggilan telponnya
Ibu Tini
Assalamualaikum, selamat pagi
Tante Wiwik
Wa'alaikumussalam, pagi juga
Ibu Tini
Dengan siapa ya, ini?
Tante Wiwik
Saya, mbak Wiwik. Teman Bu Rini, yang di jalan Anggrek
Ibu Tini
Bu Rini, siapa ya?
Tante Wiwik
Bu Rini, istrinya Pak Heru. Yang agen telur itu lho, Bu
Ibu Tini
Ohh, Bu Rini yang istrinya Pak Heru
Ibu Tini
Iya, ini ada apa. Ya? Mbak Wiwik menelpon saya
Tante Wiwik
Saya butuh tukang setrika di laundry saya
Tante Wiwik
Apa Bu Tini, mau?
Ibu Tini
Begini saja, mbak Wiwik kasih alamat rumahnya saja. Nanti saya ke sana
Tante Wiwik
okay nanti saya kirim alamat rumah saya
Setelah beberapa menit berbincang keduanya saling menutup panggilan
Anak Pintar
Malam hari di rumah keluarga Pak Zainal
Ibu Tini
Vio, boleh Bunda minta tolong
Setelah siang hari berkunjung ke rumah Mbak Wiwik yang memiliki sebuah usaha laundry, yang menawarkan jasa setrika pada Bu Tini
Akhirnya Bu Tini mensetujui perjanjian kontrak kerja antara Mbak Wiwik dengan Bu Tini
Vio
Tumben basa-basi, Bunda mau minta tolong sama Vio. Biasanya juga maksain perintah. (ledek Vio sambil menyemil kripik kentang yang ada di atas meja)
Ibu Tini
Viooo.. Kamu tuh sama Bunda, menyela terus. (kesal Bu Tini)
Vio
Kan Vio hanya becanda, Bunda. Jangan marah, ya. Nanti semakin keriput
Vio
Iya.. Iya, Bunda. Emang Bunda mau minta tolong apa pada Vio. (selidik Vio)
Ibu Tini
Tuan Muda Rayyan mau datang ke Surabaya. Dan menempati apartemennya
Ibu Tini
Bunda belum dapat orang pengganti Bunda buat bantu dia untuk bersih-bersih di apartemennya
Vio
Terus apa hubungannya dengan Vio, Bunda?
Ibu Tini
Bunda mau minta tolong sama kamu buat gantiin Bunda, untuk sementara waktu
Ibu Tini
Vio! Mulai besok Bunda sudah kerja di laundry Mbak Wiwik
Vio
Masa harus Vio, Bunda. (Vio mengerutkan keningnya, mendengar permintaan Bundanya yang aneh itu)
Ibu Tini
Cuma bersih-bersih pagi saja Vio! Jangan jadi pemalas
Vio
Berapa jam, Vio harus kerja di sana
Ibu Tini
Cuma sebentar, palingan jam sepuluh apa jam sebelas siang sudah pulang
Vio
Kenapa harus Vio sih, Bunda
Ibu Tini
Ya cuma kamu yang bisa bantu Bunda. Lagian daripada cuma bengong di rumah
Ibu Tini
Kamu kan belum mendapatkan pekerjaan Vio
Ibu Tini
Atau kamu saja yang bekerja di laundry Mbak Wiwik
Vio
Enggak mau Bunda (Vio semakin mengerucutkan bibirnya)
Ibu Tini
Jadi pilih yang mana ini
Vio
Ya sudah pilih bersih-bersih apartemen saja. Kali aja Tuan Rayyan jatuh cinta sama Vio
Ibu Tini
Ngomong apa kamu Vio
Ibu Tini
Jangan banyak berhayal. Kalau jatuh itu sakit
Vio
Sedikit berkhayal juga enggak apa-apa, Bunda. Kayak di novel-novel online itu
Vio
Cintaku ikutan tercicil kayak panci oleh CEO kang kredit (hahahaha.. Vio membayangkan sendiri sambil ngakak)
Ibu Tini
Hussh.. Anak gadis gak baik tertawa begitu malam-malam
Vio
Disangka mbak Kunti ya, Bunda
Vio
Tapi, jangan lama-lama di sana
Ibu Tini
Ya sampai Bunda dapat orang pengganti Bunda lah, Vio
Vio
Paling lama itu berapa hari? Berapa minggu? Berapa Bulan?
Ibu Tini
Bunda belum tau Vio
Vio
Kalau Bunda enggak tau. Vio bakalan di sana selamanya, Bunda
Vio
Sekalian saja jadi sekretaris pribadi nya gitu
Ibu Tini
Sekretaris pribadi apa, maksud kamu, Vio
Vio
Ya, jadi istrinya Tuan Muda Rayyan gitu, Bunda
Ibu Tini
Kapokk.. Maka nya mimpi jangan tinggi-tinggi
Vio
Main jitak kepala anaknya, lagi
Ibu Tini
Biar sadar kamu itu siapa
Vio
Kan Vio cuma becanda kali, Bunda
Ibu Tini
Becanda ada aturannya Vio
Ibu Tini
Maksud Bunda, ukur diri sendiri. Jangan melihat ke atas terus
Vio
Iya, kali ada Wali lewat. Terus terkabul ucapan Vio
Vio
Wali songo lah, Bunda. Masa iya wali murid
Vio
Ya sudah, deal ini. Jam berapa besok pagi Vio harus berangkat
Ibu Tini
Jam 5 pagi, kamu harus sudah berangkat dari rumah
Vio
Bunda, jam 5 pagi itu ayam saja belum makan. Masa iya, Vio sudah disuruh berangkat kerja. (Moyong itu bibir Vio semeter)
Ibu Tini
Anak gadis gak boleh malas. Nanti gak disukai mertua
Vio
Boro-boro mikir mertua. Pacar aja belum dapat selusin
Ibu Tini
Kau kira piring, selusin
Vio
Ya sudah, demi Ibu. Vio akan jalani ini semua. Daripada terkena siraman rohani kata Pak Zainal
Ibu Tini
Anak pintar.. Anak cantik
Ya Nasib
Keesokkan harinya. Pukul setengah lima pagi
Ibu Tini
(Bu Tini bernyanyi sereosa di pagi hari dengan kesal)
Ibu Tini
Ini anak, kalau sudah tidur seperti orang pingsan. Tidak mendengarkan suara apapun. Ngebo
Dengan terus bernyanyi di pagi hari bak radio rusak, hancur semua seisi rumah.
Pak Zainal
Ada apa, Bu. Pagi-pagi sudah bernyanyi dangdut koploan?
Pak Zainal mendekati Bu Tini yang hendak membuka pintu kamar Vio.
Dengan sabar Pak Zainal mengikuti langkah kaki Bu Tini.
Ibu Tini
Kalau belum diguyur air seember, gak bakalan bangun itu bocah sableng
Pak Zainal
Biar Ayah saja yang bangunkan Vio, sekalian suruh sholat shubuh dulu (Pak Zainal langsung memegang handle pintu kamar tidur Vio, sang putri pertamanya)
Ibu Tini
Ayah sih selalu memanjakan Vio. Dia itu sudah gede, Yah. Sudah harus tau tanggung jawab nya. Harus bisa mandiri
Pak Zainal
Iya, Bu. Ayah juga tau. Tapi, jangan terlalu memaksakan kehendak semua. Kasihan Vio
Ibu Tini
Itu.. Itu.. Yang Ibu tidak suka sama Ayah. Selalu membela Vio
Pak Zainal
Sudah cukup marah-marah nya. Tidak baik nanti bisa stroke
Pak Zainal berusaha bercanda dengan istrinya. Untuk mengalihkan kemarahan sang istri di pagi hari.
Pak Zainal
Vio.. Bangun nduk. Sudah pagi, ayo cepat mandi, sholat shubuh
Vio
Masih ngantuk Ayah (berpindah posisi sambil terus memeluk guling)
Pak Zainal
Sudah mau jam lima pagi, Vio (Pak Zainal, mengusap punggung Vio dengan lembut)
Vio
Tapi, Vio masih ngantuk Ayah (sambil tetap memejamkan matanya)
Pak Zainal
Bangun, cepat. Sebelum Ibu Komandan datang mengobrak-abrik kamar kamu Vio. Yang ada nanti perang dunia ke sekian kali tak bisa terhitung lagi (dengan sabar Pak Zainal berusaha membangunkan si sulung)
Srek.. Srek.. Srek.. Terdengar suara langkah orang berjalan mendekati kamar tidur Vio
Belum sempat Vio bangun dari tempat tidurnya sudah basah muka gadis berumur 18 tahun itu.
Pak Zainal
Astaghfirullahalazdim, Ibu!
Vio
Basah semua ini, kasur bantal guling Vio
Ibu Tini
Bangun! Tidur apa ngebo?
Pak Zainal ikutan basah kuyup kesiram air seember
Ibu Tini
Semalam disuruh tidur cepat malah asik main hp sampai pukul dua pagi
Vio
Siapa yang main hp sampai pukul dua pagi sih, Bunda
Ibu Tini
Ke Arab sana sekalian
Pak Zainal
Ngapain, Bu. Ke Arab? (tanya Ayah melongo)
Ibu Tini
Lihat unta beranak
Pak Zainal
Hussh.. Anak gadis gak boleh ngakak begitu ketawanya
Vio
Habis, Bunda. Ada-ada saja, Yah
Ibu Tini
Sudah, cepat bangun! Jangan malah ngakak. Mau diguyur air lagi? (hendak berjalan keluar mengambil air lagi)
Vio
Ampun, Komandaaaaaaan (Vio langsung bangun dari posisi baringnya dan lari kencang bak pelari internasional)
Setelah mandi dan bersiap diri. Vio sudah duduk di kursi meja makan dengan tenang
Sampai menunggu lima menit, namun yang ditunggu tidak nongol-nongol
Vio
Bunda! Mana sarapan Vio?
Ibu Tini
Buat sendiri, kamu kan sudah gede
Vio
Astaghfirullahalazdim, Bunda. Giliran buat sarapan, katanya sudah gede harus bisa buat sendiri. Tapi, kalau minta ijin pergi ke pesta Verly, katanya masih belum dewasa. Yang benar itu yang mana, Bunda? (Vio menopangkan tangannya ke dagu)
Pak Zainal
Yang benar dan maha benar adalah Bunda mu, Vio. Ibu Tini sebenar-benarnya
Ibu Tini
Maksud Ayah itu apa? Bicara seperti itu! Mau ditukar tambah!
Vio
Uuppsstt.. Kompor sudah semakin panas, bisa terkena semburan api lapindo ini. Kalau tidak segera ambil langkah seribu
Ibu Tini
Viooooo! Mau ke mana kamu?
Vio
Mau bangunin Via sama Vie dulu, Bunda. Buat berangkat sekolah
Ibu Tini
Ngeles aja terus! Sudah biar Bunda saja yang bangunkan. Kamu buat nasi goreng sana, buat sarapan kita semua
Bu Tini berjalan masuk dari dapur untuk membangunkan Via dan Vie
Vio
Ya nasib, mengapa begini juga jadi anak pertama
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!