1: Pertemuan Alice dan Bastian
Plak!
Satu tamparan mendarat mulus di pipi Bastian Alfaro, tunangan Alice. Alice, wajahnya memerah menahan amarah, menatap Bastian dengan tajam. "Brengsek! Kau tega sekali selingkuh di belakangku, dan kau wanita murahan!" serunya, suaranya bergetar karena amarah. "Kenapa kau tega padaku, kau keponakan ku. Kenapa kalian tega!" Alice menampar berulang-ulang kali pipi Bastian, tangannya gemetar karena amarah.
Bastian, wajahnya memerah karena malu dan sakit, menahan rasa sakit di pipinya. "Sudah cukup Alice! Aku tidak mencintai mu dan kita putus, detik ini juga, aku mencintai Kisya, dia sedang hamil anakku!" seru Bastian, suaranya sedikit meninggi, sambil merangkul Kisya dengan sangat mesra. Matanya menatap Alice dengan dingin, tanpa sedikitpun rasa bersalah.
Alice mendengar hal itu, langsung terdiam. Butiran-butiran bening mulai membasahi pipi mulusnya, ia tidak habis pikir mengapa orang yang disayang tega mengkhianatinya.
"Kenapa kau melakukan ini Bastian? Aku mencintai mu," ucap lirih Alice, suaranya bergetar, menahan tangis.
"Kau bicara kenapa? Karena kau tidak mau bercinta dengan ku, sedangkan Kisya dengan suka rela memberikan mahkota berharga miliknya," ungkap Bastian, suaranya terdengar sombong dan penuh kepuasan. Ia merangkul Kisya dengan mesranya, menunjukkan bahwa ia telah menemukan pengganti Alice.
"Sudahlah, jangan mengemis cinta seperti itu! Bibi Alice, apa kau sudah tidak laku lagi? Sampai seperti ini?" tanya Kisya, sambil tersenyum sinis menatap Alice. Matanya berbinar-binar, menunjukkan rasa puas dan kemenangan.
"Kau wanita murahan, setelah semua yang aku berikan kepadamu, dan juga ibumu, ini balasanmu?" tanya Alice, suaranya bergetar, menahan amarah. Ia mendekati Kisya, wajahnya dipenuhi amarah.
Bastian melihat Alice mendekati Kisya, ia langsung menghalang Alice.
"Sudah cukup Alice! Ayo sayang kita pergi dari sini. Ingat Alice, kita sudah putus!" seru Bastian, suaranya sedikit meninggi, sambil menarik tangan Kisya untuk pergi.
Namun, sebelum ia masuk mobil, langkahnya terhenti saat Alice berteriak.
"Pergilah Bastian, apa kau ingat mobil yang kau gunakan saat ini adalah mobilku? Satu lagi, sekarang aku akan mengambil semua surat-surat di rumahmu!" teriak Alice, suaranya bergetar karena amarah.
Gadis itu berlalu pergi karena ingin segera sampai rumah Bastian untuk mengambil surat-surat mobilnya.
Bastian memikirkan rencana agar mobilnya akan tetap menjadi miliknya, hingga satu rencana berhasil membuatnya tersenyum penuh kemenangan.
"Kenapa dengan mu sayang, kenapa sedari tadi kamu tersenyum?" tanya Kisya, menatap Bastian dengan penuh rasa ingin tahu.
"Ini adalah rencana kita sayang, untuk mendapatkan mobil ini," jawab Bastian, sambil membisikan rencananya kepada Kisya.
Kisya tersenyum bahagia, mereka saling berpelukan. Bastian menelfon seseorang.
Oke, berikut adalah revisi adegan telepon antara Bastian dan ayahnya, Kenan, dengan tambahan detail percakapan dan alasan Bastian:
📞Papa.
[Halo Pa, lagi di mana?]
[Di rumah, ini hari minggu. Ada apa Bas?]
[Tidak ada Pa, cuma mau ngasih tau, Papa coba mandi di kamar Bastian ya, semalam Bastian beli sabun baru, wanginya enak banget. Sabun aroma terapi, katanya bisa bikin pikiran tenang dan juga bisa bantu ngilangin penyakit Papa.] Bastian berusaha terdengar santai, tapi matanya berbinar-binar penuh rencana.
[Oh, ya sudah. Nanti Papa mandi di kamarmu ya. Kamu lagi ngapain, Bas?] Kenan terdengar sedikit penasaran.
[Enggak ngapa-ngapain Pa, cuma lagi ngobrol sama Kisya. Nanti kalau Papa selesai mandi, kita makan siang bareng ya.] Bastian berusaha meyakinkan ayahnya.
[Iya, nanti Papa ke bawah. Kamu jaga kesehatan ya, Bas.] Kenan terdengar sedikit khawatir.
[Iya Pa, siap. Bastian menutup teleponnya.]
Bastian tersenyum penuh kemenangan. Rencananya sudah matang. Ia ingin memanfaatkan situasi ini untuk membuat ayahnya menemukan bukti "mesum" di kamarnya, sehingga warga akan mengira Alice dan Kenan yang berbuat mesum.
Alice bergegas masuk, entah mengapa hatinya sedikit gelisah. Terlihat rumah Bastian begitu sepi, tidak seperti biasanya, ada para pelayan berlalu lalang.
"Ada apa ini? Kenapa rumah ini sangat sepi, ya," batin Alice, wajahnya dipenuhi kekhawatiran. Ia langsung menuju kamar Bastian, dan ia langsung mencari surat-surat mobil miliknya.
Saat ia tengah sibuk mencari surat mobilnya, mata gadis itu melihat Kenan, keluar hanya melilitkan handuk di pinggang. Kenan terkejut melihat keberadaan Alice di kamar putranya, sehingga ia langsung membetulkan handuk yang dikenakan.
"Aaahhh, maaf Om! Alice tidak tau kalau Om sedang mandi di sini," ucap Alice, sambil berbalik badan. Ia tidak berani memandang Kenan, dalam keadaan tidak memakai busana, walaupun pria itu mengenakan handuk.
"Oh, tidak apa Alice. Sedang apa kamu di sini? Bastian tidak ada di rumah," ucap Kenan dengan lembut, mencoba menenangkan Alice.
"Aku mencari surat-surat mobilku, Om. Bastian mengambilnya tanpa sepengetahuan ku," jawab Alice, suaranya terdengar lirih, matanya berkaca-kaca.
"Mobilmu? Kenapa Bastian mengambilnya?" tanya Kenan, wajahnya dipenuhi rasa heran.
"Dia bilang, mobil ini sudah menjadi miliknya. Aku tidak mengerti, Om. Aku benar-benar tidak mengerti," jawab Alice, suaranya bergetar, menahan tangis.
"Tenanglah, Alice. Om akan bantu kamu. Bastian itu anak muda, kadang-kadang dia suka bertindak gegabah. Om akan bicara dengannya," ucap Kenan, mencoba menenangkan Alice.
"Terima kasih, Om. Aku benar-benar bingung. Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi," jawab Alice, suaranya bergetar, matanya berkaca-kaca.
"Jangan khawatir, Alice. Om akan bantu kamu. Om akan bicara dengan Bastian," ucap Kenan, sambil menatap Alice dengan penuh perhatian.
Namun, belum sempat Alice menjawab, terdengar suara orang berteriak dari luar sangat keras, membuat gadis itu penasaran. Mereka langsung ke luar berdua.
Mata Alice dan Kenan saling menatap satu sama lainnya, saat melihat ramainya orang di depan rumah. Terlihat para warga sangat marah.
"Ini orang yang meresahkan warga di sini! Mereka, berani membuat kampung kita kotor! Juga telah berbuat mesum di sini!" ucap salah satu warga di sana, suaranya meninggi, wajahnya dipenuhi amarah.
"Tunggu Pak, ini salah paham, kami tidak berbuat mesum," jelas Alice, suaranya bergetar, mencoba menjelaskan.
Namun, warga sama sekali tidak mempercayainya, karena terlihat Kenan hanya menguntungkan handuk. Terlihat jelas mereka berbuat mesum.
"Mana mungkin kalian tidak berbuat mesum, lihat saja Pak Kenan, hanya mengenakan handuk dan kalian keluar dari kamar yang sama," ucap para warga, suaranya meninggi, wajahnya dipenuhi kemarahan.
"Sebaiknya, kita nikahkan saja! Mereka Pak RT!" seru para warga, suaranya meninggi, wajahnya dipenuhi kegembiraan.
Alice membulatkan kedua matanya. Sebab, ia akan dinikahkan dengan calon mertuanya.
"Pak RT, kami tidak berbuat mesum, ini Alice, dia calon menantu ku, mana mungkin aku menikahinya," sambung Kenan, suaranya sedikit gemetar, mencoba menjelaskan.
"Itu bukan urusan kami Pak Kenan! Sekarang, Bapak dan adik ini ikut kami ke rumah Pak RT," ucap para warga, yang sudah mulai emosi.
Alice hanya menangis, karena tidak bisa berbuat apa-apa lagi, saat semua warga membawanya ke rumah pak RT.
Kini mereka telah dibawa ke rumah Pak RT, dan mereka semua berkumpul di ruang tamu dengan keadaan tegang. Di sela-sela kejadian itu ada dua pasang mata yang sedang menyaksikan kejadian tersebut, dengan sangat bergembira.
Kini Alice sudah duduk di bangku yang bersebelahan dengan Kenan, mereka sedang menunggu kedatangan ayah Alice.
"Om bagaimana ini? Hiks ... hiks ... hiks," ucap Alice, suaranya bergetar, menahan tangis.
"Tenang saja Alice, percayalah pada om, sekarang berhentilah menangis," sahut Kenan, sambil mengusap air mata Alice yang terus berjatuhan.
Beberapa saat kemudian.
Tibalah ayah Alice, ya itu Azi Prananda, adalah sahabat Kenan dan rekan bisnisnya.
"Ayah ... hiks ... hiks ... hiks, bagaimana ini? Alice tidak berbuat mesum bersama Om Kenan," ucap Alice dalam isak tangisnya sambil memeluk sang ayah.
Namun, mata Azi tertuju pada Kenan, terlihat pria itu hanya menggunakan handuk. Membuat Azi sangat marah.
"Aku rasa ini tidak fitnah, anakku memang berbuat mesum." Batin Azi, wajahnya dipenuhi amarah.
"Bisakah kita mulai pernikahan ini Pak RT?" tanya Azi, suaranya terdengar dingin dan tajam.
Membuat Kenan dan Alice saling pandang karena mereka sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi saat ini.
"Aku tidak ingin menikah, apa lagi dengan Om Kenan." Batin Alice, wajahnya dipenuhi keputusasaan.
"Tentu saja bisa Pak. Silahkan Pak Kenan sebaiknya mandi terlebih dahulu, pakailah baju ini. Berganti bajulah di kamar," ucap Pak RT, sambil memberi baju berserta pakai dalamnya.
"Kenapa aku menikahi Alice? Aku sudah menganggapnya sebagai anakku sendiri." Batin Kenan, wajahnya dipenuhi rasa sedih dan kecewa.
"Terimakasih Pak RT," jawab Kenan, sambil bergegas mengambil baju tersebut.
Sebelum berganti baju, Kenan dan Alice mandi junub, karena semua warga takut mereka sudah berbuat mesum.
Setelah mereka selesai mandi, kini mereka sudah siap untuk melaksanakan pernikahannya.
Sah.
Sah.
"Alhamdulilah!" ucap para warga, suaranya penuh kegembiraan.
Setelah selesai, Alice tetap saja mengeluarkan air matanya. Setelah membaca doa bersama kini mereka berpamitan pulang ke rumah Kenan.
Azi begitu marah kepada Alice dan juga Kenan. Setelah mereka sampai di rumah Kenan, mereka duduk di ruang tamu.
"Kenan, aku sungguh kecewa padamu, apa yang kau lakukan pada putri ku? Sehingga kalian bisa di grebek warga!" seru Azi sambil menatap ke arah Kenan. Wajahnya dipenuhi amarah.
Alice hanya diam saja dengan pandangan kosong.
"Azi, ini hanya fitnah, kita sudah dua puluh tahun bersahabat, dan aku sudah menganggap Alice sebagai anak ku Zi, dia juga sudah bertunangan dengan Bastian bukan?" ucap Kenan, sambil menatap wajah Azi.
"Om, Ayah, tadi Alice bertemu Bastian, dia sedang bercumbu bersama Kisya, dan Ayah. Bastian juga memutuskan hubungan dengan Alice," ucap lirih Alice, suaranya bergetar, menahan tangis.
bersambung.
Azi dan Kenan saling pandang karena mereka sungguh tidak menyangka kalau Bastian berselingkuh.
"Alice, apa benar yang kamu katakan tadi?" tanya Kenan sambil duduk di hadapan Alice.
"Benar Om, buat apa Alice berbohong, karena itulah Alice masuk ke dalam kamar Bastian. Untuk mengambil surat-surat mobil yang Alice berikan ke pada dia," ungkap Alice.
Kenan memegang tangan Alice, dengan sangat lembut. Sebab, dia malu sang anak berselingkuh.
"Alice, maafkan kesalahan Bastian, om mohon," ucap Kenan.
Sambil menghapus air mata Alice yang terus-menerus berjatuhan, dengan sangat deras.
Azi hanya menatap ke arah Alice dan Kenan karena ia sedang memikirkan tentang hubungan sang anak dan sahabatnya akan seperti apa kedepannya?
Sebaiknya aku biarkan saja Alice dan Kenan menjalani pernikahan mereka, aku sangat mengetahui Kenan pria yang baik. Batin Azi.
"Alice sayang, kamu tinggallah di sini bersama suamimu, dan satu lagi jangan bercerai! Ayah tidak ingin kamu menjadi janda. Kenan adalah pria yang baik, ayah percaya pada pria ini bisa menjaga mu," ucap Azi sambil mengelus puncak kepala anaknya.
Kenan hanya terdiam, sungguh ia sedang dalam situasi yang salah saat ini. Pria itu berpikir bagaimana bisa Alice menerima dirinya sebagai suami, dengan usia yang terpaut sangat jauh. Alice yang baru berusia 20 tahun, sedangkan dia sudah berusia empat puluh tahun.
Apa Alice akan menerima ku sebagai suaminya? Apa yang akan ku katakan kepada Bastian nantinya? Batin Kenan.
"Zi, sebaiknya kami berpisah saja, aku tidak ingin membuat Alice tertekan," sambung Kenan.
Alice tersenyum. Sebab, saat ini ia sedang merencanakan sesuatu di dalam pikirannya.
"Om, Alice akan mempertahankan pernikahan ini. Alice percaya kepada Om," ucap Alice.
Membuat Azi dan Kenan terkejut. Sebab, gadis itu menerima pernikahan tanpa tekanan dan paksaan dari mereka.
Kenapa dengan Alice, mengapa dia menyetujui pernikahan ini? Batin Kenan.
"Alice, bicara saja kepada om, kalau kamu tidak tahan akan pernikahan kita, maka om akan melepaskan mu," sahut Kenan lirih.
Ini kesempatan bagiku, aku akan membuat Bastian cemburu kepadaku karena aku menikahi Papanya. Batin Alice.
"Tidak Om, kita jalani dulu pernikahan kita ini," jawab Alice dengan tersenyum.
Karena ada sesuatu yang di rencanakan olehnya, yang akan membuatnya sedikit lega dan bahagia bisa membalas dendamnya.
"Baik Alice, kalau kamu ingin pulang bersama Ayah mu om izinkan," tambah Kenan sambil menatap wajah Azi.
"Tidak Om, Alice ingin di sini saja!" jawab Alice.
Kemudian, ia menatap ke arah ayahnya, dan tersenyum agar sang ayah bisa mempercayai kalau dia benar-benar menerima pernikahan ini.
"Oh iya Ayah, bisakah barang-barang Alice diantar ke sini?" tanya Alice sambil menatap bola mata Ayahnya.
"Baiklah sayang, besok ayah akan menyuruh supir kita untuk mengantarkannya, ayah pulang ya sayang," jawab Azi, sambil mencium kening Alice.
Setelah kepergian Azi, kini tinggal Alice dan Kenan, mereka benar-benar sangat canggung saat ini. Sebab, sudah menjadi suami-istri.
Mengapa aku sangat canggung saat ini? Padahal, sebelumnya sering berdua bersama om Kenan? Batin Alice.
"Euum Om,"
"Alice."
Kenapa dengan diriku? Padahal, aku sering melewatkan waktu bersama dengan Alice berdua dulu. Batin Kenan.
"Eh, Om duluan saja," ucap Alice pelan, sambil menatap ke arah lantai karena ia merasa canggung.
"Kamu saja duluan sayang," sahut Kenan.
Ya, sudah dari pertama bertemu Alice ia selalu memanggilnya dengan sebutan sayang sampai sekarang.
Mereka tersenyum. Namun, ada dua orang datang duduk dihadapan mereka membuat Kenan terkejut melihat kedatangan kedua pasangan itu.
"Papa," panggil Bastian sambil merangkul Kisya.
"Papa sudah tau semuanya dari Alice, kamu tega berselingkuh dengan wanita itu! Padahal, kalian tahu, papa sangat menyayangi Alice!" seru Kenan.
"Tapi, apa yang Papa lakukan sampai menikah, dengan Alice?" jawab Bastian dengan pertanyaan, yang membuat pria itu bungkam.
Kenan hanya terdiam, bagaimana anaknya bisa tahu ia dan Alice menikah tadi dalam benaknya.
Dasar laki-laki murahan, dia belum tau kali Kisya suka celup sana sini. Aku sumpain secepatnya dia dapat karma! Batin Alice.
"Darimana kamu mengetahui hal ini?" tanya Kenan sambil menatap wajah anaknya.
Bastian tersenyum simpul, sambil menatap ke arah Alice yang ada di hadapannya.
"Kami melihat Papa di bawa oleh warga, dan mengetahuinya. Papa, aku merasa sangat di rugikan," ucap Bastian.
Membuat Alice merasa bingung dari segi mana dia di rugikan. Padahal, ia yang dirugikan oleh pria itu.
"Maksud kamu apa Bas, papa tidak mengerti?" tanya Kenan sembari memijit kepalanya karena merasa pusing.
"Aku ingin Alice membayar ganti rugi, karena sudah menikah dengan Papa," jawab Bastian, sambil tersenyum simpul kepada Alice.
"Dasar kau laki-laki brengsek! Apa yang kau inginkan ha, katakan!" bentak Alice yang sudah terpancing amarahnya.
"Sabar, jangan marah-marah seperti itu Ibu tiri," ucap Bastian sambil menatap Alice dengan senyuman sinis.
"Katakan Bastian, apa yang kamu mau, akan papa berikan pada mu," sambung Kenan.
Pria itu merangkul Alice agar dia tidak kalut dalam emosi. Sebab, ia tahu bagaimana dengan sikap calon menantunya.
"Aku ingin menikahi Kisya, karena saat ini dia sedang mengandung cucu Papa, dan aku ingin mobil yang Alice berikan kepada ku," jawab Bastian.
Alice sudah benar-benar emosi dibuatnya, dan Kenan tetap merangkul Alice agar ia tetap tenang.
"Baiklah, besok kalian akan papa nikahkan. Oh ya, Alice biarkan mobil itu ya, om akan membelikan mu yang baru apa kamu setuju sayang?" ucap Kenan yang menatap wajah Alice.
"Baiklah Om, bisa kita masuk ke dalam kamar Om? Kepala Alice sangat pusing," ucap manja Alice.
Kenan menganggukkan kepala, dan membawa Alice ke dalam kamar miliknya.
Setelah kepergian Alice dan Kenan, barulah Kisya mulai bersuara karena sedari tadi ia hanya diam tidak bersuara sedikitpun.
"Bagus sayang, rencana kita berhasil, dan mereka tidak curiga sama sekali," ucap Kisya sembari memeluk Bastian.
"Iya sayang, kamu tenang saja! oh ya, mobil ku sekarang menjadi milik mu, apa kamu menyukainya?" tanya Bastian yang menatap wajah Kisya.
"Aku sangat menyukainya sayang, I Love you."
Kisya mencium Bastian dan mereka mengeluarkan sisi nakalnya.
Bastian mengajak Kisya masuk ke dalam kamarnya, dan mereka mulai melakukan olahraga panas dengan bersemangat.
**
Di sisi lain Kenan dan Alice.
Setelah mereka memasuki kamar, Alice terdiam mematung karena merasa sangat canggung berada berdua bersama Kenan.
Sebelumnya mereka sangat dekat tidak ada rasa canggung seperti saat ini, akan tetapi. Kini sudah berbeda pikir Alice.
"Mengapa hanya diam saja sayang?" tanya Kenan yang mulai mendekati Alice yang masih berada di depan pintu.
"Ah, ya Om. Alice ingin beristirahat sejenak," ucap Alice yang bergegas naik ketempat tidur Kenan.
"Tidurlah, Om juga ingin beristirahat," sahut Kenan.
Pria itu mulai membaringkan tubuhnya di samping tubuh Alice, sontak Alice terkejut akankah mereka tidur berdua pikirnya.
"Om, kita akan tidur satu ranjang?" tanya Alice yang memandang wajah Kenan.
"Tenang saja sayang, om tidak akan menyentuh mu, percayalah." Kenan mengelus-elus rambut Alice hingga berantakan.
Alice hanya tersenyum, ia tidak membayangkan bahwa akan menikahi calon mertuanya.
Alice berencana akan memanas-manasi Bastian karena saat ini ia adalah ibu tiri mantannya tersebut.
Maafkan Alice Om, bukan maksud Alice mempermainkan perasaan Om, tetapi sakit hati ini masih sangat sakit ... Batin Alice.
Perlahan Alice sudah mulai tertidur, sedangkan Kenan hanya sibuk dalam pikirannya.
Mengapa jadi seperti ini, aku sangat menyayangi Alice sebagai anak ku. Bukan sebagai istri ku, entah apa yang akan terjadi kedepannya? Batin Kenan.
Beberapa saat kemudian, mereka berdua saling tertidur pulas, hingga tidak menyadari saat ini sedang berpelukan.
...****************...
.
.
.
Bersambung.
Hay, teman-teman jangan lupa untuk.
Tinggalkan jejak teman-teman semua Like Vote Favorit Komennya.
Kalau ada saran dan kritikan Komen saja Love You Semua.😚
Malam hari telah tiba, Alice belum juga terbangun dari tidurnya dan ia masih asik dalam alam mimpinya.
Perlahan Kenan mulai membuka matanya dan ia sungguh sangat terkejut melihat sedang memeluk Alice.
"Ya ampun, mengapa aku memeluk Alice? " ucap Kenan.
Pria itu perlahan melepaskan pelukannya. Namun, Alice terbangun karena gerakan tangan Kenan.
Alice sangat terkejut ia lupa kalau saat ini ia sudah menikah dengan Kenan hingga ia berteriak.
"Aaahhh! Kenapa Om ada di kamar Alice?" teriak Alice.
Gadis itu langsung memeriksa-memeriksa tubuhnya, dan ternyata bajunya masi utuh.
"Kenap kamu berteriak Alice? Ini kamar om," ucap Kenan.
Pria itu beranjak dan berlalu masuk ke dalam kamar mandi. Sebab, dia ingin membersihkan diri.
"Eh, ya ampun, aku lupa tadi siang, 'kan aku menikah sama om Kenan," ucap Alice sambil menepuk keningnya.
Gadis itu segera bangun dan membersikan tempat tidur. Sebab, ia sudah terbiasa dari dulu, bila bangun tidur harus membersihkan ranjang.
Alice menunggu Kenan ke luar kamar mandi, dan ia bermain ponselnya terlihat di aplikasi WhatsApp, Bastian memposting poto bersama Kisya yang bertuliskan.
Otw besok nikah, minta doa temen-teman semuanya ya.
Begitu sakit rasanya hati Alice, ia tidak menyangka akan jadi seperti ini. Padahal, kemarin mereka masi baik-baik saja.
Alice sangat terkejut melihat Kenan berada di hadapannya, terlihat pria itu hanya melingkarkan handuk di pinggang suspeknya.
"Apa yang kamu pikirkan sayang, kenapa melamun?" tanya Kenan.
Kemudian, ia mengambil baju santai dan segera ingin mengenakannya.
"Tidak ada yang Alice pikirkan kok Om," jawab Alice.
Gadis itu segera masuk ke dalam kamar mandi, karena ia sangat malu melihat Kenan akan mengenakan pakaian, tepat di hadapannya.
*
*
Kenan sudah rapi, mengenakan pakaian santai, terlihat ia sangat muda di usia yang sudah tidak muda lagi.
Kenan menunggu Alice ke luar dari kamar mandi. Sebab, ingin mengajak gadis itu makan malam, tak berselang lama Alice berteriak.
"Om, apa boleh ambilkan handuk Alice lupa bawa!" teriak Alice dari sebalik pintu yang sedikit di buka.
Kenan yang mendengar langsung mengambilkan handuk dari dalam lemari, lalu berjalan menuju kamar mandi, dan berdiri di samping pintu lalu memberikan handuk pada Alice.
Ceklek!
Alice ke luar hanya mengenakan handuk yang hanya menutup dada sampai lututnya, sehingga Kenan yang melihat langsung menelan salivanya dalam-dalam.
"Om, Alice lupa tidak bawa baju apa boleh Alice pinjam baju Om?" tanya Alice pelan, dan mulai mendekati Kenan.
"Sebentar, om ambilkan kaus dulu," sahut Kenan.
Pria itu berjalan menuju lemarinya, dan ia mengambil kaus dan juga celana pendek miliknya.
"Ini pakailah, besok om akan membelikan mu baju bagaimana?" tanya Kenan sembari memberi bajunya kepada Alice.
"Terimakasih Om, tidak perlu membeli baju baru besok ayah sudah mengantarkan baju Alice ke sini," tolak Alice, sambil mengambil baju dan celana Kenan.
Gadis itu masuk ruang ganti baju, dan mulai berganti baju dengan perlahan.
Setelah selesai, Alice ke luar perlahan mendekati Kenan, dan gadis itu terlihat begitu s e k s i di mata Kenan
Kaus yang di kenakan Alice terlihat kebesaran hanya mencapai lututnya, membuat Kenan menelan salivanya dalam-dalam.
Kenan sudah sepuluh tahun menduda karena ia belum bisa melupakan almarhum istrinya, dan sampai sekarang belum ada yang bisa merebut hati pria itu.
"Om," panggil Alice, sambil duduk di bibir ranjang.
Sebab, ia ingin mengatakan kalau saat ini tengah lapar. Namun, sedikit malu untuk mengungkapkan.
"Iya sayang, ada apa? Katakanlan!" ucap Kenan dan ia mendekati Alice.
"Alice lapar Om, pengen makan sekarang," rengek manja Alice.
Karena ia dari dahulu memang sudah manja pada Kenan, tidak canggung lagi bermanja-manja pada pria itu.
"Oh, Alice lapar? Ayo kita ke luar, pasti bik Iyem sudah masak makan malam," ucap Kenan sambil menarik tangan Alice.
dan mereka ke luar kamar menuju meja makan. Sesampainya di meja makan, Alice melihat makanan sudah tersaji berbagai macam makanan ada di sana.
Alice duduk di hadapan Kenan, dan mereka mulai memakan makanan yang ada di meja.
Pada saat itu juga, Bastian menghampiri mereka membuat Alice kehilangan nafsu makannya.
"Hay Pa, hay Alice, ayo kita makan bersama-sama," ucap Bastian langsung duduk di samping papanya.
Alice langsung menghentikan aktifitas makannya.
"Om, Alice sudah selesai makan Alice masuk ke dalam kamar dulu," ucap Alice sambil berlari masuk ke dalam kamar Kenan.
"Kamu makan sendri dulu Bas, tidak apa, 'kan?" ucap Kenan, dan ia beranjak dari duduknya.
Kenan mengambil nampan dan mengisinya dengan nasi dan juga lauknya ada juga beberapa buah, ia letakan untuk Alice nantinya.
"Tidak apa Pa, mungkin Alice belum memaafkan Bastian," sahut Bastian dan ia mulai mengisi piringnya dengan lauk pauk.
"Ya sudah, papa ke kamar dulu. Kasihan Alice belum makan," ucap Kenan yang meninggalkan Bastian sendiri di sana, dan ia bergegas menuju kamarnya.
Kenan masuk dan melihat Alice menatap ke arah jendela dengan pandangan kosong. Sebab, hatinya tengah sakit mengingat kembali wajah sang mantan.
Pasti hatinya sangat sakit melihat Bastian, maafkan om sayang, telah membuat mu dalam situasi seperti ini. Batin Kenan.
"Sayang kemari lah, om bawakan makanan untuk mu, ayo makanlah tadi Alice tidak menghabiskan makanan bukan?" tanya Kenan sambil meletakan nampannya di meja depan sofa.
Alice mendekati Kenan dan memeluk Kenan.
"Terimakasih Om, sudah menyayangi Alice dari masih kecil sampai sekarang," ucap Alice dan ia melepas pelukannya, kemudian duduk di samping Kenan.
"Om dari dulu selalu menyayangi Alice bukan?" sahut Kenan dan ia mulai menyuapi Alice sampai makanan habis tidak tersisa.
Setelah selesai makan, Alice dan Kenan berbaring mereka melihat film kesukaan Kenan.
"Om, bolehkah Alice bertanya sesuatu?" tanya Alice saat mereka sedang menonton film.
"Tentu saja, tanyakanlah," jawab Kenan yang tengah asik melihat film kesukaannya.
"Om, mengapa sifat Om dan Bastian berbeda, Om orangnya penyayang, sedangkan Bastian dia brengsek," ucap Alice.
Sambil menatap wajah Kenan, kalau di lihat dari dekat mereka tidak memiliki kemiripan sedikitpun.
"Sifat manusia, 'kan. Berbeda-beda sayang, kamu juga begitu, ayah mu dan kamu juga berbeda, 'kan?" jawab Kenan sembari menatap wajah Alice.
Jangan sampai Alice tau yang sebenarnya. Batin Kenan.
"Euum, benar juga ya Om, Alice sangat jauh beda dengan ayah," sahut Alice, sambil cengengesan akan jawabannya sendiri.
Mereka masi terlalu asik menonton sampai tidak melihat jam kini sudah pukul 00.00 dan Kenan belum tertidur, ia masi asik menonton sedangkan Alice ia sudah tertidur dengan nyenyak.
Kenan melihat Alice sudah tertidur ia mengambilkan selimut lalu menutupi tubuh Alice menggunakan selimut, lalu ia menatap Alice dengan tatapan sedih karena ulah anaknya.
Yang dikatakan Alice memang benar, aku tidak memiliki kemiripan. Sebab, aku hanyalah ayah sambung. Batin Kenan.
Tak terasa Kenan ikut menidurkan tubuhnya, di sampai tubuh Alice, dan kini tanpa sadar gadis itu memeluk sang suami seperti ia sedang memeluk guling.
"Eh, kok empuk banget ya gulingnya, nyaman lagi kalau di peluk kayak gini," ucap Alice yang berbicara dalam tidurnya.
Kenan yang memperhatikan Alice hanya bisa tersenyum, karena ia di kira guling oleh istri kecilnya.
...****************...
.
.
.
Bersambung.
Hay, semua jangan lupa tinggal jejak kalian, Author sangat mengharap dukungan dari teman semuanya.
Jangan lupa untuk Like Vote Favorit komen, dan beri hadiah sebanyaknya.
I Love you semua.😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!