NovelToon NovelToon

The Man In The Shadow

Blurb & Disclaimer

Warning: genre besar cerita ini adalah romantis, tapi dikemas dalam penuturan yang mengandung action, misteri dan juga unsur mafia. Jangan mengharapkan alur yang cepat, karena cerita ini lebih menekankan pada pengembangan karakter, latar belakang dan alasan masing-masing tokoh dalam melakukan sesuatu. Jadi, silahkan dinikmati dengan santai sambil makan pisang goreng ❤️

Apa yang terjadi, ketika dua orang yang tidak seharusnya bertemu ternyata bertemu?

Apa yang terjadi ketika dua keluarga taipan berbeda negara, yang seharusnya tidak bersinggungan ternyata harus saling bersilangan karena takdir?

Dan apa yang terjadi, jika salah satu dari mereka ternyata sangat mencintai satu yang lainnya?

Selama bertahun-tahun, seorang pria telah sangat mencintai seorang wanita. Lelaki itu bersedia untuk mempertaruhkan segalanya, termasuk nyawanya sendiri. Dan ini bukannya ia lakukan tanpa alasan. Hal ini ia lakukan karena ia merasa bersalah dan juga sangat berhutang budi padanya. Hutang budi itu bukanlah sesuatu yang bisa dibayar dengan menggunakan materi dan bahkan, nyawanya sendiri pun tidak akan pernah cukup untuk membayarnya.

Bertahun-tahun ia mencari, dan berkali-kali pula ia gagal. Sampai pada suatu waktu, ia akhirnya menemukan wanita itu. Ia akhirnya menemukan wanita yang dicintainya. Dan perjuangannya tidak berhenti sampai di situ, karena ada banyak hal yang harus dilakukannya untuk mendapatkan wanita pujaannya.

Perjuangannya akan penuh dengan darah dan juga air mata. Karena apa yang diinginkan oleh lelaki itu adalah sesuatu yang sangat mustahil terjadi. Wanita itu tidak akan pernah menjadi miliknya, sampai kapan pun. Dan sang pria pun telah menyadarinya. Sedari awal.

Tapi bukanlah motto keluarganya untuk menyerah. Pria itu telah dibesarkan dan memiliki prinsip, bahwa ia tidak akan pernah melepaskan sesuatu.

Dan ia tidak akan pernah melepaskan wanita ini, sebelum ia mati!

OST. Boys Noise - Simon James, Jemma Cooke, Glenn Herweijer, Ben Summer

***

Karya ini mengandung sedikit kekerasan dan juga bahasa yang kasar. Harap bijak dalam membaca dan tidak menjadikannya sebagai patokan dalam kehidupan sebenarnya. Semua bahasa yang dipergunakan dalam karya ini, bukan untuk digunakan dalam konteks pergaulan sehari-hari.

Segala istilah atau pun metode yang dipergunakan dan dideskripsikan hanya untuk keperluan penceritaan yang sifatnya fiksi. Jangan dijadikan sebagai sumber referensi atau acuan, dan silahkan mencari sumber yang valid dan terpercaya, bila menghadapi situasi yang mirip atau serupa.

Cerita ini menggunakan alur maju-mundur dan cukup banyak flashback. Silahkan membaca dengan santai dan dinikmati penceritaannya, karena ini adalah cerita yang santai meski ada unsur serius di dalamnya.

Selamat membaca dan menikmati perjalanannya. Semakin seru membaca sambil mendengarkan musik yang direkomendasikan. Dan silahkan masukannya, untuk membuat karya ini dapat menjadi lebih baik.

Arrivederci!

***

DISCLAIMER!

Jika ada kesamaan nama tokoh, karakter atau alur cerita dengan karya lain atau pun kondisi yang sebenarnya, maka itu semua hanya kebetulan dan tidak disengaja.

Author sudah membaca dan menonton ratusan, mungkin ribuan film, drama, novel baik dari karya anak bangsa maupun luar, online maupun offline, sehingga adanya kemiripan dari beberapa referensi yang sudah di baca adalah hal yang sulit untuk dihindari.

Sedapat mungkin Author tidak mengambil bahan atau referensi dari karya seni apapun secara spesifik. Dan karya ini adalah murni dari pemikiran sendiri, dan dalam prosesnya sama sekali tidak ada studi yang secara khusus dilakukan.

Apabila ada yang merasa berkeberatan dengan karya ini, maka harap dapat menyampaikannya dengan baik dan disertai dengan dasar yang kuat, karena Author pun secara terbuka bersedia untuk menerima masukan dan kritik, yang sifatnya membangun.

Adanya kritikan yang bersifat SARA atau pun mem-bash dan menyerang secara langsung atau pun tidak langsung, tidak akan pernah ditanggapi karena tidak akan ada gunanya.

Dan seperti umumnya, setiap karya adalah buah pemikiran dari penciptanya. Mari saling menghargai karena karya seni adalah untuk dinikmati dan bukan untuk dijiplak seperti kertas fotocopy. Wokay, cekidot ❤️

Terima kasih dan selamat membaca.

***

Chapter 1 - The Beginning

Dalam kegelapan lorong yang sepi, tampak dua siluet tubuh pria yang saling berhimpitan. Tampak salah satu dari mereka berusaha untuk melepaskan diri dari yang lain. Tapi apa daya, kekuatannya jauh di bawah yang lain dan pada akhirnya, tubuh itu pun merosot lemah dan jatuh ke bawah.

Pria yang ada di atasnya tampak semakin menarik seutas tali yang digenggamnya erat, dan setelah memastikan bahwa sudah tidak ada pergerakan dari orang di bawahnya, barulah ia melepaskan tali tersebut. Tampak ia merogoh salah satu sakunya dan mengeluarkan sebuah lighter. Dengan petikan kecil, api yang keluar langsung membakar tali tersebut. Menghilangkan bukti dalam sekejap.

Bangkit dari posisinya, tadinya pria itu merasa bahwa misinya sudah berjalan lancar. Ia juga sudah mengantongi external hard drive yang diambilnya dari saku pria yang terbujur tersebut. Namun baru saja ia akan melangkahkan kaki, tiba-tiba terdengar suara desingan peluru dari suatu penjuru. Timah panas itu bersarang di salah satu bahunya tanpa bisa dihindari, membuatnya langsung mundur dan menabrak dinding di belakangnya dengan keras.

Dari ujung lorong, tampak bayangan seseorang berjalan mendekat. Sepintas, tampak kepulan asap panas yang keluar dari moncong besi yang sedang di pegangnya. Terdengar suara halus dengan nada tinggi.

"Kau siapa?"

Tidak menjawab, pria yang tertembak malah membalikkan badannya dan berusaha untuk melarikan diri. Orang yang memegang senjata langsung melayangkan tembakan berkali-kali dari pistol berperedamnya, yang sayangnya tidak memberikan hasil berarti. Peluru itu malah nyasar ke beberapa tempat karena situasi yang gelap, dan sasarannya dengan segera melarikan diri.

"S*alan!?"

Tergesa, si penembak menyusul langkah kaki buruannya namun apa daya, hanya kegelapan malam pekat yang mampu ditangkap oleh matanya. Jembatan tempatnya berpijak sangat gelap dan hanya berpenerang lampu jalan yang remang-remang. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan, namun hanya tampak beberapa orang yang berjalan dengan tenang dan tidak mempedulikan dirinya.

Menggertakan giginya, orang itu menyembunyikan senjatanya dalam mantel panjangnya. Perlahan, ia melangkah ke arah jembatan dan melongok ke bawah. Pemandangan di bawahnya hanya menampilkan air sungai yang tenang, dan hanya ada beberapa kapal kecil yang tampak tidak menunjukkan aktivitas yang berarti. Memutuskan tidak ada gunanya mencari lagi, akhirnya ia memutuskan kembali ke lorong gelap tadi.

Sesampainya di sana, ia langsung berjongkok dan membuka sarung tangan kulitnya. Jari-jemarinya langsung memeriksa nadi pria yang masih tidak bergerak di bawahnya. Saat meraba kulit leher pria tersebut, tersungging senyum sinis di bibirnya yang tipis. Matanya menyala terang.

Memakai kembali sarung tangannya, ia mulai memeriksa tubuh pria tersebut dan ketika tidak menemukan yang dicarinya, kakinya menendang dengan kuat perut orang di bawahnya. Beberapa kali. Ia benar-benar merasa sangat marah dan kesal sekarang.

"Arghhh..." Terdengar lirihan penuh kesakitan dari orang yang masih terbaring itu.

Dengan tenang, orang bermantel tersebut mengeluarkan senjatanya. Memeriksa sisa pelurunya santai. Saat ia sedang mempersiapkan dirinya, pria di bawahnya mulai tersadar dari pingsannya karena tendangan tersebut. Kedua matanya membuka dengan lemah dan sorot pengenalan terlihat dari wajahnya.

"Kau..."

Salah satu kaki orang itu menendang dan menginjak kencang d*da pria di bawahnya, membuatnya merasa sesak dan tidak bisa bernafas. D*danya terasa sangat sakit dan tangannya yang lemah memegang kaki orang di atasnya, berusaha menyingkirkannya dengan sia-sia saja.

"Ugh..."

Sambil menyeringai sinis, orang di atasnya mengarahkan moncong senjatanya pada kepala pria malang itu. Dan tanpa jeda waktu, sebutir timah panas telah bersarang dengan suara pelan di antara kedua matanya yang membelalak lebar, meninggalkan jejak sebuah lubang kecil yang mulai mengalirkan cairan gelap.

Tidak puas, orang itu masih menembak tubuh pria yang sudah tidak bergerak itu, dan membuat tubuh itu beberapa kali terloncat karena hentakan peluru yang keras. Tembakan itu menunjukkan rasa marah dan frustasinya, karena benda yang dicarinya tidak ditemukan dalam tubuh orang di bawahnya.

"Dasar orang tidak berguna...!" Terdengar desisannya yang rendah seperti ular.

Sama sekali tidak disadarinya, bahwa tindakannya tersebut dilihat dan direkam oleh seseorang. Sambil bergelantungan di jembatan, pria yang tertembak tadi berhasil mengambil gambar video orang yang ada di lorong dan dengan hati-hati menyimpan semua barang-barang elektroniknya dalam sebuah tas khusus. Ia pun segera menyembunyikannya di sebuah tempat di bawah jembatan tempatnya bersembunyi tadi.

Kedua matanya mulai berkunang-kunang dan tanpa mampu dicegahnya, tubuhnya meluncur dengan kepala lebih dulu ke dalam sungai di bawahnya. Ia telah jatuh dari ketinggian hampir 8 meter dari tempatnya berpijak, menimbulkan suara percikan air yang cukup keras dalam kesunyian malam itu.

Mendengar suara itu, si penembak segera sadar dan langsung lari ke arah jembatan kembali. Kepalanya melongok ke bawah dan tampak sebuah speedboat yang tampak sedang bergerak pelan ke bawah jembatan. Orang yang ada di atas speedboat terlihat melemparkan sesuatu seperti barang yang berat atau semacamnya, menimbulkan percikan dan suara air yang keras di permukaan.

Memperhatikan beberapa saat, orang bermantel itu akhirnya memutuskan untuk segera pergi dari TKP. Tampaknya cukup berbahaya kalau ia terlalu lama berada di tempat ini. Tidak lama, terdengar suara deru mesin mobil yang meninggalkan lokasi, membuat suasana menjadi hening kembali.

Orang yang sedang berdiri di atas speedboat menengadah ke atas dan setelah melihat bahwa sosok yang memperhatikannya tadi telah pergi, barulah ia melemparkan jangkar ke dalam sungai dengan pelan.

Dengan menggunakan senter, ia mencari-cari sesuatu yang ada di dalam air yang gelap itu dan menemukan sesuatu yang mengapung ke permukaan. Tampak sosok seseorang yang berusaha untuk mempertahankan posisinya, namun sepertinya orang itu sudah tidak kuat lagi. Tubuhnya terlihat mulai tenggelam kembali.

Dalam kondisi dilematisnya, akhirnya orang tersebut memutuskan untuk terjun ke dalam air. Dan tidak lama, sosok kecil itu mengangkut tubuh lain yang jauh lebih besar darinya. Susah payah, ia menarik tubuh besar itu dengan bantuan katrol dari kapalnya dan membaringkannya di lantai speedboat. Untungnya body kapal itu dirancang untuk dapat dilepas-pasang, membuatnya cukup mudah untuk menarik sesuatu dari dalam air.

Meletakkan telinganya di d*da pria di bawahnya, ia akhirnya mulai memberikan bantuan CPR secara konstan. Ia pun menyalurkan nafas buatan pada orang tersebut dan setelah beberapa lama, pria itu mulai batuk-batuk dan mengeluarkan air dari mulutnya.

Si pengemudi kapal yang ternyata seorang wanita memperhatikan, meski pria itu telah bisa bernafas tapi ia kemudian pingsan kembali. Hal ini membuatnya mengernyitkan alis dan baru menyadari, ada cairan gelap yang mulai merembes di bawahnya.

"Ya Tuhan..."

Ia baru menyadari kalau ia telah menyelamatkan seorang pria yang tertembak. Jantungnya berdebar keras, tahu bahwa ia akan dapat terkena masalah kalau terlalu lama membiarkan orang ini di kapalnya. Dan ia juga sadar, kalau pria ini memang diincar oleh seseorang. Seseorang yang tadi mengintainya dari atas jembatan.

S*alan!

Wanita itu sama sekali tidak mau terlibat dengan apapun saat ini, tapi malah menjadi saksi sebuah peristiwa yang sudah selama 3 tahun ini dihindarinya.

Kesal, wanita itu menggertakan giginya dan mulai membuka jaket pria tadi. Ia juga membuka kemeja hitamnya dengan paksa, menampilkan d*da bidang di bawahnya. Di bagian kanan atas, dekat bahu tampak luka yang terbuka dan masih mengeluarkan darah segar.

Sambil menekan luka yang terbuka itu dengan kain seadanya, ia menghubungi seseorang lewat ponselnya.

"Michele? Aku butuh bantuanmu sekarang."

Chapter 2 - First met

Satu tahun kemudian. Di sebuah apartemen di kota NY. Amerika.

"Selamat malam."

Orang yang disapa hanya memandang sekilas dan mengangguk singkat. "Selamat malam."

Tepat ketika wanita itu akan melangkah memasuki apartemennya, si penyapa kembali berbicara. Suaranya terdengar serak dan sangat berat. "Saya baru pindah 2 hari lalu. Di kamar sebelah Anda."

Informasi yang tidak penting itu membuat si wanita berhenti dan perlahan menolehkan kepalanya.

Tampak di depannya sosok seorang pria tinggi. Rambutnya yang berwarna cokelat gelap tampak acak-acakan. Ia juga memiliki jenggot yang cukup tebal, menyembunyikan bentuk mulut dan menutupi pipinya. Hidungnya tampak mancung dan kedua mata gelapnya, memancar tajam. Ia mengenakan kacamata berbingkai tebal, yang bertengger di hidung bangirnya.

Kedua alis sang wanita berkerut dalam dan pandangannya mulai turun, memperhatikan keseluruhan penampilan pria di depannya.

Kemeja pria itu tampak kebesaran di badannya, menyembunyikan bentuk tubuhnya. Tapi wanita itu bisa melihat kalau kedua kaki pria yang berbalut jins itu tampak kuat. Ia juga mengenakan sepasang sepatu boots berwarna hitam yang tampak kotor. Tampak bahan seperti tepung berwarna putih, menghiasi celana jins dan juga sepatunya.

"Hmm..." Tidak mau berbasa-basi dan mulai curiga pada pria di depannya ini, si wanita hanya menyahut singkat dan tidak berselera untuk mengobrol lebih jauh.

"Ah... Maaf, kalau penampilan saya seperti ini. Saya bekerja di toko roti di seberang apartemen ini."

Terlihat kalau berita itu cukup mengejutkan si wanita. Toko itu memang baru 3 bulan ini buka kembali tapi karena rasanya yang enak, hampir setiap pagi ia selalu menyempatkan diri ke sana untuk membeli roti.

"Oh ya? Saya cukup sering ke sana, tapi sama sekali tidak pernah melihat Anda."

Wajah pria itu sumringah, ketika menyadari kalau wanita ini mulai tertarik berbicara padanya. Tergesa, ia mengusap tangan kanannya pada b*kongnya dan mengulurkannya gembira pada sang wanita.

"Ya. Saya sebenarnya cukup sering melihat Anda di sana. Perkenalkan, namaku Anthony."

Si wanita memperhatikan jari-jari pria itu yang panjang dan tampak kuat. Kuku-kukunya pendek dan bersih. Ragu-ragu ia menyambut uluran tangannya dan terkesan dengan kehangatan tangan itu. Telapakannya terasa cukup kasar dan tebal, menandakan seorang pekerja keras.

"Dona."

Sedikit mer*mas tangan wanita di genggamannya, Anthony tersenyum manis dan memperlihatkan deretan giginya yang rapih dan tampak putih.

"Akhirnya aku bisa berkenalan denganmu, Dona."

Mengangkat satu alisnya, Dona bertanya ingin tahu. "Oh? Akhirnya?"

Anthony terkekeh pelan dan melepaskan tangan Dona dengan lembut. Meraih saku belakangnya, ia mengeluarkan setumpuk brosur dan mengulurkan salah satunya.

"Datanglah besok ke Amari Bakery. Ada spesial promo untuk pelanggan setia."

Sedikit tersenyum, Dona menerima brosur itu. "Namanya Amari Bakery?"

"Kau memangnya belum tahu namanya?"

"Tidak. Aku belum tahu. Selama ini aku hanya tahu namanya AM Bakery, tapi tidak tahu kepanjangannya adalah Amari Bakery."

Masih sambil memegang brosur, kepala Dona mendongak menatap pria di depannya. Pria itu ternyata sangat tinggi, mungkin ia hanya mencapai bawah telinganya saja.

"Sebagai apa kau kerja di sana?"

Tampak pria besar itu meringis. "Tidak sebagai siapa-siapa. Aku hanya sekedar helper di sana. Kadang sebagai waiter, kadang sebagai tukang cuci piring. Apapun kukerjakan di sana."

Dona terkekeh pelan. "Kau membuat kue juga?"

Semakin lama, tampang pria itu terlihat semakin menyedihkan. "Tidak. Aku tidak bisa masak."

Alis Dona terangkat tinggi. "Kau ini aneh. Kalau tidak bisa membuat kue, kenapa kerja di toko kue?"

Pria itu malah terkekeh dan menjawab pelan. "Bekerja di sana menyenangkan."

Baru saja Dona akan menjawab, ketika terdengar bunyi ponsel di saku belakang pria itu.

Anthony meraih ponselnya dan memperhatikan layarnya. Tampangnya memelas ketika menatap Dona. "Sepertinya pembicaraan kita harus dihentikan dulu. Aku harus menjawab ponsel ini."

Menandakan tidak menjadi masalah, Dona mengangkat kedua bahunya dan meneruskan langkahnya untuk masuk ke dalam apartemennya. Sebelum ia dapat menutup pintunya, tangan Anthony tiba-tiba menghentikan pintunya. Raut pria itu tampak berbinar.

"Aku benar-benar akan menunggumu besok di sana. Kau harus datang. Seperti biasanya."

Pria itu menyempatkan diri mengedipkan salah satu matanya, sebelum akhirnya melesat masuk ke dalam apartemennya sendiri.

Menghela nafas, Dona menutup pintu apartemennya dan membaca brosur yang dipegangnya. Meski tidak membutuhkan promo tapi tetap saja, ia cukup penasaran dengan menu yang akan ditawarkan besok. Lagipula, ia cukup aneh Anthony mengenalnya. Selama datang ke toko itu, seingatnya ia belum pernah menjumpai pria itu. Orang berbadan besar seperti dirinya, seharusnya mudah untuk diingat.

Tapi suaranya... Suara pria itu entah mengapa terasa familiar. Semakin banyak pria itu berbicara, Dona semakin merasa mengenalinya tapi entah di mana.

Jantungnya mulai berdegup kencang. Pelan, ia mulai duduk di sofa dan mencoba menguras ingatannya tentang toko kue itu selama 3 bulan ini. Ia memang pelanggan tetap toko roti itu tapi semenjak 3 bulan lalu toko itu mengalami pergantian kepemilikan, dan namanya yang tadinya Allard Bakery berubah menjadi AM Bakery. Cita rasanya masih dipertahankan, dan ada beberapa varian baru yang lebih enak dari sebelumnya.

Dan meski mencoba mencari dalam otaknya, ia tetap tidak ingat pernah bertemu dengan Anthony. Satu-satunya orang yang cukup sering dijumpainya, hanyalah seorang pelanggan pria yang beberapa kali mengambil tempat di pojokan. Orang itu selalu memakai topi baseball, yang menyembunyikan wajahnya. Dona bahkan tidak ingat raut wajahnya, selain posturnya yang mungkin tinggi besar seperti Anthony.

Masalahnya, Dona sangat yakin pria itu bukanlah Anthony. Ia pernah melihat pria itu mengendarai sebuah sedan mewah, dan orang itu dikelilingi oleh beberapa pria berbadan besar. Hal ini berbanding terbalik dengan Anthony yang jelas-jelas dari kalangan pegawai cukup rendah seperti dirinya.

Selama pindah ke apartemen ini sekitar 2 tahun lalu, ia tidak pernah menjumpai yang aneh-aneh. Tidak pernah ada tetangga yang menyapa, dan ia juga menjaga dirinya selalu low profile. Tidak mencolok. Bahkan, meski memiliki latar belakang sebagai seorang accountant yang sukses dulu, tapi ia melamar hanya sebagai staff biasa di MB Company. Ia sudah menjalani profesinya selama hampir 4 tahun, dan baru kali ini ada orang yang memperhatikan dirinya. Hal ini mulai membuatnya merasa terganggu.

Tidak mau mengambil resiko, ia pun meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Michele? Maaf, mengganggumu malam-malam begini. Ada yang ingin aku bicarakan."

Keesokannya, Dona menepati janjinya untuk datang ke AM Bakery sebelum ia berangkat ke kantor. Toko kue itu buka setiap jam 7 pagi, membuatnya sukses menjadi tempat persinggahan para karyawan kere seperti dirinya untuk membeli sarapan.

Seperti biasa, ia mengambil meja di sebelah jendela. Melirik jam tangannya, Dona memprediksi pelanggan pria bertopi baseball itu akan datang sekitar 5 menit lagi. Pembicaraannya dengan Michele tadi malam membuatnya lebih waspada. Sepertinya ia harus mulai memperhatikan orang-orang yang ada di dekatnya dengan lebih intens, untuk antisipasi.

Bukannya si topi baseball yang datang, tapi dirinya malah dikejutkan dengan kehadiran Anthony yang menyapanya riang. Pria itu mengenakan celemek dari bahan kulit dan rambutnya disisir klimis ke belakang, meski jenggot tebalnya masih terpasang. Tampangnya benar-benar seperti pekerja kontraktor yang sedang magang di Cafe. Sangat tidak cocok.

"Dona! Kau datang!"

"Anthony. Selamat pagi." Dony menyapa sambil tersenyum kecil.

Anthony menyerahkan sebuah buku menu pada tamunya dan tersenyum. "Panggil saja Tony."

Tergesa, Anthony merogoh saku pada celemeknya dan tidak sengaja menjatuhkan sebuah pulpen. "Oh!"

Karena pulpen itu jatuh dekat kakinya, refleks Dona meraihnya. Ia mengulurkan pulpen itu pada Anthony yang tampak otomatis menerimanya dengan tangan kiri. "Terima kasih."

"Tidak masalah."

Dona memperhatikan pria itu memindahkan pulpennya ke tangan kanan dan mulai membuka lembaran buku pesanannya. Anthony menatap Dona sumringah. "Jadi, kau mau memesan apa pagi ini?"

Wanita itu menengadah dan senyum samar muncul di bibirnya yang merah muda.

"Apa yang promo dan murah, tapi enak hari ini?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!