Hai, kenalkan. Aku Falisha Yumna Az-Zahra. Panggil saja aku Yumna.
Aku anak pertama dari dua bersaudara. Ya, sebenarnya dadi 4 bersaudara. Karena ayah ku menikah lagi dan memiliki dua orang anak dengan istri barunya.
Hubungan aku dan ayah tidak berjalan baik. Ayah hanya memberi nafkah jika diminta, hal itu membuat ibu harus bekerja ke Malaysia demi memenuhi kebutuhan ku dan adikku. Arumi. Arumi Dwi Putri.
Kisah ini berawal dari semua keluarga yang memutuskan untuk pindah ke Kalimantan. Kakek menjual rumah yang ada di Jember untuk membayar hutang dan memilih untuk tinggal dengan anak kedua nya yang ada di Kalimantan.
Hal itu membuat ku terpaksa tetap tinggal di Jember, karena ujian kelulusan sudah hampir tiba. Ayah yang mengetahui hal itu, memintaku untuk tinggal dirumah istrinya, agar bisa menemani kedua adikku. Karena beliau dan istrinya ada di Malaysia.
Ibu tidak mengijinkan aku untuk tinggal disana, karena sesuatu hal yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.
Akhirnya aku memilih untuk tinggal bersama dengan Wulandari teman sebangku di sekolah menengah kejuruan, sebelum akhirnya memutuskan tinggal bersama Novitasari. Karena rumah Wulan yang berdekatan dengan Yongki, kekasihku dari aku kelas 11. Membuat diriku menjadi bahan pergunjingan tetangga Wulan.
Tinggal dengan Novi juga tidak bertahan lama, karena Yongki yang selalu berkunjung. Menbuat Ayah Novi marah dan tidak mengizinkan aku untuk tinggal disana lagi. Beliau mengatakan aku akan membuat Citra keluarga Novi menjadi buruk.
Tidak ada pilihan lain bagiku selain tinggal sepupu dari nenek ku. Aku biasa memanggilnya Mak Lamet. Disana juga ada Mak Sari, adik dari Mak Lamet. Mak Lamet dan Mak Sari bekerja disawah.
Sebenarnya aku tidak betah tinggal ditengah tengah mereka yang juga tidak henti-hentinya membicarakan aku dibelakang. 3 Bulan aku bertahan, hingga hari ini aku bisa pergi dari sini.
" ah, akhirnya kita lulus juga"
Senyum liza sambil memandang surat tanda kelulusan.
"Benar, aku sudah tidak sabar untuk bertemu ibuku"
Novi yang tak kalah semangat dari liza.
Aku dan wulan datang membawa 4 porsi mie ayam dan 4 es teh, dan bergabung bersama dengan Liza dan Novi
"Kalian akan kemana setelah ini"
Tanya novi sambil meraih gelas es teh yang di bagikan Yumna
"Aku mungkin akan kuliah di XXX" ucap wulan sambil meletakan bokongnya di kursi sebelah liza.
"Yang pernah dipromosikan itu? Kuliah 1th?"
Berkata tanpa melihat, liza fokus menuang saos ke mangkuk mie nya.
"Ya, seperti nya aku tertarik, kalau kau akan kemana?" Melirik Yumna yang baru saja duduk disebelah novi.
"Aku mungkin akan ke tempat paman di bali, menunggu ibuku pulang dari negeri jiran lalu terbang ke kalimantan" Ucap Yumna sambil menuang saus mie ayam.
"Apa itu artinya kita akan berpisah?"
Liza menatap haru ke 3 sahabat nya secara bergantian.
"Jangan lebay deh, kita masih bisa bertemu, masih bisa berkomunikasi kan". Ucap novi sambil meletakan sambal di mangkuk mie.
"Benar, bukan kah kau ingin segera menikah setelah ini liza?"
"Aku tau wulan, hanya saja, rasa nya tidak percaya bahwa kita akan berpisah"
"Kita memang akan berpisah, tapi bukan berarti kita tidak akan bertemu lagi" imbuh Yumna sambil memberikan kecap yang diminta wulan.
"Kau akan menikah, tentu saja kau akan sibuk dengan urusan rumah dan suami mu"
"Yang dikatakan novi benar liza, setelah ini kita akan menjalani kehidupan kita masing-masing"
Hening
Semua sibuk dengan mie nya masih-masing.
"Yumna apa kau sudah memberi tahu Yongki soal rencana mu ke bali" Tanya Novi meminum es teh sambil melihat ke Yumna
"Belum, aku rasa dia masih sibuk" ucap Yumna sambil mengelap mulut dengan tisu.
"Apa dia masih di kota Malang?" liza dengan gaya kepo nya.
"Entahlah, mungkin saja".
"Hei, kau kan pacar nya harusnya kau tau bukan" Tanya Wulan yang sedari tadi diam jadi tertarik bertanya.
"Ah wulan, bukan kah kau sepupu nya?, Rumah kalian bahkan dekat. Tidak mungkin kau tidak tau. Yongki sudah 7 hari ini tidak bisa di hubungi"
Yumna menatap Wulan dengan tatapan berharap Wulan akan memberinya informasi seputar yongki.
"Apa kalian bertengkar" ucap wulan sambil mengambil tisu.
"Masih karena masalah itu ?" Jiwa kepo liza meronta-ronta
"Hmm, sepertinya begitu, aku merasa seakan tidak ada lagi cinta untuk nya." ucap Yumna sambil menopang wajah dengan kedua telapak tangan.
"Memang kenapa sih Wulan dengan keluarga Yongki?" ke kepoan Liza yang hakiki.
"Ya, aku tidak tau pasti. hanya saja, waktu itu, tidak sengaja aku dengar ibu yongki berbicara bahwa keluarga nina terlalu rumit, orang tua yang cerai, dan nina yang ada disni, sementara semua keluarganya pindah ke kalimantan." ucap wulan sambil menghabiskan es teh.
"Apa kau sudah selesai ?, Kalau sudah ayo kita pulang. Aku sungguh lelah " ucap Yumna yang melihat novi baru saja selesai menghabiskan es teh.
"Tentu, ayo kita pulang "
"Bye, jangan lupa nanti WA"
" Sip " ucap Novi, Wulan dan Yumna secara bersamaan.
" Apapun yang terjadi kita akan selalu mendukungmu " ucap ketiga nya sambil memeluk Yumna
" Ah terima kasih, kalian memang tak tergantikan " Yumna membalas pelukan para sahabat nya.
Setelah membayar makanan, mereka pulang dengan kendaraan masing-masing.
15 menit kemudian, Yumna sampai di rumah Mak Lamet.
"Motor siapa itu, apa mak Lamet kedatangan tamu. Tapi kenapa sepertinya aku mengenal motor itu?" Lirih Yumna sambil mulai berjalan masuk ke dalam rumah
"Assalamualaikum Mak, Yumna pulang"
"Walaikumsalam, masuk lah. Yongki sudah lama menunggu "
Deg
Yongki !!!
Yuman masuk ke rumah dengan pintu yang sudah terbuka, dan...
"Yongki... "
" Hai, apa kabar ? Bagaimana kelulusan mu ? "
Yongki tersenyum melihat Yumna yang masih berdiri di pintu.
Ck, lihatlah. Dia menghilang 7 hari dan datang seperti tanpa dosa.
"Masuk lah, kenapa kau diam disitu?, Seperti melihat hantu saja" cibir Yongki yang masih tak mengerti kenapa Yumna tidak masuk dan duduk.
"Masuk lah nak, Mak akan menyelesaikan pekerjaan dulu." Mak Lamet berlalu meninggalkan Yumna yang mulai berjalan dan duduk di kursi, tepatnya kursi yang berhadapan dengan yongki.
"Bagaimana kabarmu ?"
Yongki membuka suara saat Yumna sudah duduk.
"Aku baik, bagaimana denganmu"
" Seperti yang kau lihat, aku baik. Bagaimana kelulusan mu" Tanya Yongki basa basi.
Yumna hanya terdiam, membuka tas nya dan melempar surat ke meja.
"Wah, kau lulus ternyata "
Senyum yongki saat membaca kertas yang dilempar Yumna.
"Hmmm" Ucap Yumna yang seakan tidak bersemangat bertemu Yongki hari ini.
" Maafkan aku " Ucap Yongki yang membuat Yumna sedikit terkejut.
"Yumna, maafkan aku. Aku tidak bermaksud menghindarimu. Aku hanya.... "
"Sudahlah yongki, tidak apa. Aku mengerti " ucap Yumna memotong perkataan yongki.
...Flashback on...
"Yongki kapan kau akan melamarku? "
"Kenapa ?"
"Kau tau kan Mak Lamet dan keluarganya sangat posesiv, mereka mengira aku gadis tidak benar karena selalu berkencan denganmu, dan kau juga tau keluarga ku jauh di kalimantan. Mereka juga menuntut agar kau melamarku agar ada keterikatan antara kita"
"Maaf, aku belum siap untuk terikat. Kau tau kan aku sudah 3x gagal jadi tentara, tidak mudah bagiku untuk membujuk keluargaku agar melamarmu"
"Kenapa ? Apa karena aku dari keluarga brokenhome ?"
Mata Yumna mulai berkaca2. Dia ingat betul bagaimana wulan menyampaikan jika keluarga yongki hanya menerima besan yang jelas asal usulnya tidak terpecah belah dan tidak rumit seperti keluarga nya.
"Kenapa kau diam yongki ?, Jadi benar kerena kelurga ku yang tidak jelas? "
"Kita tunggu saja ibu/ayah mu pulang, lalu kita bicarakan ini lagi. Kau bersabarlah"
Selalu saja seperti ini jika aku bertanya tentang kejelasan hubungan ini
Sejak kejadian itu hubungan Yongki dan Yumna mulai renggang. Masih bersama namun sudah tidak sejalan.
...Flashback off...
"Aku akan ke bali menjemput ibu, kemudian akan terbang ke kalimantan"Ucap Yumna sambil menatap intens ke yongki
"Secepat itu ? "
Yongki menghela nafas, kemudian bersandar dan membuang pandangan ke arah lain.
"Apa kau marah karena aku tidak menghubungi mu selama seminggu terakhir ini? "
Yongki mengeser tempat duduk nya, sehingga berdekatan dengan Yumna.
"Tentu saja aku marah, kau tak tau betapa aku khawatir pada mu " Yumna dengan nada ketus dan membuang pandangan ke sembarang arah
"Kemarilah, maafkan aku. Aku sedang dalam masa latihan untuk persiapan mendaftar tentara lagi"
Yongki menarik Yumna dan memeluknya.
"Aku.. aku akan berangkat 2 hari lagi." Ucap Yumna dengan cepat melepas pelukan Yongki.
"Terlalu cepat, bagaimana kalau minggu depan ?. Setidaknya aku punya waktu 7 hari untuk bersamamu sebelum berpisah " ucap Yongki sambil mengenggam tangan Yumna.
"Tidak bisa, aku sudah tidak kuat ada di sini, Mak Lamet tidak seramah kelihatannya"
Yongki menghela nafas panjang, memejamkan mata dan bersandar di kursi. Entah apa yang dipikirkan.
Cukup lama kedua nya saling terdiam.
"Pulanglah Yongki, aku ingin istrhat dan mulai membereskan barang2 ku"
"Hmm baiklah, besok aku datang lagi"
Yongki berjalan ke arah Yumna dan...
Cup
Satu kecupan mendarat di kening Yumna.
"Aku pamit dan sekali lagi maafkan aku. Aku akan menghubungi mu nanti"
" Ba.. baa.. baiklah "
Selepas kepulangan Yongki, Mak Lamet datang.
"Kemana yongki? " Tanya Mak Lamet yang melihat ruang tamu nya sudah kosong.
"Sudah pulang Mak" ucap Yumna sambil membawa gelas bekas kopi ke dapur.
"Makanlah, kau pasti belum makan kan" Mak Lamet membuka tudung saji dan memasukan ikan yang dibeli nya di jalan.
"Tidak Mak, Yumna sudah makan. Ohya Mak, Yumna akan ke bali 2 hari lagi"
Mak Lamet yang tengah mengunyah makanan, langsung mengambil air dan meminumnya
" Kenapa cepat sekali nak"
"A.. aku sudah akan bekerja, paman bilang temannya sedang membutuhkan karyawan"
Yumna berbohong demi bisa cepat pergi dari rumahmu Mak, aku tau kalian sebeneranya tidak suka aku disni. Hanya karna hutang budi pada nenekku lah kalian mau menampungku.
" Apa kau tidak akan pergi ke kalimantan dan berkumpul dengan keluargamu ?"
"Aku akan kesana setelah ibu datang. "
Yumna yang selesai mencuci gelas kemudian duduk di dekat bude.
" Apa ibumu akan pulang?" Tanya Mak Lamet sambil menatap Yumna dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Hmm, rencana nya seperti itu. Setelah ibu datang, beliau akan mengunjungi mak sebelum kita berangkat ke kalimantan"
" ya sudah. Kau istrhatlah dulu, mak juga mau istirahat"
Menepuk bahu Yumna, kemudian merebahkan tubuhnya diatas kasur.
"Hmm, baiklah."
Yumna berjalan memasuki kamar. Setelah berganti pakaian, ida menjatuhkan tubuhnya dan mulai memejamkan mata.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
Drttt.. drtt... Drtt...
Dengan mata tertutup Yumna meraih ponselnya dan mengangkat telfon. Karena rasa kantuk yang teramat dalam, membuat Yumna enggan untuk melihat siapa yang menelpon.
"Ya hallo"
" Kapan kau akan berangkat? Biar paman pesankan".
Sreng !!
Mata Yumna langsung terbuka dan melihat ke arah ponselnya.
" Lusa paman, besok Yumna masih harus mengambil surat di sekolah."
" Baiklah, segera kabari paman jika sudah selesai"
" Baiklah."
Tut. Sambungan telpon di matikan.
Tok
Tok
Tok
Ceklek..
Mak lamet masuk, Yumna langsung bangkit dari tempat tidurnya. Mak lamet rupanya menyuruh Yumna mandi, karena hari sudah mulai gelap.
Malam harinya, Yumna mulai membersihkan barang-barang nya. Hanya satu koper ukuran sedang. Setelah selesai berkemas. Yumna mulai melihat ponselnya. Banyak pesan yang dikirimkan Yongki. Isinya seputar permintaan maaf. Membuat Yumna malas membacanya.
Yumna hanya membalas pesan dari Ibu nya yang bertanya seputar kelulusan dan kapan akan ke Bali.
Setelah nya, Yumna memutuskan untuk kembali beristirahat.
Keesokan harinya.....
Yumna membantu Mak lamet menyiapkan sarapan. Hingga terdengar suara dari luar.
"Assalamualaikum "
"Walaikumsalam." Teriak Mak lamet dari dapur.
"Siapa ya.." Lirih Mak lamet.
" Tidak tahu, mungkin tamu nya Mak." Lirih Yumna.
"Coba kamu lihat" ucap Mak yang masih berkutat di penggorengan. Menggoreng ikan asin.
Yumna mencuci tangan, sebelum akhirnya berjalan dan membuka pintu.
"Yongki ?" Yumna sedikit terkejut mendapati Yongki ada disana. Yumna melihat ke arah jam yang menunjukkan pukul 07.00 WIB.
"Hai, kau belum siap?, Bukankah hari ini harus ke sekolah" Ucap Yongki yang menerobos masuk dan duduk di kursi.
"Darimana kau tau?, Ah pasti Wulan" Pekik Yumna
Yumna yang masih berdiri dipintu kemudian ikut duduk disebelah Yongki.
"Siapa yang datang nduk" Teriak Mak Lamet dari dapur.
"Emm Yongki Mak."
"Kalau begitu ajak dia sarapan, Mak sudah selesai "
Yumna dan Yongki berjalan ke dapur, dilihatnya hidangan sudah tertata di meja. Walaupun sebenarnya Yumna sudah kehilangan selera makan begitu tahu Yongki datang ke sini.
"Maaf ya nak, hanya ini yang ada" ucap Mak Lamet yang meletakan piring didepan Yongki.
"Ini sudah lebih dari cukup Mak, maaf Yongki merepotkan Mak"
"Sudah sudah ayo kita makan bersama. Jarang jarang kan kamu makan disini."
Hening. Yumna tahu, Yongki terus memperhatikan nya. Namun Yumna pura pura tidak tahu. Jadilah hanya dentingan sendok yang berbunyi, menemani sarapan mereka.
"Mak, hari ini Yumna akan ke sekolah mengambil beberapa berkas. Lusa akan berangkat ke Bali. Kebetulan paman sudah memesankan travel" Yumna bersuara setelah makanan dipiringnya sudah habis.
"Sudah sudah, biar Mak yang bereskan, kalian berangkat saja" Ucap Mak saat Yumna akan membereskan piring sarapan mereka.
"Tidak apa Mak, ini masih terlalu pagi dan jadwal pengambilan berkas si... Aww "
Yumna melotot ke arah Yongki karena berani menginjak kaki nya.
Yongki pun memberi kode supaya berangkat sekarang. Yumna hanya bisa menghela nafas.
"Kau tunggulah didepan, aku akan bersiap-siap." Pekik Yumna.
Yongki pun menunggu didepan, tak lupa dia lebih dulu berpamitan kepada Mak Lamet, sebelum Mak Lamet berangkat bekerja.
" Nanti jangan lupa kunci pintu." Ucap Mak Lamet kepada Yumna yang sedang berada di dalam kamar mandi.
" Baik Mak."
Beberapa saat kemudian...
"Kita mau kemana ? Ini masih pukul 08.00, pengambilan berkas dimulai pukul 10.00" Ucap Yumna setelah dia selesai bersiap.
Yongki tersenyum melihat wajah Yumna yang lebih segar dibanding saat berada di meja sarapan tadi.
" Yuk." Ajak Yongki.
" Huuft..." Yumna menghela nafas panjang sebelum akhirnya mengikuti langkah Yongki keluar rumah.
Setelah mengunci pintu, Yumna menghampiri Yongki dan langsung duduk dibelakang jok motor.
Yongki tersenyum sembari menunggu tangan Yumna berpegang padanya seperti sebelumnya. Namun senyum di wajah Yongki hilang tak kala Yumna tidak berpegang padanya. Yongki punblangsung melajukan sepeda motornya, hingga mereka berhenti di sebuah taman di pusat kota.
Yumna langsung turun begitu motor sudah terparkir.
"Ayo kita duduk disana dulu sambil makan cilok"
Yongki menggandeng tangan Yumna. menuju tempat duduk dipinggiran taman, lebih tepat nya di depan penjual cilok.
"Mang cilok 2, seperti biasa"
"Siap"
Semangat penjual cilok, karena tau Yongki dan Yumna adalah pelanggan setia nya.
"Apa kau masih marah soal aku yang belum bisa melamarmu"
Yumna tersentak dan melirik sekilas ke arah Yongki kemudian membuang pandangan ke arah lain.
"Tidak, biasa saja "
"Tapi sikapmu berubah, biasanya kau paling cerewet. Lihatlah, kau bahkan tak lagi mengirimi ku pesan. Jangankan mengirimi ku pesan, pesan ku saja tidak kamu balas." Yongki menunjukan ponsel nya kepada Yumna.
"Aku hanya rindu nenekku, kau tau sejak nenek ku meninggal rasanya aku ingin cepat2 ke kalimantan. Aku ingin berkunjung ke makam nya, karena saat terakhir aku tidak ada di sisi nya."
"Setidaknya kau balas pesanku "
Yongki masih berusaha mencairkan suasana beku diantara mereka.
Bagi nya Yumna sudah berubah dingin, cuek dan jadi sedikit pendiam sejak kejadian dia yang menolak melamar Yumna.
"Aku sibuk mengemas barangku, tidak sempat membalas pesanmu"
"Tapi kau selalu membalas pesan dari Wulan"
"Kalau kau mengajakku kesini hanya ingin mengajak berdebat, lebih baik antarkan aku pulang"
Yumba yang hendak berdiri dan pergi, terhenti karena tangannya di cekal oleh Yongki.
"Duduklah, maaf kan aku"
Hening
Kedua nya sama sama terdiam dengan pemikiran masih2. Yumna masih belum menjamah cilok hangat yang baru saja disajikan didepannya. Berbeda dengan Yongki yang langsung menyantap cilok dengan sambal yang banyak.
"Aku ingin break "
"Uhuk uhuk ... ," Yongki langsung menyambar botol air yang ada di hadapannya.
"Apa maksud mu?, Break ? Break apa ?"
" Aku ingin break dari hubungan ini"
"Kenapa ? Apa hanya karena aku tidak mau melamarmu? Jangan egois Yumna kau tidak tau bagaimana terpuruknya aku dan malu nya aku pada orangtua ku, aku berkali2 gagal masuk tentara. Coba lah pahami diriku, mengertilah posisiku?"
Yongki berusaha meredam emosi nya.
"Hem!. Mengerti posisi mu?, Lalu bagaimana jika aku meminta mu mengerti posisiku ? Aku yang setiap malam selalu diberondong pertanyaan dan omongan tetangga tentang betapa j*lang nya aku, yang selalu pulang malam saat bersama mu, hingga mereka menanyakan berapa tarifku sekali kencan ?!!." Ucap Yumna dengan nada tinggi karena sudah tidak bisa menahan emosi nya.
"Sekeras apapun aku berusaha bahwa hubunganku tidak sampai membuatku menjadi j*lang tetap saja mereka tidak percaya " imbuh Yumna masih dengan nada kesal.
Bisakah aku mengakhirinya sekarang. aku sudah lelah. Batin Yumna
Drttt drrtt drttt...
"Ya, nov ada apa?"
"------"
"Hmm, baiklah aku akan datang" Yumna meletakan ponselnya kembali kedalam ransel.
"Siapa?" Tanya Yongki memecah keheningan.
" Novi, antarkan aku ke sekolah, pengambilan berkas sebentar lagi dimulai. "
Yumna berdiri dan meninggalkan Yongki yang masih duduk dengan tatapan sulit diartikan.
Dengan langkah gontai Yongki menuju sepeda. Mau tak mau dia pun melajukan motor nya menuju sekolah Yumna.
Sepanjang perjalanan, Yumna dan Yongki terdiam. Tidak ada yang berbicara. Hingga motor berhenti sempurna di depan gerbang sekolah Yumna, Yongki berkata,
"Apa kau serius ingin break " Tangan yongki mencekal lengan Yumna, saat Yumna baru saja turun dari sepeda.
" Ya "
"Apa tidak ada pilihan lain? " menatap dengan puppy eyes.
" Break atau putus ". Ucap Yumna yang menjawap tanpa melihat tatapan Yongki, Yumna tidak mau keteguhan nya luntur dengan tatapan itu.
Duar....!!!
Serasa di hujani batu api, mungkin itu yang dirasakan Yongki.
"Yumna aku mohon"
"Maafkan aku Yongki, tapi ini keputusanku. Seperti nya kita butuh waktu sendiri untuk saling instropeksi diri"
"Tapi setiap pasangan yang break selalu berakhir putus"
Memang itu yang aku inginkan. Batin Yumna.
" Kau jalani saja dulu kehidupanmu, berjuanglah untuk bisa masuk tentara, dan aku akan berjuang menata hidupku yang berantakan"
Yumna masuk ke dalam halaman sekolah tanpa menoleh lagi ke belakang. Yumna masih belum mendengar suara motor Yongki meninggalkan sekolah sampai Yumna masuk ke dalam.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
"Yumna, kami disni" Wulan melambaikan tangan ke arah Yumna yang terlihat mencari keberadaan teman temannya.
Tap
Tap
Tap
Yumna berlari, dan menjatuhkan diri disebelah Wulan, menyandarkan kepala di bahu Wulan.
" Kau kenapa" liza menatap dengan tatapan singa.
" Apa ada kaitannya dengan Yongki?" ucap Wulan sambil memeluk Yumna, Yumna mengangguk lemah.
" Kenapa lagi?. Kenapa sepertinya perseteruan kalian tidak akan pernah berakhir." Tanya Liza
Novi yang baru datang membawa somay dan beberapa cemilan lainnya. Langsung duduk disebelah Liza. Menyimak apa yang sedang dibicarakan para sahabat nya.
" Aku mengajak Yongki break" Dengan Santai Yumna berkata sambil meraih tusuk somay.
" APPAAAA ??? " ketiga nya melolot, seakan bola mata nya akan keluar.
" Hei, kecilkan suaramu. tak perlu seheboh itu, kau kira ini kantin nenek moyangmu" keluh Yumna yang tak tahan dengan mulut para sahabat nya yang tidak bisa dikondisikan.
Mereka masih melototi Yumna. seakan akan ingin menggoreng Yumna dengan rempah rempah pilihan lalu memakannya hidup hidup. Yumna yang tidak tahan rasanya ingin mencongkel mata ketiga sahabatnya.
" Secepat itu kau bertindak?" Tanya Novi.
" Apa kau sudah yakin dengan keputusanmu?" Imbuh Wulan.
" Apa kalian sudah berbicara dari hati ke hati " liza mengedipkan matanya berulang ulang.
" Kalian ini bagaimana?, kemaren mendukung apapun keputusanku, sekarang, malah menghujat ku dengan pertanyaan yang membuatku pusing". omel Yumna sambil menatap ketiga sahabatnya.
" Bukan begitu, kami hanya ingin memastikan. Bahwa kau sudah benar benar yakin dengan keputusanmu" timbal Wulan sambil memakan cemilan.
" Benar, kita semua tau, hubungan yang di break pasti akan berakhir, persentase hubungan tetep jalan setelah break mungkin hanya 5%"
" Kau sok bijak liza" ucap Novi, sambil merebut siomay yang akan di makan Liza.
" Hei itu jatahku " Ketus Liza.
Jadilah aksi tarik menarik siomay liza VS Novi.
" Hei kau sudah memakan lebih dari jatah mu, dan ini jatahku" Novi yang masih berusaha mempertahankan miliknya.
" Oh tidak bisa, kau yang merebut jatahku tadi" Liza dengan menunjukan tusuk sisa siomay pada Novi.
" Kau curang, kau pasti menukar nya kan. Mengaku saja"
" @ bla bla bla bla bla bla bla bla "
Mengoceh dari A-Z, Yumna dan Wulan menutup wajah kesal, bagaimana tidak pertengkaran kedua sahabatnya ini sudah menarik perhatian siswa lain di kantin itu. Hingga ...
" Ayo wulan kita pergi " Ajak Yumna pada Wulan.
Yumna kemudian berjalan mengandeng tangan wulan.
" Hei tunggu kami." Ucap Novi dan Wulan begitu menyadari bahwa Yumna dan Wulan sudah pergi meninggalkan kantin. Akhirnya. Mau tak mau mereka menyudahi perdebatan dan menyusul mereka.
...----------------...
.......
........
.......
...----------------...
...----------------...
Diruang tunggu, ke empat keturunan dari kaum hawa itu menunggu giliran nama nya dipanggil, untuk pengambilan berkas. Yang akan di gunakan untuk melamar pekerjaan, atau melanjutkan pendidikan ke tingkat kuliah.
Drtt... drtt... drtt...
Dahi Yumna mengkerut menatap layar ponsel dengan nama Rimba. Tumben sekali dia telfon, gumam Yumna sambil mengeser tombol hijau.
" Assalamualaikum " suara diseberang sana. Suara yang dirindukan Yumna.
" Walaikumsalam, hei apa kabar, bagaimana kelulusamu"
Tak bisa dipungkiri, suara nya mampu merubah mood Yumna yang tadinya kucel seperti baju tak di setrika, secara ajaib menjadi licin glowing kayak efek kamera dimuka.
" Tentu saja aku lulus, dan aku dapat beasiswa untuk kuliah di fakultas Politeknik Jember."
" Wah, jadi karna ini kau menelfonku ha ?"
Yumna memasang wajah cemberut, walau Rimba tidak melihatnya. Ya setidaknya, itulah kira2 ekspresi nya saat ini.
" Aku merindukanmu "
Yumna tertegun mendengar 2 kata yang diucapkan oleh Rimba.
" halo ?, halo "
" Eh, iya maaf hehe." Ucap Yumna sambil menggaruk kening yang sebenarnya tidak gatal.
" Eh Rim, besok aku ke Bali "
Hening
Tidak ada jawapan, Yumna melihat ponselnya memastikan apa telfon nya terputus atau tidak.
" Halo? Rim ?"
" Ah iya maaf, emm bisakah kita bertemu sebelum kau berangkat ?"
" Tentu, datanglah pukul 7. em rim, sudah dulu ya, sepertinya akan sampai giliranku mengambil berkas"
" Baiklah, kalau begitu aku matikan telfon nya, bye. Assalamualaikum"
" Walaikumsalam ".
" Siapa ?" penyakit kepo liza kambuh.
" Pasti Rimba " timpal Novi.
" Kok tau ?" Wulan tertular penyakit kepo Liza.
" Ya, siapa lagi yang bisa mengubah mood Yumna yang tadinya kek nenek lampir jadi nenek garong " kekeh Novi sambil melihat Yumna yg melototi nya.
" Hei kau pikir aku nenek lampir apa ?"
" Ya ya, kau memang nenek lampir kalau sedang kesal " Liza ikut tertawa.
" Sudah lah, ayo kita kesana. sepertinya giliran kelas kita " ucap Wulan sambil berlalu meninggalkan ketiga temannya.
" Hei, bagaimana kalau Wulan melaporkan nya pada Yongki " bisik Novi.
" Biarkan saja, toh aku dan Rimba hanya teman".
" Tapi mesra.. " ejek liza ditelinga nina. kemudian berlari dengan kecepatan jet.
Yumna hanya tersenyum, bisa dipungkiri apa yang dikatakan oleh Lisa benar adanya. Hubungan Yumna dan Rimba lebih dari teman, namun tidak lebih dari pasangan kekasih. Entah lah tidak ada kata yang dapat menggambarkan hubungan antara Yumna dan juga Rimba.
Siang hari, Yumna yang baru pulang mengambil berkas. langsung menjatuhkan diri ke sofa dan menelfon seseorang.
" Assalamualaikum paman"
" Walaikumsalam, iya nduk. Ada apa ?"
" Paman, aku sudah selesai dengan berkas ku. Besok, bisakah aku berangkat? "
" Baiklah, paman akan memesankan tiket untukmu "
" Terima kasih paman "
Tut.
Sambungan telfon di matikan.
drtt drttt drttt...
Pesan dari grup curut
* Novi : hei curut, nanti malam aku berangkat ke Medan 😖 *
*Liza : what ,,, kenapa mendadak sekali *
* Wulan : aku malah sudah di kota Banyuwangi, mengenal lingkungan fakultas yang akan aku masuki*
* Novi : hehe, bisa kah salah satu diantara kalian menjemput, dan mengantarkan ku ke terminal?*
*Liza : aku sibuk dengan calon misua ku hehe*
*Wulan : terbang saja kau, ku pinjamkan baling baling bambu milik Doraemon ok ?*
* Novi : kenapa tidak sekalian saja kantong nya, jadi aku bisa berbuat apa saja sesuka ku, hahaha.*
* Wulan : memangnya kau ingin berbuat apa?.*
*Novi : tentu saja menjadi yang paling langsing diantara kalian.*
*Liza : hahahahah, mimpi kalik.*
* Novi : jadi, siapa yang bisa mengantarku 😇🤩
* Yumna : Aku akan mengantarmu, nanti sore aku ke rumahmu, ok.*
* Novi : ah, kau memang yang terbaik *
*Liza : huek, penjilat *
* Novi : hei kau *
Yumna memilih meletakkan ponselnya daripada terus melihat perdebatan yang dilakukan oleh ketiga sahabatnya itu. Dan memutuskan untuk memeriksa kembali apakah ada barang-barang yang tertinggal.
Tok
Tok
Tok
" Assalamualaikum "
Suara itu, seperti nya aku kenal
" Walaikumsalam "
Dengan langkah gontai, Yumna berjalan ke arah pintu. Membuka nya, dan ....
" Rimba !!"
Senyum tak dapat lagi ditahan, Yumna tersenyum hangat melihat siapa yang datang.
" Masuklah "
Rimba berjalan mengikuti Yumna kemudian duduk dikursi yang saling berhadapan.
" Hei, apa kabarmu?, kau terlihat tidak baik baik saja " Yumna menatap Rimba yang muka nya dilipat seperti kertas lipat.
" Aku, akan kuliah di kota Surabaya." Terdengar suara helaan nafas rimba.
" Kenapa kau sedih, bukannya tadi kau bilang jika kau diterima di fakultas Jember?"
" Tentu saja aku sedih, kau akan ke Kalimantan, kita tidak akan bertemu lagi. Soal fakultas itu ternyata aku salah membaca alamat dari fakultas tempat di mana aku diterima." Rimba bicara dengan kecepatan jet.
" Ahahahahahah, kau lucu sekali. Bukankah kita masih bisa bertukar pesan, dan menelfon " ucap Yumna sambil menggoyang goyangkan ponselnya.
" Kau akan melupakanku ?." Rimba menatap Yumna.
" Tentu saja tidak, kau yang terbaik yang ku miliki"
1 detik.
1 menit.
Berapa menit berlalu dengan keheningan.
" Bagaimana hubunganmu dengan Intan?"
" Baik baik saja, dia akan mendaftar di SMK, sekolahmu."
" Wah, benarkah?, jurusan apa yang dia ambil ?"
Yumna begitu antusias mendengar bahwa pacar Rimba, Intan. Akan sekolah di tempat yang sama dia menimba ilmu.
" Seperti nya perkantoran."
" Wah, kelas suka berdandan." Kekeh Yumna, pasalnya dari 4 jurusan di sekolah nya, hanya jurusan perkantoran lah para murid selalu tampil cantik, dengan make up. Berbeda dengan jurusan Yumna, yang berdandan hanya saat ujian praktek.
Tak terasa, sudah 1 jam Rimba dan Yumna a berbicara, sesekali bersenda gurau. Hingga kedua nya melupakan permasalahan masing masing.
" Sebaiknya aku pulang, tidak enak dengan keluarga Mak Lamet dan Mak Sari. " Rimba melirik ke jendela sebelah rumah Mak Lamet, dimana keluarga Mak Sari sudah menatap dengan tatapan monyet.
" hmm, ya kau benar. Pulang lah, hati hati di jalan. Jangan lupa untuk menghubungi ku lagi." Ucap Yumna sambil berdiri, dan mengantarkan Rimba sampai Motor nya tidak lagi terlihat.
Sore hari, sesuai janji Yumna pada Novi, yang akan mengantar nya ke terminal.
Nina berangkat menyusul Novi, tak lupa berpamitan kepada Mak Lamet.
Sebelum mengantarkan Novi ke terminal, Yumna dan Novi berhenti di sebuah kafe.
" Selamat sore, mau pesan apa ?" ucap salah satu waiter kafe, sambil memberikan buku menu.
" Kentang goreng, roti bakar keju, minumnya cappucino float. Kau pesan apa Novi " Yumna menyerahkan buku menu kepada Novi.
" Emmm, nasi goreng spesial dan milk shake coklat ".
" Baik, mohon menunggu. Pesanan akan segera kami siapkan".
Setelah waiters itu pergi. Novi tidak sengaja melihat seseorang yang dia kenal.
" Yumna. Lihatlah.... bukankah itu?."
...****************...
...****************...
...****************...
...----------------...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!