NovelToon NovelToon

Pemuas Nafsu

Episode 1

Mempunyai keluarga yang dulunya broken home hingga akhirnya tidak mempunyai keluarga sama sekali membuatku memiliki banyak lika liku hidup. Manis pahitnya hidup sudah Aku rasakan dan lalui hingga Aku menginjak usia 18 tahun bulan ini.

Rasa pahit yang selama ini Aku rasakan, perlahan bisa Aku lupakan walaupun terkadang masih dihantui rasa takut karena perilaku Mama sama Papa yang tidak pernah akur di rumah saat Mereka masih hidup. Mereka selalu adu mulut, berantam bahkan Mama dan Papa sempat tinggal di hotel masing - masing hingga Aku tinggal berdua dengan Bibi saja di rumah. Bibi yang sering menyaksikan kejadian itu, merasa sangat kasihan sama Aku. Terkadang Dia memelukku untuk menenangkanku saat Mama dan Papa lagi berantam. Mereka berdua sangat sayang sama Aku, tapi itu Dia Aku tidak tahu penyebab Mereka selalu berantam dibalik rasa sayangnya itu.

Mereka adu mulut semenjak Aku berusia 10 tahun dan sudah SD. Aku yang dulunya tidak tahu dan tidak mengerti hanya bisa melihat dan tidak memikirkan akibat dari itu. Aku layaknya seperti Anak pada umumnya yang biasa bermain sama teman - teman seusianya tanpa memikirkan kejadian di rumah.

Mama dan Papa beda Kantor. Papa Seorang dari Direktur dari perusahaan IT sementara Mama Seorang Direktur dari salah satu Bank ternama juga.

Sejak Aku SMA, Broken Home itu semakin jelas dan tidak pernah satu haripun di rumah adem dan nyaman sejak Mereka berdua pulang. Bahkan saat weekend pun, Mereka selalu pergi dengan teman masing - masing dan memberi tahu kepadaku bahwa Mereka keluar ingin mencari suasana hati yang tenang dan ingin merefresingkan otak.

Mulai saat itu Aku merasa kenapa bisa begitu dan apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang sipermasalahkan kedua Orangtuaku ini.

Aku tidak punya keluarga dari Mama maupun Papa, Sehingga Aku bingung mau berbagi cerita sama siapa. Disekolah, Iya Aku berteman layaknya seperti Anak lain saja dan Aku tidak pernah bercerita yang namanya tentang Keluarga.

Aku juga sering ngajak teman - temanku main kerumah dan saat Aku minta ijin sama Mama Papa, Mereka welcome. Jadi terkadang, Aku makin bingung apa sih yang dipermasalahkan Mereka ????

Oh Iya .... Di luar Mereka sangat harmonis sekali terlihat saat Mama dan Papa menghadiri acara perusahaan Masing - masing. Mereka romantis dan sweet sekali saat Aku melihat dan menyaksikan itu. Tapi saat pulang semua langsung berubah.

Papa tidak pernah main tangan sama Mama walaupun berantam tiap hari. Bahkan saat Mereka saling memaki juga, Papa tidak pernah memukul Mama. Itu yang Aku salutin sama Papa.

Saat Aku mencoba untuk mengajak Mereka makan ataupun Aku mengajak Papa atau Mama untuk ngopi dan ngomong baik - baik bahwa Aku sebagai Anak peduli dan mengerti perasaan Masing - Masing yang sudah sangat capek kerja. Tapi selalu saja ada alasan bahwa Mereka capek lah, ada kerjaan yang harus diselesaikanlah walapun sudah berada di rumah.

Aku mengerti dan Aku tahu Mereka sangat sibuk dengan jabatan yang Mereka punya. Tapi sampai kapan Aku selalu mwndengar makian dan teriakan dari Mereka berdua di rumah.

Aku mau ngomong tapi tidak pernah di dengar dan selalu pergi. Bahkan pagi - pagi Aku sudah sengaja menyiapkan sarapan pagi bersama Bibi, agar Aku bisa ngomong atau menanyakan ada masalah apa.

Mama sama Papa saling tatap dan melontarkan senyum kepadaku " Gak apa - apa Sayang .... Maafin Papa sama Mama iya .... Mama sama Papa sayang sama Kamu. " mengelus rambutku dan menciumnya lalu pergi.

Aku makin bertanya " Why ????? "

" Oke, Aku punya segalanya. punya uang cukup dan semau Aku mau pake buat apa saja. Tapi bukan itu yang Aku inginkan. Aku gak butuh uang itu. Aku butuh kehangatan dan kedamaian di dalam rumah bersama Papa dan Mama. Aku Seorang Wanita yang akan berkenalan dan menikah suatu saat ini. Bagaimana bisa Mama dan Papa menunjukkan sikap seperti itu di depanku ???? " kata - kata itu selalu Aku ucapkan setiap kali memdengar kata kasar saat Mereka berantam hebat.

Aku selalu menenangkan diriku. Dan berusaha mencari tahu dari Bibi yang sudah bekerja di rumah sejak Aku masih belum ada.

Bibi hanya mengelusku dan berkata " Bibi juga tidak tahu apa yang terjadi, Non... saat Mereka menikah dan Bibi tinggal disini, semua yang terjadi tidak pernah terjadi. Bibi juga penasaran permasalahan apa yang membuat Ibu dan Bapak bersikap seperti ini. Bahkan saat Kamu masih dikandungan, Ibu sama Bapak sangat bahagia menantikan kehadiranmu, Non... yang jelas Mereka sangat menyayangiMu . "

" Aku sudah mulai dewasa, Bi. Setiap hari Aku selalu mendengar kata kata kasar dari Mereka walaupun bukan buat Aku tapi sebagai Anak apalagi Saya anak perempuan, bagaimana perasaan Saya mendengar itu ???? Bibi lihat kan setiap Saya berusaha mengajak Papa sama Mama ngobrol, selalu saja ada alasan dan kesibukan. Sebenarnya ada apa sih ???? " tanyaku sedih.

Episode 2

Terkadang Aku mengabaikan permasalahan di rumah dan hang out bersama Teman - Teman. Aku bergaul layaknya Remaja pada umumnya.

Tapi Aku tidak pernah menceritakan kehidupan Keluarga Saya sama siapapun kecuali Bibi.

Saat kelulusanku, Aku dan teman - teman mengadakan perpisahan seperti Anak - Anak sekolah lainnya. Aku dan teman dekatku yang bernama Cloy memutuskan untuk mencoba ke salah satu universitas negeri yang tidak jauh dari rumahku dan itu salah satu Universitas favorit disana. Aku ingin mencoba jalur prestasi untuk jurusan kedokteran walaupun Mama dan Papa bilang masuk swasta saja waktu Aku pernah ngasih tahu saat itu.

Setiap hari Aku hanya dirumah sejak perpisahan dari sekolah selesai. Aku malas keluar kecuali ada yang perlu. Aku kadang bantu - bantu Bibi di rumah dan suatu hari tiba - tiba Aku berpikir untuk masuk ke kamar Mama sama Papa walaupun biasanya Aku suka kesana.

Aku berpikir pasti ada sesuatu disana petunjuk kenapa Mereka selalu berselisih.

Aku masuk dan perlahan membuka setiap laci dan lemari yang ada disana. Tapi Aku tidak menemukan apa -apa.

Aku berdiri menatap foto pernikahan Mama sama Papa yang terpancar senyum bahagia dari keduanya. Dan Foto Kami bertiga yang menghiasi dinding kamar itu.

Dadaku serasa sesak melihat itu dan membayangkan apa yang terjadi setiap hari. Kata makian dan sebutan binatang sudah menjadi hal biasa antara Papa dan Mama.

" Inikah contoh yang seharusnya di tunjukkan oleh Orang tua kepada anaknya ???? Atau Apa ada masalah saat Aku hadir diantara Papa dan Mama ???? " gumamku rintih menahan airmata.

Hingga suatu saat Papa pulang malam karena meeting di kantor, Aku mendengar ketokan pintu di depan kamar Mereka. Papa mengetok pintu kamar tapi Mama tak kunjung membukanya hingga membuat Papa emosi dan teriak " Anji** .... Buka pintunya. " teriak Papa sambil menendang pintu itu fengan sangat keras.

Aku sudah terbiasa mendengar itu tapi tetap saja Aku takut dan menutupi tubuhku dengan selimut.

" Bbbbruuuuaaakkk ... " Papa mendobrak pintu kamarnya hingga engkelnya terbuka dan rusak.

" Dasar tuli !!!! " cetus Papa.

" Diam Kamu !!!! kalau tidak suka jangan tidur disini. Banyak bacot !!!! jawab Mama dengan suara kencang juga.

Adu mulut terjadi di kamar itu dan terdengar suara suara makian dan cacian.

Aku semakin takut dan seolah olah batinku tertekan melihat dan mendengar itu.

" Rumah yang biasanya disebut Orang - Orang bukan hanya sebuah bangunan untuk ditempati. Bahkan banyak dari Mereka mengartikan rumah sebagai suatu hal yang bisa menciptakan kenyamanan, kehangatan, dan kebahagiaan dalam hati. "

^^^Tapi bagiku saat ini tidak seperti itu. Aku merasakan kepedihan dan kesedihan yang berada di dalamnya. Yidak ada kebahagiaan yang Aku temukan di dalam rumah itu.^^^

Terkadang Aku selalu berpikir untuk keluar dan pergi ngekos. Aku sudah bisa mengambil keputusan dalam hidupku. Tapi disisi lain, Aku tidak mau meninggalkan rumah dan tidak ingin menambah beban bagi Mama sama Papa.

Aku ingin tahu kenapa dan apa yang menjadi penyebab perubahan sikap Mereka. Apa Mama atau Papa menyebabkan sesuatu kesalahan fatal yang tidak bisa dimaafkan satu sama lain sehingga sikap Mereka jadi seperti ini seolah olah tidak ada yang dipedulikan.

Suatu malam Mama tidak pulang dan Aku juga melihat Papa dari atas yang berjalan oleng karena mabuk. Papa pulang kerja kemungkinan minum - minum bersama teman kantornya atau bisa jadi Papa sendiri yang minum.

" Ma .... kok belum pulang ??? " tanyaku.

" Iya Sayang ... Mama nginap di hotel. Maaf iya gak ngabarin Kamu. Mama lupa. " jawabnya singkat.

" Oh ... GPP Ma.... Mama disana sama siapa Ma ??? tanyaku sedikit sedih atas jawabannya.

" Sendiri, Nak. Mama ingin sendiri dulu. Mama mau nenangin diri dulu, kan besok wekeend. Kamu kalau mau keluar Gpp Nak. Keluar ajah atau jalan jalan, nonton gitu .... " jawabnya santai.

" Oke oke Ma .... iya udah Mama istirahat, iya."

" Iya, Nak. love you ... " kata Mama yang selalu mengatakan itu setiap kali mengakhiri pembicaraan.

Aku menghela nafasku mendengar perkataan Mama tadi bahwa Dia lupa untuk mengabariku. Maksudnya lupa itu apa ?????

Aku langsung turun dan memapah Papa untuk naik keatas dan ke dalam kamarnya.

" Hati - hati, Pa. " kataku sambil memegang tangannya.

" Thankyou Sayang ... " Papa senyum melihatku.

Aku hampir menestaskan airmataku melihat senyum di wajah Papa saat menatapku. Seketika Aku ingin menanyakan " What happen ???? Ada apa ??? " tapi mulutku serasa susah mengucapkannya.

Aku langsung mengantar Papa ke kamarnya dan Dia langsung tidur.

Dengan sedikit berlari, Aku keluar dan berlari ke kamarku. Disana Aku sontak menangis tanpa henti.

Aku tidak tahu harus berkata apa. rasa sesak di dadaku semakin sakit melihat Keluargaku yang tidak ada harmonisnya sama sekali.

Malam itu Aku benar benar tidak bisa tidur. Pikiranku kosong dan hanya duduk di atas kasurku dengan tatapan hampa.

Aku berpikir cara apa yang bisa menenangkan pikiranku. Entah kenapa Rokok langsung muncul dipikiranku.

Aku langsung mengambil HP dan memesan 1 bungkus rokok dari online shop.

Tanpa berpikir panjang, Aku langsung merokok di kamar sendiri dengan pikiran dan perasaan sedih.

Memang benar, ternyata merokok bisa melegakan perasaanKu walaupun itu hanya sedikit.

Mulai saat itu, Aku menjadi Perokok walaupun hanya sesekali. Aku memberi tahu itu sama Bibi tidak sama Papa dan Mama.

Pertama Bibi melarang keras, Tapi akhirnya Dia hanya berpesan jangan terlalu banyak dan sering merokok. Bibi mungkin tahu dan mengerti perasaanku karena Dia sendiri selalu mendengarnya di rumah.

Terkadang Aku juga memesan alkohol untuk menemaiku dimalam harinya. Karena Mama dan Papa belakangan ini sering mabuk - mabukan. Maka Aku juga harus mencobanya. Aku sudah capek bersikap baik dan hanya sebagai Penonton diantara Mereka.

Bahkan Aku pernah satu harian di kamar hanya minum dan merokok. Tapi tidak dipedulikan Mama Papa. Mereka asyik dengan dunianya sendiri, Maka Akupun harus begitu.

Episode 3

Hingga akhirnya hal terpahit dalam hidupku tiba disaat Aku lagi ujian untuk masuk ke universitas yang Aku coba, Orangtuaku Meninggal di tempat karena kecelakaan.

" kring.... kringgg.... " bunyi panggilan masuk beberapa kali di HPku.

Aku langaung mengumpulkan berkasku karena kebetulan sudah selesai. Aku buru - buru keluar untuk merima panggilan dari nomor baru itu.

" Halo ... " kataku.

" Halo selamat pagi, ini dari rumah sakit Harapan. Benar ini yang namanya Mba Ranti ??? "

" Iya benar. Ada apa Mba ???" tanyaku penasaran.

" Mba bisa sekarang kerumah sakit gak ???? ada hal penting yang mau Saya bicarakan. "

" Ada apa iya Mba ??? " tanyaku sedikit penasaran.

" Ini tentang Orangtuanya Mba Ranti. " katanya singkat.

Mendengar itu sontak dadaku langsung deg deg an. Ada apa ini ??? kenapa dari rumah sakit ???? jantungku berdebar kencang. Tiba - tiba mataku Perih.

Tanpa bertanya lagi, Aku langsung matikan panggilan itu dan bergegas ke rumah sakit. Aku mengemudi dengan kencang dan sedikit gemetaran. Airmataku mengalir membasahi pipiku hingga sesekali Aku mengusapnya dengan tanganku agar Aku bisa melihat kedepan.

Aku langsung memarkir mobilku dan berlari ke lobby utama serta berlari menghampiri Suster yang sedang bertugas dan bekerja saat itu.

" Sus ... tadi ada yang menelpon Saya dari rumah sakit ini. Katanya ini tentang Orangtua Saya. " kataku sedikit terbata-bata.

" Mba Ranti iya ???? "

" Iya. " anggukku.

" Maaf iya Mba. sebelumnya Saya turut berduka iya. Orangtua Mba tadi kecelakaan dan meninggal di tempat. Sekarang masih di ruang mayat dan masih diurus sama Dokter dan Polisi. Mba yang sabar iya. "

Mendengar itu sontak kakiku serasa patah dan lututku gemetar. Seluruh tubuhku gemetar mendengarnya dan Airmataku mengalir dengan sangat kencang. Aku tidak menangis bersuara atau berteriak. Aku hanya terdiam tetapi airmataku mengalir deras. Mulutku tidak bisa mengatakan apa - apa.

Beberapa Suster itu langsung memegangku dan hendak mengantarku untuk melihat Mama sama Papa. Tapi Aku tidak bisa melangkahkan kakiku. Aku tidak bisa menggerakkan dan mengakatnya. Kakiku seakan patah dan tidak bisa berjalan lagi.

Aku menutup mataku dan berharap ini hanya mimpi bagiku. Terdengar tangisan Bibi yang berlari menghampiriku dan langsung memelukku erat.

Aku langsung terjatuh di lantai sehingga Aku di larikan oleh Suster ke ruang rawat. Aku langsung di pasang infus untuk menambah energi tubuhku.

Tidak lama kemudian, Aku membuka mataku dan melihat langit - langit kamar rumah sakit itu. Bibi yang duduk disampingku selalu menggenggam erat tanganku sambil mengelus rambutku.

Aku tidak bicara apa - apa, tapi airmataku tidak bisa berhenti. Bibi langaung menenangkanku dan memelukku.

" Kuat iya , Non.... " kata Bibi melihatku.

Aku naik di kursi roda dan didorong oleh Suster diikuti Bibi menuju ruang mayat. Aku tidak bicara apa - apa. Aku terdiam dan hanya melihat setiap lorong rumahn sakit yang Kami lewati. Aku membaca arah panah yang menunjukkan arah Ruang Jenazah.

Dadaku sakit dan sesak. Tanganku gemetar saat hendak memasuki ruangan itu. Tapi dengan sigap Bibi langsung menggenggam tanganku dan berdiri di sampingKu.

Suster langaung membuka pintu kamar itu dan Aku melihat Dua orang tidur terbujur Kaku ditutupi kain putih di atas kursi dorong mayat.

Aku langsung menangis histeris melihat itu. Aku menangis sekencang kencang nya. Aku memanggil Papa Mama dan perlahan menghampiri mayat Mereka.

Aku tidak bisa berkata apa - apa. Perlahan Aku di papah untuk berdiri ditengah - tengah Papa sama Mama. Aku membuka tutupan kain yang menutupi wajah Mama sama Papa.

Aku menangis histeris. Melihat wajah Meraka yang terluka.

" Tidak .... tidak .... ini tidak mungkin .... " teriakku sambil memegang wajah Mama sama Papa.

" Sabar iya Mbak... " kata Suster itu mengelus tanganku.

" Tidak mungkin .... " teriakku pelan.

Bibi langsung memelukku. Aku menangis di pelukan Bibi. Dia tahu bagaimana hancurnya perasaanku saat itu.

Bibi juga histeris saat melihatnya. Dan Dia berusaha tegar agar bisa menjagaku.

Saat itu Duniaku seakan berhenti di hari itu. Semua gelap. tidak ada masa depan dalam hidupku lagi. Semuanya hancur dan sudah tidak ada gunanya lagi dalam hidupku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!