Arga dan Serina sudah menjalani masa pernikahan mereka selama lima tahun lamanya, di awal pernikahan mereka berdua menjadi pasangan yang paling bahagia di dunia bagaimana tidak ?. Serina dan Arga menikah seperti impian banyak pasangan lainnya.
Cinta dan Restu.
Yang paling penting adalah mereka menikah karena cinta.
Menikah karena cinta adalah hal yang sangat membahagiakan untuk kehidupan Serina yang memang hidup di bawah tekanan keluarganya. pada saat tekanan batin dari keluarganya yang selalu mengharapkan segala kesempurnaan darinya saat itulah Serina bertemu dengan Arga.
Kedua orang tua Serina menjalan kan perusahaan mereka di bawah pimpinan langsung dari Suaminya Arga. betapa beruntungnya Serina bisa menikah dengan pria seperti Arga. selain mapan dan memiliki kekayaan di mana-mana Arga juga adalah sosok yang sangat penting di kehidupan nya dan juga keluarganya.
Pertemuan pertama Serina dengan Arga adalah saat Serina untuk pertama kalinya bekerja di kantor sang ayah yang pada saat itu berada dalam kuasa Arga, pertama kali melihat Arga, Serina sempat berpikir buruk tentangnya, tapi pemikiran itu semua hilang setelah lebih dari sebulan Ayah dari Serina meminta gadis itu untuk menjadi sekretaris dari Arga Dari situlah kedekatan keduanya terjalin.
Mereka memutuskan untuk menikah pada 17 juli 20xx setelah menjalin hubungan selama 6 bulan. kehidupan kedua nya sangatlah bahagia Serina tidak lagi hidup di bawah tekanan keluarganya Arga juga sangat memperhatikan dan mencintainya dengan baik begitupula dengan Mertuanya. Serina merasa menjadi wanita yang paling sempurna betapa bangga dirinya bisa menjadi bagian dari keluarga Wahyutama.
Mungkin itulah yang dia pikirkan pada saat itu.
Saat itu Serina tidak memahami benar makna dari kehidupan pernikahan yang dia jalani, Saat Arga menikahi Serina gadis itu hanya tau jika mereka menikah maka Arga hanya akan menjadi miliknya dan hidupnya akan bahagia, sesederhana itu.
Gadis malang itu tidak tau betapa kejamnya dunia luar yang sangat luas, betapa sulitnya kehidupan pernikahan yang ia pikir hanyalah sebuah ikatan yang hanya mengikatnya dan Arga.
Serina lupa jika pernikahan bukan hanya mengenai cinta ataupun hubungan suami-istri saja, tapi juga mengenai.....
Keturunan...
Seorang anak yang akan menjadi penerus dari kedua orang tuannya.
Serina melupakan hal itu dan semua ketakutannya terjadi.
Lima tahun menjalani hubungan rumah tangga bersama Arga, Serina masih belum bisa memberikan pria itu seorang anak mereka sudah berusaha melakukan segalanya untuk mendapatkan seorang anak tapi semua usaha mereka sia-sia.
Arga merasa lelah dengan semuanya pria itu memutuskan menghentikan segala cara yang mereka lakukan.
Mereka hanya menunggu sampai seorang penerus akan hadir di hidup keduanya.
Menunggu adalah hal yang sangat membosankan dan melelahkan untuk pria yang tidak pernah menunggu seperti Arga, pria itu akan mendapatkan apa yang dia inginkan tanpa harus menunggu tapi Tuhan berkehendak lain Arga harus menunggu untuk mendapatkan seorang anak.
Menunggu itu membosankan....
Mungkin hal itulah yang menyebabkan merenggangnya hubungan Arga dan juga Serina.
Serina sudah berusaha menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri yang baik tapi semua hal itu tidak lagi berarti saat dirinya belum juga memberikan seorang penerus untuk Arga.
Pernikahan yang sudah mereka jalani selama lima tahun ini terasa hambar Arga yang Serina kenal berubah, perlahan-lahan sifat pria itu kembali seperti awal mereka bertemu.
Arogan, dan juga Kasar untung saja Arga tidak pernah menggunakan kekerasan dalam hubungan keduanya, tapi satu hal yang sangat membuat Serina tidak bisa menahan rasa sakit hatinya.
Perkataan kasar Arga...
Pria itu sering kali melukainya dengan lisan yang membuatnya sakit hati dan terluka sehingga Serina berharap jika Arga lebih baik memukulnya dari pada menghinanya.
Semua perlakuan yang Serina terima membuatnya merasakan kembali tekanan yang dia alami pada saat Serina tinggal dengan orang tuanya, pria yang membuatnya lupa dengan segala rasa sakit yang ia alami malah membuatnya mengingat kembali kejadian yang perlahan ia lupakan dan membuatnya semakin buruk.
Serina hanya bisa berdoa pada Tuhan semoga pernikahan nya dengan Arga tidak berakhir seperti yang ia bayangkan.
TBC......
Serina mengusap lengannya gusar saat angin dingin Malam bercampur dengan AC menyentuh kulitnya, sudah hampir tengah malam dirinya menunggu Arga tapi suaminya itu belum menampakan batang hidungnya sama sekali, biasanya Arga akan pulang saat jam lima sore tapi itu dulu saat hubungan mereka baik-baik saja tapi sekarang Arga selalu pulang saat larut ataupun tidak pulang sama sekali.
Awalnya Serina tidak terbiasa dengan jadwal kepulangan dari Arga tapi sekarang setelah hampir sebulan berlalu dirinya mulai terbiasa atau lebih tepatnya terpaksa untuk terbiasa.
Klek!
Pintu rumah terbuka lebar menampilkan tubuh kekar milik Arga. Senyum Serina mengembang saat suaminya berjalan dengan gagah masuk ke dalam rumah.
Pria dengan tubuh lengkap menggunakan jas berwarna hitam itu sesekali menggosok rambutnya yang terlihat basah menggunakan handuk kecil dengan sebelah tangannya. Sedangkan tangan yang sebelah lagi menenteng sebuah tas kantor yang biasa pria itu bawa.
Dengan sigap Serina mengambil tas yang di bawa Arga.
"Mas? Kamu habis mandi?"
Pasalnya di luar sana sama sekali tidak ada tanda-tandanya hujan turun tapi kenapa suaminya ini seperti habis mandi.
Arga menghentikan gerakan tangannya. pria itu menatap tajam Serina yang berdiri tepat di hadapannya.
"Maksud kamu apa?!"
Serina tersentak kaget dengan suara menggelegar milik sang suami, sebenarnya Serina sudah terbiasa mendengar nada tinggi Arga sekarang tapi tetap saja dia masih sedikit terkejut.
Tas di tangannya menjadi sasaran cengkeraman dari Serina "Maaf a-aku hanya bertanya"
Arga berdecak kesal
"Lebih baik kamu urus dirimu sendiri dari pada mengurus sesuatu yang tidak berguna!"
Arga berjalan cepat melewati tubuh Serina yang masih diam mematung begitu saja, Serina merasa heran dengan emosi dari Arga beberapa hari ini dia hanya bertanya apakah Arga habis mandi. seharusnya pria itu menjawab dengan santai atau dia bisa menjawab jika ia mandi di kantor?.
Karena Serina tau jika Arga punya kamar pribadinya sendiri di kantor sesederhana itu tapi sepertinya tidak ada hari dimana Arga akan bersikap lembut kembali padanya, entah sampai kapan dia harus melalui masa pernikahan seperti ini yang pasti semua akan berakhir jika dia bisa memberikan keturunan secepatnya pada Arga.
Jantungnya berdenyut sakit setiap kali Arga melayangkan perkataan bernada ketus seperti tadi.
Serina menghela nafas dalam, Mengunci pintu utama lalu serina pergi menyusul Arga yang berlalu ke dalam kamar seorang diri.
Saat membuka pintu kamar dirinya bisa melihat jika suaminya itu terlihat sangat lelah, bahkan tanpa mengganti pakaiannya yang melekat di tubuhnya Arga sudah tertidur dengan lelap mengisi seluruh bagian kasur dengan tubuh besarnya.
Tidak ada yang bisa Serina lakukan sepertinya dia harus tidur di sofa lagi malam ini, sebenarnya dia bisa membangun kan Arga dan meminta pria itu untuk bergeser sedikit tapi Serina harus menelan semua pemikiran itu jika tidak ingin kejadian yang lalu terjadi lagi malam ini.
Serina melepaskan sepatu dan kaos kaki yang Arga gunakan kemudian meletakkannya di tempat yang seharusnya, menarik selimut lalu menutup setengah tubuh Arga menggunakan selimut itu.
"Selamat malam suami ku"
Cup
Serina menghadiahkan sebuah kecupan hangat di dahi Arga yang dulu sering kali ia lakukan, namun sekarang dia tidak akan pernah bisa melakukan semua itu jika Arga membuka matanya pria itu tidak menyukai saat Serina menyentuh nya dengan sembarangan.
Merebahkan dirinya di atas sofa yang berukuran tidak terlalu besar ataupun kecil Serina lagi-lagi hanya bisa menahan air matanya, mengingat segala perlakukan dari Arga yang sangat berbeda dari yang dulu seringkali membuat nya ingin sekali menyerah.
Memikirkan rumah tangga yang ia jalani membuat Serina mengantuk tanpa sadar mata indah milik nya terpejam dan membawanya ke alam mimpi.
Mimpi yang mungkin lebih indah dari pada hidup yang ia jalani sekarang.
.
.
"Serina!"
"Serina!"
Kedua mata Serina terbuka dengan lebar saat suara melengking menusuk telinganya jangan lupakan guncangan yang semakin keras yang dia rasakan.
"Mas Arga?" Serina mengucek matanya yang terasa berat.
"Apa begini kerjaan kamu setiap hari? tidur tidak ingat waktu, bukannya menyiapkan sarapan untuk saya kamu malah enak-enakan tidur hah?!" Arga berteriak marah. pria itu sudah siap dengan setelan kantornya tapi sepertinya sedikit kesusahan dengan Dasi yang ia kenakan.
Serina merasa bersalah karena dia bangun terlambat, bangun dari tempatnya tidur Serina mengambil alih dasi di tangan Arga untuk membantu suaminya bersiap.
"Maaf, biar aku bantu"
Arga yang lagi-lagi mendengar permintaan maaf keluar dari mulut Serina berdecih tidak suka.
"Maaf? cuma itu yang kamu bisa?" Ucapnya remeh.
Serina berusaha tidak peduli kedua tangannya masih fokus dengan simpul dasi di leher sang suami.
Tatapan tajam Arga tidak lepas dari wajah Istri yang sudah dia nikahi selama lima tahun ini, tidak banyak berubah masih cantik seperti dulu bahkan kelembutan dari Serina tidak pernah berubah.
Dia sadar sikapnya buruk beberapa bulan belakangan ini tapi entahlah setiap melihat wajah wanita di hadapannya ini membuatnya muak.
Serina tersenyum setelah menyelesaikan pekerjaannya "Sudah" suara lembut milik serina membangunkan lamunan dari Arga.
"Apa sudah ada tanda-tanda?"
Senyum lebar di wajah Serina lenyap seketika mendengar pertanyaan yang cukup sensitif untuknya.
Arga mengerti dengan keterdiaman istrinya, pria itu berusaha menahan emosinya.
"Sudah hampir enam tahun kita menikah, dan kamu belum juga memberikan anak untuk ku serina, kamu tau itu kan?" suara Arga terdengar tenang tapi Serina tau jika suaminya itu tengah menahan emosinya.
"Maaf Mas, mungkin tuhan belum mengijinkan kita untuk memiliki anak" Jawaban dari Serina membuat emosi yang Arga tahan meluap seketika.
Grep!
Arga mencengkeram dagu Serina dengan kasar.
"Ini semua adalah salah kamu! mulai sekarang jangan mengerjakan pekerjaan apapun! duduk diam saja di rumah!" Sentak nya kasar
Mendengar hal itu membuat Serina menatap tidak percaya pada Arga
"Mas? kalau begitu apa yang akan aku lakukan di rumah sebesar ini?" Dulu Arga melarangnya untuk bekerja setelah mereka menikah sebagai gantinya Serina hanya boleh mengurus segala pekerjaan rumah dan juga berkebun seadanya saja. tapi sekarang? apa yang akan Serina lakukan?.
"Jika kamu membantah lihat apa yang akan saya lakukan pada kebun di belakang rumah" Ancamnya.
Air mata Serina keluar begitu saja sikap Arga semakin menjadi-jadi sekarang.
"Bersiaplah untuk nanti malam, kita akan mencobanya lagi"
Brak!
Tubuh Serina merosot begitu saja ke lantai setelah Arga meninggalkan kamar mereka, Tubuhnya bergetar membayangkan jika mulai sekarang dia akan terkurung di rumah ini tanpa melakukan apapun.
Serina merasa jika hidupnya hanya akan menjadi pemuas nafsu milik Arga saja sekarang.
"Bantu aku Tuhan"
TBC....
Tubuh Serina merosot begitu saja ke lantai setelah Arga meninggalkan kamar mereka, Tubuhnya bergetar membayangkan jika mulai sekarang dia akan terkurung di rumah ini tanpa melakukan apapun.
Serina merasa jika hidupnya hanya akan menjadi pemuas nafsu milik Arga saja sekarang.
"Bantu aku Tuhan"
.
.
Seperti perkataan Arga tadi pagi Serina tidak melakukan apapun sejak pagi tadi, yang dia lakukan hanya lah menunggu kepulangan Arga dan menjalankan tugasnya sebagai seorang istri nanti malam.
Waktunya hanya dia habiskan untuk memasak dan menonton TV untung saja Arga tidak melarangnya melakukan hobinya memasak makanan jika tidak bisa-bisa dirinya mati karena kebosanan.
Saat ini Serina berada di kebun belakang rumah miliknya, kebun itu sudah ada sejak lima tahun yang lalu Arga menghadiahkan sebuah lahan kosong untuk dia tanami berbagai macam tumbuhan, Di awal pernikahan Arga dan Serina sering kali mengurus kebun itu bersama-sama. dan satu hal yang membuat Serina sangat menyayangi kebun miliknya itu.
Pohon Cherry
Pohon yang dia tanam tepat di tengah-tengah semua tanaman miliknya, tidak terlalu besar tapi pohon itu adalah hadiah pernikahan yang Ayah dan ibunya berikan untuknya pohon itu ia dan Arga tanam pertama kali saat mereka pindah ke rumah ini karena itulah kebun itu sangat berarti untuk hidupnya.
Tapi sepertinya Arga tidak menganggap kebun itu berharga seperti Serina walaupun Serina tau jika Arga sedang mengancamnya tapi seharusnya pria itu tidak menyebut kebun miliknya sebagai bahan ancaman. katakanlah Serina terlalu berlebihan tapi memang dasarnya kebun itu adalah salah satu hal yang berharga untuk Serina.
Serina bangun dari duduknya saat dia rasa langit sudah mulai gelap dirinya ingat jika Arga berpesan untuknya bersiap nanti malam itu tandanya Arga tidak akan pulang malam lagi hari ini. walaupun dia tau jika kepulangan Arga karena ada yang pria itu inginkan tapi tetap saja Serina cukup dengan hal itu.
Memikirkan Arga yang akan datang rasa sakit di hatinya hilang seketika membayangkan suaminya yang tidak pernah pulang awal sekarang akan kembali seperti biasanya. dia tidak boleh membuang kesempatan yang entah kapan akan datang lagi.
"Ayo Serina waktunya bersiap"
.
.
Serina baru menyelesaikan mandinya saat pintu kamar terbuka dengan lebar menampakkan Arga dengan setelan jas kerjanya, Melirik sejenak ke arah jam dinding yang berada di samping kirinya. jam lima sore Arga pulang lebih awal dari biasanya.
Dengan senyum mengembang Serina menghampiri Arga, hanya menggunakan handuk yang menutupi tubuhnya dari dada hinggan pertengahan pahanya, Serina tidak malu toh mereka sudah menikah selama lima tahun ini Serina sudah terbiasa.
"Mas kamu pulang lebih awal?" Ucapnya sambil mengambil alih tas di tangan Arga.
Arga mengangguk menatap Serina sejenak kemudian berlalu menuju kamar mandi. selagi suaminya berada di dalam kamar mandi Serina mulai menyiapkan pakaian yang akan Arga gunakan nantinya.
Lima belas menit kemudian Arga keluar dari kamar mandi bersamaan dengan Serina yang juga baru saja kembali dari bawah setelah membuatkan susu hangat untuk Arga.
Arga menggosok rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil, pria itu tidak langsung memakai pakaian yang sudah Serina siapkan Arga berjalan dengan hanya di tutupi handuk pada bagian bawahnya kearah Serina.
"Ini minumlah" Serina menyodorkan Satu gelas susu hangat pada Arga yang langsung di terima baik oleh pria itu.
Baru saja Serina ingin pergi untuk mengambil pakaian Arga tadi, suaminya itu terlebih dahulu mencekal lengannya.
Serina menatap bingung pada Arga "Ada apa Mas?" tanya nya
Arga menyodorkan kembali Susu yang tinggal setengah untuk Serina.
"Minum itu" titahnya
Tidak ingin membuat Arga kesal Serina langsung mengambil gelas yang berisi susu itu kemudian meminumnya sampai habis.
"Aku mau taruh gelas ini dulu"
Grep!
Lagi, Arga kembali menahan Serina yang akan pergi dari sisinya
"Kita harus menyelesaikan ini dengan cepat" begitulah Arga sekarang, tidak ada kata-kata manis untuk istrinya pria itu langsung melakukan apa yang harus mereka lakukan malam ini.
Belum Serina menjawab Arga terlebih dahulu menarik tubuhnya agar merapat pada pria itu, Serina bisa merasakan kulitnya bersentuhan langsung dengan kulit telanjang milik Arga.
"Kamu tau? Saya sangat menyukai tubuh mu ini"
Serina menutup matanya saat Arga mencium lehernya lembut, kecupan pria itu terus berpindah pindah dari leher sampai bahunya yang terbuka.
"Mas"
Bibir dingin Arga beralih pada Bibir manis istrinya, mengusap bibir itu dengan jarinya kemudian mulai menyatukan bibir keduanya dengan perlahan. Serina bisa merasakan sisa-sisa susu yang baru saja mereka minum tadi dari mulut Arga.
Kedua lengan Arga sudah melingkar dengan posesif pada pinggang sang istri, tangannya menyentuh ujung baju yang Serina kenakan kemudian mengangkatnya keatas melewati tubuh Serina begitu saja, saat ini Serina hanya mengenakan pakaian dalam sedangkan Arga masih dengan Handuknya tadi.
Bibir keduanya terlepas menyisakan benang-benang saliva yang bercampur dari bibir keduanya.
Arga berdiri menjauhi tubuh Serina, kemudian pria itu membuka lilitan handuk di pinggangnya di hadapan Serina tanpa malu. Melihat tatapan Arga yang tidak lepas dari tubuhnya membuat rasa malu Serina membuncah wanita itu menundukkan wajahnya dalam.
"Jangan tundukan wajahmu"
Serina mengangkat wajahnya
"Bukan kah kita sudah biasa melakukannya? kenapa malu?" Bukan datang menghampiri Serina Arga malah duduk di atas kasur dengan kondisi yang masih telanjang.
Serina bahkan bisa melihat 'milik' Arga yang sangat besar itu terlihat jelas.
"Ke marilah" titahnya
Serina berjalan kerah Arga duduk, saat dia sudah sampai di hadapannya pria itu lalu menyuruh nya untuk melepaskan pakaian dalamnya juga di hadapan Arga.
"T-tapi Mas" bagaimana Serina bisa melakukan hal itu?
"Lakukan Serina"
Mendengar nada bicara Arga yang mulai meninggi Serina langsung menurutinya.
Melepaskan kaitan Bra yang ia pakai kemudian menjatuhkannya ke lantai kamar, lalu Serina beralih pada dalamnya dan melakukan hal yang sama pula.
Kini mereka sama sama tidak mengenakan apapun di ruangan itu.
Tanpa membuang waktu lagi Arga langsung melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan sejak tadi sentuhan demi sentuhan Arga berikan di tubuh sang istri berharap jika benih yang dia taburkan akan menghasilkan anak seperti yang mereka inginkan.
Setelah menghabiskan malam yang panjang Arga memeluk Serina dengan erat, pandangan Arga jatuh pada perut rata milik Serina.
Serina berjengit kaget saat Arga mencium permukaan perutnya dengan lembut, air matanya menetes saat Arga berbisik lirih di perutnya.
"Tumbuhlah dengan baik"
Arga sangat menginginkan seorang anak tapi Serina tidak bisa memberikannya, wanita itu merasa sangat bersalah setelah semua yang Arga berikan untuknya Serina tidak bisa memberikan apapun padanya.
"Maaf..." Lirihnya
TBC.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!