" Brak "
Sebuah mobil menabrak seseorang sehingga terpental beberapa meter dari tempat semula ia menyebrang. Dia tak sadarkan diri karena terlalu keras hantaman mobil yang telah menabrak tubuhnya.
Lia sedang tergeletak dijalan, seseorang yang melihat kejadian tersebut segera berteriak minta tolong. Tiba tiba datanglah seorang laki laki datang menerobos kerumunan orang yang mengitari tubuh Lia. Dengan segera dia menggendong Lia dan melarikannya ke rumah sakit Dr. Hardjono.
" Dok tolong wanita ini dok. Cepatlah dok dia banyak mengeluarkan darah dok" teriak laki laki yang mengenakan pakaian crem tersebut pada dokter jaga yang bertugas di IGD.
Tak peduli dengan penampilannya yang berantakan serta baju yang penuh dengan darah merah menodai pakaian yang sedang ia gunakan.
Dokter jagapun segera membawa Lia keruang rawat di IGD tersebut. Dengan berada di tangan yang ahli Lia ditanganinya.
Toni sedang mondar mandir di depan ruang IGD tersebut. Ia takut kalau wanita yang telah ditabraknya itu tidak dapat diselamatkan.
Ya, Toni. Dia adalah lelaki yang tidak sengaja menabrak Lia di depan Supermarket yang bernama Ponorogo Permai tersebut. Toni tidak konsentrasi ketika mengendarai mobil yang telah di tumpanginya. Kala itu pikirannya sedang stres karena tingkah istrinya yang terlalu posesif dengan segala tindakan yang dilakukan Toni. Sekarang beban pikiran itu bertambah ketika kini dia menabrak seorang wanita yang tidak dikenalnya.
****
" Mas, kamu ini memang benar benar suami yang tak tahu diri. Beruntung kamu dapat fasilitas mewah ini dari keluargaku. Tapi untuk mengantar jemput aku saja kamu tidak ada waktu" ucap Asti, istri Toni yang sedang marah marah.
" Bukannya aku tidak mau As, cuman waktu yang kamu minta tidak tepat dengan jadwalku. Kebetulan aku ada meeting dengan clien tadi" ucap Toni menjelaskan.
" Sudahlah mas, tanpa keluarga aku kamu juga bukan apa apa. Tak perlu kamu jelasin lagi. Aku gak mau tahu. Yang jelas kalau besuk aku minta sesuatu kamu harus bisa langsung memberi dan menuruti tanpa alasan lagi" ucap Asti yang tak mau mengerti penjelasan dari suaminya.
Kemudian dia pergi begitu saja tanpa pamit kepada suaminya. Setelah sampai pintu, dibantingnya dua lembar kayu bercat biru yang menutup ruang kerja Toni tersebut.
*****
Lamunan Toni seketika lenyap ketika dokter menanyakan keluarga pasien.
" Saya tidak tahu tentang keluarganya dok, kalau ada sesuatu dokter sampaikan saja kepada saya. Saya yang akan bertanggung jawab penuh terhadap pasien" ucap Toni menjelaskan.
" Begini pak, saudari sedang mengalami pendarahan. Banyak darah yang keluar dari kakinya, sehingga kita membutuhkan donor darah untuk pasien. Persediaan darah dirumah sakit yang sesuai dengan golongan darah pasien sedang kosong" ucap dokter menjelaskan pada Toni.
" Kalau boleh tahu golongan darah pasien apa dok?" tanya Toni pada dokter IGD.
" Pasien bergolongan darah O. Jadi hanya golongan darah O saja yang bisa menyumbangkan darahnya" ucap dokter menjelaskan pada Toni.
" Kalau begitu ambil saja darah saya dok. Kebetulan golongan darah saya juga O" ucap Toni mengenai golongan darahnya.
" Kalau begitu biar suster memeriksa keadaan anda lebih dulu. Kalau memang memenuhi persyaratan maka suster yang akan mengambil darah anda juga diruang donor darah" ucap Dokter IGD tersebut pada Toni.
Toni dan suster langsung menuju ruang donor darah. Setelah serangkaian pemerikasaan dijalani akhirnya Toni lolos juga dari tahap itu. Kini suster sudah siap memasang jarum untuk pengambilan darah dari tubuh Toni. Tak terasa sudah 2 kantong darah keluar dari tubuhnya.
Lemas sudah pasti karena dia kehilangan darah sebanyak itu. Untuk memulihkan tenaganya yang lemah dia menuju kantin. Disana dipesannya makanan dan minuman untuk dirinya sendiri.
Ketika sedang menunggu pesanannya datang
tiba tiba handphone Toni berbunyi. Diliriknya nama yang ada dalam handphone tersebut.
" Asti" gumamnya dalam hati. Ada apa lagi nih dengan wanita satu ini.
Tidak mau ambil pusing karena kondisinya juga masih belum stabil, Toni lebih memilih untuk mengabaikan panggilan dari istri posesifnya tersebut.
Kalau Asti tahu Toni telah menabrak seseorang dengan mobilnya, bisa dipastikan dia akan lebih uring uringan lagi terhadap Toni.
Disisi lain Asti sedang marah marah sendiri karena sudah beberapa kali menghubungi Toni tapi tidak juga diangkatnya.
Akhirnya pesanan yang Toni pesan datang juga. Dia makan dengan sedikit terpaksa karena masih memikirkan wanita yang telah jadi korban atas keteledorannya saat mengemudi.
Selesai makan Toni langsung menuju ruang IGD. Setelah beberapa saat dokter beserta suster keluar dari ruang tersebut.
" Bagaimana keadaan pasien dok?" tanya Toni memastikan.
" Alhamdulillah pasien bisa diselamatkan karena mendapat donor darah tepat waktu. Dan sekarang pasien bisa dipindah keruang rawat walaupun pasien masih belum sadarkan diri" ucap Dokter dengan lega.
" Syukurlah kalau begitu dok. Saya yang akan urus administrasinya biar pasien dapat dipindahkan secepatnya" ucap Toni.
Dokter hanya menganggukkan kepalanya. Toni sudah berlalu menuju ruang administrasi.
" Dengan nama siapa ya pak?" tanya petugas administrasi.
" Bagaimana aku tahu. Aku saja belum pernah berjumpa dia" pikirnya dalam hati. Kemudian Toni ingat kalau dia sedang membawa tas Lia. Dicarinya dompet Lia untuk mencari identitasnya disana. Ditemukannya KTP di dalam dompet Lia.
" Atas nama Meliana sus" ucap Toni.
Ya Meliana, itulah nama panjang dari wanita tersebut. Dia biasa dipanggil Lia oleh orang orang yang telah mengenalnya.
Setelah selesai Toni menemui Lia di ruang IGD tersebut dan kini mereka sama sama membawanya keruang inap. Ruang Mawar no 4. Ya disanalah Lia sekarang berada. Masih berbaring tak sadarkan diri. Sementara Toni keluar sebentar menuju mobil untuk mengambil pakaian ganti. Dia terbiasa membawa pakaian ganti dimobil untuk berjaga jaga. Pikirannya sudah agak reda karena Lia sudah keluar dari ruang IGD.
Toni menuju ke ruang Mawar no 4 kembali untuk menemani Lia. Dia binggung harus n
menghubungi siapa. Karena di nomer handphonenya tidak ada nomer keluarga yang tertera.
Ketika hendak mengambil air wudlu Toni melihat jari tangan Lia bergerak.
" Mel, bangun mel" ucap Toni memohon.
" Aaaku dimana?" jawab Lia terbata bata karena baru saja siuman.
" Kamu dirumah sakit sekarang. Jangan bergerak dulu. Kakimu masih sakit" ucap Toni.
Sebenarnya bukan kaki saja yang diperban, beberapa bagian tubuh yang lain juga ada yang terluka. Namun yang paling parah adalah di kakinya.
Melihat keadaannya, Lia jadi teringat akan peristiwa yang telah menimpanya itu.
" Maaf kalau boleh tahu anda siapa ya?" ucap Lia lirih.
" Perkenalkan saya Toni. Saya yang telah menabrak anda sekaligus yang mengantar anda kerumah sakit ini" ucap Toni sambil mengulurkan tangannya.
" Terima kasih karena sudah mau bertanggung jawab" ucap Lia menerima uluran tangan dari Toni.
Setelah perkenalan mereka, Toni dan Lia bercakap cakap sebentar. Keduanya pun mengantuk karena waktu sudah malam. Lia tidur di brankar tidurnya dan Toni tidur di sofa menamani Lia sampai bisa dibawa pulang.
Keadaan Lia sudah membaik dan dia sudah diperbokehkan pulang hari ini. Merasa bertanggung jawab atas kejadian yang menimpa Lia maka Toni menawarkan diri untuk mengantarkan Lia pulang ke rumah kontrakannya.
" Li, ayo aku antar kamu pulang. Dokter sudah memberi ijin untuk pulang hari ini" ucap Toni kepada Lia.
" Tidak usah mas, biar aku pulang sendiri saja, nanti aku merepotkan mas Toni" ucap Lia menolak tawaran dari Toni.
" Tidak apa apa. Lagi pula aku juga yang telah membuatmu seperti ini. Jadi biarkan aku mengantarmu pulang dengan selamat baru hatiku akan merasa lebih tenang dan mengurangi rasa bersalahku pada mu Li" ucap Toni memaksa.
" Baiklah jika itu bisa membuat mas Toni lebih baik. Aku akan bersiap siap terlebih dahulu" ucap Lia menyetujui permintaan Toni.
Setelah berkemas keduanya mulai meninggalkan rumah sakit tersebut. Toni terlihat membawakan tas Lia yang berisi baju ganti selama dirumah sakit. Sebenarnya Lia ingin membawa tas itu sendiri namun Toni memaksa untuk membawakannya.
Mereka kini sudah sampai di rumah kontrakkan Lia, Lia menyuruh Toni mampir untuk beristirahat sebentar dan berterima kasih karena telah mengantar Lia pulang. Keduanya masuk menuju rumah. Lia menyediakan minuman dingin untuk Toni karena memang hawanya sangat panas.
" Diminum mas Teh lemon dinginnya" ucap Lia menyodorkan 2 gelas minuman dimeja ruang tamunya.
" Makasih Li" ucap Toni sambil meneguk habis minuman itu tak bersisa.
" Minuman yang kamu buat sangat enak dan segar. Terima kasih ya" ucap Toni pada Lia kemudian dia pamit pulang pada Lia.
Sebelum naik mobil Toni melambaikan tangannya pada Lia, disambutnya lambaian tangan Toni oleh Lia.
*********
" Mas dari mana saja baru pulang. Kerjaan dikantor ditinggal begitu saja lagi. Aku kan jadi sendirian menghandle pekerjaan kantor. Gaji mas aku potong sebagai konpensasi yang harus mas tanggung karena bolos kerja" ucap Asti ketus kepada suaminya tersebut.
" Ya" jawab Toni datar.
Mau berkata apapun Asti pasti akan melemparkan sejuta alasan untuk menyalahkan Toni dan membenarkan dia. Asti memang tidak mau mengalah terhadap Toni.
Dia begitu sinis dan dingin.
Selesai menjawab kata kata Asti, Toni hanya berlalu meninggalkan istrinya itu menuju ke kamarnya. Ya kamarnya karena selama menikah mereka mempunyai kamar yang berbeda. Toni mulai menuju bathroom dan mengguyur tubuhnya dengan shower agar tubuh dan pikirannya menjadi dingin.
Hidup dengan Asti bukan kebahagiaan yang didapatnya melainkan penghinaan terhadap dirinya. Andai dia dulu menolak menikah dengan Asti pasti dia sudah jadi pengusaha yang mapan. Karena banyak perusahaan besar yang memintanya bekerja di perusahaan mereka. Karena dijodohkan dengan Asti secara otomatis dia harus mengurus perusahaan milik mertuanya itu.
Lamunannya pun buyar ketika dia mendengar bunyi dering hand phone yang ada di kamarnya. Dirasa sudah cukup mandinya dia kemudian memakai baju dan membaca wathshap yang dia terima dari teman kantornya.
Teman Toni mengajak makan siang diluar kantor besuk. Karena merasa bosan akhirnya Toni menerima ajakan teman sekantornya tersebut.
Asti mulai bosan dengan Toni dia berencana membuat Toni tidak betah tinggal dirumahnya dan membuat Toni meninggalkan rumah itu dengan sendirinya. Dia tidak mungkin menceraikan Toni, karena jika itu sampai terjadi, orang tua Asti tidak akan memberikan harta mereka pada Asti. Kecuali Toni sendiri yang meninggalkan Asti, maka Asti masih bisa memiliki harta kedua orang tuanya. Tapi Toni juga masih memiliki saham didalamnya. Bagaimanapun Toni juga yang telah membuat perusahaan tersebut bisa maju sampai sekarang.
*******
Lia sudah bekerja kembali hari ini. Dia tidak ingin dipecat oleh bosnya karena terlalu lama ijin kerja. Walaupun Rendi sudah memberinya ijin namun Lia tetap merasa tidak enak kepada Rendi pemilik rumah makan Bambu Apung yang menjadi tempat kerja Lia tersebut.
Disitu Lia bekerja sebagai koki. Masakannya sering kali mendapat pujian dari para pelanggan. Karenanya juga rumah makan itu sangat ramai dikunjungi pembeli.
Ketika dia sedang menyiapkan pesanan di bilik pelanggan, Lia melihat Toni yang sedang makan siang bersama teman kerja satu kantornya. Mereka tidak saling sapa, hanya mata mereka pernah bertemu tatap beberapa kali dan senyum ketika Toni akan meninggalkan rumah makan tersebut pada Lia. Dari pertemuan yang tidak disengaja ini membuat Toni memiliki ide untuk menjemput Lia ketika pulang kerja nanti.
Ketika Lia pulang dari tempat kerjanya Toni mengahampiri Lia dari belakang dengan mobilnya.
Tin tin tin
Bunyi klakson Toni tersebut membuat Lia menoleh kebelakang. Dilihatnya Toni yang sedang membuka kaca mobilnya.
" Mau pulang bareng Li?" tawar Toni pada Lia.
" Eh mas Toni. Kok bisa lewat sini mas?" tanya Lia balik.
" Satu arah Li, dengan jalan pulang kerumahku, ayo cepat masuk" jawab Toni berbohong pada Lia. Padahal dia harus putar balik jika mengantarkan Lia pulang ke rumah kontrakkannya.
Lia pun masuk ke dalam mobil Toni. Dalam perjalan mereka berbincang bincang seputar pekerjaan mereka masing masing. Biasa namun tetap mengasyikan untuk diperbincangkan.
Apalagi satu sama lain terlihat saling suport dan juga mendukung tentang pekerjaan mereka. Bersama Lia, Toni merasa mempunyai warna baru dalam hidupnya.
Apalagi setelah menjalani pernikahannya dengan Asti yang ibarat seperti berada di neraka. Kalau orang bilang rumahku adalah surgaku, bagi Toni rumahnya adalah nerakanya. Bukan hanya rumahnya saja dikantorpun kalau ada Asti disana dia merasa seperti ada dineraka.
Tak terasa waktu yang dijalan terasa sangat singkat. Toni masih betah ingin berbincang bincang dengan Lia. Toni berinisiatif untuk mengajak Lia makan malam agar dia bisa lebih dekat dengan Lia kembali. Walau sekejap, Lia dapat membuat Toni nyaman bersamanya, dan mulai selalu ingin dekat dengan wanita tersebut.
" Sudah sampai Mas. Makasih atas tumpangannya" ucap Lia membuka pintu mobil dan turun dari mobil itu.
" Tidak disuruh mampir ini, haus lagi" ucap Toni terhadap Lia.
" Kalau mas Toni tidak keberatan boleh saja mampir. Tapi rumahku kan jelek" ucap Lia.
" Gak pa pa Li. Jelek atau bagus yang penting nyaman. Dan aku nyaman ketika berada di rumahmu." ucap Toni sambil turun dari mobil dan mampir menuju rumah Lia.
Seperti biasa Lia akan memberikan minuman segar kepada Toni, kali ini dengan sedikit cemilan yang Lia punya.
" Maksih ya Li, jadi merepotkan" ucap Toni basa basi.
" Gak pa pa mas, aku malah terima kasih sudah dapat tumpangan pulang gratis" ucap Lia pada Toni.
" Kalau kamu tidak sibuk nanti malam boleh gak aku ajak makan malam diluar" ajak Toni kepada Lia.
" Bagaimana ya mas, nanti merepotkan mas Toni ?" jawab Lia pada Toni.
" Aku senang sekali jika kamu mau menerima ajakanku. Seharian dikantor cukup membuat otak ku ini berpikir keras. Kalau kamu mau menemaniku makan malam bersama, itu akan merefresh otakku kembali" bujuk Toni.
" Baiklah mas, kalau begitu" ucap Lia menyetujui ajakan Toni.
" Nanti malam aku jemput disini. Jam 8 aku datang" ucap Toni.
Setelah percakapan mereka usai Toni meninggalkan rumah Lia menuju rumahnya sendiri untuk bersih bersih badan serta mengganti pakaiannya yang sudah bau keringat.
Ketika akan keluar rumah, Asti datang dengan mobilnya.
" Mau kemana lagi mas, sudah malam ini. Seharusnya mas siapkan aku makanan untuk makan malam?" gertak Asti pada Toni tanpa merasa bersalah sedikitpun.Setahuku
" Ada urusan meeting dengan clien di luar. Untuk makan malam kamu kan bisa suruh pelayan untuk masak. Kalau proyek ini gagal yang rugi juga siapa?" jawab Toni berbohong.
Tanpa menunggu jawaban dari Asti, Toni meninggalkannya begitu saja.
" Dasar suami tidak tahu terima kasih. Kalau bukan orang tua aku, kamu tidak akan jadi seperti sekarang ini mas," ucap Asti sambil masuk ke rumah.
Tak butuh waktu lama Toni sudah sampai di rumah kontrakan Lia, dibawanya seikat tangkai bunga mawar warna merah sebagai hadiah untuk Lia.
Diperlakukan romantis seperti itu membuat Lia jadi gimana githu. Ada rasa suka yang mulai muncul dari dirinya.
" Terima kasih mas bunganya. Sangat cantik dan harum" ucap Lia.
" Seperti orangnya Li, bunga itu cocok untuk mu. Orangnya pun cantik dan wangi seperti mawar itu " ucap Toni merayu Lia.
Lia hanya tersenyum malu menanggapi ucapan Toni.
Mereka berangkat menuju tempat makan yang telah mereka rencanakan. Disana suasananya sangat tenang dan damai. Lampu lampu yang bersinar turut menghiasi tempat makan tersebut. Sinar bulan serta bintang turut menambah keromantisan yang ada.
" Wah tempatnya bagus sekali mas?" puji Lia.
" Kamu suka?" tanya Toni
" Tentu saja. Baru kali ini aku menikmati pemandangan yang seindah ini" ucap Lia pada Toni.
" Kalau begitu aku akan sering mengajakmu kemari" ucap Toni.
Mendengar itu Lia jadi tersipu malu sendiri.
" Kenapa kau begitu romantis mas, membuatku terpesona olehmu" ucap Lia dalam hati.
" Kamu kenapa Li, benggong saja dari tadi" tanya Toni.
" Gak ada mas" ucap Lia tersadar dari lamunannya.
Setelah makanan yang dipesan datang, mereka menikmati makan malam mereka. Sikap Toni yang perhatian pada Lia, semakin membuat Lia diatas awan. Apalagi Toni yang suka memuji Lia membuat Lia merasa jadi wanita yang istimewa.
Hari hari mereka berlanjut lebih dekat. Hampir setiap pulang kerja, Toni menyempatkan diri mengantar Lia pulang menuju kontrakannya sepulang kerja. Tak lupa pula Toni mampir ke rumah walaupun hanya sekedar minum minuman yang Lia buat. Teh lemon dingin, itu selalu yang Lia suguhkan pada Toni. Kalau ada cemilan kadang ditambah dengan cemilan.
Kebiasaan itu membuat Toni semakin ingin mendekati Lia. Dia sudah menaruh hati pada wanita itu. Dia lupa dengan statusnya yang sudah mempunyai istri. Dan selama ini, Toni juga tidak pernah dianggap suami oleh istrinya. Hal itulah yang membuat Toni berani mendekati Lia lebih jauh tanpa terpikirkan perasaan Lia, jika tahu kalau dia sudah mempunyai istri.
Hubungan yang mereka jalin sudah semakin dekat saja dari hari ke hari. Bahkan mereka sudah berani jalan berdua ke mall yang ada di daerah sekitar.
" Bukannya itu Toni, lalu siapa wanita yang ada disebelahnya itu. Seperti nya bukan istrinya" gumam Rendi dalam hati.
Rendi terus saja mengikuti Toni dari belakang. Dia ingin memastikan siapa wanita yang bersama Toni tersebut.
Kalau dilihat dari postur tubuh, Rendi yakin itu bukanlah istri Toni. Karena Rendi mengenal betul siapa istri Toni tersebut.
Setelah mereka dalam jarak yang dekat Toni mengetahui bahwa wanita yang bersama Toni itu adalah Lia, karyawati yang bekerja ditempatnya.
Lia adalah sosok yang baik dan ramah dimata teman temannya kerja. Namun mendekati pria yang sudah beristri apa iya, itu yang jadi dalam pemikiran Rendi. Dia tidak ingin dua wanita itu akan sakit hati jika mereka mengetahui ada wanita lain dihati Toni.
" Ada hubungan apa diantara mereka. Setahuku Toni tidak memiliki seorang adik. Atau jangan jangan mereka main belakang. Tapi mana mungkin Lia berani melakukan itu. Setahuku dia wanita baik baik. Atau jangan jangan Lia belum mengetahui status Toni yang sudah mempunyai istri." pikiran Rendi memperkirakan kemungkinan yang ada dari hubungan mereka.
" Atau aku samperin aja mereka berdua" pikir Rendi.
Namun dia urungkan niatnya itu. Dia mengambil foto Lia dan Toni secara diam diam. Ada suatu bukti yang akan menguatkannya ketika bukti itu dibutuhkan, pikirnya.
Sedangkan Toni dan Lia tidak sadar jika sedari tadi ada sepasang mata yang terus memperhatikan keduanya. Mereka terlihat sangat akrab, bahkan seperti sepasang kekasih.
Setelah puas jalan jalan Toni mengantar pulang Lia ke kontrakannya. Toni membawakan belanjaan Lia dari mall tadi.
Setelah itu mereka berbincang bincang diruang tamu.
Ketika Lia hendak mengambil cemilan yang ada didapur, tiba tiba kaki Lia tersandung oleh kaki Toni, sehingga tanpa sengaja Lia memeluk Toni sebagai pegangan untuknya agar tidak jatuh ke lantai. Karena Toni tidak siap akhirnya dia terjatuh menimpa Lia. Tubuh Toni berada diatas tubuh Lia. Lama mereka beradu pandang, ada getaran dalam dada keduanya. Tidak ingin terlalu lama dalam posisi itu Lia mendorong tubuh Toni dari atas tubuhnya.
" Maaf Li, aku tidak sengaja" ucap Toni.
" Tidak apa apa mas, lagian aku yang salah yang sudah menarik mas sampai terjatuh" balas Lia.
Toni pulang kerumahnya karena hari sudah malam. Sampai dirumah Asti sedang menunggunya di sofa ruang tengah.
" Dari mana saja mas, jam segini baru pulang" tanya Asti dengan nada tinggi.
" Ketemu clien" jawab Toni datar tanpa menoleh ke hadapan Asti.
" Jangan bohong. Tadi aku sudah telp ke kantor. Dan kata sekretaris mas, mas sudah pulang dari tadi" jawab Asti sengit.
" Bukannya kamu selama ini tidak mau tahu urusan pribadi ku" ucap Toni tak kalah sengit dari Asti.
" Aku sudah capek kamu perlakukan semena mena As, aku mau kita akhiri saja hubungan kita" ucap Toni, kemudian dia melangkahkan kakinya menuju kamar pribadinya.
Terdengar pintu dibanting dengan keras oleh Toni, sehingga karyawan yang ada dirumahpun sempat ketakutan. Baru kali ini Toni berani marah di rumahnya.
Melihat Toni bersikap kasar seperti itu membuat Asti merasa agak sedikit takut pada Toni, dia berpikir dengan kekayaan orang tuanya yang telah dia miliki Toni akan selalu patuh dan tunduk terhadap apapun yang Asti mau.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!