NovelToon NovelToon

Gadis Malang Pilihan CEO

Bertemu Lagi

Pagi ini di salah satu anak perusahaan milik URM Group sedang terjadi kehebohan.

Mulai dari jajaran eksekutif sampai tingkat OB, semuanya berbaris rapi di depan kantor untuk menyambut kedatangan CEO baru.

"Aku excited banget tau! Nggak nyangka akhirnya bisa ketemu Rio secara langsung," bisik seorang office girl pada temannya.

"Tapi untuk cewek sekelas kita bisa apa? Berharap seorang Mario Richard melirik kita? Ya nggak mungkin keles!"

"Iya sih ... tapi bersyukur aja. Seenggaknya kita cukup beruntung, karena bakalan melihat ketampanan paripurna itu setiap hari. Masih ada banyak gadis yang kurang beruntung di luar sana, mereka hanya bisa melihat Rio dari majalah bisnis ataupun TV."

Wanita di sebelahnya mendesah berat, dia menggelengkan kepala karena reaksi temannya yang over halu.

"Udah deh, diem ... ngehalunya jangan ketinggian, ntar gila! Lihat tuh, rombongan CEO udah dateng." Wanita itu menunjuk dengan isyarat dagu.

Setiap pasang mata kini terpusat ke arah depan kantor saat sebuah mobil mewah berhenti di sana, sejurus kemudian orang yang dinanti-nanti pun turun dari mobil tersebut.

Wajah tampan, alis tebal, rahang tegas, membuat Rio memang pantas menjadi impian para gadis.

Tubuhnya yang tinggi tegap, seolah memberitahu para wanita bahwa ada otot-otot liat yang bersembunyi di balik pakaian mewahnya.

Hanya saja, di balik kesempurnaan fisik yang memukau itu ada aura yang begitu dingin. Rio bahkan tidak tersenyum sama sekali ketika melewati para karyawannya.

Rio bukanlah tipe pria yang suka tebar pesona, walau kenyataannya dia terlalu mempesona

Saat Rio berjalan menuju podium, manik mata setiap wanita tidak berkedip memandang kagum.

"Ganteng banget ... meleleh aku tuh!" gumam seorang wanita dengan pandangan berbinar menatap Rio.

Hati mereka seakan berteriak, "Wahai pangeran impian, kemarilah ... lamar aku, jadikan aku permaisurimu!"

Mereka semua terhipnotis oleh ketampanan CEO muda yang selama beberapa tahun ini selalu berada di list teratas dalam daftar pria paling diminati versi majalah gosip, baik itu dalam negri maupun mancanegara.

Rio yang sudah berdiri di atas podium, dia melayangkan tatapan pada seluruh karyawan, lalu memberi kata sambutan. "Selamat pagi semuanya ... perkenalkan, saya Mario Richard yang akan memimpin perusahaan ini untuk kedepannya. Selama saya memimpin, saya harap kalian bisa menunjukkan kinerja yang baik, dan dedikasi yang tinggi untuk perusahaan."

Gemuruh tepuk tangan langsung menyambut saat Rio mengakhiri sambutan singkatnya. Mario Richard tidak hanya dikagumi berkat ketampanan, tapi ia juga memiliki reputasi besar dalam dunia bisnis global.

Di usianya yang masih 25-tahun, Rio sudah memiliki rekam jejak yang sangat mentereng dalam memimpin perusahaan.

Rio terkenal memiliki ide-ide brilian dan terobosan hebat dalam bisnis teknologi yang digelutinya. Sebelum pulang ke Indonesia, Rio memimpin salah satu cabang URM Group di Amerika, sembari menyelesaikan studi S2.

Selama itu dia berhasil memenuhi lemari tropi di kamarnya dengan berbagai perhargaan bergengsi. Mario Richard selalu berada di list teratas dalam daftar CEO muda yang paling berprestasi, dalam versi berbagai majalah bisnis ternama.

Rio turun dari podium, pria kharismatik itu melangkah penuh wibawa menuju ruang pertemuan. Dia akan mengadakan rapat untuk pertama kali dengan jajaran eksekutif senior, dan para komisaris perusahaan.

bersambung.

Ikuti terus kisah selengkapnya ya, terimakasih sudah membaca.

Salam hangat @Poel_Story27

Tak Henti Dirundung Malang

Meski sosok Rio yang penuh pesona itu sudah menghilang dari pandangan, para karyawan wanita masih tidak berhenti bergosip.

Mereka berangan-angan bisa menjadi wanita paling beruntung yang akan menjadi pendamping hidup Rio.

Di antara para wanita yang tengah hanyut dalam khayalan semu itu, ada seorang gadis cantik berprofesi sebagai office girl yang hanya bisa meratapi nasib malangnya.

Gadis ini bernama Diana Lorenza, sosok bertubuh ramping, memiliki bulu mata lentik, dan lesung dalam di kedua pipinya.

Gadis ini bisa mengalihkan dunia saat ia sedang tersenyum.

Dari sorot matanya yang sendu, Diana menatap Rio sebagai anak laki-laki kecil yang datang dari masa 20-tahun yang lalu. Sosok yang pernah membuat hari-hari Diana penuh keceriaan, saat hidupnya belum dipenuhi berbagai penderitaan seperti sekarang.

"Sadar Diana ... sadar! Mana mungkin Rio masih ingat sama kamu. Ingat, saat ini kamu dan Rio beda kelas. Kamu sekarang hanyalah gadis miskin, yang hidup penuh kesialan. Kalaupun Rio masih ingat, dia pasti malu mengakuimu sebagai teman," gumam Diana dalam lamunannya.

Diana mewanti-wanti diri agar tidak berharap pada sesuatu yang semu. Bagi Diana dirinya hanyalah gadis rendahan, yang tidak memenuhi syarat untuk mengenal orang besar seperti Rio.

"Diana, sini kamu!"

Diana menoleh, tak jauh dari tempatnya berdiri tampak seorang wanita bertubuh gemuk, yang menduduki jabatan supervisor.

"Iya, Bu. Ada yang perlu saya kerjakan?" Diana menghampiri.

"Kamu antar minuman ini ke ruang rapat!" perintah wanita itu.

"Baik, Bu."

Diana meraih nampan yang sudah dipenuhi gelas minuman, lalu membawanya ke lantai paling atas.

Saat Diana memasuki ruang rapat, tampak Rio sedang berdiri menguraikan visi dan misi perusahaan untuk kedepannya.

Diana mencuri-curi lirikan ke arah Rio, sedangkan pria yang ia perhatikan tidak melihatnya sama sekali. Rio adalah pria yang ambisius, dia selalu fokus dengan apa yang ia kerjakan.

'Tuh Diana ... kamu lihat sendiri, kan? Rio tidak melihatmu sama sekali, dia tidak mengingatmu lagi. Jadi kamu jangan berharap yang tidak-tidak, kamu harus sadar diri Diana!" gumam Diana dalam hati.

Namun, saat mendekati kursi Rio, Diana tidak mampu mengkondisikan rasa gugup dalam dirinya. Hal ini membuat kakinya tersandung, hingga minuman yang dibawanya tumpah membasahi pakaian Rio.

"Aduh, Tuan ... maaf, saya tidak sengaja, saya akan membersihkannya," lirih Diana ketakutan.

Diana langsung berjongkok untuk memunguti pecahan beling yang berserakan.

Rio yang perfeksionis itu tidak akan menerima sebuah keteledoran. Rahangnya mengetat sembari menatap punggung Diana yang sedang berjongkok di lantai.

"Sudah, kau tidak perlu membersihkannya. Perusahaanku bisa hancur jika masih mempekerjakan wanita ceroboh sepertimu. Mulai hari ini kau dipecat!" murka Rio.

Napas Diana tercekat, dia memang ceroboh. Namun, yang membuat perasaan Diana teriris adalah kenyataan bahwa Rio sama sekali tidak mengenalnya.

"Siapa di sini manager HRD, cepat berikan pesangon untuk wanita sembrono ini, dan suruh dia angkat kaki dari perusahaanku!" seru Rio.

Seorang pria paruh baya berdiri dari tempat duduknya. "Baik, Tuan Muda. Saya akan segera mengurusnya."

Rio kembali duduk setelah membersihkan noda minuman di pakaiannya dengan tisu. Yang harus dia lakukan adalah melanjutkan rapat.

Sedangkan Diana langsung dipaksa keluar tanpa diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan.

Saat mendekati pintu ruangan, Diana menoleh ke belakang. Mungkin ini adalah terakhir kalinya dia bisa melihat Rio.

Seperti dikehendaki semesta, Rio juga melihat ke arah pintu. Dan sorot mata Rio pun bertemu dengan wajah Diana.

Deg!

Rio yang tadinya belum melihat wajah gadis ceroboh yang telah membuat pakaiannya kotor, tiba-tiba merasa waktu seakan berhenti berputar.

Rio termangu di tempat, untuk sesaat akal pikirannya berhenti bekerja, sebelum kemudian seluruh isi kepalanya dipenuhi oleh wajah Diana.

Siapa gadis itu?

Bersambung.

Haloo ... man-teman, selamat datang di novel terbaru aku, novel ini menceritakan kisah Mario Richard yang bertemu kembali dengan Diana Lorenza, cinta masa kecilnya.

Semoga kalian suka, jangan lupa berikan komentar positif ya, terimakasih

Ikuti terus keseruannya, love banyak-banyak buat kalian.

Kesedihan Diana

Langkah kaki Diana terasa lemas saat meninggalkan gedung pencakar langit tempatnya bekerja. Ralat, bekas perusahaan tempatnya bekerja, karena sekarang Diana bukan lagi office girl di perusahaan tersebut.

Diana duduk melamun sembari menunggu angkutan umum di halte. Ingatannya terbang menyelami masa lalu, di saat ia dan Rio adalah teman dekat.

Dulu, Diana hidup serba berkecukupan, bahkan bisa dikatakan sangat mewah. Damar, almarhum ayahnya adalah seorang pengusaha ternama, yang menjalankan bisnis di bidang E-commerce dan Marketplace.

Saat itu perusahaan milik ayahnya adalah group raksasa, yang tersebar hampir di setiap Negara besar yang ada di Asia dan Eropa.

Roda kehidupan mulai mengarah ke bawah saat Diana berumur delapan tahun. Ayahnya meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat. Lalu ibu tirinya yang tidak becus, menggantikan sang ayah memimpin perusahaan.

Sejak saat itu perusahaan milik sang ayah mulai mengalami kemunduran, dan penderitaan demi penderitaan mulai merundung hidup Diana.

Semuanya semakin diperparah ketika ibu tirinya menikah lagi dengan seorang pria tidak berguna, yang kerjanya hanya menghambur-hamburkan uang. Sampai akhirnya pria itu pergi setelah semua aset keluarga Diana habis tak tersisa.

Lalu Diana bersama ibu tiri, seorang saudara tiri, dan juga neneknya yang sakit-sakitan mulai hidup susah. Mereka sering berpindah-pindah dari satu kontrakan ke kontrakan yang lebih kecil.

Diana yang saat itu masih sekolah dasar pun harus berjuang melawan kejamnya dunia. Diana bersekolah sambil membawa bakul kue besar buatan tetangga, dia berjualan kue demi setiap lembaran receh untuk menyambung hidup.

Sepulang sekolah Diana lanjut menjadi buruh cuci pakaian. Malamnya Diana masih bekerja menjadi tukang cuci piring di sebuah warung pecel lele. Diana kecil itu adalah karang penopang ekonomi keluarga.

Diana adalah gadis yang hidup di garis kemalangan, masa kecil yang seharusnya menjadi waktu belajar dan bermain bersama teman-teman tidak dia dapatkan.

Haknya sebagai anak-anak terenggut habis, Dia tidak lagi mengenal kata senang seperti saat ayahnya masih ada.

Pencapaian terbaik Diana adalah saat ia berhasil menamatkan sekolah menengah, lalu diterima bekerja menjadi office girl.

Namun, bukan berarti kehidupan Diana mulai senang. Diana tidak pernah bisa menikmati gajinya, dia hanyalah seekor sapi perah untuk ibu dan saudara tirinya.

Bahkan, Diana harus pintar-pintar menyembunyikan uang agar bisa membeli obat untuk neneknya.

"Ya Tuhan ... aku harus apa? Tunjukkan jalanMu Tuhan," lirih Diana, bulir-bulir bening pun mulai menitik dari sudut matanya yang sudah berkaca-kaca sejak tadi.

Diana benar-benar bingung, sekarang semuanya menjadi lebih buruk. Diana tidak lagi memiliki pekerjaan setelah dipecat oleh Mario Richard, CEO sombong yang pernah menjadi teman kecilnya.

Namun, tidak ada umpatan di hati Diana untuk Rio. Lagi pula menurut Diana wajar Rio tidak lagi mengenalnya. Mereka tidak pernah bertemu lagi selama 20-tahun, dan kalaupun Rio memiliki ingatan yang kuat, CEO kaya raya itu pasti malu untuk mengakui Diana sebagai teman.

Tanpa terasa bus umum yang ditumpangi Diana telah tiba di daerah tempat tinggalnya yang berada di pinggiran kota. Lalu gadis itu turun dan menyusuri gang sempit di perkampungan kumuh, untuk sampai ke rumah kontrakannya.

"Siang, Diana ... kok hari ini pulangnya cepat?" sapa seorang ibu-ibu yang berpapasan dengannya.

"Iya nih, Bu. Kebetulan aja bisa pulang cepat," jawab Diana sembari memperlihatkan senyum ramahnya.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!