Ha...ha...apa yang kau lakukan kepadaku" ucap seorang wanita yang meringkuk di lantai.
Memperhatikan kedua orang yang sedang tersenyum bahagia. Sampai seorang perempuan yang mengenakan gaun mewahnya membungkuk di hadapan wanita malang itu.
" Kau kasihan sekali, Aresta." Ucap seorang wanita dengan senyum licik terbit di wajahnya.
Sedangkan wanita yang di panggil Aresta hanya bisa terbaring lemah dengan mulut yang mulai mengeluarkan darah.
" A..ku ta...hu uhuuk...seja..k aw...al...kau han...ya memanfa...atkan dir...iku..." Ucap Aresta dengan suara terbata-bata dan batuk mengeluarkan darah dari mulutnya.
" Tentu saja aku telah memanfaatkan mu mulai dari kejadian malam itu Aresta. Aku memang tidak bisa memberikan Yang Mulia seorang anak. Tetapi aku bisa memberikannya anak dari orang lain. Jadi saat malam itu aku telah mencari seorang target untuk mencari seseorang yang pas untuk mengandung anaknya. Sampai aku menemukanmu dan membuatmu hamil dengan melakukan satu malam tanpa di sadari oleh beliau. Sekarang anak ini telah menjadi milikku. Selamat tinggal Aresta." Ucapnya sambil menekan pelatuk pistol yang ada di tangannya.
Dor...
Peluru tersebut mengenai dada Aresta sebelum menghembuskan nafasnya. Ia masih bisa melihat wanita itu membawa anaknya yang masih empat tahun pergi dari hadapannya.
" Aku harap bisa mengembalikan waktu yang telah ku buang.....dan bisa memperbaiki kesalahanku.... terutama...kepada....anakku Silas...." Batin Aresta sebelum menghembuskan nafasnya untuk terakhir kalinya.
Aresta merasakan jiwanya berada di sebuah ruangan hampa dan gelap. Dirinya sama sekali tidak merasakan apapun selain kesendirian untuk kesekian kalinya.
Hidupnya yang dulu sudah mulai terang dengan keberadaan anak laki-laki nya. Semuanya telah di renggut oleh wanita itu yang sayangnya seorang Ratu dan isteri dari ayah anaknya.
Memang ini kesalahannya yang ingin sekali memiliki kehidupan yang enak. Ketika awalnya dia mengetahui dirinya mengandung karena hubungan satu malam dengan seseorang yang tidak dikenalinya.
Hidupnya hancur berkeping-keping sebab dirinya tidak bisa menggapai mimpinya sebagai seorang Dokter. Hancur semuanya sebab dirinya harus merelakan beasiswa nya di cabut akibat kehamilannya.
Sejak itu dirinya mulai membenci bayi yang dikandungnya. Sudah berbagai cara dia lakukan untuk membunuh bayi tersebut tetapi sayangnya itu tidak bisa.
Sampai sang bayi lahir tiba-tiba saja datang seorang wanita yang mengakui ingin mengurus bayinya dan menyerahkan banyak harta untuk nya.
Tentu saja yang saat itu Aresta yang baru saja berusia 19 tahun menerimanya dengan mudah. Karena pikirannya saat itu hanya ingin menyelesaikan pendidikan nya dan menjadi Dokter.
Tapi sayangnya mimpi itu sudah hilang bersamaan nya dirinya kehilangan anaknya yang diambil oleh wanita rubah itu.
Jika dia di berikan kesempatan untuk kembali ke masa lalu. Dirinya hanya ingin memiliki waktu sepanjang hidupnya bersama anaknya dan menjauhkan nya dari hidup kekejaman kerajaan itu.
Untuk memberikan kehidupan Puteranya sempurna. Memberikan yang selama ini ia tidak pernah lakukan kepada puteranya.
Ketika melihat sebuah cahaya yang menerangi nya. Aresta tergoda untuk menghampirinya hingga....
" Enngh...." Lenguhan Aresta sebelum membuka matanya.
Bertapa terkejutnya Aresta melihat sekelilingnya terlihat tidak asing baginya.
" Aku dimana? Mengapa aku berada di kamar ini?"batin Aresta bertanya-tanya.
Tiba-tiba saja dia menyadari bahwa kamar ini adalah....
" Jangan bilang ini kamar ketika aku menghabiskan satu malam ku bersama dengan pria itu....
Countine...
Jangan bilang ini kamar ketika aku menghabiskan satu malam ku bersama dengan pria itu." Ucap Aresta sebelum membalikan badannya dan bertapa terkejutnya dirinya melihat seorang pria yang sedang bertelanjang tidur di sampingnya.
Aresta melihat juga keadaannya yang hanya di balut sebuah selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Ia menutup mulutnya tidak percaya bukan karena ia kehilangan keperawanan untuk kedua kalinya.
Tetapi Aresta bisa kembali melihat nya sambil tersenyum ia memegang perutnya yang nantinya akan tumbuh seorang bayi kesayangannya.
Aresta melirik sebentar pria yang tidur bersamanya. Pria itu sangat tampan dengan rambut hitamnya yang berantakan dengan kulit yang sedikit kecokelatan. Membuat para wanita rela melemparkan tubuhnya ke pria itu. Apalagi dengan status nya sebagai seorang Raja.
Sayangnya Aresta tidak peduli dengan itu sebab buat apa harta itu jika dirinya nanti akan kehilangan Puteranya untuk kedua kalinya. Mumpung pria tersebut masih tertidur pulas lebih baik dia pergi jauh untuk menempuh kehidupan baru bersama bayi kecilnya.
Dengan segera Aresta berpakaian tanpa perlu membersihkan diri terlebih dahulu. Sebab takut Aresta akan kehilangan kesempatan untuk lari.
Sesudah berpakaian Aresta langsung mengambil beberapa uang lembar milik pria itu untuk kebutuhannya melarikan diri dan menuliskan sebuah catatan.
Setelah menulis Aresta langsung keluar dari hotel dan memanggil taksi. Ia bernafas lega karena tidak lama dirinya menemukan taksi setidaknya ia aman jika sewaktu-waktu para pengawal kerajaan akan menemukannya lagi.
" Mrs. Anda ingin pergi ke mana?" Tanya sang sopir taksi kepada Aresta.
Aresta yang tersadar dari lamunannya langsung menjawabnya.
" Bawa saya ke alamat ini." Ucap Aresta yang mengambil sebuah kertas yang tertulis alamat sebuah tempat dimana dirinya akan aman untuk sementara sebelum bersiap-siap ke luar negeri.
" Baiklah Mrs." Ucapnya sebelum menjalankan taksinya.
Ketika taksi sudah berjalan Aresta melihat kebelakang dan melihat ada beberapa orang berpakaian rapi berdiri di depan pintu hotel. Aresta menutup mulutnya supaya tidak berteriak karena dirinya bisa lolos.
Setelah beberapa jam kemudian akhirnya sampai di depan sebuah rumah kecil di pinggiran kota. Aresta membayar dengan uang yang di ambilnya tadi.
" Hah...mari kita berberes-beres aku tidak bisa menunggu lebih lama. Jika tidak nanti mereka tahu aku hamil nantinya. Apalagi sekarang adalah masa suburku." Ucap Aresta yang langsung memasuki rumahnya.
Dengan cepat Aresta membereskan semua barang-barang dari pakaian, dokumen-dokumen penting seperti pasport, dan kartu identitas.
Setelah membereskan barang-barang nya Aresta langsung menarik kopernya keluar dari rumahnya. Di depan sudah ada taksi yang di pesan nya tadi dan tujuannya menuju ke bandara meninggalkan negara ini. Menjauhkan dirinya dan Puteranya dari wanita itu terutama ayah kandungnya.
Hidupnya hanya ingin bersama Puteranya dan membangun sebuah rumah yang di sebut keluarga. Hanya berdua.
Biarkan dirinya meraih kebahagiaan tanpa ada penghalang lagi.
Sedangkan di sisi seorang pria yang baru saja terbangun dengan keadaan hanya di tutupi selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Terlihat kebingungan ketika melihat di sampingnya yang sudah kosong dan meninggalkan sebuah kertas.
Tanpa berdiam diri lagi pria tersebut membaca kertas itu. Sebelum meremas nya dengan wajah memerah padam.
" Saya akan menemukan mu dan membuatmu jatuh ke dalam genggaman ku." Ucapnya sambil tersenyum miring dengan wajah yang menunjukkan sebuah obsesi baru.
Maaf kan aku yang telah menghabiskan waktu semalam dengan anda, dan anda tidak perlu khawatir jika sesuatu terjadi kepada saya. Lupakan kejadian semalam
Salam A.
TB; saya mengambil uang anda yang berada di dalam dompet untuk pulang ke rumah.
Goodbye....
Countine....
4 tahun kemudian.....
Tap...tap....
Suara langkah kaki seseorang mengisi kesunyian lorong tersebut. Terdapat seorang pria yang melangkah dengan langkah tegap dan berwibawa. Jangan lupa aura nya yang mampu membuat semua orang ketakutan.
Pria tersebut tiba-tiba saja menghentikan langkahnya untuk memandang sebuah bulan yang menyinari malam hari. Dia memejamkan matanya sebelum membuka matanya kembali memperlihatkan mata nya yang berwarna abu-abu hampir kehitaman dengan sorot mata yang gelap.
" Sudah empat tahun berlalu, sebentar lagi kita bertemu." Ucapnya sambil tersenyum miring.
Critt....
Seorang wanita membuka matanya setelah merasakan cahaya matahari menembus celah-celah jendelanya. Menandakan bahwa sekarang sudah pagi hari.
Wanita itu turun dari ranjangnya berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri nya. Setelah itu dia memasak sarapan pagi.
Tap...tap...
Mendengar suara langkah kaki membuat wanita tersebut menghentikan memasaknya dan membalikan badannya sambil tersenyum manis.
Melihat seorang anak laki-laki berlari menuju ke arahnya dengan penuh semangat.
" Mommy.." ucap anak laki-laki itu sambil menimbrung badan wanita tersebut dan memeluk kakinya.
Wanita itu terkekeh pelan sebelum kemudian berjongkok dan mencium wajah anak laki-laki itu sampai membuat nya terkikik geli.
" hahahaha itu geli... hahaha Mommy..." Ucap nya sambil tertawa senang.
Wanita itu mendengar suara tawa anak laki-laki tersebut terasa bahagia. Wanita itu Aresha key arendelle. Seorang wanita yang kembali ke masa lalu untuk memperbaiki hubungannya dengan putera semata wayangnya.
Seorang wanita yang dengan tega nya menyiksa anaknya yang sama sekali tidak berdosa. Menimbulkan perasaan penyesalan yang mendalam. Mengingat itu semua membuat Aresta merasa takut jika suatu hari nanti Puteranya yang di beri nama Silas Nathalio Maximiliano akan membencinya.
Tanpa sadar air mata Aresta turun mengingat bagaimana di akhir-akhir hidupnya dulu anaknya menatapnya dengan takut. Sampai seseorang menghapus air matanya yang jatuh tanpa di sadari.
Aresta langsung melihat ke arah Silas yang sedang menatapnya sedih.
" Hei mengapa Silas terlihat sedih, coba ceritakan kepada Mommy apa ada seseorang yang menyakiti Silas. Nanti Mommy akan menghukum anak itu." Ucap Aresta yang menunjukkan wajah seriusnya.
Silas yang mendengarnya tersenyum tipis sebelum menggelengkan kepalanya. Seolah mengatakan tidak ada satupun orang yang mengganggunya.
" Tidak apa-apa Mom, Silas tidak terlalu mempedulikannya lagipula Silas hanya punya Mommy sudah lebih cukup. Silas tidak butuh Daddy." ucap Silas sambil tersenyum.
Aresta yang mendengarnya merasa terharu sekaligus penyesalan yang menumpuk di kehidupannya sebelumnya. Aresta memeluk Silas dengan erat. Anak yang disia-siakan olehnya, anak yang sama sekali tidak pernah diberikan kasih sayang olehnya.
" Mom juga hanya butuh Silas saja, kita bisa hidup berdua bersama-sama. Kau begitu kita tidak perlu sedih lagi sekarang bagaimana kalau kita sarapan Mommy sudah membuat Pancake dengan saus madu kesukaan Silas." ucap Aresta sambil menuntut Silas ke meja makan.
Selesai sarapan bersama Aresta mengajak Silas ke Daycare tempat yang biasanya Aresta menitipkan Silas di sana selama dirinya bekerja.
Aresta menggelengkan kepalanya melihat Silas yang tampak kesulitan mengikat tali sepatu. Aresta memutuskan untuk membantunya mengikat tali sepatu nya.
" Sudah, ayo." ucap Aresta sambil menggenggam tangan Silas membawanya keluar dari Apartemen.
Selama berada di sini Aresta mendapatkan namanya kesenangannya karena sampai saat ini pria atau wanita itu tidak mendatanginya.
Itu membuatnya sedikit lega....
Countine...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!