Atlas terbaring diatas tempat tidur yang sudah ditaburi banyak sekali bunga berwarna merah serta wewangian yang menyengat pernafasan nya. Ia masih lengkap dengan jasnya tanpa dibuka sedikitpun. Ia berbaring sembari menatap langit-langit kamar yang kini sudah sangat indah dihiasi beberapa hiasan di dalamnya.
"Merepotkan!" Kesal Atlas menarik beberapa bunga disampingnya kemudian membuang nya kelantai begitu saja.
Ia masih sangat kesal dan juga marah karena semua perbuatan mamahnya yang benar-benar sama sekali tidak mendengar kan pendapat nya serta begitu memaksakan kehendaknya yang sama sekali tidak menyenangkan Atlas.
"Kamu harus menikah dengan Ranti!"
Tiba-tiba saja kata itu keluar dari mulut sang Mamah saat mereka baru saja pulang dari taman hiburan dan saat itu Atlas benar-benar kaget hingga hampir saja menabrak pembatas jalan dan untung saja ia dengan cepat bisa stabil kembali. Jelas permintaan mamahnya adalah sebuah kejutan yang sangat tidak bisa ia prediksi.
"Apa Ranti tau mamah merencanakan ini?" Tanya Atlas dengan mencoba untuk tetap tenang.
Mamah menggeleng dan tersenyum kearah Atlas "Tidak tahu, mamah baru saja mengatakan ini hanya kepada mu. Kalau kamu setuju mamah baru mengatakan kepadanya," ucap mamah dengan santai.
Atlas menggeleng dengan cepat karena permintaan mamahnya benar-benar tidak masuk akal sama sekali "Mamah kenapa begitu? Ahh kalau sedang bercanda hal-hal seperti itu bukanlah pantas untuk dijadikan sebagai guyonan mah."
Mamah menggeleng dengan cepat "Jelas tidak bercanda nak, mamah sudah memikirkan ini jauh-jauh hari dan kalian benar-benar sangat serasi. Apalagi Ranti sudah lulus SMA."
"Mamah! Cukup aku gak mau denger lagi," ucap Atlas dengan dingin.
"Mamah benar-benar harus menikahkan kalian berdua, kamu sudah lama sendiri dan Ranti sudah lulus SMA bukankah kalian akan serasi jika bersama?"
"Tidak sama sekali mah, Ranti masih muda dan juga ia berhak mendapatkan laki-laki yang masih perjaka bukan Duda seperti ku."
Mamah menggeleng dengan cepat "Pa salahnya jika dia mau? Mamah yakin 100 persen kalau kalian akan serasi. Mau yah!"
Atlas dengan cepat menggeleng karena ia sama sekali tidak pernah membayangkan hal itu terjadi antara ia dan Ranti.
"Mamah benar-benar keterlaluan, bukankah mamah ingat saat mamah membawanya ke rumah aku benar-benar tidak setuju dan sekarang mamah bahkan ingin menikahkan kami berdua? Aku benar-benar menolaknya tanpa kecuali mah."
"Kamu pikirkan dulu dan mamah yakin kalau Ranti juga pasti akan setuju, dia dan anakmu saja sudah sangat dekat dan itu sudah menjadi nilai plus bukan?"
"Mah!"
"Bagaimana kalau dia mau?"
"Dia pasti akan menolak mah!"
"Bagaimana kalau ia mau?" Tanya mamah sekali lagi.
"Kalau ia mau aku akan mau mah tapi aku sangat yakin 100 persen kalau Ranti akan menolak mah, akhh sudahlah aku pusing."
"Janji yah! Mamah pegang janji kamu, kalau Ranti mau kalian harus secepatnya menikah."
Atlas mengangguk dengan acuh ,ia dengan sangat yakin Ranti akan menolak nya karena ia juga yakin kalau Ranti akan memiliki pendapat yang sama dengan nya.
Namun siapa bisa menduga ternyata Ranti dengan mudahnya menerima saran tidak masuk akal dari mamah itu,sama sekali tidak ada paksaan dan juga bujukan Ranti dengan mudahnya menyanggupi itu hingga Atlas benar-benar tidak bisa lagi berkata-kata.
Ia masih saja tidak percaya karena Ranti juga sama gilanya dengan mamah. Bagaimana bisa ia dengan mudah menyetujui permintaan mamah seolah ia juga sudah lama menginginkan hal tersebut. Belum lagi gadis muda itu bahkan tersenyum malu saat menyetujui itu.
"Gila! Mereka berdua benar-benar sama gilanya," gumam Atlas dengan sangat kesal.
Kalau ia kembali mengingat semua itu ia benar-benar stress dan juga masih belum bisa menerima kenyataan itu.
Hari ini ia dan Ranti baru saja melangsungkan acara pernikahan dan kini ia sudah menjadi suami sah bagi Ranti Yang baru saja lulus dari SMA itu. Ia benar-benar masih tidak mengerti dengan jalan pikiran mamah dan istri nya itu.
"Bagaimana bisa aku menilah dengan seorang gadis SMA saat aku masih mencintaimu Nita,"gumam Atlas mengingat mantan istrinya yang sampai kini belum ada kabar sama sekali.
"Anak kita sudah besar dan kamu belum juga kembali!"
Atlas seketika menjadi sangat sendu karena mengingat mantan istrinya yang pergi sekitar 5 tahun yang lalu. Ia benar-benar masih setia menunggu kepulangan Nita bahkan saat ia ditinggalkan oleh gadis itu.
Tiba-tiba saja lamunan nya buyar saat ia mendengar pintu kamar terbuka dan memperlihatkan Ranti yang tiba-tiba masuk seperti di dorong oleh seseorang dari luar kamar.
"Mah! A,,aku," ucap Ranti gugup dan juga canggung melihat kearah luar.
"Sudahlah,kamu masuk sama dan lakukan tugasmu sebagai seorang istri. Mamah mendukung kalian yah hehehe."
"Ooh iya, Aska biar mamah saja yang jaga." Senyuman mamah benar-benar terlihat sangat mencurigakan.
Pintu tertutup dengan rapat dan bahkan dikunci dari luar hingga kini Ranti mematung berdiri di dekat pintu. Dengan balutan dress berwarna putih yang masih sangat rapi di tubuhnya ia benar-benar terlihat sangat cantik dengan gaun pernikahan itu.
Ia melihat kearah Atlas yang terbaring membelakangi nya jantung nya berdegup dengan sangat kencang karena ini masih Seolah mimpi baginya. Menjadi istri dari laki-laki yang ia cintai sejak lama benar-benar seperti mimpi baginya.
Ia kini sudah menjadi istri sah Atlas Raharja dan ia sangat ingin berteriak kepada dunia bahwa ia adalah seorang gadis yang sangat beruntung karena berhasil meraih impian nya sejak dahulu.
Dengan pelan ia mencoba untuk tetap tenang dan menarik nafas dengan rileks namun melihat suasana kamar ia benar-benar sangat gugup karena ranjang bahkan sudah dihiasi dengan beberapa bunga serta wewangian itu bahkan bisa ia hirup.
"Aa,aku benar-benar gugup bukan main. Tolong tenangkan dirimu Ranti, Jangan seperti ini." Batin Ranti dengan mencoba untuk tetap tenang.
Dengan pelan ia berjalan kearah Atlas yang masih membelakangi nya. Ia dengan ragu melirik apakah Atlas tertidur atau bagaimana?.
"Apa mas Atlas juga gugup hingga tertidur begitu?" Tebak Ranti dengan senyuman gemas.
Ia benar-benar sangat gugup bukan main apalagi membayangkan semua hal yang mungkin terjadi diantara mereka berdua karena kini mereka berada di dalam kamar yang sama dan bahkan sudah sah menjadi pasangan suami istri.
"Apa yang kamu bayangkan ha? Sadar Ranti!"
"Ma,,mas?" Panggil Ranti dengan pelan mencoba untuk menyapa Atlas yang benar-benar sudah muak itu.
"Mas? Sejak kapan bocah ini beralih memanggil ku dari sebutan kakak menjadi mas? Sudah gila dia." Batin Atlas kesal dan masih saja berpura-pura untuk tidur.
"Mas, bukankah seharusnya mas mandi lebih dulu? Setelah itu kita baru bisa tidur mas. Mandi lebih dahulu yah!"
"Jangan ganggu aku,aku benar-benar ngantuk dan satu hal yang harus kamu tahu kalau aku benar-benar tidak bisa berbagi ranjang dengan mu. Terserah mu mau tidur dimana pun yang kamu mau,"ucap Atlas dengan cepat dengan mata tertutup bahkan ia sama sekali tidak melihat kearah Ranti.
Senyuman Ranti seketika pudar karena mendapatkan reaksi seperti itu dari Atlas. Ia benar-benar tidak menduga akan mendapatkan kesan dingin itu dari Atlas yang kini sudah menjadi suaminya.
"Mas! A,Aku."
"Diamlah, jangan ganggu aku!"
Ranti benar-benar terdiam karena semua hal yang sudah ia bayangkan benar-benar sangat jauh dari kenyataan yang ia hadapi itu. Atlas benar-benar menciptakan benteng diantara mereka berdua.
"Bukan ini yang aku impikan,"batin Ranti melihat kearah Atlas dengan tatapan lesu.
...🤎 Bersambung🤎...
Wahh aku ada novel baru nih gaesss. Semoga pada suka yah sama novel baru aku ini hehehe.
Jangan lupa yah like komen dan votenya wan kawan. Tambahkan ke favorit yah dan terus dukung hehehe.
See you guys 🧀
Ranti benar-benar kaget karena melihat reaksi Atlas yang diluar dugaannya. Ia mengira laki-laki itu akan bersikap hangat juga lembut kepada nya setelah mereka menikah namun apa yang ia dapati? Ia bahkan tidak dilihat oleh laki-laki itu dimalam pertama mereka menjadi pasangan sah suami istri.
"Apa karena mas Atlas sedang kelelahan yah? Mungkin seperti itu." Ranti mencoba untuk tetap berpikir positif dan tenang walaupun sebenarnya ia sedikit ragu dengan pendapat nya itu.
Dengan pelan Ranti mencoba untuk tetap tersenyum dan menggeleng menghilangkan kecurigaan tidak mendasar itu. Biar bagaimanapun ia seharusnya merasa senang malam ini dan tidak seharusnya ia melewati malam ini dengan suasana hati yang suram.
Ranti pun perlahan mencari keberadaan bajunya namun ia tidak menemukan baju yang merupakan miliknya disana.
"Bagaimana ini? Kenapa tidak ada bajuku disini? Akhh pasti ketinggalan dikamar ku."
Ranti terdiam sejenak berpikir harus bagaimana setelah ini? Mau ganti baju ia tidak memiliki baju apapun disana.
"Apa aku pakai baju mas Atlas saja? Daripada tidak memakai baju sama sekali,"gumamnya sejak tadi berbicara sendiri.
Atlas sendiri yang awalnya sedang mencoba untuk berpura-pura tertidur malah tertidur pulas diatas ranjang dengan tubuh memenuhi ranjang karena ia tepat berada dipusat seolah ia benar-benar tidak ingin berbagi ranjang dengan Ranti.
Setelah selesai mengambil sebuah sweater dan celana Ranti buru-buru memasuki kamar mandi dengan perlahan ia menutup pintu takut akan membangunkan Atlas yang benar'tertidur sangat pulas itu.
"Baiklah Ranti,malam ini kita hanya perlu istirahat saja. Bukankah kamu juga sedang kelelahan? Nahh mas Atlas hanya mencoba untuk memberikan mu kesempatan untuk beristirahat. Bersyukur lah,"gumam Ranti mencoba untuk tetap berpikir positif.
Walaupun sebenarnya Kenyataan yang ada sudah sangat jelas bahwa Atlas sama sekali tidak akan pernah bisa menerima kehadiran Ranti sebagai istrinya. Ia sebenarnya tidak membenci gadis itu namun karena sikap gilanya yang benar-benar menerima pernikahan bodoh itu membuat Atlas membencinya.
Ranti keluar dari kamar mandi dengan sebuah sweater ditubuhnya hingga ke pahanya karena ukuran tubuh Atlas yang sangat jauh lebih besar dan tinggi dibandingkan dirinya membuat sweater itu benar-benar bisa menjadi sebuah mini dress di tubuhnya.
Ia sempat mencoba memakai celana milik Atlas namun malah melorot karena pinggang nya yang sangat kecil belum lagi begitu panjang hingga Ranti kesulitan dalam beraktivitas.
"Tidak apa begini hanya satu malam saja, besok aku akan mengambil barangku ke kamar."
Ranti meletakkan handuk ke tempat nya dan mendekat kearah Atlas yang masih tertidur pulas itu. Wajahnya benar-benar sangat tampan bahkan saat tertidur.
"Wahh bagaimana ini? Aku benar-benar sah menjadi istrinya? Akhh kenapa aku begitu beruntung?" Girang Ranti dengan seksama memandang kearah Atlas yang masih terlelap itu.
Dia bangkit dan menggeleng dengan cepat "Tidak bisa begini, aku tidak mungkin membiarkan mas Atlas tertidur dengan jas serta penampilan seperti itu."
Ranti kemudian berjalan kearah kamar mandi mengambil air ke dalam baskom dan membawa handuk kecil.
Dengan perlahan ia menaiki tempat tidur untuk membuka baju Atlas karena ia takut laki-laki itu akan merasa tidak nyaman saat tidur dengan baju bekas keringat nya seharian.
Saat tangan nya hendak terulur membuka kancing kemeja milik Atlas ia langsung mengurung kan niatnya lalu tersenyum pelan. Ia benar-benar malu tanpa sebab karena memikirkan bagaimana bisa ia melakukan itu saat Atlas tengah tertidur pulas.
"Ada apa ini? Kenapa kamu terlihat seperti gadis nakal saja hmm? Akhh aku benar-benar malu."
Ranti menarik nafas panjang mencoba untuk menyelesaikan semua ini dengan cepat dan dengan pelan ia sudah menyentuh kancing kemeja putih milik Atlas.
Jantung nya berdegup sangat kencang bahkan sebelum ia membuka kancing itu seolah ia tengah melakukan marathon dengan sang juara. Bagaimana bisa ia akan hidup dengan Atlas saat belum melakukan apapun jantung nya benar-benar akan copot karena gugup.
"Tenangkan dirimu Ranti, Kenapa sih dengan mu? Seharusnya kamu berani karena mas Atlas sudah menjadi suami mu."
"Su,,suamiku?" Dia benar-benar memerah karena mendengar kata itu dari bibirnya sendiri.
Dengan penuh keberanian yang sudah ia kumpulkan Ranti mulai membuka kancing kemeja milik Atlas dan kini dada bidang milik laki-laki itu sudah terpampang nyata dihadapan nya.
Pipinya semakin merona dan jantung nya Benar-benar semakin berdegup kencang karena melihat itu. Tubuh atletis milik Atlas benar-benar sangat bugar belum lagi ditambah dengan wajah tampan nya yang terlihat sangat pulas itu.
"Apa aku benar-benar istrinya? Kenapa aku benar-benar sangat beruntung?"
Ranti kembali menggeleng karena tidak ingin memandangi tubuh Atlas terlalu lama. Ia takut akan hilang akal dan malah membuat Atlas semakin kesal kepada nya sebab laki-laki benar-benar terlihat sangat kelelahan malam ini.
Dengan pelan Ranti memeras handuk yang sudah ia rendam dengan air lalu ia mengusap perlahan tubuh Atlas agar laki-laki itu merasa lebih sejuk saat sedang tidur.
Mungkin karena tiba-tiba merasakan sesuatu mengusap tubuhnya kini perlahan mata Atlas terbuka dan memergoki aktivitas Ranti yang berusaha untuk melakukan baktinya sebagai istri dengan memberikan kenyamanan bagi Atlas.
Ranti yang masih sibuk mengusap tubuh Atlas langsung terdiam mematung karena melihat mata Atlas yang menatap sinis kearahnya.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" Bentak Atlas dengan keras hingga Ranti benar-benar kaget karena suara keras Atlas.
"A,,aku. Aku hanya mencoba untuk membersikan tubuh mas agar mas bisa tertidur dengan tenang nanti,"ucap Ranti dengan nada pelan.
Atlas langsung menepis tangan Ranti dengan sangat kasar hingga handuk ditangan gadis itu jatuh ke lantai.
Tidak hanya sampai disana, Atlas bangkit dan terduduk kemudian mendorong Ranti dari ranjangnya hingga terjatuh keatas lantai seolah Ranti adalah benda mati yang tidak bisa merasakan sakit.
"Sudah kubilang jangan berani menaiki ranjang ku! Mengerti bahasa manusia?" Kesal Atlas kemudian bangkit dari tempat tidur kemudian meraih sebuah baju kaos di dalam lemari.
Ranti masih terdiam ditempat ia terjatuh tadi, bagaikan mimpi ia mendapatkan perlakuan tidak wajar itu dari Atlas. Laki-laki yang ia kenal sejak 6 tahun terakhir itu benar-benar bersikap seperti orang lain dihadapan nya kini.
Atlas memakai baju kaosnya dengan kesal lalu kembali menaiki tempat tidur.
"Kamu jangan memancing emosiku! Aku benar-benar sudah muak melihat wajahmu," ucap Atlas seolah itu adalah kata-kata yang tidak bisa melukai perasaan orang lain.
Ranti masih belum bisa beradaptasi dengan apa ia dengar itu hingga hatinya benar-benar terasa sakit. Laki-laki impiannya itu benar-benar sangat berbeda dengan laki-laki yang ia kenal selama ini.
"Kamu benar-benar sangat lancang dan tidak sadar diri, lihatlah bagaimana kamu begitu lancang memakai barang orang lain."
Sindir Atlas melirik kearah sweater nya yang dikenakan oleh Ranti. Ranti melihat kearah sweater itu dan ia benar-benar tidak habis pikir dengan sikap Atlas.
Bukannya ia lancang,namun ia sama sekali tidak memiliki apapun untuk dipakai malam ini. Pintu kamar dikunci dari luar dan ia hendak meminta izin kepada Atlas namun laki-laki itu sudah tertidur sangat pulas.
"Ma,, maafkan aku mas. Aaku tidak bermaksud begitu,"ucap Ranti dengan pelan.
Namun tidak ada reaksi dari Atlas seolah-olah laki-laki itu tidak perduli dengan pendapat nya.
Malam ini sungguh seolah awal bagi Ranti untuk hidup dengan penuh kesengsaraan dengan Atlas laki-laki yang ia impikan selama ini.
Ekspektasi dan juga harapan yang ia pupuk selama ini ternyata terlalu tinggi hingga saat melihat dan menghadapi kenyataan ia benar-benar sangat terpuruk dan terperangah.
...🤎 Bersambung🤎...
Aduhh masih baru aja udah sarkas banget sikap si atlas nih. Padahal kan Ranti gak salah.
Jangan lupa yah like komen dan votenya wan kawan.
See you guys 🧀
Ranti tidak sengaja menendang kaki ranjang milik Atlas hingga tidur nya terganggu karena merasakan sedikit perih di ibu jarinya.
"Akhhh,"pekik Ranti pelan.
Dengan enggan Ranti bangkit dari tidurnya. Ia sama sekali tidak bisa tidur dengan nyenyak karena kedinginan meskipun sudah dibalut dengan selimut yang tebal ia masih saja merasa kedinginan karena berada diatas lantai yang ia balut dengan sebuah kain panjang.
"Rasanya tubuh ku remuk semua,"gumam Ranti dengan sedikit peregangan.
Ia bangkit dengan perlaha dan melihat kearah Atlas yang masih terlelap itu. Wajahnya masih saja sama tampan nya bahkan setelah pagi menyapa.
"Sangat tampan tapi juga menyebalkan!" Rutuk Ranti kemudian berjalan kearah pintu melihat apakah pintu masih terkunci.
"Akhh syukurlah," gumam Ranti dengan senang karena pintu sudah tidak terkunci lagi. Ia jadi penasaran mamah membuka kuncinya jam berapa tadi?.
Ranti pun membuka pintu dengan perlahan namun ia malah dikagetkan oleh mamah yang berdiri di depan pintu sembari menempelkan telinganya di dekat pintu.
"Mamah?" Kaget Ranti karena melihat kehadiran mamah disana sembari tersenyum cengengesan kepada nya.
"Pagi menantu cantik mamah,"sapa mamah dengan ramah.
Ranti tersenyum kikuk kearah mamah sembari melihat dengan penuh kebingungan karena masih pagi buta begini mamah sudah ada disana seperti sedang menguping saja.
"Pa,,pagi mah!"
Mamah melihat kearah Ranti dengan pelan,ia tersenyum licik saat melihat penampilan Ranti yang hanya ditutupi sebuah sweater sampai ke pahanya seolah baru saja memakai nya setelah melalui malam pertama nya dengan Atlas. Begitu lah kira-kira isi pikiran mamah.
"Ke,, kenapa mamah tersenyum seperti itu?" Bingung Ranti karena benar-benar tidak mengerti dengan sikap mertuanya itu.
Karena mereka sudah lama tinggal bersama Ranti benar-benar sangat dekat dengan mamah sebab mamah sempat menjadi mamahnya sendiri sebelum menikah dengan Atlas.
"Tidak ada, Kenapa wajahmu terlihat sangat pucat begitu?" Tanya mamah dengan pelan.
"Aah tidak apa mah, hanya pegal-pegal sedikit kok."
Mamah seketika tersenyum lagi mendengar Jawaban Ranti seolah mengatakan kalau ia sangat kelelahan karena kegiatan nya dengan Atlas semalaman.
"Pegal-pegal yah? Mamah bisa mengerti itu hmmm. Kalau begitu lanjut istirahat saja sayang."
Ranti buru-buru menggeleng Kate ia benar-benar tidak memiliki waktu untuk itu.
"Sebentar lagi Aska masuk kelas mah,aku mau mandiin Aska dulu."
Mamah menggeleng dengan cepat dan menahan langkah Ranti "Masalah Aska biar mamah aja sayang,kamu kembali saja ke kamar dan hari ini kalian seharusnya beristirahat bukan? Biar ada energi untuk nanti malam hehehe."
Ranti sedikit ngeleg mendengar itu namun ia sadar kemana arah pembicaraan mamahnya mertuanya.
"Ihh mamah apaan sih? Aku benar-benar ingin memandikan Aska mah."
"Yasudah kamu ke kamar dulu bangunin Aska, dia juga pasti senang dimandiin sama mamahnya."
"Ma,,mamah?" Tanya Ranti dengan pelan dan melihat kearah mamah.
"Iya mamah! Bukankah sekarang kamu adalah ibu bagi Aska? Dia pasti sangat senang karena memiliki mamah sebaik kamu nak."
Ranti tersenyum senang mendengar itu, walaupun Aska bukanlah darah dagingnya namun karena sejak kecil ia sudah lama menjaga serta merawat Aska ia benar-benar sudah seperti seorang ibu bagi Aska.
"Sejak ia kecil kamu sudah menjadi seorang ibu untuk nya, ibunya begitu tega meninggalkan nya saat ia masih sangat kecil dan sekarang ia sudah masuk TK kamu lah yang menjadi seorang ibu untuk nya. Dia benar-benar akan senang karena sejak dahulu hingga sekarang kamu selalu berada di sisi nya."
Ranti hampir saja menangis mendengar itu karena ia benar-benar sangat menyayangi Aska tanpa alasan apapun itu. Ia bahkan sempat bolos sekolah beberapa kali untuk menjaga Aska.
"Kalau begitu kamu cepat mandikan Aska. Mamah mau siapin sarapan dulu," ucap mamah dengan cepat.
"Biar aku aja mah, aku gak bakal lama kok mandiin sama bajuin Aska."
Mamah menggeleng dengan cepat karena ia benar-benar tidak ingin Ranti melakukan segala hal yang ia bahkan masih sanggup untuk melakukan nya.
"Biar mamah aja, Aska kayaknya udah bangun tuh."
Mau tidak mau Ranti akhirnya menurut dan berjalan kearah kamar mamah untuk melihat Aska yang benar saja sudah terbangun dan melihat kearah Ranti yang baru saja datang.
"Aska sayang udah bangun yah? Mandi yuk bang?" Ajak Ranti dengan lembut hingga Aska tersenyum dan mengangguk.
"Aska dah bangun mah hehehe," ucap anak itu dengan suara kecilnya.
Ranti langsung terhenti saat mendengar laki-laki cilik yang selama ini memanggilnya kakak kini beralih memanggil nya dengan sebutan mamah.
Jantung nya berdetak sangat kencang dan ia benar-benar sampai meneteskan air mata karena mendengar kata mengharukan itu dari Aska.
Rasanya segala ketakutan dan juga pikirannya yang kacau tiba-tiba buyar karena mendengar kata itu dari Aska dan belum lagi saat melihat senyuman itu ia benar-benar merasa dunia sangat merestui hubungan mereka.
"Iya sayang, mandi bareng mamah yuk?".
"Eughh."
Aska melompat kedalam gendongan Ranti dengan sangat kegirangan. Ia benar-benar sangat senang berada di dekat Ranti karena sikap lembut dan kehangatan yang selama ini ia dapatkan sudah pasti dari sosok Ranti.
"Nanti masuk kelas jangan nakal yah bang, pulang nanti mamah jemput yah."
"Iya mah, nanti Abang gak nakal dan harus menurut kepada guru hehehe.".
"Pintar banget anak mamah," ucap Ranti dengan senang.
Aska juga tersenyum sangat senang karena selalu saja mendapatkan kehangatan dari Ranti. Walaupun sejak ia masih bayi ditinggalkan oleh mamah kandungnya ia sama sekali tidak pernah sekalipun kekurangan kasih sayang sebab ada Ranti yang selalu ada untuk nya.
"Siapa yang ngajarin Abang buat manggil mamah?" Tanya Ranti dengan pelan.
"Nenek bilang kalau Abang harus manggil mamah hehehe,"ucap Aska dengan pelan.
Anak itu sangat cerdas dan juga penurut dan memang semua itu sepadan dengan semua sikap Ranti hingga Aska dengan sangat mudah memanggil nya dengan sebutan mamah bahkan dihari pertama ia menjadi ibu bagi Aska. Aska bahkan tidak perlu dipaksa dan ia dengan sangat bersedia untuk memanggil Ranti dengan sebutan mamah.
"Abang sayang gak sama mamah?" Tanya Ranti dengan pelan.
"Emmbb, Abang sayang sama mamah." Ucap Aska dengan pelan sembari merentangkan tangannya kearah Ranti.
Ranti benar-benar terharu dan menghambur kedalam pelukan kecil itu. Benar-benar sebuah kejutan dan juga hadiah terbesar baginya mendapatkan Aska yang begitu menyayangi nya dan begitu juga dengan Aska pasti sangat bersyukur karena mendapatkan mamah sebaik Ranti.
Mamah yang baru saja datang dari dapur hendak memanggil Ranti dan Aska seketika tersenyum dari luar mendengar percakapan antara Ranti dan Aska yang begitu melegakan itu. Ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana mengucapkan rasa syukur karena mendapatkan Ranti untuk menjadi menantu nya.
"Mandinya udah nih bang, sekarang kita ngapain nih?" Tanya Ranti dengan pelan mencoba untuk memancing akal Aska.
"Pakai baju sekolah mah heheh."
"Pintar nih anak mamah, sekarang kita pakai baju sekolah yah."
Mamah langsung keluar dari kamar karena tidak ingin menganggu kemesraan antara Ranti dan Aska.
"Kalau sampai saat itu Atlas tidak jadi menikah dengan Ranti mungkin ia akan menyesal seumur hidup karena melepaskan gadis sebaik Ranti." Gumam mamah dengan penuh rasa syukur.
"Entah kenapa rasanya segala beban dan kesulitan hidupku menghilang hanya karena melihat kedekatan mereka."
...🤎 Bersambung🤎...
Aaaa terharu banget sama Aska,masih kecil aja udah sayang banget sama Ranti. Atlas nih ahh malah kek bocah kelakuan nya.
Jangan lupa yah like komen dan votenya wan kawan.
See you guys 🧀
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!