NovelToon NovelToon

DUA GARIS MERAH GADIS BISU ( Za-Ga )

14 TAHUN YANG LALU

Seorang gadis cantik berkulit putih dengan tinggi 172 cm. surai indah yang berwarna hitam legam. tengah berjalan dengan di gandeng seorang wanita paruh baya.

Dyeza Ghinara Alienzki gadis yang baru berusia 18 tahun dari pasangan Daniel Alienzki dan Barbara Ghinara. tapi sayang Gadis itu tidak bisa bicara. bukan cacat dari lahir. namun Sebuah kejadian buruk yang membuat dirinya kehilangan suaranya.

14 tahun yang lalu. tepatnya saat usianya masih 4 tahun. Dyeza dan orang tuanya tengah menikmati makan malam bersama.

Namun tiba tiba ada rampok masuk dan merenggut nyawa Ibunya. Dyeza kecil harus mengalami trauma berat. kehilangan pita suara dan juga ibu yang sangat menyayanginya. sejak saat itu Dyeza lebih suka menyendiri.

Setelah ibunya meninggal Dyeza harus di besarkan tantenya. Adik sepupu ayahnya yang sekarang menjadi ibu tiri Dyeza.

"Non Yeza kalo capek istirahat saja yaa." ucap Bik Ndari Pelayan di rumah Yeza.

Dyeza menggeleng karena harus sampai rumah sebelum ibu tirinya itu sampai rumah. tidak ingin setiap hari mendengar omelan ibu tirinya yang super panjang kalo mendapati Yeza belum sampai rumah.

Semenjak kejadian itu Ayah Yeza selalu merasa kasian pada putrinya. dengan waktu bersamaan harus kehilangan mama yang sangat di cintai. dan suaranya pun juga ikut hilang.

Tak terasa Yeza dan bik Ndari sudah sampai rumah. merasa lega saat belum melihat mobil biru milik ibu tirinya belum terparkir di halaman rumahnya.

"Non Yeza cepat mandi dan ganti baju. sebelum Nyonya Desi sampai rumah." ucap Bik Ndari.

Yeza mengangguk dan langsung menuju kamarnya

Desi jarang ada dirumah. Desi setiap hari sibuk mengantar jemput putrinya hasil pernikahan nya bersama Papa Yeza.

Anggi Visara adalah putri kedua Daniel dan juga adek tiri Yeza. Anggi lahir Prematur. namun tidak terlihat jika bayi yang lahir waktu itu prematur.

"Mama.. Yeza kangen sama mama" batin Dyeza saat melihat foto orang tuanya yang berada di laci kamarnya

"ZAAA.... " teriak Desi mama tiri Dyeza.

Dyeza segera berlari keluar saat mendengar namanya di gaungkan oleh mama tirinya. Yeza segera menghampiri mama tirinya

"ZAAA..." panggilnya. Yeza sudah ada di belakang mama tirinya.

"Di panggil dari tadi tidak nyaut. Tuli kamu? " tanya Desi

Dyeza hanya diam. karena memang rasanya masih sulit untuk mengeluarkan suaranya. setiap kali Desi memanggil Dyeza pasti selalu melontarkan kata tulilah, bisulan dan masih banyak lagi.

"Ohh iya.. kamu kan bisu yaa.. mana bisa nyaut." tambahnya.

"Ini.. tadi papamu pesan sama mama untuk beliin sepatu untuk kamu. di coba sana jangan lama lama di depan mama. mama eneg lihat kamu." ucap Desi, Anggi hanya nyengir tidak suka. secara fisik Yeza memang jauh lebih cantik dari Anggi

Yeza segera meninggalkan Desi di ruang tengah bersama Anggi. berjalan sembari meneliti sepatu yang baru saja di belikan.

Dyeza tak bisa protes saat mamanya membelikan sepatu dengan harga yang sangat murah. Rasanya untuk sekedar mengungkapkan perasaan pun Dyeza tidak boleh

Dyeza hanya disuruh untuk nurut dan nerima semua pemberian Desi. termasuk pakaian pakaian yang Desi belikan di toko yang sedang diskon. bahkan pakaian yang terkadang sangat tidak pantas ditubuhnya.

Dulu Dyeza sangat takut memiliki ibu tiri. karena sering mendengar jika ibu tiri itu sangat jahat.

Namun saat mendapat perlakuan lembut dan kasih sayang dari Desi. lambat laun ketakutan itu hilang. dan Dyeza sangat setuju saat papanya bilang ingin menikahi Desi.

"Papa pulang." teriak Daniel yang sudah masuk ke rumah.

"Papa.." sambut Desi. Dan langsung berdiri menyambut suami tercinta, sembari bergelayut manja pada lengan suaminya.

"Dyeza kemana ma?" tanya Daniel

"Ada.. baru nyoba sepatu mungkin paa.." jawabnya

"Terimakasih sayang.. kau mau memberi kasih sayangmu pada Yeza." ucap Daniel.

"Papa.. nggak usah Terima kasih segala. Yeza kan juga putriku." jawabnya.

Mendengar penuturan Desi, Daniel semakin cinta lalu mencium kening Desi.

"Ciee.. hanya mama niih yang di cium?" tegur Anggi.

"Sini sayang.. terimakasih kalian sudah mau menerima Yeza sebagai keluarga." ucap Daniel

Dari lantai atas seorang gadis tengah merasakan betapa perihnya melihat papanya dengan mudah percaya pada Desi ibu tiri nya.

"Tidak tau kah papa.. jika Mama Desi tidak pernah memperlakukan Yeza dengan baik. tidak tau kah papa jika Mama Desi dan Anggi selalu berkata kasar pada Yeza, papa.. Yeza rindu sama papa, sama cinta yang selalu papa berikn pada Yeza" ucap Yeza dalam hatinya. air matanya mengalir begitu saja.

"Ayo pa.. papa buruan mandi lalu kita segera makan malam bersama." ucap Desi

"Anggi sayang.. panggil kak Yeza yaa.. untuk makan malam bersama." titahnya pada Anggi

"Siapp komandan" jawab Anggi. Anggi segera melangkah ke atas. di mana Yeza berada.

"Kak... Kak Za.." panggil Anggi

Yeza membuka pintunya. "Di panggil mama untuk makan malam." ucap Anggi

Yeza mengangguk lalu segera masuk untuk menutup laptopnya.

Yeza segera turun dan melihat mama Desi tengah menata makanan di meja makan. dengan di bantu bik Ndari. Yeza segera duduk berhadapan dengan. Anggi.

Tak berselang lama Papa Yeza juga sudah selesei mandi. dan segera menghampiri meja makan.

"Yeza sayang.. duduk sini." ucap Desi pada Yeza

Begitulah perlakuan Desi saat didepan Daniel. dia akan bersikap lembut pada Yeza.

"Sayang.. bagaimana apa kau menyukai sepatu yang mama Desi belikan?" tanya Daniel

Yeza menatap Desi. lalu mengangguk sembari memandang papanya.

"Syukurlah.. mama Desi emang pinter bisa tau selera yang kamu suka." ucap Daniel

Yeza hanya tersenyum menanggapi perkataan papanya. Setelah itu menunduk hatinya benar benar sakit. Yeza pikir papanya masih sama menyayangi dirinya.

Namun salah..

Papa begitu sangat menyayangi mama tirinya dan anak dari pernikahan mereka. yang usianya selisih 5 tahun sama Yeza. karena setelah pernikahannya Desi yang baru 2 bulan, Desi di nyatakan hamil.

"Ohh ia.. besok papa harus keluar kota. karena ada pekerjaan yang harus papa selesei kan di sana. Yeza sayang... ngga papa kan dirumah sama mama?" tanya Daniel.

Daniel tidak pernah keluar kota lagi semenjak menikah dengan Desi. Daniel lebih mengutamakan bersama dengan Yeza putri tercintanya.

Semenjak Ghina istrinya meninggal. Daniel lebih sangat menyayangi Yeza. Daniel tidak ingin melihat Yeza kehilangan kasih sayang dari seorang ibu.

Makanya Daniel meminta Desi untuk membantu mengasuh Yeza. lambat lain hubungan Yeza dengan Desi begitu akrab. bahkan Yeza pun mulai memanggil Desi dengan sebutan mama.

Walau tak bisa mengucap dan menyebut mama pada Desi. Daniel meyakini jika Yeza mau menerima Desi sebagai ibu tirinya.

"Ma.. papa titip Yeza yaa.. Tolong di jaga. Yeza adalah segalanya buat papa. papa sangat menyayanginya." ucap Daniel.

Setiap kali Daniel melihat Yeza. Rindu pada mendiang istrinya itu akan terobati. dari berjalannya dan Rambut serta hidung dan bibirnya itu sangat mirip dengan Ghina.

"Iyaa.. papa ini.. Anggi juga loh anak papa." ucap Desi dengan dongkol. karena merasa Anggi tidak berarti buat dirinya.

"Anggi juga anak papa. mereka berdua anak papa cuma mereka berada di tempat yang berbeda di hati papa." jawab Daniel.

Mendengar jawaban itu. Desi semakin murka pada Yeza. Begitu juga dengan Anggi, tidak pernah menyangka jika Yeza memiliki tempat yang istimewa di hati papanya.

...***...

......"Terima kritik dan saran dari Readers. namun tidak menerima hujatan, atau bahkan mengatur konsep alur cerita yang sudah di rancang."......

TETAP ANAK PAPA

Setelah acara makan malam selesai. Yeza segera kembali ke kamarnya. Yeza segera membuka kembali foto dirinya sewaktu kecil bersama orang tuanya.

Tak berapa lama Daniel memasuki kamar putrinya, lalu mendekat di mana Yeza berada.

"kau merindukan mama sayang?" tanya Daniel yang sudah duduk di samping Yeza sembari mengelus kepala Yeza dengan lembut

Yeza menoleh lalu memandang papanya.

"Yeza merindukan mama dan papa.. Yeza merindukan kehangatan pelukan mama dan papa." dalam hati Yeza berucap. Ingin sekali Yeza bisa bicara lagi seperti dulu.

Daniel segera memeluk putri tercintanya. "Papa juga sangat merindukan mama. Sepertinya ada yang sengaja membuat mama terbunuh. Papa yakin itu nak." ucap Daniel.

Daniel berkesimpulan seperti itu bukan tanpa alasan. Karena pada waktu itu yang diserang hanya istrinya. Bukan dirinya, mereka langsung mengikat dirinya sedangkan sang istri langsung ditusuk. Mereka hanya mengambil beberapa barang berharga. Tidak seperti rampok rampok pada umumnya. Yang menguasai semua harta saat melakukan aksi perampokan.

Yeza menangis di pelukan sang papa. Yeza akan membalas siapapun orang itu yang sudah membunuh mamanya di depan mata Yeza sendiri. Yeza masih ingat wajah pria jahat itu. Sampai kini Yeza masih mengingat wajah pria itu. Pria itu ada bekas luka di pipi kirinya. Dan bola mata pria itu sudah rusak.

"Yeza tidur yaa.. Besok Yeza harus sekolah. Ingat pertahankan semua apa yang harus menjadi milik Yeza. Termasuk nilai terbaik setiap ahir tahun. Mama pasti bangga jika tau Yeza anak yang pinter." ucap Daniel lagi.

Daniel segera menghapus air mata Yeza. "Jangan bersedih.. Papa sayang sama Yeza, Yeza adalah anak mama dan papa, tak ada siapapun yang bisa menggeser Yeza dari hati papa termasuk mama Desi dan Anggi." hibur Daniel.

Daniel segera membawa Yeza berbaring. Lalu memberi selimut untuk putrinya.

"Tidur yang nyenyak sayang." ucap Daniel. Lalu segera pergi meninggalkan putri tercintanya

Daniel mengambil foto yang ada dalam dekapan Yeza. "Ma.. Papa sangat merindukan mama. Andai mama masih ada disini. Mungkin kebahagiaan kita akan jauh lebih sempurna." batin Daniel.

"Paa.." panggil Desi

Daniel menoleh dan memandang Desi. Lalu meletakkan kembali bingkai foto itu.  "Maafin Aku sayang.." ucapnya

"Desi ngerti mas.. Tapi Desi mohon.. Jangan duain Desi. Desi sangat mencintai mas. Desi nggak ingin di hati mas masih ada mbak Ghina. Desi istri mas sekarang.. Bukan mbak Ghina." ucap Desi dengan suara parau nya. "Desi adalah manusia biasa mas.. Desi juga bisa memiliki perasaan sakit dan cemburu saat suami Desi merindukan wanita lain." ucapnya lagi.

Desi pikir Daniel sudah bisa melupakan mendiang istrinya. Namun dugaannya salah..

Justru Daniel tetap memberi tempat istimewa buat Ghina dan juga Yeza.

Cemburu.. Jelas Desi sangat cemburu pada wanita yang tinggal namanya.

Daniel memang sangat mencintai Ghina mendiang istrinya. Karena Ghina lah wanita yang rela memberikan kebahagiaan untuk suaminya.

Daniel ingat saat orang tua Daniel menolak Ghina. Bukan kebencian yang Ghina tunjukkan pada orang tuanya. Melainkan kasih sayang yang tulus yang Ghina tunjukkan pada kedua orang tua Daniel.

"Maafin mas dek. Bukan maksud mas untuk menduakanmu. Mas juga sangat menyayangimu dan juga putri kita." ucapnya

Daniel memeluk Desi. Lalu mengecup kening sang istri. "Kita tidur sekarang yaa.. Besok mas harus berangkat pagi." ujar Daniel.

Mereka segera keluar meninggalkan kamar Yeza. Dan melangkah menuju kamar mereka.

...***...

"Kak.. Bangun.." teriak Anggi. Yang sudah berada di kamar Yeza.

Yeza segera duduk dan mengerjap ngerjapkan matanya. Memandang Anggi yang sudah berpakaian sangat rapi.

"Papa sudah berangkat. Aku dan mama mau jalan jalan. Kamu harus berangkat sekolah sendiri." ucap Anggi

"Papa.. Kenapa tidak menunggu Yeza bangun pa.. Kenapa papa tinggalin Yeza." ucapnya dalam hati.

"Anggi sayang.. Buruan sayang.. Kita sudah di tunggu om Haris." teriak Desi dari bawah.

"Iya ma.." teriaknya

Anggi segera turun kebawah menyusul mamanya.

"Yez.. Kamu berangkat sendiri yaa.. Biar di antar bik Ndari naik angkut. Nih uangnya." ucap Desi saat melihat Yeza sudah ada di bawah. Sembari melemparkan uang 50 rb untuk naik angkot.

Yeza hanya mengelus dada melihat sikap mama tirinya. Lalu segera kembali ke kamar untuk mandi. Agar tidak telat kesekolahnya. Yeza melihat meja belajarnya.

Yeza melihat ada surat dari papanya.

"Sayang.. Maafin papa nggak sempet pamit sama kamu. Papa buru buru karena sudah di tunggu bos. Kamu jaga dirimu baik baik yaa dirumah. Kalo butuh apa apa jangan sungkan bilang sama mama Desi." begitulah pesan dari papa Yeza.

Yeza segera menaruh kembali suratnya. Dan segera mandi. Yeza tak pernah bolos sekolah. Apalagi Yeza punya cita cita ingin menjadi Chef yang terkenal.

Keterbatasan nya tidak membuat Yeza minder. Justru dengan keterbatasan itulah Yeza bangkit dan ingin selalu menunjukkan kehebatannya pada papa tercinta.

Setelah ritual mandi selesei, Yeza segera keluar dari kamar dan mencari bik Ndari.

"Non.. Bibik sudah siapin Non sarapan. Ayuk Non sarapan dulu." ucap bik Ndari.

Yeza segera duduk di tempat duduk yang sudah disiapkan. "Rumah sebesar ini jadi sepi. Dulu sering ramai saat ada mama kakek dan nenek. Sekarang bagaimana kabar mereka.?" tanya Yeza dalam hati.

Yeza segera mengambil kertas beserta pena. Lalu menuliskan sesuatu untuk bik Ndari.

"bik.. Nanti pulang sekolah. Yeza pingin ngunjungi makam mama. Apa bibik mau mengantar?" tanyanya

Bik Ndari tersenyum lalu mengangguk. "Iya Non, bibik akan mengantar kemanapun Non akan pergi." ucapnya.

Yeza sudah selesei sarapan. Mereka segera keluar untuk berangkat sekolah. Biasanya bik Ndari akan meninggalkan Yeza setelah sampai sekolah. Baru nanti jam pulang sekolah bik Ndari akan menjemputnya. Karena Desi tidak pernah mau jemput. Alasannya beda jalur dari sekolahan Anggi.

Mereka segera nyetop mini bus yang lewat depan rumahnya. Berdempet dempetan dengan penumpang lain. Itu sudah menjadi jadwal setiap hari yang harus Yeza lalui.

Saat Yeza mau duduk. Yeza melihat seorang pria yang tangannya sudah celemeran ingin masuk ke tas penumpang lain. Yeza menduga bahwa pria itu seorang yang akan berbuat jahat. Yeza tak melanjutkan duduknya. Melainkan melangkah kedepan dimana seorang pria tengah melakukan aksinya.

Brughhh..

Yeza sengaja menabrak pria itu agar gagal. Memang gagal namun pria itu menatap dendam pada Yeza.

Yeza segera membungkukan badanya untuk minta maaf. Pria itu segera berdiri dan langsung menyambar tas kecil milik Yeza. Lalu segera turun. Sedangkan Yeza tidak menyadarinya jika tasnya sudah disambar.

"Non Yeza.. Non Yeza tasnya tadi di ambil oleh orang yang tadi Non tabrak." ujar bik Ndari

Yeza segera mencari tasnya. Benar... Tasnya sudah tidak ada. "Pria itu benar benar lincah aksinya." batin Yeza

Sedangkan tas sekolah, bik Ndari yang selalu membawanya.

"Bagaimana Non.. Di tas itu ada identitas Non loh." ujar bik Ndari lagi.

Bersambung

Di Rasa Percuma

"Bagaimana Non.. Di tas itu ada identitas Non loh." ujar bik Ndari lagi.

Yeza bingung. Gimana mau teriak untuk mengejar pria itu. Semuanya di rasa percuma.

"Sudah Non.. Biar nanti bibik telpon papa saja yaa.." ujar bik Nyari. Yeza mengangguk.

"Terimakasih ya Dek. Udah menolong saya. Saya tidak tau jika tas saya tadi jadi di ambil isinya. Karena di dalam sini cuma ada berkas berkas penting." ujar seorang wanita paruh baya yang menyadari jika tadi aksi pencopetan itu berhasil di gagalkan oleh Yeza.

Yeza mengangguk dan tersenyum.

"Kalo boleh tante tau.. Apa yang hilang tadi dek. Nanti biar tante minta anak tante untuk mencarikannya." ujarnya lagi.

Yeza hanya menggeleng dengan tangannya melambai. Sebagai jawabannya "tidak perlu repot repot."

Wanita itu menatap wajah Yeza. Lalu memandang bik Ndari.

"Maaf nyonya.. Putri majikan saya kehilangan suaranya sejak usia 4 tahun." jelas bik Ndari.

Wanita paruh baya itu mengangguk sari memandang wajah Yeza "Kasian sekali.. Cantik cantik tapi tidak bisa bicara." batinnya dalam hati.

Yeza segera kembali ketempat duduknya. Wanita yang sudah di tolong tadi mengambil ponselnya lalu segera mengambil gambar Yeza. Setelah dapat wanita itu segera memasukkan kembali ponselnya.

Tak terasa Yeza sudah sampai di depan sekolahnya  ION’s Culinary College

segera turun bersama dengan bik Ndari. Yeza hanya menargetkan 2 tahun untuk bisa menjadi cheff handal,  tapi bisa saja Yeza mengambil untuk pendidikan cheff selama 4 tahun. Namun Yeza ingin segera membuka resto sendiri.

"Non.. Bibik pulang dulu yaa.. Nanti bibik jemput." pamitnya. Yeza mengangguk.

Derttt... derrtttt

Ponsel bik Ndari berdering.

"Papa Non.." gumamnya

"ya hallo tuan.." sapa nya

"Bagaimana bik? Apa Yeza sudah berangkat sekolah.?" tanyanya

"Sudah tuan.. Tadi..", ucap bik Ndari terhenti. Karena Yeza melarangnya 

Yeza hanya nggak ingin papa menghawatirkan dirinya. Karena dirinya baik baik saja.

Kalo masalah kartu pelajar dan buku komunikasi itu hilang. Tak jadi masalah buat Yeza.

" Tadi apa bik? " tanya papa Yeza

"Tadi Non Yeza menanyakan tuan. Kenapa tuan tidak menunggu dulu Non Yeza bangun? Gitu tuan." ucap bik Ndari

"ohh.. Iya bik.. Bilang sama Yeza.. Nanti malam papa pulang gitu yaa.. Karena disini cuma sebentar." ucapnya

Obrolan pun segera di akhiri karena Bel sekolah sudah berbunyi. Walau sekolah ini tidak berseragam pada seperti pada umunya. Namun di sini juga memiliki aturan untuk peserta calon cheff, Yeza melangkah ke halaman sekolah, lalu segera menuju ke kelasnya.

Di dalam sudah ada beberapa teman teman Yeza lengkap dengan pakaian prakteknya.

...**...

"Bos.. Tadi hampir saja saya dapat emas bos... Tapi sayang ada seorang gadis yang menggagalkan rencana saya." ucap seorang pria yang tadi di tabrak oleh Yeza.

"Bagaimana bisa?" tanya kepala preman. Yang bernama Arya Gusti Dirgantara. Biasa di panggil Dirga.

"Waktu saya mau ambil isi taa itu. Gadis itu menabrak saya. Sudah jelas saya langsung jatuh gagal deh bos misi saya." ujarnya

"Tapi saya berhasil mengambil tas miliknya bos. Cuma tas itu kosong tidak isinya apapun." jawabnya dan langsung menyerahkan tas mini milik Yeza 

Dirga segera mengambil tas itu. Dan membukanya. Hanya ada kartu pelajar koky dan buku kecil beserta pena.

Dirga mengambil buku kecil yang mirip seperti buku diary. Dirga membuka tiap lembaran. Tidak mendapati sesuatu yang menarik. Hanya tulisan tulisan seperti ungkapan ungkapan minta tolong.

Dirga mengambil kartu pelajar nya. Dirga memandang foto pelajar  yang seperti koki tertempel di sana.

"ya sudah.. Kalian berjaga di markas.. Aku akan pergi sebentar. Karena ada urusan." pamit Dirga pada anak buahnya.

"Siap bos.." ucapnya.

Dirga segera mengambil kunci mobilnya dan segera keluar dari markas.

...**...

"Pa.. Tadi mama hampir saja kecopetan pa.. Untung ada gadis bisu menolong mama." ucapnya

"Memangnya mama tadi naik apa?" tanya Suaminya

"Mama naik bus. Nunggu putramu tidak datang datang. Nungguin taxi juga nggak nongol nongol. Mama hawatir berkas ini tidak sampai di kantor papa tepat waktu." ucapnya. Sembari menyerahkan berkas yang masih di bawa.

"Kenapa tidak bilang papa. Kalo nggak ada mobil. Tau gitu papa tadi nyuruh Yanto untuk mengambil." jawabnya

"Mama kan juga lama tidak naik bus pa.. Mama rindu kenangan itu. Di mana kita dulu bertemu juga di bus." ujar istrinya.

"Ya sudah.. Lain kali kalo nggak ada mobil bilang papa. Biar papa yang ambil." jawabnya

"Pa.. Ma.." ucap seorang pemuda yang baru masuk di ruangan.

"Ar.. Tolong ini di teliti kembali. Adekmu belum datang. Padahal ini tugasnya." ucap pak Boni papa Arka.

"Baik pa.." jawab Arka

"Ar.. Mama bisa minta tolong padamu?" tanya Mama Arka, yang biasa di panggil Cantika

"Keruangan Arka ya ma.." jawabnya

"Ya sudah.. Ayok.." balasnya.

"Sebentar ya pa.." pamitnya

Cantika sudah sampai di ruangan Arka.

"Ada apa ma?" tanya Arka

"Nasihatin adek kamu itu.. Agar mau membantu papa di kantor." ucap Cantika

"Ma.. Arka sudah sering nasihati anak satu itu. Tapi emang dia belum mau bergabung di kantor papa." jawabnya

"Mau sampai kapan tuu anak hidup nggak jelas kayak gitu." gumam Cantika

"Sudahlah ma.. Mama nggak usah memikirkan dia. Biarkan dia bahagia dengan dunianya.' balas Arka.

Dalam hati Arka. Arka sangat senang jika adeknya itu tidak mau bergabung di kantor papanya. Itu artinya Arka yang akan meng-handle semuanya. Termasuk semua aset yang ada di kantor ini.

Tut... Tut.. Tut..

"Mama telpon siapa?" tanyanya

"Adekmu.. Dari tadi nomer tidak aktif." jawabnya

Arka hanya membuang nafas jengah.

"Jika aku tidak bergabung disini. Apa mama juga akan membujukku?" batinnya.

Arka memang selalu merasa sebagai anak yang tidak di butuhkan di keluarganya. Kalo mamanya sakit. Pasti yang di cari adeknya. Tak pernah mamanya itu mencari dirinya.

...**...

Hari sudah siang.

Yeza sudah keluar dari gedung study nya. Yeza, melangkah ke halaman sekolah. Dan melihat jika bik Ndari sudah menunggu di gerbang.

"Non.. Kita jadi ke makam kan? " tanya nya.

yeza segera mengangguk. Mereka pun segera menuju halte bus..

Tak berapa lama bus yang mereka tunggu sudah datang.

Yeza segera masuk dan di ikuti oleh bik Ndari.

Tak butuh waktu lama. Mereka pun sampai di pemakaman. Yeza segera menuju makam mamanya.

"Ma.. Yeza datang lagi. Yeza merindukan mama. Kenapa mama tidak merindukan Yeza." ucapnya dalam hati.

"Apa mama tau.. Jika mama Desi tidak baik sama Yeza. Mama Desi sering ngatain Yeza bisu. Yeza tuli. Padahal Yeza tidak ingin semua itu terjadi pada Yeza." ucapnya dalam hati.

Dan banyak lagi ungkapan Yeza dalam hati untuk mamanya. Dari sekolahnya yang Yeza sangat menyukainya. Papanya yang sampai saat ini masih mencintai mamanya.

"Non.. Sudah mau gelap.. Kita harus segera pulang  sebelum Nyonya sampai rumah." ucap bik Ndari mengingatkan.

Yeza segera berdiri. Namun sebelumnya Yeza mencium. Batu nisan mamanya.

...**...

"Yeza sayang.. Apa yang terjadi nak.." tangis Daniel saat mendapati putrinya di kamar dalam keadaan hancur.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!