NovelToon NovelToon

Rahim Bayaran Mr Julian Alexander

Rencana Julian Alexander

Pada suatu kesempatan, Julian di undang makan malam khusus oleh Reyhan dan juga Andrea di kediamannya. (Reyhan dan Andrea adalah sahabat sekaligus partner bisnis Julian Alexander)

Undangan itu memang secara khusus di berikan pada Julian sebagai bentuk terimakasih atas kejutan tiket honeymoon ke kota alexandria Mesir yang Reyhan dan Andrea terima waktu itu.

Pada kesempatan malam itu, Reyhan dan Andrea menyambut hangat kedatangan Julian.

"Selamat datang Julian, ayo langsung saja ke meja makan. Hidangannya sudah siap. Anak anak ku juga sejak tadi sudah menanyakan tentang kehadiran mu." ucap Reyhan yang menyambut dengan baik kedatangan Julian yang kala itu masih berada di ambang pintu.

Reyhan dan Julian pun kemudian langsung bergegas menuju meja makan. Dan di sana, Isabella sudah duduk di kursinya. Demikian pula dengan Alden.

"Hai anak anak manis, apa kabar," sapa Julian pada Isabella dan juga Alden, yang Julian juga sudah kenal.

"Hai Om, kabar ku baik," sapa Isabella ramah.

"Hai Om Julian," sapa Alden yang sebelumnya juga sudah sangat akrab dengan Julian.

Pernah menjadi tunangan Andrea selama lima tahun lamanya membuat Julian sudah tidak asing lagi dengan anak anak sahabatnya itu.

Terlebih Alden, Julian sudah jatuh hati pada anak laki laki tujuh tahun tersebut.

Sudah pernah menikah dan belum punya anak ternyata membuat Julian sedikit iri jika melihat sahabat, teman, atau rekan bisnisnya yang rata rata sudah memiliki keturunan.

Bagi orang orang yang memiliki kekayaan seperti dirinya. Keturunan adalah sebuah kebanggaan.

Dan hal itulah yang saat ini Julian khawatir kan untuk dirinya.

Siapa yang akan ia jadikan pewaris kelak jika ia sudah tidak ada? Atau jika dia sudah tidak mampu mengelola bisnis dan perusahaannya.

Dan malam itu hati Julian semakin merana. Saat menyaksikan kehangatan dan keceriaan keluarga harmonis Reyhan dan Andrea.

Di mata Julian, kebersamaan dan kehangatan semacam itulah yang ia cari selama ini.

Hampir saja ia akan menikahi Andrea dan hampir saja semua impian nya dalam mempunyai keluarga terwujud.

Tapi sayang, Andrea ternyata bukan lah jodohnya. Terlebih lagi, Julian melihat wajah kebahagiaan terpancar dari wanita yang ia sebenarnya masih cintai itu nampak nyaman kembali pada mantan suaminya yaitu Reyhan Aditya Dimitri.

🍁🍁🍁🍁🍁

"Sudah lama tak melihat mu Om," sapa Isabella sesaat setelah acara makan malam selesai dan kini mereka pindah ke ruang tengah.

"Biasa, Om sibuk dengan pekerjaan Bella." jawab Julian nampak ramah.

"Bagaimana dengan diri mu? Pasti kau sangat bahagia. Akhirnya kedua orangtuamu kembali bersatu!" seru Julian basa basi.

"Ya, mereka pantas bersatu kembali. Daddy dan Mommy itu sebenarnya masih saling mencintai. Tapi sekarang mereka sudah bersama, dan itu membuat aku bahagia. Dan hal itu tidak lepas dari kebaikan Om Julian. Terimakasih sudah melepaskan Mommy untuk Daddy." ucap Isabella sambil mengangguk kan kepalanya ke arah Julian sebagai bentuk uangkapan terimakasih.

Dan perkataan Isabella membuat hati Julian terunyuh. Dia terharu dengan kebesaran hati gadis 15 tahun itu.

"Kenapa kau berterimakasih kepada ku Bella. Aku tidak melakukan apapun."

"Om melakukan sesuatu, oleh sebab itu aku berterimakasih pada Om. Om melepaskan Mommy dengan iklas dan dengan cara baik baik serta mendukung Mommy dan Daddy kembali bersatu. Hal itu bagi Bella adalah suatu tindakan yang luar biasa Om. Bella berdoa untuk Om Julian, semoga Om mendapatkan penganti Mommy." hati Julian pun makin terunyuh mendengarkan perkataan tulus Isabella.

"Boleh Om Julian memeluk mu Bell's?" izin Julian.

"Tentu," balas Isabella sambil tersenyum.

Julian kemudian memeluk Isabella. Kedewasaan dan cara pikir Isabella membuat Julian tajub.

🍁🍁🍁🍁🍁

"Aku benar-benar iri pada mu Rey. Kau memiliki keluarga yang sempurna dan juga penuh kehangatan. Kau harus menjaga keluarga mu dengan baik. Jangan melakukan kesalahan lagi." ujar Julian pada sahabatnya itu.

"Aku tidak akan melakukan kebodohan yang sama Julian. Andrea itu paket lengkap. Dia wanita sempurna." puji Reyhan, memuji sang istri.

"Aku bisa saja waktu itu tidak mengalah. Sudah tentu aku yang akan menikahi Andrea. Tapi, aku bukan pria pemaksa. Jujur ku akui, aku masih mencintai Andrea, asal kau tau saja. Tapi di lain sisi aku juga menghargai pilihannya. Lagi pula, dia juga masih mencintai mu. Misal aku paksa dia menikah dengan ku. Sudah pasti hidup kami tidak akan bahagia. Aku mungkin bahagia, tapi tidak untuk Andrea." jelas Julian menumpahkan segala risau hatinya pada Reyhan.

"Jangan lagi membahas istri ku. Dia milik ku sekarang." tutur Reyhan yang sepertinya cemburu.

"Haaaaaaa," Julian tergelak penuh kepuasan.

"Jaga anak istri mu baik baik Rey. Kau pasti merasakan menjadi pria paling bahagia di dunia. Aku kagum dengan anak anak mu. Isabella dan Alden anak anak yang baik dan luar biasa. Aku sangat ingin berada di posisi mu. Bekerja dan kembali ke rumah di sambut anak dan istri. Tapi lihat lah aku, aku tidak ada siapa siapa, menyedihkan bukan." keluh pria berbadan tinggi besar itu yang saat ini kembali menjomblo.

"Aku yakin, cepat atau lambat kau pasti akan menemukan wanita itu." ucap Reyhan nampak sedikit bersimpati sambil menepuk pundak Julian.

"Sekarang bagi ku wanita dan cinta tidak lagi yang utama. Tapi entah kenapa, aku sangat ingin punya anak."

"Jika kau ingin punya anak, berarti kau juga harus menikah!" ujar Reyhan.

"Entahlah, aku sudah trauma dengan wanita." tutur Julian lagi, sambil mengulas senyum penuh kegetiran teruntuk dirinya sendiri.

"Bisakah aku memiliki anak tanpa harus berurusan dengan cinta? Cinta hanya membuat aku kecewa!" ujar Julian nampak sedikit frustrasi.

"Maksud mu?" Reyhan sedikit bigung.

"Aku ingin memiliki anak dari benih ku sendiri. Tapi jika aku harus menunggu menikah dulu dengan wanita yang aku cintai rasa ya mustahil untuk saat ini. Karena aku sedang malas berurusan dengan cinta dan hati. Bagaimana jika aku menyewa rahim wanita saja, untuk bisa melahirkan anak ku. Aku akan membayarnya berapapun,"

"Maksud mu, kau hanya ingin punya anak tanpa harus membina rumah tangga?"

"Ya, seperti itulah. Aku sudah semakin umur, kalau kau sudah punya Isabella dan Alden. Sedangkan aku? Aku tidak punya siapa siapa. Mama ku sudah sangat ingin menimang cucu. Bisa saja aku mengadopsi anak, tapi aku kurang suka dengan adobsi." Reyhan nampak menganguk paham.

"Bisa saja itu kau lakukan, tapi liat dulu latar belakang si wanita. Jika kau memang ingin menyewa rahim nya untuk melahirkan anak mu. Uang bisa membeli apapun Julian!" seru Reyhan.

Julian sepertinya sepakat dengan perkataan Reyhan.

Apa yang akan Julian lakukan selanjutnya ?

Bisakah dia menemukan kriteria wanita yang ia inginkan untuk bisa memberikan ia seorang anak ?

Siapa kah wanita itu ?

Untuk lebih paham karakter Julian Alexander dan siapa dia, baca dua istri sang CEO di sana ada bab Julian Alexander....dan novel ini ada keterkaitan dengan novel dua istri sang CEO

Jenna Shamanta

"Jen, sebelum kau pulang nanti, bisakah kau berikan map ini pada Julian. Ini dokumen penting untuk bahan meeting yang harus ia bawa ke Bali besok." ujar Andrea Sahara sang atasan yang sudah menjadi bos nya sejak lama bagi Jenna Shamanta. Wanita lajang 28 tahun yang berperawakan tinggi ramping dan berkulit putih itu.

"Baik Bu, saya akan antarkan dokumen ini ke Pak Julian." sahut Jenna, yang selalu profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai sekertaris Andrea.

"Nanti aku kirim alamat rumah Julian ke nomor ponsel mu." imbuh Andrea lagi.

Jam pulang kantor pun tiba. Jenna yang setiap hari nya pulang dan pergi bekerja mengunakan taksi pun, segera memesan taksi untuk membawanya ke alamat yang Andrea berikan. Yaitu ke alamat tempat tinggal Julian Alexander. Jenna sendiri pun sebelumnya juga telah kenal dengan baik Julian Alexander.

Menjadi sekertaris Andrea kurang lebih 5 tahun lamanya membuat Jenna juga mengenal dengan baik beberapa rekan bisnis dan kolega sang bos.

Setelah kurang lebih menempuh perjalanan satu jam lamanya menembus kemacetan. Akhirnya, Jenna sampai di kediaman Julian.

Begitu mobil taksi yang ia naiki masuk ke pelataran halaman rumah yang Julian tinggali, membuat mulut Jenna ternganga.

"Ini sih bukan rumah biasa, tapi ini lebih mirip istana, wow......," Jenna berguman kagum dengan kemegahan dan kemewahan arsitektur bangunan tempat tinggal Pria yang ia tau juga pernah menjalin hubungan asmara dengan bos nya itu.

Setelah selesai membayar taksi yang ia naiki. Jenna langsung turun dan merapikan pakaiannya. Jenna yang saat itu mengunakan rok span selutut dan kemeja putih sebagai atasan serta blazer yang melekat pas di tubuhnya semakin membuatnya terlihat cantik dan elegan.

Dengan sopan Jenna menyapa pelayan di rumah itu dan mengutarakan maksud kedatangannya.

"Malam Bik, Mr Julian Alexander ada?" tanya Jenna sopan.

"Ada non, tuan ada di rumah. Apa perlu apa?" tanya balik sang Bibik.

"Saya ada keperluan mengantarkan dokumen penting dan juga ingin mengambil berkas." tutur Jenna menjelaskan.

"Silahkan duduk dulu non, saya beritahu dulu ke tuan Julian. Emmm, nama non siapa?" tanya sang Bibik.

"Saya Jenna Bik, sekertaris Bu Andrea."

"Baiklah, tunggu sebentar ya non."

Beberapa menit setelahnya, sang Bibik kembali menemui Jenna.

"Non, kata tuan, non di suruh masuk ke ruang kerja tuan Julian." tutur sang Bibik. Sedikit berfikir akhirnya Jenna pun menurut.

Dengan di antara sang Bibik, Jenna naik ke lantai dua rumah yang seperti istana itu.

Bagi Jenna, rumah itu berkesan sangat mewah dan begitu wah. Sepanjang Jenna menaiki anak tangga menuju lantai dua. Mata Jenna tak henti-hentinya memperhatikan seisi ruangan rumah yang semua perabotannya mengunakan furniture mahal bergaya clasik.

Sesampainya mereka di depan pintu ruang kerja sang majikan. Sang Bibik membukakan pintu ruang kerja.

"Tuan, nona Jenna sudah datang."

"Masuk Jen, terimakasih Bik," ujar Julian yang sepertinya masih nampak sibuk di kursi kebesarannya.

"Malam Pak," sapa Jenna sopan pada Julian.

"Malam Jen, bisa kau tunggu sebentar di sofa dulu. Ada beberapa Emil penting yang aku harus jawab sekarang."

"Tidak masalah Pak, saya bisa menunggu." jawab Jenna yang kemudian ia duduk di sofa panjang yang ada di ruangan itu.

Untuk membuang rasa bosan menunggu, Jenna pun menyibukkan diri dengan mengecek ponselnya.

Julian yang kala itu tengah sibuk di depan laptop nya, tanpa sengaja melirik ke arah Jenna yang tengah fokus dengan ponselnya. Sekilas pandang Julian memperhatikan wajah cantik putih alami Jenna Shamanta. Dalam hatinya, Julian mengakui kecantikan alami wanita itu.

Padahal ia sudah kenal lama sejak ia bekerjasama dengan Andrea. Dan sudah sering juga berdiskusi. Tapi kala itu Julian tidak terlalu memperhatikan Jenna secara khusus. Mungkin karena waktu itu ia juga masih berstatus sebagai tunangannya Andrea.

Namun, pada malam ini, kehadiran Jenna di ruang kerjanya membuat hati Julian sedikit tergelitik.

Apalagi di tambah dengan suguhan kaki jenjang mulus putih yang Jenna milik. Sudah cukup membuat Julian terpesona. Keanggunan Jenna yang kala itu masih memakai baju kantor menjadi kesan tersendiri. Dan rok span selutut yang Jenna kenakan membuat Jenna dalam pandangan Julian masuk dalam kriteria wanita seksi.

Apa yang akan terjadi selanjutnya......see you next bab.....

Jenna Shamanta

Julian Alexander

Valerie Florencia

"Jen, mana dokumen nya?" tanya Julian yang masih berada di kursi kebesarannya di ruang kerja.

Ketika namanya di pangil, Jenna pun langsung dengan sigap mengecek dokumen yang ia bawa. Setelah mendapatkan dokumen penting tersebut. Jenna kemudian berjalan mendekati meja kerja Julian.

"Ini dokumen nya Pak," tukas Jenna sambil memberikan sebuah map pada Julian.

Sejenak, Julian nampak meneliti isi dokumen tersebut.

"Oke, ini memang dokumen penting yang aku harus bawa ke Bali besok. Terimakasih Jen." ucap Julian.

"Sudah menjadi tugas saya Pak. Oya, kata Bu Andrea, saya juga harus mengambil berkas penting dari Pak Julian." ujar Jenna mengingatkan.

"O iya, aku hampir lupa. Sebentar, aku cari berkasnya dulu," ujar Julian, kemudian ia berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah sebuah rak. Kemudian mencari berkas itu yang ia simpan di sana.

"Ini berkas nya." Setelah menemukan berkas yang ia cari, Julian kemudian memberikan berkas itu pada Jenna.

"Kalau begitu saya pamit ya Pak." ujar Jenna setelah ia merasa semua tugas nya sudah beres.

"Oke," jawab Julian singkat. Jenna pun kemudian melangkah menuju pintu.

"Jen, kau ke sini naik apa?" tanya Julian tiba-tiba.

"Saya naik taksi Pak."

"Oh, hati hati." jawab Julian yang entah kenapa mendadak terkesan perhatian. Jenna hanya merespon biasa perhatian kecil Julian terhadapnya.

"Terimakasih pak."

Sepenggal Jenna dari ruangannya, Julian kemudian terdorong untuk berjalan ke arah jendela yang ada di ruang kerjanya.

Dari sana ia memperhatikan Jenna yang saat itu tengah berdiri di halaman yang sepertinya sedang menunggu taksi pesanannya.

Sejenak Julian memperhatikan lagi wajah cantik alami sekertaris rekan bisnisnya itu.

Selama ini Julian tidak benar-benar memperhatikan Jenna. Padahal ia sendiri sudah sering berkomunikasi dengan wanita lajang 24 tahun itu.

Tak lama, taksi yang Jenna pesan pun datang. Jenna langsung masuk ke dalam taksi yang ia pesan. Kemudian taksi itu pun segera berlalu dari halaman rumah mewah Julian Alexander.

🍂🍂🍂🍂🍂

Menjadi seorang Pria single bertahun-tahun terkadang membuat Julian merasa miris.

Tapi dirinya juga tidak menampik ada rasa trauma jika hendak menjalani hubungan kembali dengan seorang wanita. Apalagi dia baru saja gagal menikahi wanita pujaannya, Andrea Sahara. Yang bahkan mereka sudah bertunangan lima tahun lamanya.

Karena sudah sering kali gagal dalam menjalin hubungan. Serta pernah bercerai dengan sang istri di masa lalu. Hal itu lah yang membuat Julian enggan ingin menikah lagi dan menjalin hubungan asmara.

Tapi di lain sisi, ada rasa kekawatiran yang ia rasakan juga.

Saat ia bergelimang harta dan sukses dalam bisnis justru ia malah belum mempunyai keturunan.

Bisa saja dia melakukan adopsi. Tapi dirinya kurang berminat jika melakukan adopsi.

Keresahan demi keresahan seperti itulah yang kadang membuat hati Julian merana.

"Uang bisa membeli apapun Julian." kata kata sahabatnya Reyhan Aditya kembali terngiang di pikirannya.

Duduk termenung sendiri bersandar pada headbord tempat tidur membuat Julian semakin merasa frustasi saat memikirkan hidupnya.

Frustasi bukan soal pasangan hidup, tapi saat ini yang ia frustrasi kan adalah soal keturunan.

Apalagi pesan sang Mama yang saat ini menetapkan di Athena Yunani terus menanyakan soal pasangan dan juga menuntut Julian untuk segera punya momongan.

"Lebih baik aku suka pusing soal pekerjaan dari pada pusing memikirkan keturunan, brengsek."

Julian merasa kesal dengan dirinya sendiri. Kemudian ia memilih berlalu dari kamarnya. Mengambil kunci mobil dan ia segera mengemudikan mobilnya menuju sebuah tempat hiburan malam.

Sebenarnya, Julian bukan tipe pria yang suka pergi ke clup malam atau semacamnya. Tapi karena malam itu ia merasa sangat pening, membuat ia ingin mencari sedikit hiburan.

Duduk sendirian di sebuah kursi mini bar. Julian nampak menikmati segelas minuman wine yang ia pesan lewat seorang bartender cantik.

Sambil terus menegur minuman yang ada di tangannya. Julian terus saja memperhatikan wanita yang melayaninya.

"Hai, nama mu siapa?" tanya Julian pada wanita itu.

"Nama ku?" tanya lagi si wanita bartender itu.

"Siapa lagi kalau bukan kamu, dari tadi mata ku tertuju pada mu." ujar Julian.

"Valerie," jawab wanita itu.

"Sudah lama bekerja di sini," tanya Julian menyelidik.

"Lumayan," jawab lagi Valerie singkat, sambil membersihkan beberapa gelas yang sudah kosong di atas meja minibar.

"Apa kau juga melayani yang lain," tanya Julian lagi dengan pandangan mata tertuju pada Valerie dengan begitu instens.

Sejenak Valerie nampak memperhatikan Julian. Dalam hati, Valerie yakin jika Julian adalah pria kaya.

"Kau ingin one night stand?" tanya Valerie to the point, Julian kemudian tertawa getir.

"Aku tidak ingin one night stand. Tapi aku sedang mencari wanita yang mau mengandung anak ku." jawab Julian jujur.

"Apa yang akan aku dapatkan jika aku bisa memberi mu anak," tantang Valerie.

"Apapun yang kamu mau, aku akan berikan." jawab Julian tegas.

"Kau serius?" tanya Valerie lagi.

"Aku Julian Alexander, kau mau apa? Rumah, Penthouse, apartemen, mobil, saham atau semuanya. Asal kau bisa memberikan aku keturunan aku akan memberikan itu semua untuk mu."

Dan perkataan Julian yang memberikan Valerie tawaran yang cukup menggiurkan membuat Valerie langsung tertarik dengan tawaran itu.

"Boleh minta nomor ponsel mu," ujar Valerie.

Julian kemudian memberikan ponselnya. Valerie langsung mengambil ponsel milik Julian lalu mengetikkan nomor ponsel milik nya ke ponsel milik Julian.

"Kita buat kesepakatan nanti." ujar Valerie.

"Oke," jawab Julian dan dengan tatapan mata penuh harap.

Apakah Valerie wanita yang akan menjadi ibu dari calon anak Julian Alexander ?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!