NovelToon NovelToon

Sweet Wedding

Manuel, apa kau sinting.

Selama delapan belas tahun tepat setelah Kamila selesai dari sekolah menengah atasnya, dia di hadapi dengan kenyataan yang membuat hatinya terpelintir.

"Ma.. tadi apa yang mama bilang.." Kamila bertanya seolah tidak percaya, suaranya terdengar bergetar dan mengigil, dan air bening mulai terjalin di antara pipinya.

"Ma! Kenapa baru sekarang mama bilang.. Kamila harus menikah dengan lelaki tua! Kamila masih punya pacar dan Kamila masih mau kuliah ke depannya! Kamila, Kamila tidak mau menikah ma.."

Haesti menangkap wajah Kamila sambil mengusap air mata perempuan itu, perempuan setengah baya itu kemudian memeluk pundak Kamila. "Maafkan mama, Kamila jika kamu tidak menikah dengan orang keluarga Mallor mereka akan membocorkan dan bilang pada masyarakat bahwa sebenarnya kamu.. nak, kamu lahir di luar pernikahan. Kamila kamukan tahu sendiri sebenarnya kamu anak haram, kamu sendiri juga tahu kan bagaimana tetangga berbicara yang tidak tidak jika mereka tahu kenyataan sebenarnya.."

Karena tidak ingin malu jika orang-orang membicarakan aib orang tuanya sewaktu masih muda, Kamila Yasmin mengubur identitas anak haram jauh ke dalam tubuhnya, dan melebur jauh ke dalam darah dan tendonnya. Namun sekuat apapun mereka mengubur aib, pasti suatu saat akan ada bangkai yang keluar dan sialnya aib yang berbau busuk itu tercium oleh keluarga Mallor.

Jika tidak ingin keluarga Mallor itu membocorkan bahwa dia anak hasil dari perzinahan dan hubungan gelap orang tuanya, Kamila harus mau di nikahkan dengan anak kedua keluarga Mallor bernama Manuel Mallory yang berumur kepalan tiga di saat dia baru lulus SMA!

Saat memikirkannya saja, membuat Kamila tersenyum kelu dan semua giginya tiba-tiba terasa sakit.

Dia menangis semakin keras dan sesugukan.

Kamila sendiri tahu bahwa dia anak hasil perzinahan dan dia ingin menutupinya serapat mungkin, tapi dia juga tidak ingin melepaskan Elang yang notabene masih berpacaran seumur jagung dengannya dan ibarat kata cinta keduanya baru di mulai sebesar biji wijen jadi dia tidak bisa meninggalkan Elang untuk menikahi orang yang lebih tua.

Dia menggelengkan kepalanya. "Ma.. tapi Kamila masih menyukai Elang, kami masih pacaran Ma, apa yang akan di pikirkan Elang jika tahu Kamila akan menikah?"

"Kamila tidak bisa mencampakkan Elang sekarang karena Kamila masih mencintainya ma.."

Sekarang Haesti juga tidak tahu harus bagaimana karena dia sudah hidup beberapa tahun menjadi janda untuk mengurus Kamila seorang diri, Haesti cuman bekerja sebagai pedagang yang hasilnya pas-pasan dan mereka hanyalah orang yang kurang mampu, jika bukan dari harta mereka tidak punya apa-apa yang bisa di pertahanan selain martabat.

Haesti sangat cemas. "Kamila, mama suruh kamu memilih. Kamu akan memilih Elang yang cintanya akan pudar dua atau tiga tahun lagi, atau kamu memilih untuk mempertahankan masa depanmu, menikah dengan Manuel Mallory dan menjaga martabat mama."

"Ma.." Kamila mengusap air matanya, dia tidak bisa memilih karena pilihannya sangat sulit.

Dia tidak bisa melepaskan cintanya pada Elang selama ini, tapi dia juga tidak ingin merusak martabat ibunya yang dia jaga selama delapan belas tahun dan Kamila tidak bisa membocorkan bahwa kenyataan dia anak dari buaian gelap.

"Apa benar calon suami Kamila berusia tiga puluh tahun? Tapi Kamila baru delapan belas tahun..

Kamila terdiam sedih sebelum di berteriak dan meninggikan suaranya. "Menikah dengannya apa masa depan Kamila tidak akan rusak nantinya, apa hari-hari Kamila terjamin bagus dan Kamila akan bahagia nantinya?!"

Mendengar Kamila berteriak membuat Haesti terkejut.

"Kamila Yasmin!" Haesti spontan berteriak.

Kamila benar-benar tidak berada di usia yang siap untuk menikah apalagi dia harus di paksa menikahi orang yang belum pernah dia temui, dia tidak ingin menikah terpaksa dengan orang yang jauh lebih tua darinya.

Tiga puluh tahun dan delapan belas tahun..

Jarak umur yang selebar langit dan bumi.

"Ma, Kamila tidak mau menikah dengan orang yang seharusnya menjadi paman Kamila, usia kami terlalu jauh! Jangan paksa Kamila menikah dengan orang yang bukan Kamila sukai sekarang atau Kamila akan pergi dari rumah!"

*

"Manuel, kamu bilang mau menikah sama orang lain terus bagaimana dengan pacar yang kamu rebut dari ku?" Joy sedang duduk di kursi, kakinya bersilangan, dan tangannya mengiris kudapan di depannya sebelum dia memakannya.

Sedangkan di depannya duduk mengenakan setelan jas rapi, orang yang akan di jodohkan dengan Kamila Yasmin yang lebih tepatnya bernama Manuel Mallory.

Manuel dan Joy mereka berdua sedang makan malam dengan keluarga besar Mallor dan di depan mereka adalah orang tuanya, bernama Herman Mallory.

Manuel tidak menjawabnya, melainkan Herman sang ayah yang segera bertanya. "Joy, kamu masih belum bisa melupakannya?"

Joy mengigit makanannya dan mengetatkan cengraman tangannya, meskipun perasaan di dalam jantungnya masih kelabu jika berkaitan dengan pacarnya yang di rebut adiknya Manuel, namun eskpreksinya masih dalam kelumpuhan wajah.

Joy menjawab tenang. "Aku juga sudah melupakan Zea sangat lama, jauh sebelum kami putus."

Joy Mallory juga sesekali melirik Manuel di seberangnya, karena Manuel sedang berpacaran dengan Zea sekarang tapi orang itu juga masih mau menikahi perempuan lain?

Betapa kurang warasnya adiknya itu!

Apa semua isi otaknya sebenarnya ada di dengkul dan saraf kewarasannya sudah terputus?

Manuel tersenyum geli. "Terserah aku mau menikah dengan siapa sambil berpacaran dengan Zea. Joy, sebenarnya kau ingin mengambil lagi Zea setelah tahu aku nikah sama orang lain?"

Untuk pertama kalinya ekspreksi di wajah Joy Mallory berubah dan ada kabut gelap di bawah kelopak matanya, dia terkekeh jijik dan mencibir.

"Aku tidak berminat sama barang bekas." Mata Joy menyimpit tajam.

Cukup Manuel yang suka ngambil barang bekas darinya, sedangkan dia tidak akan sudi menerima barang bekas dari tangan Manuel. Apapun jenisnya, seperti mendapatkan Zea kembali hanya akan membuatnya muntah sampai berdarah-darah meskipun sebenarnya dia masih menyukai perempuan itu.

Joy Mallory..

Daripada cinta, dia lebih suka memilih harga diri dan dia lebih suka menggigit lebih dulu daripada di permalukan.

Mengambil kembali Zea, akan sangat memalukan baginya.

"Sudah, cukup. Kapan pernikahan mu di laksanakan?" Herman menyanggahi perseteruan antara kedua putranya itu dan bertanya pada Manuel.

"Secepatnya, lagian dia orangnya sudah lulus." Manuel menjawabnya sekedarnya. "Dia orangnya biasa, agak pas-pasan dan dia dari keluarga terbelakang."

Setelah tahu identitas dari calon menantunya dari kalangan bawah, Herman memijat kepalanya yang nyaris berdenyut. "Kenapa kau tidak menikahi pacarmu saja? Manuel, kenapa kau cari istri miskin sebagai menantu keluarga Mallor yang bikin malu saja."

Manuel menarik sedikit mulutnya dan tersenyum. "Kenapa malu, toh warisan perusahaan Mallor juga akan jatuh ke tangan Joy."

Herman merasa pening kepala, dia segera mengambil seteguk air untuk mendinginkan riak di kepalanya karena masalah perebutan warisan oleh dua anaknya. "Manuel kau juga pemegang saham perusahaan, kau tidak bisa bersikap kekanak-kanakan dan mabuk setiap saat, berhentilah membuat kekacauan."

Dia merasa kepalanya pusing. "Berapa usia gadis yang akan kau nikahi dan siapa namanya?"

Manuel segera menjawab pertanyaan ayahnya itu. "Dia sekarang delapan belas tahun, namanya Kamila Yasmin."

Begitu tahu usia gadis yang ingin di nikahi Manuel, Joy menghentikan aksi makannya.

Sampah, apa kau binatang buas yang mau-maunya menikahi orang yang jauh lebih muda?!

Joy Mallory yang dari tadi hanya mendengarkan mereka langsung membanting garpunya.

Dia bertanya. "Manuel, apa kau sinting?"

Gadis yang tidak di untung itu kabur?

Sekarang Manuel membuat kesintinggannya menjadi kenyataan dan dia sudah duduk di rumah ibu Haesti yang juga untuk mengutarakan minatnya ingin melamar Kamila Yasmin.

"Calon ibu mertua, bagaimana dengan putri anda sendiri, apakah gadis itu bersedia menikah?"

Haesti berkeringat dingin saat tahu Manuel Mallory mendatangi rumahnya, siapa orang di negeri pertiwi ini yang tidak tahu orang terkaya se-Indonesia yang memiliki perusahaan besar?

Dan orang sepenting itu sekarang bertamu ke rumahnya untuk meminang putrinya?

Meskipun Haesti tahu orang yang akan menjadi menantunya adalah orang yang kaya raya juga seorang milyarder yang tidak akan kehabisan stok uang untuk sepuluh generasi penerus, tapi dia tidak bisa merasa ikhlas sedikitpun untuk masa depan Kamila jika menikahinya.

Karena putrinya akan menikah hanya adanya ancaman dari Manuel untuk membocorkan aib anak haram dan hanya karena situasi yang di paksakan, jika menikah dengan pria licik seperti itu pasti membuat kehidupan pernikahan Kamila mungkin tidak akan bahagia nantinya.

"Tuan Mallor, apakah anda bisa membuat jaminan yang lain selain menikah dengan putri saya Kamila?" Haesti bertanya takut-takut.

Manuel bertanya. "Kamu hanyalah orang miskin, apa kamu memiliki uang untuk menutupi aib keluarga mu yang mahal itu? Apa yang kamu miliki untuk membungkam mulutku selain uang?"

Dia berdesis. "Kamu hanya punya putrimu untuk jaminan."

Manuel Mallory bahkan dia belum menjadi menantu dan menikahi Kamila saja sekarang sudah berani terang-terangan menghina Haesti karena miskin, apalagi ketika sudah menjadi mertua dan menantu, mungkin Haesti tidak akan pernah di pandang Manuel sebagai mertua di matanya.

Haesti tahu dengan tipikal orang kaya seperti itu yang pasti akan merendahkan orang yang lebih bawah darinya, menganggap bahwa orang miskin tidak akan sepadan.

Dia menuangkan teh untuk Manuel sambil memanggil putrinya. "Kamila kemari nak, ada seseorang yang ingin menemui kamu yang orangnya mama bicarakan sebelumnya, beliau datang berasal dari keluarga Mallor untuk meminang mu."

Namun selesai Haesti menuangkan teh untuk Menuel, Kamila belum muncul yang tidak seperti biasanya jika Kamila di panggil sekali, pasti gadis itu akan langsung menyahuti ibunya.

Haesti merasa tidak enak pada Manuel karena Kamila juga belum juga muncul sampai sekarang. "Sebentar tuan Mallor, saya akan memanggil Kamila dulu di dalam kamarnya yang sepertinya Kamila masih tidur siang."

Manuel mengangguk sebagai tanggapan sambil meminum teh yang sudah di siapkan ibu Haesti.

Sesampainya di kamar Kamila, mengetahui gadis itu tidak ada di dalam kamar, Haesti langsung di buat terpatung di ambang pintu dan dia segera membuka lemari di ruangan itu, yang semua barang-barang Kamila sebagian besar sudah di kemas dan menghilang tanpa jejak, juga koper besar yang biasanya di pakai untuk pindahan tertentu juga sudah di bawa kabur.

Kamila kabur waktu membanting pintu kamarnya kemarin malam.

Haesti langsung berteriak. "Kamila Yasmin!"

Mendengar kegaduhan Haesti, salah seorang pengawal Manuel mendatanginya dan Haesti langsung kembali lagi ke ruang tamu. "Tuan Mallor, Kamila.. putriku Kamila dia kabur dari rumah.. bagaimana ini, saya juga tidak tahu dia kabur ke mana karena kami sendiri tidak memiliki keluarga di kampung.."

Mendengarnya, Manuel sedikit menaikkan ujug alisnya. "Aku kemari ingin menikahinya, tapi malah gadis tidak tahu di untung itu kabur?"

Gadis dari janda miskin yang tidak tahu menempatkan wajahnya di mana dengan benar, tapi sok-sokan menolak orang kaya sepertinya?

Dia berdesis mengejek. "B*ngsat ya dia.."

Manuel segera memerintahkan para pengawal yang di bawanya untuk mencari Kamila. Dia berdiri sambil merapikan jas yang di pakainya.

"Jika putrimu yang haram itu tidak ketemu..

Manuel Mallory kemudian berkata dengan suara dingin. "Nasib kalian berdua akan hancur."

*

Kamila Yasmin sudah lebih dari tiga kali naik angkot berbeda-beda, dia hanya menaiki angkot yang berputar-putar di jalanan selama berjam-jam dan tidak tahu tujuannya dengan jelas akan kemana, jika pindah ke kampung, dia sendiri tidak memiliki sanak keluarga di sana.

Kemana dia harus pergi, dan Kamila bisa minta tolong pada siapa..

Dalam situasi yang sekarang, satu-satunya orang yang bisa untuk dia mintai tolong cuma Elang yang juga pacarnya saat ini. Kamila segera mengeluarkan ponselnya dan dia langsung menghubungi nomor telepon Elang, namun pihak lain tidak mengangkatnya.

Sebagai jawaban suara elektronik langsung menanggapi kesepian Kamila. "Silahkan tinggalkan pesan, setelah nada BEP!"

Dia sudah lebih dari tiga kali menghubungi Elang, tapi Elang tidak menjawab panggilannya satu kalipun.

Kamila kembali menangis.

Karena Elang, cuma dia satu-satunya yang bisa Kamila mintai tolong sekarang di situasinya. Kamila tidak tahu harus pergi ke mana dan dia tidak ingin menikah terpaksa dengan orang yang lebih tua, Kamila tidak sudi!

Sampai maut menjemput, menikahi orang dari keluarga Mallor, dia tidak akan sudi!

Lebih tepatnya dia tidak mau menikah karena untuk saat ini, perasaan Kamila masih mencintai Elang..

Karena sudah malam dan supir angkotnya sudah berhenti, Kamila turun dengan terpaksa sambil membawa kopernya. "Mas tahu kos-kosan di deket sini?"

"Aduh mbak kos-kosan di deket sini tidak ada mbak, adanya apartemen yang harga sewanya juga lebih mahal." Sopir angkot itu menjawab. "Saya juga tidak bisa nganterin ke kos-kosan yang lebih jauh, di rumah sudah di tungguin istri saya mbak."

"Yaudah mas, terimakasih.."

Tidak mendapatkan tumpangan, tidak mendapatkan tempat sewa, Kamila terpontang panting sambil menyeret kopernya.

Ponselnya bergetar dan tiba-tiba panggilan dari Elang masuk. "Sayang, kenapa kamu tadi telepon malam-malam apa kamu sedang ada masalah?"

Mendengar suara pacarnya, Kamila langsung tersenyum senang. "Elang.. Kamila, Kamila kabur dari rumah..

Tentu saja Kamila Yasmin tidak akan mengatakan alasannya kabur dari rumah karena di jodohkan Haesti dengan orang yang seharusnya menjadi bapak.

Di bandingkan dengan Manuel Mallory, Elang lebih dari segala-galanya terutama dari segi umur dan masih muda!

"Kamu di mana sekarang?" Elang bertanya di sebrang ponsel.

"Kamila kirim lokasinya."

"Oke, aku akan ke sana."

Kamila menunggu Elang di kafe yang buka dua puluh empat jam, setelah dia hampir menunggu selama satu jam akhirnya pacarnya itu datang.

"Kamila."

Elang duduk di depannya, mengambil jari-jari tangan Kamila lalu mengusap punggung tangan itu dengan lembut.

"Sayang, kenapa kabur dari rumah?"

"Elang, apa Kamila boleh menginap di rumahmu?"

Mereka bertanya nyaris serempak dan bersamaan, Elang mengeryitkan keningnya. "Apa?"

Tangan Elang yang mengusap punggung tangan Kamila langsung terlepas. "Yang, aku juga masih satu rumah dengan orang tua. Kalau aku bawa perempuan malam-malam pulang ke rumah, apa yang akan di katakan orang tuaku?"

Elang tidak menyetujui permintaan ini. "Maaf, sayang kita juga tidak bisa kumpul kebo.."

Kamila mencoba memohon. "Hanya semalam.. Elang, Kamila tidak tahu harus pergi kemana lagi."

"Maaf, kamu coba minta menginap di rumah teman perempuan kamu dulu yang.. tapi jangan menginap di rumah Linda." Kata Elang sebelum dia menyambar jaketnya di kursi kafe dan pergi.

Melihat pacarnya pergi, Kamila berteriak. "ELANG!"

Tapi Elang terus pergi seperti lobang telinganya tersumpal kapas.

Kamila menunduk dan mengigit bibir bawahnya keras tanpa terasa dia kembali menangis. "Elang, kamu bilang kamu pacar Kamila.."

"Kamu bilang, akan menjaga Kamila.."

"Kamu pernah bilang, melindungi perasaan Kamila, tidak membiarkan Kamila sendirian dan kesepian.."

Inikah janji-janji mu, kau buat sakit hati ku.. ku mohon sayang, ku tak ingin kau pergi.

Lagu yang di putar pelan di kafe itu, semakin menyulut api yang berkobar di jantung Kamila, seolah semua janji yang pernah di katakan Elang sewaktu menembaknya hanya ampas tahu yang ada di atas tempe..

Di goreng juga hilang, seperti mulut manis Elang yang tanpa bukti.

Malam yang tidak suci?

"Mbak maaf kafenya akan segera tutup."

Kamila tertohok karena tanpa terasa dia cuma buang-buang waktu menunggu Elang di sini, dia lalu melirik jam tangannya yang sudah pukul sebelas tiga puluh menit sebelum kemudian dia segera bangkit sambil membawa kopernya karena takut di usir oleh pelayan kafe itu.

Juga lagu yang di putar pelan di kafe itu kembali mengiringi langkah kaki Kamila.

Di malam yang sunyi ini.. aku sendiri.. tiada yang menemani.

Kamila Yasmin gadis berusia delapan belas tahun sudah terlunta-lunta sendirian di jalanan, tidak tahu harus ke mana sampai hampir dini hari dia tiba-tiba di datengin sekawanan manusia mabuk, mereka semua hampir sekitar lima orang menyengat Kamila di depannya.

"Mbak.. sendirian aja, main sama kami yuk ke apartemen." Seseorang yang sepertinya sudah setengah teler dan wajahnya terlihat sangat teler seolah hampir mengetuk pintu maut itu mencengkal pergelangan tangan Kamila.

Kamila sangat takut dan dia langsung menepisnya, melepaskan tangan orang kurang moral itu. "Kamila laporin polisi ya kalau kalian semua berani macam-macam!"

Seorang pemabuk lain bertanya pada Kamila. "Bapakmu seorang polisi ya?"

Kamila mengeryitkan keningnya dan mundur selangkah. "Kok tahu.."

Mereka segera menjawab. "Karena tubuh mu bagus, sangat sexy sampai mencuri perhatian, membuat area bagian bawah kami jadi langsung bir*hi.. bagus, wajahmu juga cantik memborgol mataku!"

Kamila, "...."

Karena sangking takutnya, Kamila sudah berlari kencang meninggal kopernya di pinggir jalan dan dia berlari menggunakan semua tenaga yang dia bisa, Kamila berteriak keras mengunakan seluruh fitalitas di paru-parunya karena terlalu takut jika dia tertangkap.

"Tolong.. tolong, ada orang yang mau melecehkan Kamila!"

"Siapapun, tolong Kamila!!"

"Elang, Elang.. Kamila akan di lecehkan selamatkan Kamila!!!"

Namun sebanyak apapun teriakan yang di kerahkan Kamila, sampai membuatnya ngos-ngosan dan hampir kehilangan nafas.. karena hari sudah dini hari dan suasana jalanan juga sangat sepi, teriakannya seperti suara kecoak yang mencicit, pelan dan tidak ada orang lain yang mau mengubris.

Jangankan orang lain, Elang saja yang sudah pergi dari sana untuk ke alam lain, tidak akan mendengar suara teriakan minta tolong Kamila sama sekali.

Karena terus di kejar, Kamila semakin panik, dia tidak henti-hentinya berteriak minta tolong.

"Lima orang mau menculik Kamila, melecehkan Kamila, siapapun selamatkan Kamilaaaaaaaa!!!"

-grep!

Sebelum pergelangan tangannya di raih oleh tangan orang lain, mulut Kamila tersumpal oleh tangan yang kekar dari bagian belakang punggungnya, sampai punggungnya yang kecil membentur dada bidang yang sepertinya lebih besar dan lebih kokoh.

Karena udara di sekitarnya dingin karena larut malam, punggungnya yang berbenturan dengan orang lain dari balik pakaiannya terasa sedikit lebih hangat dan panas.

Kamila ingin menengok ke belakang tapi kepalanya segera di tahan oleh sesuatu.

Orang itu memelankan suaranya. "Sssttt, jangan berteriak."

Kamila berkedip sebagai tanggapan dan dia mengangguk samar.

Tepat ketika orang itu mau melepaskan tangannya, Kamila langsung berteriak, tapi kali ini dia berteriak lebih kencang seolah teriakannya menggunakan semua nafas terakhirnya yang tersisa.

Suara teriakan bercampur nyawanya langsung melolong. "Tolong! Kamila akan di p*rkosa!!!"

Karena terkejut, orang itu segera menyompel lagi mulut Kamila. "Bawel, sekali lagi kamu teriak, aku taruh racun ke mulutmu sampai mati!"

Kamila langsung menciut dan tidak berani bersuara, sebagai gantinya dia mulai menangis.

Karena suara tangisannya keras, lima orang yang mabuk tadi segera menemukan tempat persembunyian mereka yang kebetulan hanya bersembunyi di samping mobil.

"Oh, jadi perempuan itu sembunyi di sini."

Lima orang pemabuk itu berusaha mengambil tangan Kamila dan sebagian lainnya berusaha untuk melepaskan pakaiannya, sedangkan sisanya berkelahi dengan orang yang tidak di kenal itu.

Kamila sangat panik dan ketakutan, dia mencoba mempertahankan setiap helai pakaiannya, tapi tenaga seorang perempuan masih kalah dengan tenaga seorang pemabuk, apalagi ada sekitar dua orang yang berniat menodainya yang kekuatan mereka sekuat besi yang tidak bisa di halau tangan lemah Kamila.

Di kepung dua orang hidung belang, Kamila meronta, dan dia kembali menangis lagi. "Apa yang ingin kalian lakukan?! Kamila tidak sudi di lecehkan! Kalian semua.. jangan dekat-dekat!"

Kamila lemah, dia tidak bisa bertahan sendiri bahkan sampai orang-orang itu membuat pakainya robek di beberapa tempat dia tidak bisa berbuat apapun, di pundak dan perutnya, juga di bagian atas pahanya mulai di robek sedikit demi sedikit.

Dia masih meronta-ronta dan mengigil hebat.

Kamila menangis, menjerit dan gemetar ketakutan.

Tepat ketika salah seorang pemabuk ingin merobek pakaian di dadanya, tangan pemabuk yang ingin melecehkan Kamila langsung di cengraman kuat oleh orang itu, kemudian sedetik selanjutnya bogem mentah mendarat di wajah para pemabuk.

-Buk!

Satu pemabuk yang menerima bogem mentah itu langsung jatuh tersungkur, tapi beberapa orang tersisa mencoba merusak mobil dan memecahkan kaca, kemudian para pemabuk langsung menggunakan pecahan kaca untuk mengancam mereka.

Karena orang itu melawan dan bertahan dengan tangan kosong, dia segera mengalami luka goresan di pundaknya dan di lengannya yang langsung membuat darah keluar dari pakaian orang itu.

Meskipun gelap karena malam Kamila bisa melihat warna merah kental itu terlihat sangat mencolok dan darah langsung mengalir, mengotori kemeja putih itu sebelum merembes ke mana-mana.

Kamila semakin ketakutan dan dengan panik mengambil batu yang kebetulan ada di bawah mobil, dan dia segera melemparkannya ke kepala seorang pemabuk dengan sekeras mungkin.

-Buk!

Orang itu menoleh dan menyeringai pada Kamila. "Ternyata.. kau hebat juga.."

Sambil menangis, Kamila mencoba berkata yang sebenarnya. "Semua tangan dan kaki Kamila masih gemeteran.. Kamila tidak hebat."

Kamila lebih sudi mendekam di penjara karena kasus pembunuhan jika di bandingkan dengan kehilangan keperawanannya dan kesuciannya, jadi dia segera mengambil batu dan potongan kaca mobil untuk membantu orang itu melawan sekumpulan pemabuk.

Butuh waktu cukup lama sampai keduanya meringkuk tiga pemabuk tersisa, meskipun mereka mengalami lecet di mana-mana setidaknya nyawa dan keperawanan tetap ada di genggaman tangan.

"Apa kau baik-baik saja?" Orang itu melihat Kamila dari atas sampai bawah dan dia melihat pakaian Kamila sudah terkoyak di tempat sensitif, dia segera melepaskan jas hitamnya kemudian menaruhnya dengan hati-hati di pundak Kamila.

Karena kejadian yang membuat jantungnya mengalami syok dan ketakutan hebat, kepala Kamila terasa pening seolah berputar-putar dan dia hampir pingsan ke belakang.

Sebelum dia jatuh ke tanah, tangan orang itu segera membopongnya.

Orang itu langsung mengeryitkan kening terpaksa.

Dia harus membawa gadis itu ke rumah sakit, tapi parkiran mobilnya agak jauh dari sini, jadi dia berjalan kaki ke sana sambil membopong Kamila dengan gaya putri raja.

Orang itu juga mengalami segala jenis luka, terutama di kakinya membuat dia tersungkur dan tepat saat jatuh dia segera melindungi kepala belakang Kamila dari benturan menggunakan punggung tangannya.

Jika di lihat dari jauh seolah dia sedang melakukan tindak pelecehan.

Tapi yang tidak di harapkan salah seorang warga menyoroti mereka menggunakan senter. "Ck, ck kalakuan jaman sekarang berbuat yang tidak senonoh di tempat umum."

"Tidak bisa di biarkan ini, cepat tangkap mereka, terutama yang laki-laki bawa dia dan segera jebloskan ke penjara karena pelecehan terhadap gadis, supaya dia kapok."

Orang itu segera bangkit dari Kamila. "Bapak-bapak ibu-ibu.. tenang dulu, jangan berpikiran yang tidak-tidak."

Dia mencoba menjelaskan. "Aku cuma nyelametin gadis ini, tidak seperti yang kalian semua bayangkan."

Orang itu juga menggoyangkan Kamila agar gadis itu bangun, dia berkata sambil tersenyum pahit. "Hei sadar, bantu aku jelasin ini semua."

Tapi Kamila Yasmin, karena sangking lelahnya..

Dia pingsan seperti cagak kayu.

"B*ngsad bangun kau jangan pura-pura mati!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!