Angin pagi berhembus dengan tenang, bersemilir kesana-kesini memberikan kesejukan. Rakhayla Emely Pradikta, gadis berusia dua puluh tiga tahun tengah berdiri di balkon ruang kantor miliknya dengan tegak.
Wanita yang menggeluti bisnis kuliner, bisnis Fashion dan Colection yang semuanya berlebel "RE Pradikta" itu menghela napas panjang sambil memegang telepon genggamnya. Rambut panjang terurai kesana kesini karna terpaan angin.
"Jadi bagaimana? Apa nanti kita bisa bertemu Honey? Acara pernikahan kita tinggal satu bulan, semuanya sudah terencana dengan baik. Akan tetapi kita belum sama sekali fitting baju pengantin," ucap wanita yang saat ini sedang bercengkrama dengan Raymon kekasihnya.
"Kita bertemu nanti, Em Cantik. Aku akan mengirimkan alamatnya kepadamu," ucap Raymon dengan lembut dari seberang sana.
"Nanti? Benarkah? Kau tidak akan berbohong lagi?" tanya wanita yang kini tampak bahagia itu. Pertemuan sebelumnya, Raymon membatalkan rencana mereka karna pertemuan bisnis mendadak.
"Aku tidak berbohong untuk kali ini, aku akan benar-benar datang menemuimu. Tidak seperti kemarin yang akan ada pertemuan mendadak," ucap Raymon lagi.
"Aku tunggu kedatanganmu, Sayang," ucap Emely sambil tersenyum.
"Hem, tunggu aku. Sekarang aku akan pergi dulu, sampai jumpa," ucap suara di sebrang sana kemudian memutus panggilan.
Emely menutup ponselnya dan memandang ke bawah sana, mengamati lalu lalang mobil yang kesana kesini melewati jalanan.
Emely menghela napas panjang, senyum indah merekah di bibirnya. Pernikahan tinggal sebulan lagi? Tak sabar dirinya merasakan kebahagiaan yang tiada tara.
Wanita cantik, putri ke tiga dari tiga bersaudara itu tersenyum indah. Ingin rasanya cepat cepat dia melakukan fiting baju pengantin di butik Sheyna Bontique. Bayangan keindahan di dalam pernikahan membuat senyumannya terus mengembang.
"Raymon," Lirih Emely sambil menatap ke bawah sana.
Raymon adalah putra dari rekan bisnis Papa Emely yang siap dijodohkan dengan wanita cantik itu. Mereka bertemu sekali kemudian saling berkomitmen.
"Nona, maaf mengganggu," ucap salah seorang wanita yang kini berdiri di belakang Emely. Emely menoleh dan menatap ke arah karyawan yang tampan panik memandang ke arahnya.
"Iya, ada apa Lel?" tanya Emely pada bawahanya yang bernama Lelita.
"Maaf Nona, hari ini kita sudah menyiapkan segala sesuatu untuk pesanan cetering dan bingkisan atas Nama PT. ARW grup dari minggu lalu, akan tetapi mereka tiba-tiba saja membatalkannya dan saat ini tidak bisa di hubungi. Sedangkan Limaratus pesanan bingkisan yang mereka pesan di RE collection sudah tersedia juga, ini bagaimana Nona Em? Saya ke alamat yang tertera juga tidak bisa bertemu, mereka bilang tak ada pesanan dari PT tersebut." Leli panjang lebar menjelaskan pada atasannya. Emely tampak terdiam, memenangkan hatinya.
Emely mencoba tetap tenang, menghela napas panjang dan mengeluarkan dengan pelan.
"Bisa kirimkan alamat ke nomorku? Aku yang akan datang kesana," ucap Emely kemudian melangkahkan kakinya keluar dari ruangannya yang nyaman itu. Lelita mengirimkan alamat pada Emely kemudian mengikuti langkah Big Bos keluar dari ruangan.
Emely melewati beberapa karyawan dan karyawati yang tengah sibuk merapikan meja restauran mewah miliknya. Semua mata memandang ke arahnya, mereka berdiri tegak memberi hormat pada Big Bos cantik mereka yang terkenal tegas dan sangat bertanggung jawab.
Emely berjalan ke arah mobilnya dan masuk ke dalam kemudi. Netranya melihat ke arah Lelita yang berlari ke arah mobilnya.
"Lelita, kau tetap di tempat. Biar aku sendiri yang menemui Pimpinan ARW Group," ucap Emely dengan tegas yang sanggup menghentikan langkah Lelita. Lelita berhenti, ditatapnya mobil mewah milik Big Bos yang keluar dari parkiran RE restauran itu.
Rakayla Emely
❤❤❤❤❤
Asalamualaikum... Selamat pagi selamat beraktivitas untuk readers tercinta semuanya. Jumpa lagi dengan author ramah. Yuk ikuti kisah mereka, jangan lupa like, Komen, favoritkan yak.
Love kalian sekebun jengkol 😂😂.
🌹🌹🌹🌹🌹
Di sebuah manshion mewah, tengah terjadi perdebatan sengit. Pasalnya Putra semata wayang mereka menentang keras menikah.
Rumah sudah disulap bak istana, bahkan semua persiapan sudah matang. Pengantin wanita juga telah siap. Akan tetapi, Seorang Ardani Rahardian Wijaya enggan untuk melaksanakan ijab qobul yang dua jam lagi akan terlaksana.
Plak
Mamanya melayangkan satu tamparan di pipi Dani. Membuat lekaki itu mengusap pipinya yang terasa panas.
"Tampar lagi Ma, Tampar!" Dani memberikan wajahnya tanpa rasa takut sedikitpun kepada Mamanya. Dada Mama tampak bergemuruh saat suaranya meninggi. Napasnya tersenggal-senggal, kentara sekali. Bahunya naik turun menahan amarah.
"Dani, kenapa kamu tega Mempermalukan mama dan Papa seperti ini. Kamu harus menikahinya," ucap Mamanya lagi.
"Mama meminta aku menikahi dia? Aku sudah bilang tidak! itu artinya tidak. Sampai kapanpun aku tidak akan menikah dengan wanita itu," ucap Dani sangat dingin, kemudian meninggalkan ruangan itu.
Pak Hendra Wijaya beserta Istri kini hanya bisa menghela napas panjang. Menatap ke arah mempelai wanita yang kini tampak panik. Bahkan, Papa dan Mama dari Sinta menatap tajam ke arah Pak Hendra dan Nyonya Hendra.
"Maaf Sean, aku tidak menduga sebelumnya jika akan seperti ini kejadiannya," ucap Pak Hendra sambil menatap ke arah Sean Papa dari Sinta-wanita yang akan dinikahi oleh Ardani.
"Maaf katamu? Setelah semuanya seperti ini? Kenapa baru sekarang?" tanya Tuan Shein dengan amarahnya. Tuan Hendra menghela napas panjang. Dirinya masih terkejut dengan keputusan Dani. Dani memang biasanya tak pernah menolak apapun permintaan Papa dan Mamanya, akan tetapi kali ini mereka benar-benar kecewa.
Dani menghela napas panjang, menikah dengan Sinta dan hidup bahagia dengannya sempat akan dia setujui. Akan tetapi, Dani memergoki Sinta merencanakan hal buruk kepada keluarganya. Bahkan, Sinta mempunyai niat jahat mengambil semua harta milik keluarganya. Sampai pada akhirnya Dani tak pernah menyetujui. Akan tetapi, kedua keluarga tetap melanjutkanya.
Enggan untuk berdebat terlalu lama, Dani segera keluar dari mansion keluarga Hendra Wijaya.
"Tunggu, Dani," ucap seseorang yang kini berjalan ke arah Dani.
Dani menoleh dan menatap ke arah Sinta, wanita yang akan menikah dengannya itu.
"Dani, tolong beri aku kesempatan untuk bisa bersama denganmu. Apa salah aku? Kenapa kamu melakukan semua ini?" tanya Sinta dengan derai air mata.
"Aku melakukan apa? Aku tidak melakukan apapun, dari awal aku tidak menyetujui pernikahan denganmu. Lalu apa salahku?" tanya Dani dengan santainya.
"Apa salahku Dani, kedua orang tua kita sepakat. Kenapa kamu tak mau melakukan? Jika tidak mencintaiku, kamu bisa melakukan semua ini demi nama baik kedua keluarga kita," ucap Sinta mencoba untuk tenang.
Dani tersenyum kecut, berjalan ke arah Sinta. Berputar dengan pelan, menatap Sinta dari atas hingga ke bawah.
"Kau lebih tau, kenapa aku menolak menikah denganmu. Aku yakin, kamu tidak sebodoh yang aku kira. Bahkan, aku juga tidak sebodoh yang kamu sangka, lihat saja di ponselmu," ucap Dani sambil memasukkan ponselnya ke saku celana kemudian melangkahkan kakinya.
Sinta membuka ponselnya, satu pesan masuk dari nomer tak dikenal. Dipastikan itu nomer Dani. Dari mana lelaki itu tau nomornya? Sinta segera membuka pesan Vidio yang dikirim oleh Dani. Percakapan dirinya dengan kedua orang tuanya. Sinta mengepalkan tangannya. Dani tau semua?
"****," umpatnya.
"Sepertinya aku harus mencari cara, agar kedua orang tua Dani tetap percaya padaku dan mendukung pernikahanku," ucap Sinta sambil menghapus air matanya. Menatap kepergian seorang Ardani Rahardian Wijaya.
Dibawah sana, Emely yang mendapatkan alamat mansion ARW dari kantor ARW group, tengah keluar dari mobil. Di kantor tadi, dia sempat beradu mulut dengan beberapa staf hingga akhirnya mendapatkan alamat ini. Sepertinya emosi telah berada di ubun ubun. Hingga langkah kaki jenjangnya menapak dengan cepat.
Dani yang berlari kecil menuruni anak tangga tak tau jika seseorang berlari ke atas.
Brak
Emely yang tak sempat menghindari membuat mereka bertabrakan. Keduanya terkejut, segera Dani menarik tangan Emely sehingga wanita cantik itu tidak terjatuh. Emely yang sempat memejamkan matanya kini membuka matanya.
"Ardani Rahardian Wijaya," lirih Emeli membaca papan nama yang menempel di jas Lelaki itu. Nama itu nama yang disebut oleh orang yang tadi berdebat dengannya. Rasa kesal membuncah di dadanya.
Diatas sana, kedua orang tua Dani dan juga kedua orang tua Sinta menyaksikan adegan ini. Sinta yang mengetahui semua ini segera mengambil kesempatan untuk melakukan sesuatu.
"Dia wanita yang mencoba merebut Mas Dani Dariku, dia adalah perebut lelaki orang, sehingga Mas Dani menggagalkan pernikahan ini," ucap Sinta dan membuat ke empat orang itu menatap Emely dan Dani yang masih pada posisi yang sama.
❤❤❤❤🌹🌹🌹🌹😍
Yok, Like, Komen, hadiahnya. Olah raga jempolnya ya🤭🤭🤭🤭.
Mama Nina selaku ibu Dani menatap tak percaya kepada sepasang lelaki dan perempuan di bawah sana. Seketika Mama Nina berjalan mendekati mereka. Sinta menatap Mamanya dengan senyuman sinis.
"Apa kau merencanakan sesuatu?" tanya mamanya sambil menepuk pundak Sinta dan menatap ke bawah sana juga.
"Aku tidak akan membiarkan Tante Nina mengetahui ini semua," ucap Sinta dengan senyumannya.
"Kita harus menyelamatkan diri kita, meskipun harus membuat hidup orang lain menderita," ucap mamanya sambil tersenyum sinis.
"Hem, benar sekali," ucap Tuan Shien. Mereka menatap ke arah bawah, menyaksikan perdebatan di bawah sana.
Emely yang sadar dengan posisinya begitu dekat dengan Dani segera berdiri. Bahkan, keduanya masih rapat. Emely bisa mencium bau wangi parfum seorang Ardani Rahardian Wijaya di hadapannya.
Emely sedikit memundurkan dirinya dan menatap ke arah Dani yang kini memandangnya. Memandang dirinya dengan tatapan entah bagaimana, Emely pun tak bisa menerjemahkannya.
"Ada yang ingin saya bicarakan dengan Anda, Tuan Ardani Rahardian Wijaya," ucap Emely dengan suara tegasnya.
"Apa yang ingin Anda bicarakan?" tanya Dani dingin.
"Aku butuh penjelasan," ucap Emely. Dani menautkan alisnya. Penjelasan? Penjelasan apa? Batinnya.
"Kenapa Anda membatalkan? Apa anda pikir saya akan menerima dengan baik-baik saja? Anda sudah memberikan harapan dan tidak di tepati, Anda pikir semuanya semudah itu? Kenapa Anda tidak memberikan kepastian dan menghilang tanpa kabar? Dimana tanggung jawab anda? Semuanya sudah terlanjur dan saya..."
"Cukup," sentak Nyonya Nina yang baru saja sampai, sambil menatap ke arah Emely dengan tajam. Dia mendengar ucapan Emely, dan dipastikan dia salah paham.
Emely menatap ke arah Nyonya Nina dan melangkah mendekat ke arah wanita itu.
"Maaf Nyonya, tidak bisa begitu. Tuan Ardani harus bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan," ucap Emely lagi.
"Berapa yang Kamu mau? Aku akan memberikan semuanya, asal kau menjauhi anakku, Pelakor!" sentaknya.
Deg
Emely membelalakan matanya, pelakor? Apa apaan ini? Dirinya kesini untuk meminta pertanggungjawaban catering dan bingkisan yang tiba-tiba saja di batalkan. Lalu bagaimana bisa dia disebut seorang pelakor? Emely menggelengkan kepalanya. Dia tak pernah diajari menjadi pelakor. Kenapa dia dituduh seperti itu?
Dani menautkan alisnya, pelakor? Apa ibunya salah paham? Dani menatap kedua orang itu bergantian.
"Apa Anda bilang? Pelakor?" tanya Emely sambil mengarahkan pandangan matanya pada Nyonya Nina.
"Ya, kedatanganmu kesini untuk menjadi pemisah antara putraku dan tunangannya. Lalu apa panggilan yang tepat untukmu kecuali pelakor? Bukankah tidak ada?" tanya Nyonya Nina dengan sinis.
Dani menautkan alisnya, Bagaimana bisa mamanya menuduh wanita itu? Bahkan belum pernah sekalipun berjumpa dengan wanita itu.
"Maaf, Nyonya yang terhormat. Saya ke sini hanya untuk..."
"Em, sebaiknya kita pergi. Tak ada gunanya juga menjelaskan semuanya," Dani yang tidak mau mamanya banyak bicara segera menarik tangan Emely. Emely merasa jengkel, akan tetapi dia tak bisa melepaskan cekalan tangan Dani.
"Dani, tinggalkan wanita itu!" ucap mamanya dan tak dihiraukan oleh Dani. Dani terus saja menarik tangan Emely. Setelah sampai di parkiran, Dani membuka pintu mobil untuk Emely. Mendorong wanita cantik itu untuk masuk ke dalam mobil, kemudian menutup dengan keras pintu mobil itu.
Emely membelalakan mata indahnya, dibukanya kaca mobil miliknya. Wajahnya yang emosi menatap ke arah Dani yang menatap dirinya sambil tersenyum sinis di luar sana.
"Apa maksudmu? Aku kesini untuk menanyakan catering yang dibatalkan. Lalu, aku dikatai pelakor? lantas apa maumu? Kenapa, menarikku kesini, kau waras?" sentak Emely panjang lebar sambil menatap tajam ke arah Dani. Dani hanya tersenyum tipis.
"Pergilah, terimakasih sudah membantuku!" ucap Dani kemudian melangkah pergi. Emely membelalakan matanya.
"Apa apaan ini?" gerutunya dalam hati.
"****," umpat Emely dengan kesal.
🌹🌹🌹🌹🌹
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!