NovelToon NovelToon

Dayana Dan Diandra

Bab 1

Matahari belum menampakkan cahayanya, namun gadis manis bernama Diandra sudah sibuk berkutat dengan bumbu-bumbu di dapur. Setiap pagi inilah yang dilakukannya. Menyiapkan makan pagi dan mencuci pakaian. Semua ini Diandra lakukan sejak masih duduk di sekolah menengah pertama. Diandra tak pernah mengeluh, karena Dian, begitu biasa mereka memanggilnya, saudara kembarnya tak bisa melakukan hal itu. Dayana, saudara kembar Diandra sejak kecil selalu sakit-sakitan. Jadi wajar saja, jika orang tua mereka terutama ibunya selalu mengistimewakan nya.

" Di, sarapannya udah selesai belum? Ibu mau pergi ke pasar. Nanti kesiangan. Kamu juga lelet banget sih."

Dian menghela nafas, lalu bangkit dari kamar mandi.

" Udah Bu. Teh dan nasi sarapan ibu juga udah Dian siapkan. Punya Ayah juga."

Dian menjawab pertanyaan ibunya, sambil mengangsurkan sepiring nasi dan juga segelas teh manis hangat ke hadapan Ibunya. Maya, ibu dari Dian dan Yana, selalu saja menyuruh Dia untuk mengerjakan semua pekerjaan berat. Jika Dian protes maka jawaban ibunya hanya satu.

" Kamu tau kan, Yana itu sejak kecil sakit-sakitan, jadi ibu gak mau membebaninya dengan pekerjaan berat. Trus, kalau bukan kamu yang bantuin ibu, siapa lagi?"

Dan setiap kali mendengar perkataan seperti itu. Diandra hanya bisa pasrah. Diandra tau, sejak kecil kembarannya itu memang berbeda. Namun Diandra juga ingin ibunya bersikap adil pada dirinya.

Maya ibu dari Diandra dan Dayana. Sejak dulu memang selalu begitu. Mungkin karena takut kehilangan Dayana, membuat Maya sangat over protective pada salah satu anaknya itu. Tapi dirinya melupakan kalau ada satu orang anak lagi yang hatinya terluka akibat perlakuan nya.

Bayu, ayah dari Diandra dan Dayana hanya menatap sendu melihat putri kembarnya itu di perlakukan berbeda.

" Dian, kamu juga sarapan dulu, Nak."

Dayana yang sudah bangun dan hendak masuk ke kamar mandi, langsung di sapa oleh ibunya.

" Yana, kamu kok udah bangun?"

" Yana, mau belajar dulu Bu. Pagi ini Yana ada ujian."

Yana menatap Diandra yang masih sibuk mencuci pakaian mereka semua. Saat Yana akan membantu Dian, tangan Yana di cekal oleh Diandra.

" Gak usah, Yan. Kamu belajar aja."

Yana menatap sedih saudara kembarnya itu. Tak jarang, Yana melihat Diandra yang bekerja sambil menyeka air mata. Bukan Diandra tak ikhlas mengerjakan itu semua. Namun Diandra hanya ingin ibunya memberikan perhatiannya.

" Aku bantu biar cepat selesai."

Namun lagi-lagi tangan Yana di cekal oleh Dian. Matanya menatap tajam wajah saudaranya itu. Ada rasa marah, benci dan kecewa di tatapannya. Yana hanya bisa pasrah, lalu mencuci wajahnya dan kembali ke kamar.

" Dian, ibu berangkat ke pasar dulu. Jangan lupa, nanti kamu siapkan sarapan Yana."

" May, Yana bisa mengerjakan itu. Kamu jangan selalu saja memberatkan Dian."

Maya hanya mencebik, saat suaminya itu selalu memanjakan Yana.

" Dian, biar nanti Yana menyiapkan sarapannya sendiri. Kamu jangan lupa sarapan. Bapak dan Ibu pergi ke pasar dulu. Assalamualaikum."

Kedua orang tua Diandra dan Dayana memiliki sebuah kedai bahan makanan. Hanya kedai kecil, yang hasilnya juga tak begitu besar. Saat ini Dayana dan Diandra sudah duduk di bangku SMA kelas 2. Diandra sempat berpikir untuk mencari uang tambahan sendiri, karena uang yang di berikan orang tuanya tak cukup untuk menutupi kebutuhan sekolahnya.

Yana yang mendengar kepergian orang tuanya, langsung menutup pintu dan menguncinya. Lalu kembali ke dapur untuk membantu saudara kembarnya itu mencuci piring bekas makan kedua orang tua mereka.

" Di...biar aku aja yang cuci piringnya."

Diandra yang telah selesai dengan cucian pakaiannya itu pun menjawab tanpa menatap Dayana.

" Kamu gak ngerasa pagi ini dingin. Kalau kamu nanti cuci piring trus kedinginan, lalu sesak nafas lagi, siapa yang akan di marahi oleh ibu? Aku capek Yan Selalu saja di salahkan. Udahlah, kamu gak perlu bantuin apapun."

Diandra pun berlalu, meninggalkan Dayana yang berdiri di dekat meja makan. Air matanya luruh seketika.

Sedangkan Diandra langsung mencuci piring kotor bekas makan kedua orang tuanya dan bekas piring kotor saat dirinya memasak. Selesai dengan cucian piring, Diandra pun bangkit dari kamar mandi, membawa wadah yang berisi piring yang telah di cuci Diandra. Diandra menyusunya di rak piring. Agar semuanya terlihat bersih dan rapi.

" Ini sarapan kamu."

Diandra menyodorkan sepiring nasi putih dengan telur ceplok di atasnya. Sedangkan Diandra tak sempat sarapan karena terburu-buru. Dan sarapan pagi itu di letakkan di sebuah wadah. Yana menatap Diandra yang tampak terburu-buru pagi ini.

" Kamu gak sarapan Di?"

" Gak sempat, aku belum belajar untuk ulangan. Jadi aku sarapan di sekolah aja. Nanti jangan lupa kunci pintunya."

Diandra langsung menggendong tas punggungnya. Penampilan Diandra yang sangat sederhana membuat banyak orang tak percaya jika Diandra dan Dayana adalah saudara kembar. Selain wajah mereka yang tak begitu mirip. Cara berpakaian pun mereka berbeda. Diandra lebih sederhana dengan tampilan yang tak mencolok. Sedangkan Dayana tampilannya seperti gadis seusia pada umumnya.

Saat Diandra protes karena tak di belikan barang yang sama.Jawaban ibunya hanya satu.

" Uang ibu gak cukup kalau untuk beli dua. Kamu lain kali aja ya?"

Hal itu berulang, hingga akhirnya Diandra tak perduli lagi, dan tak pernah bertanya ataupun protes.

" Itu milik kita, Di. Kamu kalau mau pakai aja. Gak perlu izin dari aku. Semua yang aku miliki itu juga punya kamu."

Dayana selalu berkata seperti itu. Namun karena merasa di bedakan, Diandra tak pernah memakai apa-apa yang di belikan Maya untuk Dayana. Bahkan Dayana berulang kali memaksa, agar Diandra memakainya, namun Diandra tidak menggubrisnya sama sekali.

Diandra keluar dari rumah, bertepatan dengan Ferry yang juga datang menjemputnya.

" Pagi-pagi jangan manyun gitu. Jelek tau."

Ferry menyapa Diandra yang baru aja keluar.

" Berisik Lo. Yuk buruan."

" Oke.."

Lalu mereka pun pergi meninggalkan rumah Diandra. Sementara Dayana hanya mampu menatap kepergian saudara kembarnya itu dari balik tirai jendela di kamarnya. Dayana merasa sesak di hatinya, saat menyaksikan saudara kembarnya begitu dekat dengan laki-laki yang di cintainya. Namun Dayana sadar, bahwa sejak masih sekolah menengah pertama, Diandra memang dekat dengan Ferry, dan Diandra juga sudah akrab dengan kakak dan adik Ferry. Tante Mira, ibu dari Ferry pun sangat menyayangi Diandra.

Dayana keluar dari kamarnya sudah dengan keadaan rapi. Dan kembali memeriksa isi tas nya. Dayana takut, kalau sampai sesuatu tertinggal. Setelah merasa tidak ada yang tertinggal, Dayana pun mengunci pintu rumah dan berangkat ke sekolah.

Bab 2

Dayana keluar dari kamarnya sudah dengan keadaan rapi. Dan kembali memeriksa isi tas nya. Dayana takut, kalau sampai sesuatu tertinggal. Setelah merasa tidak ada yang tertinggal, Dayana pun mengunci pintu rumah dan berangkat ke sekolah.

Setibanya di sekolah, Dayana langsung masuk menuju kelasnya. Disana sudah ada Diandra yang sedang membahas pelajaran bersama Ferry. Diandra memang tak sepintar Dayana. Namun Ferry yang memiliki otak yang lumayan pintar selalu saja membantunya.

" Aku pusing. Ini gimana tadi."

Ferry pun mengacak rambut Diandra. Lalu kembali mengulang penjelasan itu pada Diandra.

" Paham gak?"

" Oo...gitu, paham-paham. Kalau kamu paham gak Lis?"

Diandra bertanya pada Alisha, sahabatnya. Alisha mengangguk. Perempuan berkacamata itu paham atas penjelasan. Sedangkan Satya hanya menggaruk-garuk kepalanya.

" Mumet aku. Gak paham-paham."

Dengan logat jawanya yang kental. Ferry pun dengan sabar kembali mengulang penjelasannya. Dan kini mereka semua sudah siap menjalani ujian. Dayana terkadang iri dengan Diandra. Dian selalu bisa mendapatkan teman dengan cepat di mana pun berada. Diandra bisa cepat akrab dengan siapapun. Tidak seperti Dayana, sangat sulit berbaur dengan orang lain. Bukan dirinya tak menginginkan itu, tapi entah mengapa Dayana selalu merasa tak nyaman jika banyak orang di sekelilingnya.

" Yan, ujian tadi sulit banget ya? Kayaknya aku bakalan remedial ni."

Rena teman satu bangku dengan Dayana mengeluhkan betapa sulitnya ujian tadi. Namun Dayana hanya tersenyum kecil.

" Gak gitu sulit kok, Re."

Rena melihat sekilas ke arah Dayana, lalu mencebik.

" Ya bagi kamu Yan. Kamu kan pinter."

Dayana menundukkan wajahnya. Jawaban Rena tadi berhasil membuatnya sedikit malu. Memang dirinya selalu saja bisa mendapatkan nilai terbaik, tapi tidak pernah bisa mendapatkan sahabat sebaik yang di miliki Diandra.

Lonceng istirahat berbunyi. Seluruh siswa berhamburan keluar. Tujuan mereka yang utama adalah kantin. Seperti Diandra dan teman-teman nya. Kini mereka semua menuju kantin, dan tangan Diandra memegang tempat bekal sarapan yang tadi pagi tak sempat di makannya.

" Kamu tadi pagi gak sempat sarapan Di?"

Alisha bertanya pada Diandra, karena Alisha selalu saja memperhatikan Diandra yang sering membawa bekal sarapan ke kantin pada saat jam istirahat.

" Hu'um."

Diandra hanya menggumam, karena mulutnya penuh dengan nasi. Satya menyodorkannya segelas es teh manis pada Diandra. Dan Ferry menyodorkan seporsi bakso kosong pada Diandra.

" Biar kamu makan nya kenyang. Lagian kamu kebiasaan banget, kan aku selalu bilang, kalau kamu belum sarapan, kita berhenti sarapan dulu, sebelum ke sekolah."

Ferry kali ini kembali protes. Sedangkan Diandra mencicipi kuah bakso yang ada di hadapannya dengan sendok yang di pegang nya.

" Iya..iya...lain kali aku bakalan bilang."

Alisha tampak menghela nafasnya. Diandra yang selalu terlihat baik-baik saja membuatnya menatap sendu ke arahnya.

" Di, kamu capek gak sih, selalu aja di bedain?"

Diandra menghentikan gerakannya. Tanpa mereka sadari, Dayana duduk di belakang Alisha dan Diandra.

" Aku gak di bedain kok, Al. Itu semua karna Yana sering sakit-sakitan sejak kecil. Aku juga gak mau dia kenapa-napa."

Lagi-lagi Alisha menghela nafasnya.

" Jangan kira aku gak tau ya, Di. Aku tuh udah capek banget liat kamu di perlakukan berbeda dengan ibu kamu itu. Sejak masih SMP, Di. Aku udah kenal sama kamu dan keluarga kamu. Ferry juga tau itu."

" Udah lah, anggap aja ini latihan buat aku. Kalau nanti aku kuliah di luar kota, aku gak akan canggung lagi ngerjain semuanya sendiri."

Jawab Diandra santai sambil terus memakan nasi dengan bakso di depannya.

" Memang nya kamu mau kuliah kemana Di?"

" Pinginnya di luar kota. Tapi kalau nanti gak bisa, ya dimana aja lah, yang penting aku kuliah. Dan aku bisa mewujudkan impian aku, sebagai seorang dokter."

Dayana yang mendengar keinginan Diandra hanya bisa tersenyum. Bahkan mengamini keinginannya saudara kembarnya itu. Bel istirahat pun berbunyi, kini mereka semua masuk ke dalam kelas. Dan melanjutkan kembali pelajarannya di jam berikutnya.

Setelah empat jam pelajaran berakhir kini semua siswa berhamburan pulang. Alisha yang sedang menunggu jemputannya pun berdiri bersamaan dengan Diandra. Tak lama, Ferry datang dengan motor matic miliknya. Dan Satya dengan motor bebek yang telah di modifikasi oleh abangnya.

" Di, pulang bareng aku ya?"

Ferry meminta pada Diandra. Sementara Alisha langsung mencebik.

" Biar sama aku aja, Fer. Kan jaraknya gak terlalu jauh juga dari rumah aku."

" Tapi Bunda mau ketemu sama Diandra. Atau kamu juga ikut aja ke rumah aku. Biar di boncengin sama Satya. Kita ngumpul rame-rame di rumah. Pasti Bunda seneng. Gimana Sat?"

Ferry bertanya pada Satya.

" Ya ayo. Kalau aku mah, ikut aja. Kalau kamu gimana Al?"

Setelah menimbang sejenak. Alisha pun ikut bersama Satya. Dan tentu saja, sudah meminta agar Alisha tak di jemput. Kini keempat remaja itu berboncengan dengan dua sepeda motor. Satya bersama Alisha, dan Ferry bersama Diandra. Sebelum menuju rumah Ferry, Alisha meminta Satya untuk singgah di minimarket yang mereka lewati.

" Sat, singgah ke mini market depan ya. Aku mau beli cemilan untuk kita semua. Biar Bunda Ferry gak terlalu repot."

" Oke. Jangan lupa minuman sodanya ya Al."

" Iya, aman."

Alisha pun mengambil beberapa cemilan. Mulai kacang atom, kentang goreng, Chiki dan aneka jajanan lainnya. Dan tak lupa juga minuman soda yang di minta oleh Satya.

Satya membantu Alisha membawakan keranjang belanjaan menuju meja kasir. Setelah itu, barulah Alisha membayar sesuai dengan jumlah yang tertera.

" Al,kamu belanja sebanyak ini, apa nanti orang tua kamu gak marah. Uang jajan kamu habis semua gitu."

Tanya Satya, karena melihat Alisha yang berbelanja begitu banyak.

" Gak apa-apa. Tenang aja. Papa gak masalah, selama itu bukan untuk narkoba atau hal-hal negatif lainnya."

" Baik banget sih, Papa kamu. Perlu anak lagi gak? Aku mau dong jadi anak angkatnya."

Alisha dengan cepat menepuk punggung Satya. Membuat remaja itu mengaduh.

" Mending gak sodara dari pada punya sodara kayak kamu, Sat. Udah yuk, buruan."

Lalu mereka kembali menaiki motor bebek milik Satya. Sedangan Ferry dan Diandra yang telah lebih dulu tiba pun melihat ke arah belakang.

" Kok Alisha dan Satya belum sampe ya?"

" Lagi jajan kali. Kayak gak tau Alisha aja. Kalau udah ngumpul gini, tu minimarket pindah ke rumah ku."

Jawaban Ferry membuat Diandra tertawa. Mendengar suara tawa Diandra, Bunda Mira pun keluar dari dalam rumah.

"Assalamualaikum, Bun."

Ucap Diandra lalu mencium takzim punggung tangan Bunda Mira. Wanita berhati lembut ini selalu saja tersenyum ramah setiap kali mereka ngumpul di rumah Ferry.

" Waalaikumsalam, Cantik. Alisha dan Satya mana?"

Tak lama Satya dan Alisha pun datang. Dan benar saja kresek belanjaan berisi jajanan pun bertengger indah di bagian depan motor Satya. Belum lagi yang di pegang oleh Alisha.

" Mau buka mini market Bu?"

Goda Diandra yang melihat begitu banyak cemilan yang di beli Alisha siang itu.

Bab 3

Dayana yang pulang dengan ojek langganan pun melihat ke arah rumah Ferry. Di teras rumah itu ,mereka semua berada. Tampak saling bercanda dan tertawa. Dalam hati Dayana sering iri, melihat Diandra di kelilingi oleh teman-teman yang menyayanginya.

Setibanya di depan rumah, Dayana langsung turun dan memberikan selembar uang berwarna ungu kepada Pak Min.

" Terima kasih Pak."

" Sama-sama, Neng."

Dayana masuk ke dalam rumah, di lihatnya sekeliling rumah itu. Sunyi. Sesunyi hatinya. Memang dirinya di manjakan oleh ibunya. Namun Dayana merasa jauh dari saudara kembarnya, Diandra. Jika kebanyakan saudara kembar menjadi teman dan sahabat bagi saudaranya, berbeda dengan Dayana dan Diandra. Diandra seperti ingin menghindar dari Dayana, bahkan dari ibunya.

Dayana melihat ke arah meja makan. Di bukanya tutup tudung saji. Sudah ada ikan dan sayur disana. Siapa lagi yang memasak, kalau bukan Diandra. Setiap pagi itulah kegiatannya. Rumah pun sudah bersih. Hal itulah yang sering membuat Diandra tak sempat memakan sarapannya.

Menjelang sore, Diandra di hantarkan oleh Ferry. Dan Dayana hanya mampu menatap nya dari pintu rumah. Diandra masuk ke rumah setelah mengucapkan salam yang di balas dengan Dayana. Diandra pun bergegas ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.

Tak berapa lama pun, kedua orang tua mereka pulang dari pasar.

" Dian, buatin ibu dan Ayah teh hangat."

Maya langsung meminta Diandra untuk membuatkan teh. Dayana yang mendengar permintaan ibunya langsung berinisiatif membuatkan teh. Saat melihat Dayana yang membawanya, Maya pun menegakkan tubuhnya.

" Loh, Dian kemana? Kok Yana yang buat teh untuk ibu dan ayah?"

" Dian lagi mandi Bu."

" Kebiasaan banget sih. Udah mau Maghrib baru mandi. Pasti dia dari rumah temennya itu lagi."

Maya mengomel dan membuat suaminya menatap ke arahnya.

" Biarin lah May. Lagian rumah temannya itu juga gak jauh dari sini."

Maya balas menoleh ke arah suaminya. Lalu membuka suara.

" Ini ni, akibat sering kamu manjain, Dian jadi sering kelayapan. Kamu tuh Mas. Terlalu manjain dia."

" Susah emang bicara sama kamu."

Bayu pergi meninggalkan Maya setelah berkata seperti itu. Membuat Maya mencebikkan bibirnya.

" Bu, kalau cuma hal-hal kecil seperti ini, Yana kan bisa mengerjakannya. Jangan semua Dian, Bu. Kasihan Dian."

Maya menghela nafasnya. Diandra yang baru saja keluar dari kamar mandi dan ingin melangkah ke kamar pun berdiri mematung mendengar ucapan Yana. Sedangkan Maya, yang melihat Diandra mematung langsung berkata pada Diandra.

" Dian, kamu jangan besar kepala ya, karena di belain sama Yana."

Yana yang mendengar ibunya berkata seperti itu langsung melihat ke arah Diandra yang masih mematung disana. Diandra pun langsung masuk ke kamar. Di ikuti oleh Yana.

" Di.."

" Lain kali jangan kerjakan apapun yang di perintahkan ibu padaku, Yan. Dan gak perlu membelaku di depan ibu."

Ucap Diandra tanpa melihat ke arah Dayana. Dayana menghela nafasnya. Lalu bertanya pada Diandra.

" Kenapa aku selalu salah di mata kamu, Di? Aku ini saudara kembarmu."

Diandra membalikkan tubuhnya, lalu melihat ke arah Yana. Saudara kembar yang wajahnya hampir mirip dengannya itu pun hanya menundukkan kepalanya.

" Aku gak membencimu, Yan. Tapi aku cuma gak mau ibu terus menerus membenciku."

Sesaat setelah berkata itu, adzan Maghrib pun berkumandang. Diandra dan Dayana sama-sama mengambil mukenah milik mereka.

" Di, kamu pakai mukenah ini aja. Ini--"

Belum selesai Dayana bicara, Diandra menatap nya tajam.

" Kamu paham gak sih, Yan?"

Diandra pun berlalu sambil menggelengkan kepalanya. Mereka sholat berjamaah di ruang tamu rumah. Karena rumah mereka yang sederhana, memiliki satu ruang tamu, dua kamar tidur, dapur dan satu kamar mandi. Diandra dan Dayana pun tidur di satu kamar yang sama. Walau mereka berbeda ranjang.

Setelah selesai sholat Maghrib, Diandra melihat sayur dan lauk yang tersedia di lemari makan. Lauknya masih bisa dimakan, tapi sayurnya seperti sudah tidak enak. Diandra pun langsung membuka lemari es, untuk melihat persediaan sayuran yang ada. Diandra melihat ada sayur bayam di sana, lalu Diandra pun memasak bening bayam untuk malam ini.

" Bu, makanannya sudah siap."

Diandra menghampiri ibu dan Yana yang sedang duduk di ruang tamu. Lalu mereka pun duduk di meja makan, menikmati makan malam walau hanya dengan menu sederhana. Selesai makan, Dayana pun membantu membersihkan meja makan. Sedangkan Diandra langsung mencuci piring bekas mereka.

" Yan, tahun ini, kalian aja naik di kelas tiga. Kamu mau kuliah dimana?"

Bayu bertanya pada Dayana. Dan tak lama, Diandra pun datang ikut duduk bersama.

" Kamu Dian, mau kuliah dimana?"

" Pokoknya ibu mau, Dayana kuliah di tempat yang bagus. Biar setelah lulus kuliah Dayana bisa lebih cepat dapat kerja di kantor besar."

Maya membuka suaranya. Membuat Bayu menatap ke arah Dayana dan Diandra.

" Yana kuliah di universitas yang biasa-biasa Bu."

Ucap Yana kemudian.

" Gak bisa dong, Yan. Kamu itu harus kuliah di kampus yang bagus. Biar nanti kalau kamu ngelamar kerja di perusahaan gede, bisa langsung keterima."

Bayu mengangguk. Lalu menatap ke arah Diandra.

" Kalau Dian, mau kuliah dimana?"

" Dian pinginnya kuliah di luar kota Yah."

" Apa??? Kamu itu, jangan yang aneh-aneh ya Dian. Kalau kamu kuliah di luar kota, akan banyak pengeluaran. Kamu harus kos, belum lagi biaya makan, transport dan lain-lainnya. Gak..gak, ibu gak setuju."

" Tapi, Bu..."

" Oh, apa jangan-jangan kamu mau kuliah di luar kota, biar bisa bebas gitu? Ibu gak nyangka..."

" Bu.."

" Cukup, May. Kamu itu kebiasaan banget. Anak kamu belum selesai bicara udah kamu potong aja."

Maya mendengus kasar.

" Memang nya kamu mau kuliah dimana?"

Tanya Bayu pada putrinya itu.

" Di kampus dimana Kak Raka kuliah, Yah. Programnya bagus-bagus."

"Kamu jangan belaga orang kaya, Dian. Kamu itu orang susah, Ayah sama Ibu kamu itu cuma pedangan kecil. Udah deh, kalau kamu mau kuliah, kuliah aja disini, cari kampus yang biasa-biasa aja."

Bayu menghela nafasnya. Diandra yang merasa tak mendapat dukungan dari ibunya pun langsung masuk ke kamar

" Bisa agak sih, May. Kalau sama Diandra itu kamu jangan terlalu ketus? Diandra juga anak kamu, May."

" Mas, Aku cuma menginginkan Dian. Jangan bermimpi terlalu tinggi. Mau biaya dari mana kita, kalau Diandra juga kuliah di kampus yang mahal. Mas kan tau, biaya kuliah di kampus Raka itu berapa? Emang Mas sanggup?"

Bayu menghela nafasnya. Sedangkan Dayana memijat pelipisnya yang berdenyut mendengar pertengkaran kedua orang tuanya.

" Bu, Dayana juga kuliah di kampus yang biasa aja."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!