NovelToon NovelToon

Cinta Untuk Mentari

Noda Lipstik

Ponselku berbunyi, aku melihat nama Gia dengan foto sok imut nya muncul di layar ponselku. Belum sempat aku mengatakan sesuatu, suara Gia yang serak terdengar mengomel diujung sana

"Hei bu Riri, ini sudah jam berapa? Bentar lagi meeting kita mulai. Pasti deh kebiasaan lamamu kambuh lagi, ke..si..a..ngan!!"

Aku mendengus kesal mendengar omelannya "Enak aja, Aku lagi di bengkel yak, ban motorku gembos, nunggu lama banget nih. Tadi aku juga sudah bilang sama Pak Daniel, aku bakalan datang telat" Sahutku gelisah.

Aku memanggil Gia dengan sebutan Yayak, kami sangat akrab dikantor tempatku bekerja. Kami sama-sama di bagian sales salah satu hotel ternama di daerah Selatan bernama Hotel Z.

"Ya udah, bilangin tukang bengkelnya cepetan gih!" Suara Gia terdengar mendesak.

"Udah, tapi emang antriannya gila banget ini. Rame yak" Ucapku sambil melengos

"Ck! Ya sudah ri sabar aja, aku meeting dulu yah" Kata Gia lalu menutup teleponnya.

Ketika motorku selesai dikerjakan aku terburu-buru membayarnya dan langsung mengebut menuju kantor.

Sekitar 20 menit kemudian aku sampai di tempat parkir dengan selamat. Usai memarkir kendaraan ku di central parkir dengan terburu-buru aku berlari menuju hotel tempatku bekerja. Jarak dari central parkir ke hotel Z lumayan jauh sekitar 300 meter.

Sesuai dengan himbauan dari pemerintah daerah, semua karyawan dari tempat usaha yang berada di jalur jalan utama ini harus memarkirkan kendaraannya di central parkir. Aku berharap tidak ketinggalan topik penting meeting sales marketing hari ini. Seingatku salah satunya akan membahas perubahan media yang akan digunakan untuk promosi hotel.

Sebenarnya pak Toni bagian HRD sempat memintaku untuk menjadi Public Relation hotel ini, karena menurut beliau selama bekerja disini aku sangat kompeten dibidang ini. Ditambah lagi sudah lama hotel Z tidak memiliki PR officer yang handal. Tapi aku menolaknya. Aku sampaikan beberapa alasan yang cukup masuk akal didengar olehnya. Seperti misalnya aku yang cepat sekali nervous tatkala berbicara dengan orang baru. Tentu saja itu semua hanya karanganku saja, aku hanya tidak mau terlalu sering bertemu orang baru dan terlihat dimuka umum.

Akhirnya beliau memutuskan aku tetap di bagian sales admin dan mendapat pekerjaan tambahan seperti public relations pada umumnya. Tentu saja tidak termasuk menghadiri undangan-undangan event dan sejenisnya. Atasanku pak Daniel juga tidak masalah dengan tambahan tugasku, beliau hanya meminta bagian HRD memperhatikan hak gajiku ditambah juga sesuai pekerjaan. Sungguh beruntung atasanku begitu peduli padaku.

Karena pikiranku di penuhi dengan urusan pekerjaan, dalam perjalananku yang terburu-buru secara tidak sengaja aku menabrak seseorang dengan cukup keras. Tas jinjing yang berisi beberapa media cetak yang memuat iklan hotel Z selama enam bulan ini lepas dari tanganku dan jatuh terbanting. Demikian juga aku, setelah menabrak dada laki-laki yang keras berorot ini aku merasa terpental dan langsung jatuh terduduk.

"Maaf pak" Kataku cepat ketika telah sadar dari rasa kagetku. mataku tertuju pada orang yang baru saja aku tabrak.

Aku melihat seorang laki-laki bertubuh tinggi dan tegap berdiri dihadapanku. Bisa dibilang badannya setegap peserta kontes binaraga. Aku yakin perutnya berbentuk roti sobek, dan lengannya sekeras beton. Auranya sungguh mengintimidasi, terasa dingin mencekam. Aku tiba-tiba saja bergidik. Wajah laki-laki didepanku terlihat tanpa ekspresi.

"Anda tidak apa-apa?" Tanyanya dengan nada datar dan suara yang terdengar berat.

"Tidak apa-apa pak" Sahutku yakin, ketika akan berdiri aku baru sadar posisi aku terjatuh ini terlihat sangat memalukan. Aku terduduk dengan posisi mengangkang, dengan kedua tangan bertumpu pada tanah disamping tubuhku. Rok selutut dengan bahan lemas yang aku kenakan nampak berada jauh diatas pahaku. Yang tentu saja memperlihatkan pakaian dalamku dengan sempurna. Mataku melotot melihat pemandangan kacau ini.

Aku menutup mulutku dengan satu tangan.

"ah! sial!! aku lupa menggunakan maskerku, untung saja topi model bucket ini masih ingat aku gunakan tadi setelah memarkirkan sepeda motorku" Aku membathin sendiri

Tangan laki-laki itu kemudian terjulur memberikan pertolongan untukku berdiri. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain. Aku yakin dia tidak enak melihat posisi jatuh ku yang memalukan ini. Dengan bergegas aku mengambil tangannya dan berdiri.

"Terimakasih pak" Ujarku sambil merapikan pakaianku kembali.

"Kamu bekerja dimana?" Tanyanya lagi masih dengan wajah dingin.

"Hotel Z pak, saya terburu-buru ada meeting yang harus saya kejar. Jadi kurang berhati-hati pak. Maaf sekali lagi" Aku menjawab dengan cepat. Dengan wajah kaget mataku tiba-tiba saja melihat noda lipstik merah menyala berbentuk bibir di kemeja putih pada bagian dada laki-laki itu.

"Staff kok datangnya siang sekali? " Katanya lagi, matanya melihat jam di tangan kanannya. "Pertanyaan yang seperti ini biasanya hanya ditanyakan oleh atasan pada bawahan, nah ini dia siapa bertanya begitu?!" Aku menggerutu dalam hati.

Dengan terpaksa aku menjawab juga pertanyaannya itu. "Tadi ada situasi yang memaksa saya harus datang siang pak" Kataku sambil memasang tali masker ditelingaku.

Aku memperhatikan sekilas kemeja putih yang laki-laki ini kenakan. Sepertinya bukan kemeja murahan. Kainnya terlihat halus, potongannya pas di badan dan sangat enak dipandang mata.

"Astaga kemejanya pasti mahal, kalau aku harus menggantinya, matilah aku. Aku harus pergi sebelum dia sadar kemejanya bernoda lipstikku" Aku bergumam dalam hati.

"Kalau begitu saya harus segera ke kantor pak" Ujarku singkat sambil tersenyum kecut, tiba-tiba teringat meeting yang mungkin saja masih berlangsung saat ini.

"Silahkan" Katanya dengan wajah yang tetap dingin.

Aku bergegas berlalu dari hadapan laki-laki itu dan berharap tidak bertemu kembali.

Begitu sampai dikantor, meetingnya ternyata masih berlangsung. Setelah meletakkan tasku diatas meja kerja, langsung saja aku masuk kedalam ruangan meeting untuk bergabung.

Sementara itu Sugi yang baru saja ditabrak oleh Riri terlihat sedang berjalan santai ke Restaurannya "Eat and Love" tepat di seberang hotel Z.

Restaurant ini merupakan lini bisnis Wijaya Group yang menaungi beberapa Hotel , Villa, Spa, dan Restauran yang ada di kawasan ini. Wijaya Group sendiri didirikan oleh mendiang Bapak Wijaya, Kakek dari Sugi.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di luar negeri, Sugi diberikan kepercayaan pertamanya untuk menjalankan Restaurant ini, setelah sebelumnya gagal berkembang ditangan pamannya selama 5 tahun.

Sugi merombak habis-habisan Restaurant tersebut, dimulai dari Nama, konsep, menu sampai aturan manajemen dan karyawannya. Dimata bawahannya, Sugi merupakan sosok yang tegas, berwibawa, bijaksana dan dingin. Dia selalu menjaga jarak dengan semua bawahannya termasuk dengan asistennya Pak Doni. Pak Doni sendiri adalah satu dari sekian orang kepercayaan ayah Sugi yaitu Bapak Suta Wijaya. Beliau sudah bekerja bersama Bapak Suta kurang lebih 10 tahun.

Dibawah kepemimpinan Sugi, dalam kurun waktu 6 bulan Restaurant ini mulai mendapat respon positif. Bahkan media nasional dan Internasional satu persatu mulai memasukkan Restauran ini dalam list must-eat-restaurant dan Restauran terbaik untuk kawasan ini.

Sugi masuk melalui pintu belakang, sehingga tak satupun staff kitchen mengetahui kedatangannya hari ini. Ia lalu masuk kedalam ruangannya yang nampak selalu rapi dan ringkas. Hari ini ia ingin melihat secara langsung persiapan harian bawahannya di dapur. Beberapa kali sebulan, Ia memang selalu datang pagi-pagi tanpa jadwal untuk melihat persiapan tersebut. Persiapan di kitchen selalu dimulai sekitar pukul 07.00 pagi karena Restaurant buka untuk makan siang dan malam.

Sugi seperti biasa memulai harinya di kantor dengan membaca email dan beberapa review yang masuk minggu ini tentang restaurannya di internet. Apabila ada ulasan yang kurang baik, selain menjawab langsung ulasan tersebut, ia juga akan membahasnya di meeting internal hari ini.

Sekitar 10 menit kemudian, pintu diketuk "tok...tok... tok!"

"masuk!" Kata Sugi menoleh kearah pintu kantornya.

Pak Doni terlihat muncul dari balik pintu, dia juga datang pagi ini atas perintah Sugi untuk membahas beberapa hal.

"Selamat pagi Pak" Salam Pak Doni sembari meletakkan laporan penjualan yang ia siapkan semalam diatas meja Sugi.

Laporan memang sudah ia kirimkan melalui email semalam, kemungkinan belum sempat dibaca oleh Pak Sugi, mengingat banyak sekali email yang masuk di akun beliau setiap hari. Lagipula yang ia cetak ini akan menjadi file yang akan disimpannya setelah dibaca. Karena itu ia selalu mencetak laporan itu keesokan harinya.

"Selamat pagi pak Doni" Jawab Sugi sambil mengambil laporan yang diserahkan padanya.

"General cleaning bisa kita lakukan Senin depan, saya lihat hari Senin penjualan kita selalu dibawah hari-hari lain" Sugi berkata lagi, matanya sibuk melihat deretan angka pada kertas yang ia pegang.

"Baik Pak saya mengerti" Sahut pak Doni singkat. Matanya lalu tertuju pada kemeja yang di kenakan Sugi. Dia tentu saja kaget melihat noda lipstik yang sangat jelas berwarna merah merona di bagian dada Sugi.

"Hmm Pak, maaf adaaa noda lipstik di dada bapak" Suara Pak Doni terdengar ragu

Sugi menoleh kearah Pak Doni dengan wajah bingung kemudian kearah dadanya sendiri. Keningnya berkerut, ia terlihat kesal.

Bertemu dengan pak manager

Sejenak Sugi menatap Pak Doni dengan pandangan tajam.

"Tolong pak Doni segera kerumah saya, minta bu Widi mengambilkan kemeja putih yang lain" Suara Sugi terdengar tegas.

"Baik Pak, saya segera kesana" Pak Doni dengan langkah lebar keluar dari ruangan Sugi.

Sepeninggalan Pak Doni, Sugi mengingat kejadian tadi di central parkir. Sebenarnya tadi setelah memarkirkan mobilnya dan menuju kemari pikirannya juga sedang melayang jauh. Tapi tak disangka dia ditabrak seorang wanita bertubuh mungil dengan cukup keras. Dia melihat wanita itu jatuh terduduk dengan posisi yang bisa dibilang memalukan.

"Kenapa wanita itu diam saja melihat bajuku bernoda lipstik begini, ck!" Sugi bergumam sendiri.

Kemeja ini spesial bagi Sugi karena pemberian dari Mita, wanita yang pernah singgah didalam hatinya beberapa tahun yang lalu. Sayangnya Mita lebih memilih lelaki lain untuk menemaninya seumur hidup.

Sugi terlihat geram sembari meremas kemejanya.

Sugi sedang merenung di kantornya ketika pak Doni telah kembali membawa kemeja yang diperintahkan tadi.

Tanpa banyak bicara Sugi dengan cepat mengganti kemejanya di ruang belakang. Sementara pak Roni terlihat duduk dengan sabar menunggu perintah selanjutnya.

"Pak Doni, cari informasi lengkap semua staff Hotel Z di kantor pusat secepatnya. Jangan sampai Si Hartono tahu. Kalau ada yang keberatan atau bertanya katakan saja untuk menghubungi saya secara langsung" Suara Sugi terdengar jelas dan tegas dari balik pintu sekat.

"Baik Pak, saya mengerti" Jawab pak Doni tanpa ragu. Ia tahu informasi yang diperlukan pasti penting untuk beliau, dan ini harus secara rahasia karena tadi dia dengar sendiri pak Hartono selaku Direktur hotel Z tidak boleh mengetahui hal ini. Hubungan pak Hartono dengan Sugi sendiri sama sekali tidak baik. Karena Pak Hartono sangat dekat dengan pak Budiman, paman Sugi yang sebelumnya mengelola Restauran ini.

Setelah Sugi selesai, mereka melanjutkan pembicaraan tentang perkembangan restaurant ini sebelum Sugi pergi ke bagian Kitchen sesuai rencananya hari ini.

Sementara itu Riri terlihat masih sibuk dengan pekerjaannya di Kantor. Tidak terasa hari sudah beranjak sore. Telepon dimeja kerjanya berdering. Dari nada deringnya bisa dipastikan telepon yang masuk dari internal kantor. Dengan enggan aku mengangkat telepon.

"Selamat siang Sales Departement dengan Riri, ada yang bisa saya bantu?"

"Selamat siang Riri, ini saya Pak Toni. Bisa keruangan saya sebentar? "

"Kalau boleh saya tahu mengenai apa yah pak?" Aku merasa sedikit khawatir

"Pokoknya kemari saja dulu, nanti saya jelaskan" Suara pak Toni terdengar pelan

"Baik Pak, saya kesana sekarang"

"Ok" Pak Toni lalu menutup teleponnya

Aku beranjak dari tempat duduk ku

"Siapa yang telepon ri? " Tanya Gia dengan wajah penasaran dari balik kubikel.

"Pak Toni, aku disuruh ke ruangannya"

"Ngapain?" Nada suaranya semakin penasaran

"Entahlah" Aku menaikkan kedua bahuku. "bentar yah yak aku kesitu dulu" Aku bergegas keruangan HRD.

"Masuk" Kata pak Toni ketika pintu ruangannya aku ketuk.

"Duduk dulu Riri" Katanya dengan wajah serius

Tiba-tiba saja perasaanku menjadi tidak enak ketika melihat wajahnya yang serius. Biasanya beliau cukup murah senyum tapi kali ini terlihat berbeda.

"Kamu ada masalah apa dengan Restaurant didepan?" Tanya pak Toni dengan cepat.

"Hah?.. Restaurant Eat and love pak?.." Kataku dengan wajah bingung

"Iyah Restaurant itu" Jawab Pak Toni sambil mengangguk.

"Saya bahkan belum pernah kesana pak, memangnya ada apa yah pak?"

"Kamu diminta bertemu dengan Manager disana, namanya pak Sugiartha. Coba ingat kembali kamu mungkin nggak sengaja melakukan sesuatu yang menganggu entah staff atau siapa yang berhubungan dengan Restaurant itu" Kata Pak Toni kembali

Aku mengingat kembali kejadian tadi pagi itu, seketika jantungku berdegup kencang. Demi menjaga ketenangan pikiranku aku menggigit bibir bawah ku dengan wajah khawatir.

"Mungkin ada hubungannya dengan orang yang saya tidak sengaja tabrak tadi pagi waktu buru-buru kekantor pak"

"Saya dapat telepon dari Holding langsung loh Ri, biasanya kalau sudah perintah dari sana itu hal yang cukup serius"

Aku mengangguk pelan "kapan saya disuruh kesana pak? "

"Nanti pulang kantor, langsung saja cari pak Sugi nya. Eh tapi bener kan nggak ada masalah serius sebelumnya? " Wajah pak Toni sekarang terlihat khawatir

"Benar pak tidak ada" Jawabku berusaha meyakinkan

"Ya sudah temui saja dulu, saya juga tidak pernah bertemu pengelola restauran yang baru ini. Nanti kalau ada apa-apa info ke saya"

"Baik pak, terimakasih perhatiannya. Saya kembali keruangan saya yah pak"

"Baik Riri, silahkan"

Aku kembali keruanganku dengan pikiran penuh tanda tanya. "Apa orang ini meminta pertanggungjawaban bajunya yah? ", "kalau benar aku pasrah saja lah tinggal ganti uang ini kan? ", "tapi uang kos bulan depan gimana ri?", "Argh!! Ketatin keuangan lagi deh bulan depan" Aku berdebat dengan diri ku sendiri didalam benakku.

Dengan perasaan frustasi aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

Gia yang masih penasaran mendekati mejaku setiba aku kembali.

"Ada apaan sih ri sampai di panggil ke HRD? "

"Aku juga masih belum yakin, nanti aku kasih tahu kami yah kalau semua sudah jelas" Sahutku sambil tersebut manis

"Yah nggak asyik, aku penasaran nih!" Wajah Gia cemberut mendengar jawabanku

"Hahahaha sabar yah bu" Ucapku lagi berniat untuk menggodanya

"Ihh!!" katanya lagi dengan nada kesal sambil berlalu kembali ke mejanya.

Aku hanya bisa tertawa geli sambil menggeleng melihat tingkahnya dan kembali berkonsentrasi dengan pekerjaanku hari ini.

Tanpa sadar hampir semua orang di kantor ini sudah pulang mendahuluiku, aku melihat jam di ponselku ternyata sudah pukul 6 lewat 45 menit. Pantas saja semua orang sudah pulang, tak terkecuali Gia. Mungkin karena masih kesal dia bahkan tidak menyapaku saat pulang tadi.

Aku bergegas membereskan mejaku dan menuju ke restaurant diseberang jalan. Seperti biasa aku mengenakan masker dan topi ku untuk menghindari tidak sengaja bertemu dengan orang-orang yang mungkin berbahaya bagiku.

Restaurant yang kumasuki ini memiliki aura yang sangat menenangkan. Sayup-sayup aku bisa mendengar lagu berirama bossanova yang seksi mengalun dengan lembut. Aku langsung saja menuju ke seorang waiter yang sedang berjaga didepan.

"Selamat malam kak, Saya Wawan. Selamat datang di Eat and Love. Mau di persiapkan meja untuk berapa orang kak?" Kata waiter yang bernama Wawan ini sambil tersenyum ramah.

"Saya Riri dari hotel Z. Saya ada janji bertemu dengan Bapak Sugi manager disini kak"

"Oh sebentar yah, silahkan kakak bisa menunggu disebelah disini" Wawan mempersilahkan aku menunggu di salah satu meja yang ada disana

"Baik, terimakasih kak" Kataku lalu menuju meja yang dimaksud.

Wawan tampak bergegas ke dalam.

Sambil menunggu aku melihat sekeliling reataurant ini. Suasana sangat tenang walaupun cukup banyak pelanggan yang datang. Sejenak terdengar keributan di satu meja.

Nampak seorang ibu sedang berteriak ke arah waiter dengan wajah panik "PAK!!! TOLONG SAYA, SIAPA SAJA TOLONG!!! . ANAK SAYA TERSEDAK!!!

Pandanganku tertuju pada anak laki-laki usia remaja, yang sedang duduk di sebelah ibunya. Ia terlihat panik dan kesusahan bernapas sambil memegang lehernya. Aku tanpa berpikir panjang langsung menuju ke meja tersebut.

Beruntung saja aku tahu cara menangani hal seperti ini. Aku ingat sekali betapa Kak Damar dengan sabar mengajariku cara menangani orang tersedak seperti ini. Sampai akhirnya aku melakukan pertolongan pertamaku pada Gia sewaktu makan siang bersama beberapa bulan yang lalu.

Pekerjaan tambahan

Aku menuntun anak laki-laki laki ini berdiri, dengan gerakan cepat tanganku mendorong sedikit badannya kearah depan dan menepuk punggungnya agak keras. Rupanya cara ini tidak berhasil. Aku lalu melingkarkan tanganku ke pinggangnya dari belakang dan memberikan dorongan di ulu hatinya menggunakan telapak tangan yang terkepal sekuat mungkin beberapa kali. Untung saja tubuh anak laki-laki ini walaupun agak tinggi tapi tidak begitu besar jadi dengan mudah aku melakukan teknik ini.

Benar saja, setelah 5 kali dorongan, sepotong daging seukuran uang koin lima ratusan melompat keluar dari mulutnya.

Ia sejenak terbatuk dan nafasnya tersengal-sengal. Wajahnya nampak lega luar biasa.

"Terimakasih yah kak" Ucapnya dengan lirih, sembari menyalami tangan kananku

"Iyah sama-sama, lain kali hati-hati kalau makan. Kamu sudah baik-baik saja kan??" Aku menepuk pundaknya pelan.

"Sudah kak" Jawabnya dengan sumringah, wajah gantengnya tersenyum padaku.

Karena terlalu berkonsentrasi dengan upayaku tadi, aku tidak menyadari ternyata banyak orang berkerumun mengitari kami dan bertepuk tangan riuh dengan keberhasilanku menyelamatkan anak itu.

"Terimakasih yah mbak untuk pertolongannya. Kalau saja mbak tadi tidak ada disini entah bagaimana nasib anak saya" Kata si Ibu dengan suara bergetar, wajahnya terlihat terharu mendekat kearahku kemudian memelukku erat sambil menangis.

"Sama-sama ibu, kebetulan saja saya pernah belajar menangani hal seperti ini" Aku hanya bisa menyambut pelukan erat dari Ibu ini dengan pasrah.

"Rasa pelukan ini cukup aneh, karena sejak orang tua dan kakakku tiada, ini pertama kalinya aku mendapat pelukan hangat seperti ini, tiba-tiba saja aku ingin menangis. Kak Damar aku kangen, ayah,ibu aku sangat-sangat ingin bertemu kalian" Aku berkata dalam benakku.

Sekelabat ingatan orang tua dan kakakku sedang tersenyum muncul didepan mataku.

Aku menahan air mata yang mulai memenuhi pelupuk mataku. Aku menarik nafasku dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan berulang kali, sampai merasa lebih baik. Ibu itu juga telah selesai dengan tangisnya dan meregangkan pelukannya.

Orang-orang yang mengitari kami nampaknya sudah mulai membubarkan diri dengan tertib.

"Mbak kemari mau makan malam? " Tanya Ibu itu

"Bukan bu, saya sedang ada urusan dengan manager disini" Jawabku lagi

"Oh, maunya saya ajak makan malam bareng" Katanya dengan wajah kecewa

Aku yang menyadari wajahnya yang terlihat kecewa buru-buru berkata "Bagaimana kalau lain waktu saja bu?"

Ibu itu tersenyum senang mendengar perkataanku "ok, nanti kita jadwalkan kembali yah, oh iya sampai lupa nama saya Alina" Dengan gerakan cepat ia mengeluarkan kartu nama dari dalam tasnya.

Aku membalasnya dengan menyerahkan kartu namaku "Saya Riri bu"

Kami bertukar kartu nama, sekilas aku membaca kartu yang bertuliskan Alina Sudarma diatasnya.

"Kalau begitu saya pergi dulu yah bu Alina"

"Iya mbak Riri, terimakasih sekali lagi. Nanti saya yang hubungi mbak" Katanya lagi menatapku hangat. Aku mengangguk, matanya mengingatkanku pada mata ibuku, ada desir aneh yang aku rasakan saat menatap matanya.

Aku berniat menanyakan pak Sugi kembali pada waiter di sana. Saat ingin memutar tubuhku tiba-tiba ada sebuah suara berat menyapa dibelakangku.

"Selamat malam bu, saya Sugi manager disini"

Ia menyalami ibu Alina dengan mantap

"Maaf atas kejadian hari ini, semestinya ini menjadi tugas dan tanggung jawab kami terhadap pelanggan restauran kami bu"

"Tidak apa-apa pak, untung saja mbak Riri cepat bertindak. Saya juga maklum, memang tidak semua orang bisa menangani hal yang seperti tadi itu" Ibu Alina menjawab dengan bijak.

"Ini menjadi catatan saya bu untuk peningkatan pelayanan kami menjadi lebih baik lagi di kemudian hari bu"

Ibu Alina hanya mengangguk dan tersenyum

"Terimakasih yah Mbak Riri atas kesigapan dan pertolongannya hari ini" Pak Sugi beralih memandangku dengan senyuman.

"Sama-sama pak" Jawabku dengan cepat.

"Kalau begitu sekarang kita bisa membicarakan urusan kita yang tertunda kan?" Pak Sugi menatapku tajam

"Aaa ok pak baik" Aku menjawab dengan sedikit tergagap setelah mendengar ucapannya barusan.

"Silahkan Pak Sugi dan mbak Riri" Bu Alina berujar

"Selamat menikmati makan malamnnya bu" ujar Pak Sugi sopan

"Mari bu" Kataku pada Bu Alina yang terlihat mengangguk kearahku, kemudian aku mengekor pada pak Sugi.

Pak Sugi di tunggu seorang laki-laki yang cukup berumur di depan pintu ruangannya. Aku mengikuti pak Sugi masuk, kemudian aku dipersilahkan untuk duduk di depan meja kerjanya.

"Saya Sugi, manager disini dan ini pak Doni asisten saya, Anda Riri Amelia kan?! "

"Iyah pak benar, saya disuruh datang kemari mengenai kemeja bapak yah?" Kataku ragu

"Salah satunya iya, kenapa tidak Anda sampaikan noda lipstik tadi pagi itu ke saya? Saya hampir bertemu staff dengan kemeja seperti itu" Katanya geram

"Saya minta maaf pak, saya akan terus terang saja. Saya saat ini sedang dalam keadaan keuangan yang tidak memungkinkan untuk mengganti kemeja bapak. Setelah saya sempat perhatikan tadi pagi kemungkinan besar kemeja tersebut harganya lumayan. Makanya saya pura-pura tidak melihatnya dan berharap kita tidak bertemu kembali" Aku menjawab pasrah sambil menatap matanya yang terlihat menelisik kearahku.

"Hmm ok kalau begitu bagaimana kalau sebagai gantinya anda bekerja membantu saya diam-diam di restauran ini untuk sementara waktu" Wajah Pak Sugi terlihat tenang.

"Membantu dalam hal apa pak?" Tanyaku penasaran.

"Bantu saya berhubungan dengan beberapa media lokal dan internasional pilihan untuk iklan dan release restauran ini"." Saya dengar dari HRD disana anda kompeten di bidang ini, tentu saja saya akan menyembunyikan identitas asli anda"

"Dheg!" Jantungku tiba-tiba saja berdegup kencang mendengar kata identitas asli yang ia katakan tadi "sejauh apa orang ini mengetahui identitas asli ku?, Mudah-mudahan saja dia tidak sampai sejauh itu. Ya Tuhan tolonglah aku, aku hanya ingin hidup tenang"

"Identitas asli gimana pak?" Aku bertanya dengan perasaan tidak menentu

"Maksud saya, kamu tidak boleh diketahui bekerja di hotel Z. Saya akan memberikan anda nama samaran Indah untuk disini. Anda carilah cara agar bisa menghubungi media-media tersebut. Seperti Anda yang hanya bekerja di balik layar dan tidak pernah bertemu satu pun dengan orang-orang dari media tersebut di Hotel Z"

Aku bernafas lega mendengar pernyataan dari Pak Sugi ini.

"Baik pak, saya bisa lakukan. Berapa lama saya harus bekerja disini? "

"Hanya kisaran empat sampai enam bulan" Jawabnya yakin

"Hmm maaf pak saya mungkin agak lancang, kenapa bapak tidak mencari staff PR baru saja untuk bekerja disini?"

"Itu urusan saya" Jawabnya singkat dengan nada datar.

"Ok!" Aku menelan ludah ku "Rupanya orangnya saklek juga" Aku bergumam dalam hati.

"Kroggghhh!" Suara perutku tiba-tiba saja terdengar jelas oleh ku. Aku menoleh pada pak Sugi yang menatapku tajam.

"Belum makan? " Ia melirik jam di pergelangan tangannya.

"Belum pak" Jawabku lemah

Pak Sugi menoleh pada pak Doni yang berdiri disebelahnya

"Pak Doni, tolong hubungi kitchen minta tolong siapkan makanan menu special hari ini, take away satu yah. Bawa kemari secepatnya. Oh ya pesankan saya caffe latte, hmm bu Riri mau minum apa? " Pak Sugi menoleh padaku yang sedang melamun teringat kasur empuk didalam kamar kost, teh hangat jasmine dengan gula sedikit, lagu ballad di ponselku....

"Bu Riri! Mau minum apa?! " Panggilnya ulang, Aku tersentak kaget

"Kasur" Eh maaf teh hangat satu pak" Jawabku kemudian sambil mengutuki diri sendiri "astagaaa Riri!!! Kamu melamun! Kebiasaan deh kamu!!" Aku menggeleng sendiri.

"Kembali ke urusan tadi. Kapan anda siap? "

"Secepatnya bisa pak" Jawabku berusaha tetap fokus.

"Kalau begitu sebentar saya buatkan akun email untuk anda gunakan. Kita akan berkomunikasi melalui ini dan anda juga bisa gunakan ponsel ini untuk komunikasi dengan pihak media" Pak Sugi mengeluarkan ponsel dari dalam lacinya.

Aku mengambil ponsel tersebut dan membukanya, hanya ada nama Pak Sugi disana. Aku mengangguk mengerti.

"Saya punya list medianya pak, bapak bisa lihat sendiri listnya. Saya sudah lengkapi dengan data-data penting seperti target market mereka, distribusi sampai ke range harga iklannya. Jadi nanti bapak bisa pilih dulu mau berhubungan dengan media yang mana saja" Aku mengeluarkan flashdisk dari dalam tasku.

Pak Sugi dengan tenang membaca list yang aku berikan "artinya HRD Hotel Z benar tentang kinerja Anda yang cepat dan tanggap ini"

"Terimakasih pujiannya pak, saya hanya ingin mempermudah pekerjaan saya sendiri" Kataku dengan cepat, aku sebenarnya kurang nyaman di puji didepan secara langsung seperti ini.

Kami akhirnya membahas beberapa media yang ada dalam list ku, sampai akhirnya aku pulang dengan membawa tentengan makanan dari pak Sugi. "Lumayan bisa hemat makan malam hari ini"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!