Kisah dari seorang wanita bernama Miranda.Di mana waktu itu ia masih seorang pelajar SMA kelas 3.Ia merupakan pelajar dengan tingkat kepandaian sedang-sedang saja.Kehidupannya yang cukup mewah membuatnya tidak begitu memikirkan tentang nilai-nilai sekolah.Ia berpikir jika dengan bisnis yang dimiliki keluarganya dia tidak perlu bersusah payah dalam menuntut ilmu.Menyepelekan dalam urusan sekolah sudah menjadi kebiasaannya setiap hari.Dia tinggal bersama kedua orang tuanya dan seorang adik laki-laki yang berusia 2 tahun di bawahnya.Namun berbanding terbalik dengan sang kakak,sang adik Petra sangat pandai dalam hal pelajaran.Tak jarang ia mendapatkan peringkat pertama di kelasnya.Mereka berdua sama-sama memiliki paras rupawan dengan tubuh proporsional yang di warisi dari kedua orang tuanya.Di rumah megah yang berdiri kokoh dan luasnya bisa mencapai lapangan golf itu berjejer 3 mobil mewah dan sebuah motor sport di sisinya.2 satpam menjaga di depan dan beberapa pegawai dipekerjakan di dalamnya.3 orang pelayan dan 2 orang asisten rumah tangga.Tetapi hanya nyonya rumah yang bernama Nadia sering berada di rumah tetapi sang suami Revan lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor karena padatnya pekerjaan.Sore setelah matahari mulai lelah menyinari bumi dan mulai beranjak ke peraduannya Miranda dan Petra baru pulang sekolah.Miranda yang sudah jelas lebih suka bermain-main pasti akan menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan dengan ketiga sahabat wanitanya Lia,Siska,dan Sisi.Sepulang sekolah ia tidak langsung pulang ke rumah justru sibuk mempercantik diri di salon atau makan di sebuah restoran di salah satu mall.Beda dengan Petra yang sibuk menyelesaikan tugas kelompoknya dengan belajar bersama di salah satu rumah teman sekolahnya.Kelulusan Miranda tinggal beberapa bulan lagi tetapi seakan tidak ada beban sama sekali dia terus menghabiskan waktu di luar rumah bersama sahabatnya.Ini membuat Nadia sang ibu menjadi kesal karena sikapnya.Sore itu saat Miranda baru saja pulang ke rumah ia di hadang ibunya.
"Dari mana saja kamu?"tanya Nadia.
"Biasa Ma,habis jalan-jalan sama teman-teman!"jawabnya enteng.
"Kamu tahu bukan kalau sebentar lagi ujian akhir sekolah?"jelas sang Ibu.
"Tahu Ma,terus memangnya kenapa?"serunya.
"Mir,apa kamu mau kamu tidak lulus jika kamu terus begini?"terang Nadia.
"Ya tidak Ma"jawabnya.
"Terus kapan kamu mau berubah?setidaknya kamu mau belajar sedikit buat persiapan ujian bukan malah keluyuran tidak jelas begini!"ucap Nadia.
"Halah,masih lama juga Ma,tak perlu khawatirlah!"ucapnya enteng.
"Terserah kamu tapi Mama pastikan kalau kamu tidak lulus kamu bakal Papa kirim ke asrama!"ancam ibunya.
"Ma,tega ya Mama!"teriaknya saat sang ibu meninggalkannya.
"Bukannya itu maumu?".Jawab ibunya.
Nadia hanya bisa menghela napas panjang melihat tingkah putrinya yang semakin hari semakin membangkang.Awalnya ia tidak setuju dengan keputusan Revan suaminya untuk memasukkan Miranda ke asrama tetapi setelah dipertimbangkan mungkin memang perlu tindakan lebih tegas lagi agar anaknya bisa berubah.
Miranda hanya bisa termenung menatap langit-langit kamarnya mendengar ancaman ibunya.Ia menatap sekitar kamar tidurnya dan mengamati satu persatu.
"Aku tak bisa membayangkan kehilangan semua ini kalau harus tinggal di asrama."batinnya.
Dalam kegalauan hatinya ia berusaha merenung dan mencerna setiap perkataan ibunya hingga tanpa sadar ia tertidur nyenyak.Hari mulai petang dan berganti malam Miranda masih nyenyak di atas ranjang favoritnya.Berkali-kali pintu di ketuk dari luar namun tak kunjung ada jawaban dari sang pemilik kamar.Hingga makan malam tiba Petra memanggil sang kakak agar segera turun karena ia mulai lapar.
"Kak,waktunya makan malam nih.Lapar tahu nungguin kakak dari tadi!"keluhnya dari luar kamar sambil terus mengetuk karena tidak ada jawaban dari kakaknya.
"Kak kalau masih tak mau keluar aku dobrak nih pintunya!"ancam Petra.
"Iya-iya,sebentar ganggu saja kamu!"serunya sambil bangkit dari ranjang dan bergegas keluar.
"Gila ya kalau tidur kebo banget.Sudah di tungguin Mama sama Papa tuh di bawah!"ucap Petra setelah pintu mulai terbuka.
"Bawel!"ucapnya ketus.
Adiknya terus berlalu dari hadapannya menuju ruang makan di ikuti oleh Miranda di belakangnya.Mereka segera makan bersama sambil sesekali mengobrol ringan.
"Petra,bagaimana sekolahnya?"tanya Revan.
"Baik Pa,3 bulan lagi kenaikan kelas jadi banyak tugas yang harus diselesaikan."terangnya.
"Kalau kamu Mir?"tanya ayahnya.
"Baik juga Pa,bulan depan ujian akhir berlangsung."jawabnya.
"Papa harap kamu bisa serius menjalani ujian ini!"pinta ayahnya.
"Iya Pa!"jawabnya.
"Jangan iya-iya saja ya Mir,ingat kalau tidak lulus siap-siap kamu masuk asrama!"seru ibunya.
"Iya Ma...!"jawabnya.
Setelah makan malam berakhir Miranda pergi menuju taman samping untuk menikmati angin malam.Cuaca malam itu cukup cerah dengan bintang bertaburan di tambah bulan sabit melengkung indah di langit.Angin berhembus perlahan menerpa wajah cantiknya yang terpejam dengan sesekali menarik napas dalam dan menghembuskannya secara pelan.
"Lagi apa Kak?"tanya Petra sambil menepuk pundak kakaknya.
"Kaget tahu.Lagi merenung!"jawabnya asal.
"Mau di bantu buat belajar?"tawar Petra
"Boleh sih,otak kamu khan jenius siapa tahu aku bisa juara kelas."serunya sambil tersenyum lebar.
"Okelah mulai besok kita belajar bersama ya!"seru Petra.
"Oke,pulang sekolah ya...!" jawabnya.
Petra hanya menganggukkan kepala sambil beranjak masuk ke dalam rumah.Kamar tidur Miranda dan Petra saling berhadapan tetapi mereka jarang menghabiskan waktu bersama karena perbedaan sifat masing-masing.Petra lebih suka mengurung diri di dalam kamar untuk belajar dan Miranda tidak betah seharian harus berada di dalam rumah.Tetapi kali ini dengan ancaman dari orang tuanya membuatnya harus betah di rumah agar mencapai nilai maksimal.Terlebih lagi adiknya sudah menawarkan untuk membantunya belajar jadi mau tidak mau dia harus bertahan tidak keluar rumah paling tidak hingga ujian kelulusan usai.Keesokan harinya usai pulang sekolah Miranda yang gemar berjalan-jalan tiba-tiba pulang lebih awal.Di susul Petra yang kemudian sampai di rumah tepat setelah kakaknya pulang.
"Tumben kalian sudah pulang?"tanya ibunya.
"Iya Ma,mau belajar bersama takut masuk asrama nih Kakak!"ejek Petra.
"Asal bicara!"jawab Miranda ketus.
"Bercanda Kak."serunya sambil tertawa.
"Nggak lucu."ujarnya.
"Jadi nggak nih?"tanya Petra.
"Ya jadilah,sudah pulang juga."jawabnya.
Akhirnya mereka memutuskan untuk belajar di ruang tengah karena kalau di kamar Miranda takut akan ketiduran nanti.Dengan telaten Petra mengajari sang kakak yang kesulitan dan menjawab setiap pertanyaan yang Miranda tak mengerti.Meski Petra masih kelas 1 SMA tetapi tingkat kecerdasannya di atas rata-rata sehingga dengan sekali membaca saja dia bisa mengerti apa yang di maksud.Awalnya ia di ajukan agar bisa segera naik tingkatan sebelum waktunya tetapi ia tidak bersedia karena takut kakaknya merasa tersaingi olehnya.Jadi ia memilih untuk menjalaninya secara normal seperti siswa pada umumnya.Hingga hari demi hari mereka lewati dengan belajar bersama.Hal ini membuat ibunya merasa senang karena Miranda yang dulu pemalas menjadi rajin sejak belajar dengan adiknya.Ayahnya yang saat itu pulang kerja sampai dibuatnya heran karena Miranda lebih fokus belajar bersama dengan adiknya.Meski tak setegas guru di sekolah saat mengajar tetapi penjelasan yang Petra berikan lebih mudah dipahami oleh Miranda.Waktu yang di tunggu pun tiba.Hari ini ujian akhir sekolah berlangsung dan para siswa telah menyiapkan diri.Miranda cukup tegang menghadapinya meski sebulan terakhir telah belajar giat.Untungnya ia dapat menjawab soal dengan lancar dan apa yang dipelajarinya tidak sia-sia.Hingga hari terakhir ujian ia dapat mengerjakan soal dengan lancar.Miranda cukup lega karena ujian telah selesai tinggal menunggu pengumuman kelulusan saja.Ia belum berani keluar rumah untuk bersenang-senang karena hasil ujian belum diberikan.Ia masih takut jika ia tiba-tiba gagal dalam ujian kali ini.Setelah menunggu 2 minggu,akhirnya hasil ujian diumumkan dan Miranda mendapat peringkat ke 5 di sekolahnya.Ia merasa beruntung mempunyai adik jenius seperti Petra.Tak lupa ia ucapkan terima kasih kepada adiknya yang setiap hari membantunya dalam belajar.
"Makasih banyak ya kamu mau membantu Kakak belajar!"ucapnya dengan riang.
"Iya sama-sama.Aku ikut senang mendengarnya."jawab Petra.
"Nanti Kakak traktir deh."janji Miranda.
"Nggak usah,mending Kakak janji kita kuliah bersaing nilai bagaimana?"ajak Petra.
"Nggak lah,malas mau kuliah mending di rumah dulu saja."tolaknya.
"Yakin nggak mau kuliah?banyak yang ganteng lho!"seru Petra.
"Nanti deh pikir-pikir dulu!"ucapnya.
Seperti yang diketahui Miranda sangat malas berpikir jadi ia kira kuliah membutuhkan otak yang lebih lagi dari waktu SMA.Baginya setelah lulus SMA inilah saatnya untuk bersenang-senang.Tetapi apa yang di harapkannya tidak sesuai kenyataan secara diam-diam ayahnya telah mendaftarkannya ke sebuah universitas ternama.Kembali ia harus belajar agar lulus tes masuk perguruan tinggi.Ia pun menuruti kemauan orang tuanya walau dengan berat hati.Hasilnya pun akan keluar usai acara wisuda di sekolahnya minggu depan.Acara wisuda pun berjalan lancar dan para siswa telah siap melepas sebutan siswa menjadi mahasiswa saat mereka siap masuk perguruan tinggi.Petra yang naik tingkatan dengan jalur akselerasi ingin segera lulus mengikuti kakaknya masuk perguruan tinggi yang sama dengan Miranda.Usai tes jalur akselerasi ia pun dinyatakan lulus dengan nilai sempurna dan siap untuk bersaing dengan kakaknya.Keputusannya untuk masuk perguruan tinggi bersama dengan kakaknya mendapat dukungan dari kedua orang tuanya terlebih lagi ia masuk dengan jalur beasiswa dari sekolahnya.Bangga sudah pasti kedua orang tuanya merasakannya apa lagi Miranda dan Petra akan menjadi pewaris bisnis Revan sang ayah.Pagi itu Miranda mendapatkan kiriman surat lewat pos yang bertuliskan Universitas Pelita Jaya.Sudah dipastikan ini adalah hasil yang menyatakan lulus atau tidaknya masuk perguruan tinggi tersebut.Dengan tergesa-gesa ia membuka amplop yang di terima.
"Ma,aku lulus!"teriaknya usai membaca isi amplop tersebut.
"Selamat ya sayang!"ucap ibunya.
"Sekarang deh traktirnya!"sambung Petra.
"Kamu juga di terima di sini khan.Jadi traktir juga dong!"balas Miranda.
"Mana ada aku janji traktir.Khan Kakak yang janji padaku!"seru Petra.
"Ya sudah kita impas lah!"serunya
"Sudah siap bersaing!"seru Petra sambil menunjukkan senyum menantang.
"Aku nggak yakin deh.Kamu khan jenius banget sampai masuk universitas dengan jalur beasiswa mana bisa aku menyaingimu?"seru Miranda lemas.
"Coba saja dulu!"ujarnya.
ia hanya mengangguk menanggapinya.Entah dia mengangguk mengerti atau hanya sekedar menjawab asal saja.
Setelah melewati berbagai tes dan dinyatakan lolos,Miranda berhasil masuk universitas dengan jurusan bisnis manajemen sedangkan Petra lebih menyukai fakultas hukum dan memutuskan untuk mempelajari bisnis secara otodidak.Kegiatan ospek sudah dilaksanakan,kini awal masuk untuk mahasiswa baru demi pendalaman materi.Miranda dan Petra pergi bersama dan kemudian berpisah di ujung koridor kampus menuju kelas masing-masing.Suasana baru,kelas baru,teman baru,dan dengan tampilan baru.Awalnya Miranda agak canggung dengan keadaan sekitarnya,namun karena ia termasuk orang yang mudah bergaul,maka dengan cepat ia telah mendapatkan teman baru.Tampilan Miranda saat kuliah terlihat lebih dewasa di banding dulu.Dengan polesan make up natural,kemeja lengan pendek,dan celana jeans panjang warna hitam serta rambut panjang terurai dan keriting di ujungnya membuat banyak pria terpesona dengannya.Bukan hanya teman seangkatan saja yang terhipnotis oleh kecantikannya,bahkan kakak senior serta pria dari fakultas lain pun mengidolakannya.
Beberapa hari berlalu dia memiliki 5 sahabat dekat,3 pria dan 2 wanita.Verlan,David,Ferdi,Putri,dan Sasi nama sahabat dekat Miranda.Mereka adalah teman satu fakultas dan satu kelas.Kemana pun Miranda berada mereka berlima selalu menemani.Terkadang mereka menghabiskan waktu bersama-sama seharian untuk melepaskan kejenuhan di sela kesibukan kuliah.Seperti hari itu mereka berencana untuk pergi berjalan-jalan bersama sepulang kuliah.Tak lupa Miranda mengajak Petra sang adik untuk ikut bersamanya.
"Petra,sini!"panggil Miranda saat melihat Petra berjalan di hadapannya.
"Ada apa?"tanyanya singkat.
"Ikut jalan yuk!bosan nih kuliah melulu!"ajak Miranda.
"Boleh,tapi masih ingat khan janjinya?"seru Petra mengingatkan.
"Iya,iya."jawabnya.
"Siapa Mir?bening amat nih wajahnya?"bisik Putri pada Miranda.
"Ada deh,mau tahu saja kamu!"jawab Miranda.
"Pacar kali ya,ganteng!"tambah Sasi sambil senyum-senyum tidak jelas.
"Kalau iya kenapa?kalau bukan kenapa?"goda Miranda kepada Putri dan Sasi.
"Kalau iya,patah hati sedunia nih."jawab Sasi.
"Sudahlah,jadi pergi tidak?"potong Miranda.
"Jadilah!"jawab mereka serempak.
Verlan tampak kesal melihat kedekatan Miranda dengan Petra.Miranda memang sengaja merahasiakan jika Petra adalah adiknya.Di samping Petra itu pria jenius,ia tampan,tingginya lebih dari Miranda,kekar dengan postur tubuh proporsional.Siapa yang tidak iri melihat kesempurnaan paras kedua bersaudara itu.Ketika jalan bersama pun andai mereka bukan saudara pasti sangat serasi sekali.
Miranda justru membuat keadaan menjadi seperti perkiraan sahabatnya.Ia bergelayut manja di lengan Petra sambil mengerlingkan mata sebagai tanda agar Petra mau bekerja sama.Petra yang menyadari maksud dari kakaknya hanya terdiam dan sesekali membalasnya dengan menggandeng tangan Miranda.Suasana terasa panas bagi Verlan melihat kemesraan Miranda dan Petra.Sejak awal kuliah memang Verlan sudah menaruh hati pada Miranda,tapi ia tidak berani mengungkapkannya sehingga ia putuskan untuk bersahabat dengan Miranda supaya bisa selalu dekat dengannya.Mereka pergi ke suatu pusat perbelanjaan untuk berjalan-jalan sebentar,kemudian berhenti di suatu tempat untuk makan siang.Mereka memesan makanan kesukaan masing-masing dan mulai makan ketika makanan telah disajikan di atas meja tempat duduk mereka.Di sela makan Miranda sempat menyuapi Petra dan sebaliknya juga dengan Petra.
"Ada komisi buat ini khan?"bisik Petra di telinga sang kakak usai menyuapinya.
"Bisa di atur!"jawabnya lirih.
Sikap usil mereka membuat yang lain iri,terlebih Verlan semakin membara dalam hatinya.
"Aku pamit pulang dulu ya teman-teman!ada urusan mendadak!"pamit Verlan tiba-tiba karena terbakar api cemburu.
"Mendadak sekali?"tanya Putri.
"Iya,barusan ada pesan dari Mama suruh aku cepat pulang!"bohongnya.
"Oke,hati-hati di jalan ya!"jawab David.
Ia hanya menganggukan kepala sambil berlalu dari sana.
"Cemburu tuh dia!"bisik Petra.
"Jangan sok tahu kamu!"balas Miranda.
"Jelas sekali dia itu suka Kakak."bisik Petra lagi.
"Kami cuma sahabat kok!"jelas Miranda.
"Itu menurut Kakak,tapi Kak Verlan punya rasa lebih!"terangnya.
"Sudahlah kita makan saja terus kita pulang capek nih!"seru Miranda lagi.
Setelah selesai makan mereka pamit pulang ke rumah masing-masing.Putri,Sasi dan David naik mobil Ferdi sedangkan Miranda dan Petra naik motor sport Petra seperti saat berangkat tadi.Sesampainya di rumah mereka berdua duduk di sofa ruang tamu sambil berbincang-bincang sebentar.
"Gila ya,usil banget nih Kakak!"seru Petra.
"Habis pada mau tahu saja sih!" jawab Miranda puas.
"Memangnya Kakak tidak cerita tentang aku?"tanya Petra.
"Tidak lah,cukup jadi rahasia kita berdua.Nanti kalau sudah waktunya pasti aku cerita."ungkap Miranda.
"Terserahlah,tapi jangan lupa ada hal yang harus di bayar!"seru Petra mengingatkan.
"Iya aku mengerti.Memang berapa yang kamu mau?"tanya Miranda.
"Bukan uang,tapi nilai mata kuliah!"ucapnya dengan senyum khasnya.
"Gawat nih,salah kira aku!"ucap Miranda sambil menepuk dahinya.
Melihat kakaknya yang frustasi Petra beranjak pergi meninggalkan kakaknya sendiri menuju kamar tidurnya untuk membersihkan diri di kamar mandi dalam kamarnya.Miranda masih bersandar pada sofa ruang tamu sambil memejamkan mata hingga dikejutkan oleh suara ibunya.
"Kenapa Mir?"tanya ibunya.
"Tak apa-apa Ma,lagi capek saja.Ya sudah Miranda ke kamar dulu ya Ma,mau mandi dulu biar segar!"pamitnya sambil berlalu menuju kamarnya.
Setelah membersihkan diri ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang luas miliknya.Tanpa terasa ia memasuki alam mimpi hingga pagi menyapa.Di balik tirai kamar yang sedikit terbuka,fajar mulai mengintip dari sela-sela tirai menyinari sedikit wajah cantiknya dan membuatnya tersadar dari mimpinya.Segera ia bersiap untuk pergi kuliah.Petra sudah berada di meja makan untuk sarapan ketika Miranda baru saja turun dari tangga.
"Udah selesai dandannya!"tanya Petra santai sambil mengunyah roti sebagai sarapannya.
"Iya maaf,kamu sudah lama menunggu ya?"tanya Miranda merasa bersalah.
"Lumayan."jawabnya singkat.
Miranda lalu mengambil roti dan diolesi selai strawberry kesukaannya kemudian mengajak Petra berangkat ke kampus.Petra yang sudah menyelesaikan makannya pun beranjak mengikuti kakaknya yang telah lebih dulu menuju halaman rumah.
"Mau naik mobil atau motor nih Kak?"tanya Petra.
"Motor saja biar kelihatan romantis!"jawab Miranda sambil memainkan matanya.
"Masih lanjut sandiwaranya?"ucap Petra jengah.
"Iya,sampai Kakak bertemu pujaan hati!"jawabnya.
"Tapi ingat kuliah,nilai-nilainya!"ujar Petra mengingatkan.
"Iya!"jawabnya bosan berkali-kali diingatkan.
Mereka pun segera berangkat menuju kampus.Seperti biasa mereka berpisah di ujung koridor kampus menuju kelas masing-masing dan di depan kelas,Petra sudah di tunggu Brian sahabatnya.Sedangkan Miranda sudah di tunggu Putri dan Sasi.Verlan,David,dan Ferdi sudah lebih dulu masuk ke dalam kelas.
Sejak kuliah Miranda lebih fokus dalam menerima materi kuliah karena janjinya untuk bersaing nilai dengan adiknya akan ia penuhi.Ia tak ingin menyusahkan adiknya lagi seperti saat SMA dulu,jadi ia memutuskan untuk berusaha sebaik mungkin.Miranda juga mulai membatasi diri untuk keluar rumah terlalu lama dan tidak terlalu sering.Setelah jam kuliah usai Miranda langsung menunggu Petra di taman kampus.Sebelumnya ia telah mengirim pesan melalui ponselnya kepada Petra jika ia menunggunya di taman kampus.Kebetulan saat itu Miranda lebih dulu pulang di banding Petra.Sambil menunggu,ia membuka kembali buku mata kuliahnya dan mulai membaca.Ia seorang diri berada di sana tanpa teman-temannya yang telah pamit pulang terlebih dahulu.Tiba-tiba seorang pria menyapanya dan membuatnya terkejut.
"Belum pulang Mir?"tanya pria tersebut.
Miranda menoleh ke arah asal suara yang ternyata adalah Verlan.
"Belum,lagi nunggu Petra!"jawabnya.
"Pacar kamu itu?"selidik Verlan.
"Anggap saja begitu!"jawabnya santai.
"Benar dia pacar kamu?"tanyanya ulang seakan penasaran.
"Bukan."jawabnya singkat.
Sekian lama mereka saling diam.Miranda hanya melirik sekilas ke arah Verlan.
"Mau aku antar pulang dulu?"ucap Verlan menawarkan diri.
"Tak usah,sebentar lagi dia udah selesai kok!"seru Miranda.
"Ya sudah aku pulang dulu ya!"pamitnya.
"hmm...hati-hati."balasnya.
15 menit kemudian Petra menghampiri Miranda di taman kampus.Miranda masih asyik membaca sehingga ia tidak menyadari kedatangan Petra saat itu.
"Rajin amat Kak!"ejek Petra.
"Gara-gara kamu nih,jadi mengebut aku!"ungkapnya kesal.
"Idih,kok jadi aku yang kena!"jawab Petra.
"Habis kamu mintanya kita bersaing nilai,kamu sih otaknya encer,sedangkan aku tak sepintar kamu!"gerutu Miranda.
"Ya ampun,bawel melulu nih nanti mirip ibu-ibu lho kebanyakan bawel!"canda Petra.
"Biarin!"serunya.
"Pulang aja yuk!lanjut baca di rumah saja nanti aku temenin deh!"tawar Petra.
Miranda mengangguk pelan sambil memasukkan bukunya ke dalam tas dan beranjak menuju parkiran kampus bersama Petra.Setelah berhasil menaiki motor sport Petra,mereka berlalu pulang ke rumah.
Seperti rencana sebelumnya sepulangnya dari kampus mereka belajar bersama.Melihat kedekatan mereka kedua orang tuanya merasa senang.Dengan ditemani minuman jus buah kesukaannya dan camilan buatan ibunya mereka menghabiskan waktu seharian untuk membahas mata kuliah masing-masing.Sesekali mereka melempar canda sebagai pengobat bosan.Hingga senja tiba mereka baru selesai mengulas materi kuliah dan beranjak menuju kamar masing-masing untuk mandi dan bersiap makan malam.Malam ini mereka hanya makan malam bertiga karena Revan ayahnya harus lembur karena banyaknya pekerjaan.Usai makan mereka berniat menemani ibunya agar tidak merasa kesepian.Mereka memutuskan untuk menonton televisi favorit mereka hingga ayahnya pulang ke rumah.Hingga tengah malam mereka masih terjaga menunggu kepulangan ayahnya hingga tak di sangka ibunya tertidur di sofa.Sesaat kemudian pintu ruang tamu mulai terbuka dan seseorang masuk ke dalam rumah yang ternyata adalah ayah mereka.
"Kalian belum tidur?"tanya Revan.
"Belum Pa,lagi temenin Mama,tapi Mama ketiduran.Tadinya Petra mau gendong Mama ke kamar,tapi tiba-tiba Papa pulang."jelas Miranda.
"Sudah biar Papa saja yang gendong.Kamu tolong bawakan tas Papa!"ucap Revan kepada Miranda.
"Iya Pa!"jawab Miranda sambil mengekor ayahnya menuju kamar utama.
Petra pun mengikuti mereka,setelahnya Miranda dan Petra kembali ke kamar masing-masing setelah Miranda meletakkan tas kerja ayahnya di sofa kamar tidur utama.Petra dan Miranda langsung tertidur pulas di kamar masing-masing.
Pagi menjelang dengan sinar matahari memancarkan cahayanya menerangi bumi.Suara kicau burung bersahut-sahutan dan desir angin menerpa dedaunan menambah syahdu suasana pagi itu.Bertepatan hari ini hari libur Miranda dan Petra berencana untuk mengajak ibunya berjalan-jalan.Kali ini mereka memilih taman sebagai tujuannya sekaligus untuk berolahraga pagi bersama-sama.Mereka berkeliling taman menikmati udara segar pagi hari.Senyum menghiasi wajah mereka di pagi itu.Setelah lelah mengitari sekeliling taman mereka beristirahat sejenak di kursi taman sambil berbincang.Matahari mulai terik,mereka beranjak pulang.Mereka senang akhirnya dapat meluangkan waktu bersama di sela kesibukan kuliahnya.Sejenak mereka melepas lelah dengan duduk di tangga menuju lantai atas sambil mensejajarkan kaki.Kemudian mereka bertiga beranjak mandi untuk menghilangkan keringat yang menempel di tubuh masing-masing.Miranda dan Petra kembali berkutat dengan buku-bukunya karena sebentar lagi ujian semester akan dilaksanakan.Mereka pun bersiap mempelajari materi yang diberikan dosen agar mencapai nilai maksimal.
Sore itu Petra mendapatkan kunjungan dari teman kampusnya,Brian.Ia bermaksud untuk membicarakan tugas kuliah yang akan dikerjakan bersama.Mereka berbincang-bincang di ruang tamu dan kebetulan Miranda baru saja pulang dari belanja di supermarket dekat rumah bersama seorang asisten rumah tangga.Melihat paras oriental Brian membuat dunianya teralihkan sejenak.Dia menatap kagum pada si pemilik wajah nan rupawan di hadapannya.Setelah sadar ia langsung menuju dapur untuk menaruh barang belanjaan yang di bawanya sambil sesekali melirik Brian yang masih asyik mengobrol dengan Petra.Kemudian ia menyuguhkan jus buah dan camilan kepada Petra dan Brian sebagai teman mengobrol.
"Silahkan dicicipi makanannya!"ucap Miranda tanpa melihat ke arah Brian.
"Makasih Kak,baik banget.Oya Brian,kenalin ini Kakak aku namanya Miranda!"ucap Petra mengenalkan.
"Kak,ini sahabatku Brian yang sering temenin aku di kampus."terang Petra.
"Brian."ucap Brian memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.
"Miranda."ucap Miranda sambil menjabat tangan Brian.
Cukup lama berjabat tangan akhirnya mereka berdua melepaskan tangan masing-masing.
"Ya sudah,kalian lanjut saja ya,aku tinggal dulu!"pamit Miranda malu-malu sambil beranjak pergi.
"Itu sungguh kakakmu Petra?"tanya Brian ragu.
"Iyalah,apa perlu tes DNA biar kamu yakin?"canda Petra.
"Bukannya dia primadona kampus ya!"ucap Brian.
"Tak tahu lah.Oya tapi jangan bilang-bilang ya kalau dia kakakku soalnya kami lagi sandiwara jadi sepasang kekasih di kampus.Entah apa tujuannya aku hanya ikut dia saja!"seru Petra pada Brian.
"Oke."jawabnya singkat.
Mereka pun kembali dengan materi mata kuliah yang sempat di bahas sebelumnya.Sepulangnya Brian dari rumahnya,Miranda menyerbu sang adik dengan banyak pertanyaan tentang Brian.
"Brian teman sekelas kamu Petra?" tanyanya.
"Iya,kenapa?naksir ya?"goda Petra.
"Tampan ya!pasti sudah punya pacar!"ungkap Miranda.
"Belum,dia itu seperti aku lagi kejar nilai ujian yang terbaik,jadi belum kepikiran punya pacar!"tegas Petra.
"Ouwh..begitu."jawab Miranda.
Kemudian ia beranjak pergi meninggalkan Petra di kamarnya.
Pertama kali melihat Brian membuat hati Miranda berdetak kencang.Ingin mengenal tetapi malu dibuatnya.Untung Petra sangat peka,tanpa di minta langsung memperkenalkan Brian dengannya.Perkenalan itu sungguh berkesan bagi Miranda juga bagi Brian.Semenjak saat itu mereka jadi sering bertemu di kampus atau saat Brian berkunjung ke rumah dengan alasan menemui Petra.Waktu itu Miranda harus menunggu Petra lagi karena Miranda pulang lebih awal.Ia memutuskan menunggu Petra di samping kelas Petra.Tak sedikit mahasiswa yang mencoba mendekatinya saat ia tengah menunggu adiknya selesai mata kuliah.Tetapi ia tak menghiraukan mereka dengan mengalihkannya membaca buku yang dipegangnya.Saat tengah asyik membaca,seorang pria dari fakultas lain mendekati dan memaksanya untuk berkenalan.Miranda mencoba menolak namun ia bertindak kasar padanya.Brian yang kebetulan kembali dari toilet dan akan masuk ke dalam kelas,melihat kejadian itu segera menolong Miranda yang mulai merasa ketakutan dan dengan segera berlindung di belakang tubuh kekar Brian.Brian mencoba mengusir pria tersebut dan usahanya berhasil.
"Kenapa belum pulang?"tanya Brian pada Miranda.
"Aku menunggu Petra."jawabnya.
"Kenapa tak mengajak teman Kalau memang perlu teman?"tanyanya sekali lagi.
"Mereka semua sudah pulang."jawab Miranda masih dengan sedikit ketakutan.
"Lain kali,jangan sendiri kalau mau menunggu.Sebaiknya kamu tunggu di depan kelas saja lebih aman karena bisa terlihat dari dalam kelas."sarannya.
"Iya,terima kasih sudah mau bantu aku dan maaf sudah merepotkan."ucap Miranda.
"Iya sama-sama,aku senang bisa bantu kamu."jawabnya.
Tanpa terasa jam kuliah Petra selesai dan Brian masih setia menunggu Miranda hingga sang adik menyelesaikan mata kuliahnya.Melihat mereka membuat Petra bertanya-tanya.
"Dari mana kamu sampai jam kuliah selesai tidak masuk kelas lagi?"tanya Petra pada Brian.
"Kebetulan waktu aku mau masuk aku melihat Miranda di paksa seseorang jadi aku bantu dia."jelas Brian.
"Memang apa yang dilakukannya?"tanya Petra pada Miranda.
"ehm,itu,dia mau minta kenalan,tapi aku tak meresponnya,lalu ia memaksaku hingga tanganku di tarik-tarik!"terang Miranda gugup.
"Mulai besok suruh Pak Wayan sopir kita jemput Kakak saja daripada Kakak harus tunggu aku pulang dan hal ini terjadi lagi!"ucap Petra dengan geram.
"Aku tidak mau,aku mau pulang sama kamu!"ucap Miranda dengan air mata yang sudah di ujung mata.
"Atau begini saja,kalau Petra pulang telat kamu minta jemput saja sama sopir jadi kalau pas sama jam pulangnya kalian bisa barengan!"ucap Brian memberi ide.
"Oke deh,lain kali begitu saja atau kalau tidak minta temenin teman-teman Kakak saja buat temenin sampe aku pulang mungkin paling lama cuma 30 menit!"ujar Petra.
Miranda hanya menganggukan kepala tanda mengerti atas ucapan adiknya.Setelahnya Petra mengajak sang Kakak pulang ke rumah.Dalam perjalanan Miranda lebih banyak diam tidak seperti biasanya.Sesampainya di rumah Miranda langsung masuk ke dalam kamar dengan Petra yang mengikutinya sampai ke kamarnya.
"Apa perlu kita pakai jasa bodyguard buat Kakak?"tawar Petra.
"Tak usah lah,aku tak mau ruang gerakku terbatas."tolaknya.
"Ya sudah,Kakak istirahat dulu,besok biar ku cari orangnya!"seru Petra.
"Jangan,biarkan saja.Toh Brian udah memperingatkannya kok!"cegahnya.
"Wah,telat nih aku mau jadi pahlawan!"goda Petra.
"Sempat-sempatnya kamu godain Kakak!"ujarnya kesal.
"Ya maaf,pacaran saja sama Brian biar aman!"godanya lagi.
"Bodoh ah,malas tanggapi kamu!"balasnya.
Setelah puas mengerjai kakaknya,Petra beranjak pergi dari kamar kakaknya berpindah ke kamarnya sendiri.
Di dalam kamar ia tersenyum sendiri mengingat wajah kakaknya yang tersipu malu saat ia membicarakan tentang Brian.Sepertinya Kakaknya mulai menyukai temannya itu,entah bagaimana dengan perasaan Brian pada Kakaknya.Hari itu Miranda mengurung diri di kamar bahkan untuk makan pun ia ingin makanannya di antar ke kamar oleh pelayan.Sepertinya ia masih trauma dengan kejadian di kampus.Meski wajahnya tak lagi murung tetapi dia masih enggan keluar kamar.
Keesokan paginya Miranda dan Petra sudah sama-sama bersiap pergi ke kampus.Saat tengah sarapan,Petra mencoba bicara pada Miranda.
"Kakak yakin mau pergi ke kampus?"tanya Petra.
"Iya,mudah-mudahan saja aku tak bertemu dia lagi!"harap Miranda.
"Apa perlu aku pindah fakultas saja dengan Kakak biar aku bisa menjaga Kakak?"tawar Petra.
"Tak perlu lah,aku mungkin harus lebih kuat lagi agar tak diremehkan."yakin Miranda.
"Okelah,lain kali kalau mau menunggu bisa masuk kelasku saja,nanti aku minta ijin dosen."sarannya.
"Boleh juga idenya,sekalian aku bisa belajar sama kamu."ucap Miranda penuh semangat.
Petra hanya tersenyum mendengar ucapan kakaknya.Ia tahu sebenarnya yang membuat semangat kakaknya adalah bisa bertemu Brian saat menunggunya pulang.Tapi hari ini mereka memiliki jam kelas yang sama jadi kemungkinan mereka jam pulangnya pun bersama.Seperti biasa,sesampainya dikampus mereka masuk ke kelas masing-masing.Baru saja sampai depan kelas miranda di berondong pertanyaan dari Kelima sahabatnya.
"Mir,kamu tak apa-apa?"tanya Sasi.
"Iya,katanya ada yang ganggu kamu ya kemarin pas jam kelas usai?"tambah Putri.
"Kurang ajar banget itu orang!"seru David geram.
"Iya,selesai kelas kita cari saja tuh orang!"ajak Ferdi.
"Sudah tak usah,sudah beres juga kok!"cegah Miranda.
"Mulai hari ini biar aku temenin kamu sampai pulang!"ucap Verlan tiba-tiba.
"Tak usah nanti ngerepotin."tolaknya halus.
"Kalau begitu kita temenin rame-rame saja!"ajak Sasi.
"Iya,mending begitu saja."seru David setuju.
"Iya,terserah kalian saja."jawab Miranda pasrah.
Karena hari itu Petra pulang lebih awal jadi Miranda tidak perlu menunggunya lebih dulu.Mereka segera pulang ke rumah karena masing-masing memiliki tugas kuliah yang harus diserahkan esok harinya.
Sampai di rumah mereka langsung mengurung diri di kamar masing-masing untuk menyelesaikan tugas dari dosen.Hanya saat makan siang dan makan malam mereka baru keluar kamar tapi setelah menyelesaikan makannya mereka kembali lagi ke kamar masing-masing.Paginya mereka akan kembali ke kampus untuk menyerahkan tugas dan setelah menyelesaikan kuliah mereka bisa pulang bersama.
Hari demi hari mereka disibukkan dengan tugas yang menumpuk.Rasa lelah tak sempat dirasakan agar tugas segera terselesaikan.Kini saat ujian pun telah tiba,Miranda dan Petra memutuskan untuk belajar bersama saling bertukar pikiran dan saling melontarkan pendapat mereka.Dengan begini semua menjadi terasa lebih mudah karena mereka bisa mencari jalan tengah untuk pendapat masing-masing.Menjelang ujian semester ini perubahan Miranda terlihat pesat,dari awalnya dia sangat malas menjadi rajin,juga semakin fokus dalam menjalani kuliahnya.Nadia sang ibu menjadi senang melihat perubahan Miranda.
Semenjak sering belajar bersama Petra,Miranda jadi ikut rajin seperti Petra.Bahkan nilai Miranda cukup tinggi untuk mata kuliahnya.Ayahnya pun semakin terobsesi untuk menjadikan Miranda dan Petra menjadi penerus bisnisnya.Usianya yang tak lagi muda membuatnya cepat lelah jika harus bepergian ke luar kota.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!