Hai Assalamualaikum ini adalah karya aku yang ke-4, aku saranin kalian baca dulu novel "I Love you Om" ya biar nyambung sama cerita ini😊 jangan lupa klik favorite ya sertakan like vote dan juga poin nya, happy reading 😘😘😘 🙏
💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕
Hari ini menjadi hari yang buruk untuk Hendra dan keluarganya. Perusahaannya hancur dan juga anak yang selalu menjadi kebanggaanya kini tidak bisa melanjutkan lagi sekolahnya. Karena tidak ada sekolah yang mau menerima murid bermasalah seperti Kiara. Hidup Hendra benar-benar hancur sekarang, bahkan untuk menghubungi putrinya saja Yura dia merasa kesulitan. Sepertinya putrinya sudah mengganti nomor teleponnya, entah putrinya atau menantunya Revan
Karena jika melihat sifat Yura, Yura tidak mungkin akan melakukan hal itu. Ya Hendra yakin jika sebenarnya Yura tidak tau apa yang sudah suaminya lakukan kepadanya beserta keluarganya.
Untuk itu Hendra ingin mencoba menghubungi Yura untuk meminta bantuannya untuk membujuk Revan suaminya agar mau membantu lagi perusahaannya.
Semua ini terjadi karena kebodohannya dan juga kesombongan anak dan istrinya. Kenapa mereka selalu bersikap tidak tau diri dan selalu menganggap Yura benalu yang merugikan, padahal sebenarnya mereka berdualah benalu itu, miris memang.
Pah, gimana kamu udah dapet jalan keluarnya, kalau kita gini terus lama-lama kita jadi gelandangan " ucap Sandra
"Kalau kamu takut jadi gelandangan kenapa kamu tidak bisa mengajari putrimu bersikap baik, tanamkan kebaikan pada dirinya agar dia menjadi anak yang berguna bukan malah membuat orang tuanya sengsara " ucap hendra marah kepada Sandra
"kok papa jadi bentak-bentak mama sihh, semua ini kan gara-gara si Revan itu suami Yura kok malah jadi nyalahin Kiara " jawab Sandra tak kalah kesal
"Otak kalian memang bermasalah, sudah tau berbuat salah bukan intropeksi diri malah terus menyalahkan orang lain, aku benar-benar tidak habis pikir selama ini aku sudah merawat ular bebisa seperti kalian berdua " Bentak Hendra semakin marah
"Papa....." Sandra hampir menangis mendengar ucapan suaminya, suaminya yang dulu sangat lembut dan sangat menyayanginya dan juga selalu memenuhi semua keinginannya kini selalu memarahinya setiap hari, benar-benar membuat Sandra frustasi. Akhirnya Sandra meninggalkan suaminya sendiri di kamarnya dan pergi ke kamar Kiara.
Gadis itu kini tengah bermain ponsel, dia sama sekali tidak merasa bersalah atas apa yang telah dia lakukan. Di keluarkannya dia dari sekolah seolah membuatnya terlepas dari sebuah beban.
Brukk....
Sandra membanting pintu kamar Kiara dengan keras.
"Mamah kenapa sih...?" Kiara terkejut dengan kedatangan mamahnya.
"Mamah lagi kesel sama papa kamu, tiap hari dia marahin mamah " ucapnya sedih bercampur marah.
"Emang kenapa sih papa jadi cerewet banget sekarang ?" tanyanya seolah dia lupa bahwa dialah akar dari semua masalah yang datang di keluarganya.
"Semua ini gara-gara kamu, coba aja kamu ga usik anak yatim itu, semuanya ga bakal kaya gini " tunjuk Sandra kepada putrinya
"Kok mamah jadi nyalahin aku sihh, semua ini kan salahnya Yura yang ga bisa ngebujuk suaminya " ucap anak keras kepala itu tidak mau di salahkan.
"sudah lah semuanya juga sudah terjadi, semuanya tidak akan bisa kembali lagi dan satu hal mamah minta jangan sekali lagi kamu mengusik Yura atau kamu yang akan mamah buang dari rumah ini, mengerti " ucap Sandra penuh penekanan kepada putrinya agar tidak bertindak bodoh lagi dan akan lebih membuat kehidupannya jadi lebih buruk lagi dari ini.
Di Rumah Revan
Seperti biasa Yura mengalami morning sickness yang membuatnya setiap pagi merasa pusing dan sangat mual. Jika Yura sedang seperti itu Revan dengan sabar selalu menemani dan menjaga Yura, dia memberikan usapan lembut di leher dan perutnya dengan kayu putih, berharap bisa mengurangi rasa mual Yura.
"Om...." panggil Yura, kini Yura sedang berada di atas kasurnya dengan Revan di sampingnya sambil mengusap-usap perut Yura dengan kayu putih di tangannya.
"Jangan panggil aku om, aku jadi merasa sudah tua " jawab Revan yang membuat Yura tersenyum.
"Iya mas Revan suami Yura yang paling tampan " goda Yura. Mendengar itu satu kecupan lembut mendarat di bibir Yura.
"Itu hadiah untuk istriku yang sangat cantik dan menggemaskan "
Sikap Revan yang selau manis padanya membuat Yura merasakan jatuh cinta berkali-kali kepada suaminya.
"Boleh minta sesuatu ga ?"
"Tentu saja kamu mau minta apa dariku, semua miliku adalah milikmu sayang " Revan menaruh kayu putih itu di meja, dan kini beralih memeluk istrinya dan mencium keningnya dengan sayang .
"Yura laper " ucapnya sambil merengek , bergitulah Yura selalu merasa lapar walau kehamilannya selalu membuatnya mual dan muntah.
"Baiklah tunggu sebentar aku akan mengambilkan makanan untukmu " Revan akan beranjak dari kasurnya dan meninggalkan Yura untuk mengambil makanan di bawah.
"Tapi Yura ga mau makan nasi, Yura mau makan sop buah " rengeknya.
"Tapi ini masih pagi sayang, nanti siang saja makan sop buahnya " bujuk Revan
"Tapi dedenya bilang mau sekarang gak mau nanti, entar dede nya ngambek lohh ga mau di tengokin papanya " ucap Yura, mendengar tidak bisa menengok bayinya membuat Revan merasa takut. Bagaimana nasib si jhon nanti.
Bahkan Revan sering mendengar curhatan Regan yang karena tidak bisa memberi keinginan Bira saat hamil berimbas kepada nasib si jek yang membuat si jek merana. Revan tidak mau nasib si jhon seperti si jek nanti.
"Ba-baiklah, aku akan membuatkanya saja yah, karena jam segini belum ada yang buka " ucap Revan sambil pergi meninggalkan Yura untuk membuatkan makanan keinginan istri kecilnya yang sedang hamil.
Saat di dapur Revan berkutat dengan buah-buahan dan mulai memotongnya kecil-kecil, Revan melihat cara membuatnya di youtube, untung saja dia selalu menyetok buah-buahan di kulkas sebagian bahan yang kurang dia meminta pak Budi untuk membelinya ke mini market yang dekat di sana.
Saat sedang sibuk-sibuknya manusia kanebo datang menghampirinya. Rasanya ada yang kurang untuk manusia satu ini jika tidak menggoda kakaknya yang polos ini.
"Apa yang sedang di lakukan calon ayah bahagia pagi-pagi begini " tanya Regan
"Aku sedang membuat sop buah untuk istriku " jawab Revan yang sedang fokus memotong buah
Regan tergelak mendengarnya "pagi-pagi begini, ibu hamil memang aneh " ucap Regan
"Kau benar, untung saya aku ini suami yang manis dan penuh pehatian makanya aku langsung membuatkannya untuk istriku " ucap Revan dengan bangga
"menyebalkan " ucap Regan
"kau yang lebih menyebalkan, istrimu ingin makan mie ayam tapi kau tidak mau memberikannya, dan bilang kalau ayamnya masih tidur, sungguh kau suami yang kejam " balas Revan
"Dia minta di belikan jam tiga pagi yang benar saja, lagi pula aku sudah memberikannya jadi aku ini suami yang baik bukan suami yang kejam seperti yang kau pikirkan,dan lagi pula aku tau nasib si jhon mu itu tergantung keinginan istrimu " ledek Revan
"Tentu saja aku tidak ingin nasib si jhon akan merana seperti nasib si jek " balas Revan
"Sialan......"
Pak Anton yang mendengar percakapan unfaedah kedua putranya itu hanya menggeleng-gelengkan kepala saja. kebetulan pak Anton sedang membuat kopi pagi itu dan tidak sengaja mendengar percakapan mereka.
"Si junior rupanya tidak mau kalah dari si senior " gumamnya sambil meminum kopinya.
Pagi ini Revan masih di sibukan dengan permintaan Yura yaitu makan sop buah pagi-pagi. Mungkin karena perutnya yang mual jadi Yura ingin makan sesuatu yang segar, meskipun awalnya Revan menolak karena itu masih pagi namun karena Yura yang terus merengek akhirnya Revan mengabulkan keinginan istrinya. Setelah lama berkutat untuk membuatkan keinginan sang istri , akhirnya selesai juga sop buah buatan Revan khusus untuk Yura. Revan dengan senang lanngsung membawanya ke kamar. Langkahnya sangat riang. Sejak kehamilan Yura hari-hari Revan selalu penuh dengan senyuman.
"Yura...." panggil Revan
Namun yang di panggil malah tertidur, Revan tersenyum melihat istri mungilnya yang sedang terlelap . Revan mengerti usia istrinya masih sangat muda di tambah selalu merasakan kekurangan kasih sayang membuatnya selalu ingin di manja oleh Revan dan tentu saja Revan senang melakukannya. Ciuman lembut Revan daratkan di kening dan bibir Yura, seandainya tidak akan menyakitinya Revan ingin sekali menggigit pipi Yura yang mulus itu karena terlihat menggemaskan di mata Revan. Sebucin itu kah ? jawabannya adalah iya, Revan terlihat seperti remaja yang tengah jatuh cinta yang selalu berbunga-bunga jika melihat istrinya di tambah dengan kehamilannya membuat kabahagiaan Revan kian membuncah.
Merasa ada yang menyentuhnya Yura mengggeliat dan membuka matanya dan pandangannya langsung mengarah pada wajah tampan suaminya yang sedang tersenyum melihat ke arahnya.
"Mas Revan...." panggilnya dengan suara serak dan wajah yang memerah karena merasa malu kini, karena suaminya sedang terus menatap kepadanya.
"Bangunlah sayang, pesananmu sudah siap " ucap Revan lembut sambil mengelus rambut Yura dengan lembut. Revan selalu memperlakukan Yura dengan lembut membuat Yura merasa jadi wanita yang paling di cintai di dunia ini.
Yura pun langsung duduk di tempat tidurnya dan Revan pun memberikan sop buah yang sudah dia buat tadi untuk Yura. "Cantik banget tampilannya sayang banget buat di makan " ucap Yura tersenyum
"Aku sudah membuatnya dengan susah payah, aku akan sedih jika kau tida memakannya " ucap Revan pura-pura sedih
Yura malah tersenyum menanggapinya melihat raut wajah Revan membuatnya menjadi sangat gemas kepada suami tampannya. "Yura makannya..." sambil menyuapkan satu sendok sop buah kedalam mulutnya. Rasa buah yang manis di tambah dengan campuran bahan yang Revan buat tadi dengan sensasi dingin dari es membuat terasa segar dan enak di mulut Yura.
"Ini enak bangeeetttt, pinter banget sihh bikinnya " puji Yura sambil terus memakan sop buah buatan Revan. Revan senang melihat istrinya sangat menyukai apa yang dia buat. "Yura habisin boleh ?" ucapnya dengan mulut penuh
"Tentu saja habiskan, aku senang kau menyukainya " Yura pun mengangguk senang dan tidak lama sop buah buatan Revan pun sudah tandas. Revan langsung mengambil wadah yang kosong dan menyimpannya di meja di kamar itu.
"Jadi apa hadiahnya, aku sudah memberikan keinginanmu Yura ?" tanya Revan, Yura bingung mendengarnya memangnya suaminya ini mau hadiah apa.
"Emangnya mas Revan mau hadiah apa, uang aja Yura minta sama mas Revan " ucapnya polos.
Revan hanya tersenyum mendengarnya, "aku tidak ingin hadiah yang di beli, emmm...." Revan pura-pura terlihat berpikir, Yura hanya memandangnya bingung membuat Revan menjadi gemas saja.
"Cium aku...." ucap Revan yang membuat Yura menjadi tertawa dan....
Cup....
Satu kecupan pun mendarat di pipi Revan "udah " ucap Yura . Revan memberenggut " kenapa di pipi ?" tanyanya.
"Terus ?" Revan pun menunjukan bibirnya dengan telunjuknya , Yura pun tersenyum dan langsung mengecup bibir Revan.
"Hey anak manis kenapa hanya di kecup saja " ucap Revan. "Yura malu kalau Yura duluan " ucapnya sambil menutup mukanya dan Revan pun tertawa.
"Baiklah, biar aku saja yang menciummu " Revan pun mendaratkan ciuman yang lembut di bibir Yura, bibir yang selalu membuatnya candu. Hingga ciuman itu pun berlangsung lama. Setelah puas mencium istrinya Revan langsung memeluk tubuh kecil Yura. Namun kini tangan Revan tidak mau diam dan meraba kemana-mana.
Yura mengerti yang di inginkan suaminya. "mas Revan ini masih pagi loh, emang mas Revan ga kerja " tanya Yura karena tangan suaminya terus saja tidak mau diam, dan kini Revan tengah asik bermain di leher Yura yang putih itu.
"Kita sudah menikah dan bebas melakukannya kapan saja, hari ini aku kerja makanya berilah suamimu ini semangat sebelum berangkat kerja " ucap Revan
"Semangatnya aneh " Yura tertawa, mendapat persetujuan istrinya Revan pun tidak menyia-nyiakannya dan langsung menerkam istrinya dengan perlahan mengingat istrinya sedang hamil.
Di ruang makan kini semuanya tengah berkumpul untuk sarapan kecuali Revan dan Yura. Melihat kakak iparnya tidak ikut berkumpul Bira pun bertanya.
"Kok A Revan sama Yura ga ada, mereka kemana ?" tanya Bira
"Mereka masih di kamar Bira, mungkin Revan sedang menunggui Yura karena biasanya kalau pagi Yura mengalami morning sickness " jawab mamah Rita. Bira hanya mengangguk karena Bira pun merasakan hal yang sama dan Regan selalu menemaninya dengan sabar walau ujung-ujungnya selalu berakhir dengan ritual aye-aye karena suami kanebonya sangatlah mesum.
"Bira juga waktu awal kehamilan juga gitu mah, pusing sama mual banget " ucap Bira
"Iya, semua ibu hamil pasti merasakannya sayang " jawab mamah Rita.
"Iya mah, untung mas Regan selalu nemenin Bira pas di fase kaya gitu, Bira jadi seneng dapet perhatian dari mas suami " ucapan Bira membuat si kanebo menjadi bangga karena dia merasa menjadi suami siaga.
"Syukurlah...." ucap papa Anton sambil meminum kopinya.
"Iya pah Bira seneng walau ujung-ujungnya mas suami suka minta jatah pagi " ucapn Bira membuat semua orang di meja makan menjadi tersedak.
"Astaga ratu ubur-ubur, hari ini kau membuatku ingin menjadi si Gerry agar bisa bersembunyi di cangkangnya " Regan merasakan malu yang luar biasa di hadapan orang tuanya. Ingin sekali Regan menjitak kepala istrinya namun dia tidak mungkin melakukannya. Namun si ratu ubur-ubur hanya cuek saja dengan makanannya tanpa menyadari apa yang dia ucapkan tengah membuat suaminya merasa malu di hadapan orang tuanya.
******
Di kediaman Hendra
Pagi ini Hendra tengah bersiap akan pergi ke bank, dia akan mengajukan pinjaman dengan jaminan rumahnya. Dia tidak bisa berdiam diri bagaimana nasib perusahaan dan keluarganya jika dia hanya diam saja. Meskipun Sandra menolak karena takut tidak bisa membayar cicilannya dan juga dana yang akan ia dapat belum sepenuhnya memenuhi dan perusahaannya , setidaknya dia sudah mencoba.
"Papa yakin ?" tanya Sandra
"Iya mah " jawab Hendra
"Pah nanti kalo cair uangnya Kiara minta ya " ucapan Kiara langsung mendapat tatapan tajam dari Hendra.
"Apa di otakmu tidak ada hal lain selain uang ?" tanya Hendra marah. Melihat suaminya yang akan marah Sandra pun berusaha menjadi penengah.
"Kiara, untuk saat ini jangan dulu membahas uang kau mengerti " pinta Sandra Kiara hanya mendelik mendengarnya karena dia mengerti tatapan mamahnya yang menyuruhnya untuk diam. Melihat suaminya yang akhir-akhir ini menjadi pemarah Sandra lebih mencoba untuk menahan diri. Namun putrinya yang bodoh tetap saja tidak mengerti.
Tak terasa kehamilan Yura sudah menginjak tujuh bulan, perutnya kini sudah terlihat membesar. Meskipun begitu entah mengapa penampilan Yura sekarang membuat Revan tambah gemas saja. Yura semakin terlihat sangat lucu dan menggemaskan di mata Revan. Membuatnya selalu ingin bersamanya.
Karena perutnya yang semakin membesar membuat Yura agak kesusahan dalam menjalani kegiatannya sehari-hari. Untuk itu Revan sebagai suami siaga sekarang dia banyak meluangkan waktunya dan lebih sering bekerja di rumah, agar bisa sambil menjaga istrinya.
Beberapa bulan ini yura merasa hilang kontak bersama keluarganya terutama papanya. Yura tidak peduli yang lainnya, Yura hanya ingat papanya saja. Kenapa papanya sekarang tidak pernah memberikan kabar untuk Yura. Biasanya walaupun sangat jarang Hendra selalu menanyakan kabarnya. Namun sejak kehamilannya Hendra sama sekali tidak pernah menghubungi Yura.
Hari itu Yura ingin mencoba menghubungi papanya, dia tidak ingin di cap sebagai anak yang sudah melupakan papa nya sendiri. Yura pun gegas mengambil ponselnya dan menghubungi papanya.
Saat ini Hendra sedang berada di kantornya, dia berusaha memulihkan perusahaannya walau belum maksimal. Beberapa bulan ini Hendra sangat sibuk dia hanya fokus kepada perusahaanya. Dia bahkan jarang pulang ke rumah dan sering tidur di kantornya. Entahlah Hendra merasa sangat kecewa kepada anak dan istrinya, dan untuk Yura Hendra merasa terluka karenanya, Hendra merasa sangat malu padanya hingga rasa penyesalan begitu membuncah di dadanya. Bagaimana dia tidak pernah memperhatikannya dan memberinya kasih sayang.
Dia terlalu sibuk dengan pekerjaanya dan jika pulang hanya istri nya lah yang selalu dia rindukan. Bahkan perkembangannya saja dia tidak tau. Yang dia dengar setiap harinya hanyalah tentang Kiara. Bagaimana anak itu sangat pintar dan juga lucu, hingga saat usianya semakin besar semakin besar pula kebanggaan yang Hendra rasakan untuk Kiara. Hanya Kiara tidak ada Yura.
Bahkan cerita tentang Yura tidak pernah ia dengar, Sandra berkata Yura baik-baik saja kabar itu sudah lebih dari cukup untuk Hendra. Hendra benar-benar telah gagal menjadi seorang ayah, dia ayah yag tidak berguna untuk putrinya. Putri kecilnya yang malang, bahkan sejak lahir dia sudah kehilangan ibunya dan saat tumbuh besar pun sebagai ayah dia tidak bisa menjaga dan melindunginya.
"Aku benar-benar ayah yang jahat " gumam Hendra dalam lamunannya saat sedang mengingat putri kecilnya Yura, hingga tak terasa cairan hangat itu meleleh di wajahnya yang sudah tak terlihat muda lagi karena di makan usia.
Lamunannya buyar saat terdengar bunyi telepon dari ponselnya. Dan Hendra pun terkejut saat dia melihat ternyata Yura yang menelepon. Putri kecilnya yang baru saja dia pikirkan dan rindukan.
Hendra langsung mengambil ponselnya meskipun sempat ragu untuk mengangkat telepon dari Yura. Namun kerinduan pada putrinya tak bisa ia elakan, ia sangat merindukan putrinya. Ingin memeluk putrinya dan mengucapkan beribu-ribu maaf padanya.
"Ha-hallo Yura " ucap Hendra, dia akhirnya memutuskan untuk mengangkat telpon dari Yura.
"Hallo pah " Suara lembut anaknya terdengar di sebrang sana.
"Yura, gimana kabar kamu nak " tanya Hendra dengan nada sedih
"Kabar Yura baik pah, kok papa ga pernah nelpon Yura ? papa marah sama Yura ya ?" tanya Yura sedih. Revan sudah menceritakan semuanya pada Yura tentang dana perusahaan yang Revan tarik dari perusahaan papa nya Yura. Awalnya Yura tidak setuju dia kasihan dengan papanya, namun Revan meyakinkan jika Revan hanya memberikan sedikit pelajaran saja pada ibu dan saudara tirinya agar meruntuhkan kesombongan mereka. Akhirnya Yura terpaksa menyetujuinya karena Yura juga sangat kesal kepada ibu dan saudara tirinya itu. Walau itu semua juga berimbas kepada papa nya.
"Pah, Yura kangen sama papa, Yura pengen ketemu sama papa " ucapnya sambil menangis entah kenapa Yura merasa tiba-tiba sedih saat mendengar suara papanya. Hendra pun tak kalah sedih air matanya sudah tak bisa ia bendung lagi . Kini ayah dan anak itu sedang menangis menahan segala kerinduan yang ada dalam hati mereka.
"Papa juga sangat merindukanmu nak " ucap Hendra bersedih hingga tangisan Hendra terdengar oleh Yura. Hatinya merasa sakit, Tuhan Yura merasa sangat bersalah kepada papanya. Pasti papanya mengalami kesusahan beberapa bulan ini. Dan ia sebagai anak hanya diam saja dan tidak melakukan apa-apa. Yura merasa benar-benar merasa menjadi anak yang sangat jahat kepadanya.
Yura sudah tidak tahan lagi dan menutup teleponnya, dia menangis dengan tersedu hatinya sangat sakit saat ini. Revan baru keluar dari tempat ganti bajunya karena ada rapat mendadak yang tidak bisa ia tinggalkan saat ini.Revan terkejut melihat istrinya terduduk di lantai ,ia sangat khawatir melihat istrinya sedang menangis dengan sangat sedih. Revan pun langsung menghampirinya dan langsung memeluknya . Revan khawatir Yura merasa sakit di perutnya, karena kini Yura selalu merasa ada kontraksi palsu.
"Sayang kamu kenapa, kenapa kamu menangis ?" tanya Revan khawatir melihat istrinya terduduk di lantai sambil menangis.
"Papa ....?" ucap Yura di sela tangisnya.
"Papamu kenapa sayang ?" tanya Revan sambil membelai lembut kepala Yura .
"Yura kangen papa, boleh kan Yura ketemu papa ?" tanya Yura sambil memeluk Revan dengan tangan mungilnya yang melingkar di tubuh Revan. Mendengar itu Revan mengerti perasaan Yura , Revan tidak pernah melarang Yura bertemu dengan papanya. Revan juga selalu memantau papanya Yura dari jauh. Revan tau akhir-akhir ini Hendra tengah sibuk dengan perusahaanya . Mendengar istrinya menangis seperti ini hatinya menjadi ikut sakit.
"Tentu saja boleh, tapi jangan sekarang ya, aku hari ini ada rapat penting yang tidak bisa aku tinggalkan " Revan mencoba membujuk Yura, namun Yura menolak dan tetap ingin bertemu dengan papanya.
"Yura bisa di antar supir kan ?" ucap Yura
"Tidak aku khawatir jika kamu pergi sendiri Yura, kamu sedang hamil aku takut terjadi sesuatu di luar, di saat kamu jauh dari penjagaanku aku tidak bisa membayangkannya " ucap Revan sambil membelai lembut pipi Yura dan menghapus air matanya. Namun mendengar Revan berkata seperti itu tangis Yura semakin pecah saja. Hingga Revan pun terpaksa mengijinkannya dengan berat hati.
"Yura mau ajak kak Bira ya, biar ada yang nemenin Yura " ucap Yura dan Revan pun setuju.
"Hubungi aku selalu ya sayang, aku merasa tidak tenang jika kamu pergi sendiri " ucap Revan, entah kenapa perasannya merasa tidak enak. Dia tidak nyaman dengan hatinya saat ini, apa keputusannya sudah tepat dengan mengijinkan Yura pergi tanpa pengawasannya.
Semoga ini buka apa-apa, semoga ini hanya rasa khawatirnya saja yang berlebih kepada Yura. "Tuhan, lindungi istri dan anakku saat mereka jauh dari pengawasanku. Revan memeluk Yura dengan saat erat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!