Jam menunjukkan pukul 10 malam. Dimana orang lain sudah nyaman berada di dalam rumah masing-masing. Apalagi terdengar suara gemuruh yang menandakan akan turun hujan. Tidak dengan Erliana, gadis berjilbab ini baru saja turun dari angkot yang dia tumpangi selepas menyelesaikan kelas di kampusnya. Erliana tinggal tidak jauh dari tempat dimana dia turun dari angkot. Karena sudah malam dan jalanan juga sudah sepi apalagi akan turun hujan, Erliana berlari kecil agar dia sampai di rumah kost dengan cepat tapi siapa sangka dia ditengah jalan dia dihadang orang tak dikenal.
"Akhh.. Siapa kamu..?" tanya Erliana
Erliana kaget saat sedang berlari tiba-tiba ada orang yang mencekal lengannya sembari menodongkan pisau kearahnya..
"Jangan banyak tanya kalau kau masih mau selamat.." kata Orang misterius itu. Masih dengan menodongkan pisau kearah Erliana.
Sontak Erliana berteriak meminta tolong berharap ada yang menolongnya.
"Tolong.. Tolong... "Teriakan Erliana dengan keras.
"Diam kau. Jangan berteriak.." bentak Orang misterius itu
Dari kejauhan ternyata sekelompok orang mendengar teriakan Erliana. Mereka memberi tahu kan kepada pemimpinnya bahwa disana ada suara perempuan meminta tolong.
"Bos.. sepertinya orang yang kita cari ada di sebelah sana." sambil menunjukkan jarinya..
"Dan sepertinya dia menyandera seorang perempuan." Seseorang yang memberikan informasi pada bos dan asisten bosnya yang tak lain adalah Heru Raharja sahabat dari Si bos.
"Dimana.. Ayo kita kesana, jangan sampai dia melukai orang yang tidak bersalah." jawab Bosnya.
Ternyata dugaan mereka benar. mereka melihat orang yang mereka cari sedang menyandera seorang perempuan dengan menodongkan pisau kearah sanderanya..
"Haiii.." Apa yang kau lakukan..?"
"Bukan dia targetmu, tp akulah targetmu.."teriak si Bos dari kelompok itu.
Benar Pratama lah yang berteriak. Karena target sesungguhnya adalah dia.. bukan Erliana..
"Diam kau.."Suruh orang mu minggir atau gadis ini akan aku bunuh.." teriak si penyandera alias orang misterius yang diduga adalah orang suruhan dari pesaing bisnis Pratama.. Dia dibayar untuk mencelakai Pratama karena selalu kalah bersaing dengan Perusahaan yang sedang Pratama pimpinan.
Erliana ketakutan, dan ketika itu juga air matanya lolos dari pelupuk matanya..
Erliana berusaha untuk tetap tenang walaupun jantungnya sudah berdebar tidak karuan karena rasa takut. Seketika Erliana memejamkan matanya untuk menenangkan dirinya sendiri.. Tapi setelah dia membuka matanya lagi dengan perlahan.. Erliana melihat ada beberapa orang yang memegang pistol, lalu dia berfikir sejenak walau nyawa taruhannya. Dia harus lepas dari penyandera itu. Dengan tenang Erliana memberikan kode
kepada orang-orang didepannya..
Sekarang pisau penyandera sudah pindah kearah leher Erliana. Satu tangan dileher dan satu tangan lagi mengarahkan pisau ke leher Erliana..
Perlahan-lahan dengan badan masih bergetar karena rasa takut Erliana memberikan kode kepada orang-orang itu untuk membidik kaki orang misterius itu..
Untungnya orang-orang didepan Erliana tahu maksud dari kode itu.
Tapi sebelum melakukan kode dari Erliana. Orang misterius itu berteriak lagi agar diberikan jalan untuk kabur.
"Haii.." kenapa kalian masih di situ.?" "Apa kalian ingin gadis ini mati hah.. ?" "Cepatlah minggir, kalau kalian membiarkan ku pergi aku bebaskan gadis ini." Teriakan orang itu..
Pratama mengkode anak buahnya. Perlahan tapi pasti..
"Good Girl.. "
"Dia memberikan kode pada kita.." "Jangan gegabah.. Yang terpenting gadis itu harus selamat,karena dia tidak ada sangkut pautnya dengan kita." Tutur Pratama pada anak buahnya.
Serempak anak buah Pratama mengangguk mengerti..
Perlahan mereka memberikan ruang untuk orang misterius itu maju..
Dengan memejamkan mata Erliana maju karena didorong oleh orang misterius itu.. Hanya do'a yang bisa Erliana panjatkan untuk meminta pertolongan dari Allah SWT.
"Ya Allah Ya Tuhanku. Tolonglah hambamu ini.. Lindungi lah hamba..Ku serahkan segalanya padaMu Ya Allah.." "Aamiin." Dalam hati Erliana..
Dan tidak lama Erliana berdoa terdengar suara tembakan.
*Doorrr
Doorrr*
"Aaaakkhhh... "seketika itu orang misterius itu berteriak kesakitan dan melepas tangan dari leher Erliana dan orang itu jatuh bersama Erliana.
Seketika itu juga orang-orang yang ada di depan Erliana maju untuk menangkap orang misterius itu.
Pratama dan Asistennya Heru yang tak lain adalah sahabat Pratama berlari untuk menyelamatkan Erliana.
Tapi saat Pratama dan Heru menyelamatkan Erliana, orang misterius itu masih memegang pisau dan dia mengambil kesempatan untuk menusuk Pratama. Tapi saat Erliana akan bangun dia melihat, dan saat itu juga dia mendorong tubuh Pratama sambil berteriak dan jadilah perut Erliana yang tertikam pisau.
"Awaaassss!!!... "Erliana berteriak dan mendorong tubuh Pratama..
"Brengsek.. "seketika teriakan Pratama dan langsung menendang orang misterius itu.
"Bawa dia",, titah Pratama kepada anak buahnya..
Dan mereka berhasil menangkap orang misterius yang ingin mencelakai Pratama..
Dan saat itu juga Pratama berteriak kepada Heru untuk mengambil mobilnya dan membawa Erliana ke rumah sakit.
"Her.. Heru.. Mobil.. cepat mobil her.. kita bawa dia kerumah sakit.."
Heru berlari mengambil mobil.. dan Pratama mengendong Erliana yang sudah tak sadarkan diri dan berlari kearah mobil.
Dengan sigap Heru membukakan pintu mobil penumpang dan Pratama masuk dengan Erliana masih dipangkuannya.
Di dalam mobil perjalanan menuju rumah sakit. Pratama memandangi wajah Erliana sambil berdoa.
"Ya Allah selamatkanlah gadis ini. Lindungi dia." Karena dia tidak bersalah.. Aamiin." batin Pratama.
Dalam perjalanan menuju rumah sakit. Pratama memandang wajah Erliana. Dan berdoa.
"Ya Allah lindungi gadis ini, karena dia tidak bersalah. Aamiin.."
Tak lama mobil yang membawa Erliana masuk dipelataran rumah sakit.
Dengan cepat Heru membukakan pintu mobil untuk Pratama. Tak butuh waktu lama untuk Pratama keluar dari mobil. Dia membawa tubuh Erliana sambil berlari masuk keruang IGD. Di depan IGD seorang Dokter sudah menyambut kedatangan Pratama dan Heru karena dalam perjalanan menuju rumah sakit Heru sudah menghubungi Dokter Dika, yang tak lain adalah sahabat dari mereka berdua. Dokter Dika menyuruh Pratama untuk meletakkan Erliana diatas brankar yang sudah disediakan. Dalam menuju Kamar IGD Dokter Dika juga menanyakan apa yang sebenarnya yang terjadi pada Erliana.
"Dika tolong selamat kan dia," kata pratama. Sambil meletakkan tubuh Erliana diatas brankar.
"Tenanglah Tama.."
"Sebenarnya apa yang terjadi?".
"Kenapa gadis ini?" tanya Dokter Dika.
"Cerita panjang. Tolonglah dia dulu. Perutnya tertusuk pisau."Jawab Pratama cemas.
"Baiklah kau tunggu disini."
"Tenang lah. Aku akan memeriksa dan mengobati lukanya." kata Dokter Dika sambil berjalan menuju ruang dimana Erliana dibawa.
Sudah hampir 1 jam Pratama menunggu dengan perasaan cemas. Tapi belum ada kabar dari Dokter Dika. Walaupun dia tidak kenal dengan gadis itu, tapi gadis itu menjadi korban karena dirinya.
Tama mondar mandir didepan IGD, karena terlalu khawatir pada gadis itu.
Tidak jauh dari tempat Tama, Heru yang memperhatikan Tama pun bersuara.
Heru bangun dari duduknya dan merangkul sahabatnya mengajaknya duduk.
"Bro,, duduk dulu."
"Aku tahu kamu cemas, coba Tenanglah."
"Tenangkan dirimu. Sebaiknya kita berdoa semoga tidak akan terjadi apa-apa dengannya (Erliana maksudnya )." Suara Heru
"Bagaimana aku bisa tenang Her.?"
" Apa kau tadi tidak lihat. Dia banyak mengeluarkan darah. Dan bagaimana kita memberi tahukan keadaan dia pada keluarganya." Suara cemas Tama
Ingat dengan keluarga gadis itu. Tama meminta Heru untuk mencari informasi tentang keluarga Erliana.
"Her,, tolong carikan alamat keluarganya."
"Kita tetap harus memberi tahu keadaannya pada keluarganya." Titah Tama pada Heru.
Heru pun teringat dengan tanda pengenal dari gadis itu.
"Tama apa tadi dia membawa tas.?" tanya heru pada Tama
"Iya, kenapa??" jawab tama
"Dimana tasnya?."
"Mungkin kita bisa tahu alamat dia dari KTPnya." Jelas Heru
"Benar juga." Kata Tama.
Waktu Tama membawa tubuh Erliana, dia ingat kalau Erliana masih memakai tas ransel simple. Dan Tama melepaskan tas Erliana saat didalam mobil.
"Oh ya, tas dia ada di mobil."
"Tadi aku lepaskan tasnya saat dia ada dipangkuanku." Jelas Tama
"Maaf mungkin aku akan memeriksa tasnya untuk mencari tanda pengenal nya. Karena itu juga pasti dibutuhkan untuk pendaftaran dibagian administrasi." Kata Heru pada Tama
"Baiklah ambil saja." jawab Tama.
"Ya sudah aku ambil dulu sekalian aku juga akan langsung mendaftarkannya." Jelas Heru.
Tama hanya mengangguk menanggapi Heru.
Setelah kepergian Heru pintu kamar IGD terbuka. Keluar lah Dokter Dika dari ruangan tersebut bersama seorang perawat. Tama yang menunggu didepan pintu pun langsung berdiri dan menghampiri Dokter Dika dan perawatnya.
"Dika,, bagaimana keadaannya,?"tanya Tama
"Lukanya sudah dijahit. Lumayan dalam tapi tidak sampai mengenai organ lainnya."
"Tapi...."Dokter Dika menggantungkan bicaranya.
"Tapi apa Dik,,"
"Ayo jelas kan.."
"Jangan membuatku penasaran." Kata Tama
"Baiklah Bro akan aku jelaskan."
" Dia belum melewati masa kritisnya, dan sekarang dia butuh darah karena dia sangat banyak mengeluarkan darah. Sedangkan stok persediaan darah di rumah sakit ini hanya tinggal 1 kantong saja, itu saja sudah aku berikan kepada pasien.." Jelas Dokter Dika panjang lebar
"Apa golongan darahnya..?", tanya Tama
"Aku akan mencarikannya.." Ujar Tama lagi.
"Golongan darahnya A+ tolong kalau bisa secepatnya. Pasien membutuhkan 1 atau 2 kantong darah
lagi.. "Jelas Dokter Dika
"Ambillah darahku Dik.. Golongan darahku juga A+."
"Ambillah seberapa dia membutuhkannya.." Kata Tama dengan nada masih cemas.
Sontak Dokter dika kaget dengan omongan Tama.. Dan berkata dalam hati..
Sebenarnya siapa yang dia bawa sampai -sampai dia sangat mencemaskannya dan rela berkorban demi gadis yang ada di dalam sana. Tama yang aku kenal tidak seperti ini. Dia selalu tidak perduli dengan perempuan yang selalu mengejarnya..
Dokter Dika sadar dari lamunannya setelah telapak tangan Tama di goyang goyangan didepan mukanya. Dan Tama tengah memaksa sahabatnya itu untuk mengambil darahnya..
"Dik.. Dika..Dika..Ck.. ehh.. kok malah nglamun."
" Ayo buruan.. ambil darah ku.." kata Tama
"Ehh,, iya ayo.."
"Tp kau masih hutang penjelasan padaku,,ingat itu.." hardik Dokter Dika pada Tama
"Akan ku jelaskan nanti" kata Tama sudah mulai sebal dengan Dika
"Baiklah ikutlah dengan Perawatku.."Dia yang akan membantumu.." Dika dengan tersenyum
Dika memberikan instruksi kepada Perawatnya untuk membantu Tama mendonorkan darahnya.
"Suster tolong Pak Tama.."
"Dia akan mendonorkan darahnya untuk pasien.."Jelasnya
Suster itu pun menjawab.."Baik Dokter.." Dan Tama pun dipersilahkan untuk mengikuti Perawat tersebut.
"Silahkan Pak.. lewat sini.. Saya yang akan membantu bapak."
Dan Tama mengikuti Perawat tersebut. Dan tak lama mereka sampai diruangan
yang ditunjukkan Perawat itu. Tama pun dipersilahkan untuk berbaring dibrankar yang sudah disediakan.
"Silahkan Pak, berbaring disini. Maaf saya akan memeriksa keadaan Bapak terlebih dahulu." kata Perawat
Setelah diperiksa suster memberitahukan kepada Tama jika dia layak untuk mendonorkan darahnya dan memberikan pengertian kepada Tama..
"Bapak bisa mendonorkan darah bapak, tapi maaf pak."
Saya hanya akan mengambil darah bapak 1 kantong saja. Tidak bisa lebih Pak. Karena bapak membutuhkan darah bapak juga. Kalau saya ambil lebih dari 1 kantong itu akan membahayakan untuk bapak.
"Yang ada nanti bapak bisa sama berbaring disini bersama ibu.. "Suster menjelaskan dengan nada sedikit bercanda.
Dia berharap Tama mengerti dan tidak panik, karena Perawat itu tahu, tadi saat Tama berbicara dengan Dokter Dika. Dia menawarkan dirinya seberapa banyak darah yang dibutuhkan dia siap saja..setelahnya Perawat itu tersenyum dan berkata kembali pada Tama.
"Wah.." Ibu sangat beruntung mempunyai seorang suami seperti Bapak. Rela mengorbankan dirinya untuk orang yang disayangi." Kata Perawat
Tama sedikit berfikir tapi dia tidak protes dengan apa yang Perawat tadi katakan. Yang dia peduli kan saat ini adalah mendonorkan darahnya.
Dan hanya menjawab dengan senyum tipis saja.
"Baiklah suster,," jawaban Tama singkat
Tepat pukul setengah dua malam Tama keluar dari kamar dimana dia telah mendonorkan darahnya. Setelah keluar dari kamar itu yang tak jauh dari IGD dia menengok ke arah kanan, dia melihat Heru sedang berbicara dengan seseorang melalui telepon. Heru melihat Tama berjalan kearahnya, dan saat itu juga dia memutuskan sambungan teleponnya dan memasukkan alat komunikasi itu kedalam saku celananya.
"Sudah selesai?,"tanya Heru
"Sudah," jawab Tama lalu dia bersuara lagi.
"Oh ya.. Tolong carikan darah dengan golongan darah A+, tadi Dika bilang cewek itu membutuhkan transfusi darah.." lanjut Tama
"Baiklah akan aku carikan."
"Sebaiknya kita keruangan Dika dulu, dia sudah menunggu kita disana."
Tama hanya menjawab dengan anggukan dan mereka berjalan beriringan menuju ruangan Dika. Dalam perjalanan mereka terus mengobrol tentang Erliana.
"Aku sudah mendaftarkan cewek itu ke administrasi," Suara Heru
"Lalu apa kau sudah tahu alamatnya dimana? " tanya Tama
"Sudah, tapi sepertinya dia bukan warga asli kota ini. Sama seperti kita hanya pendatang. Karena alamat yang tertera di tanda pengenalnya alamatnya dari kota C."
"Apa tidak ada teman atau kerabatnya disini?."Tanya Tama lagi
"Aku tidak tahu, waktu Aku mengambil tanda pengenal dari dompetnya, aku melihat benda pipih ini. Langsung saja aku ambil,siapa tahu ada yang menghubungnya."
"Tapi pas aku cek ternyata hpnya mati." jelas Heru sambil menjelaskan dan menyerahkan tanda pengenal dan handphone milik Erliana.
Tama langsung menerima pemberian dari Heru, dan dia langsung melihat apa yang diberikan oleh asisten sekaligus sahabatnya.
"Ohh.. Erliana namanya", gumam Tama dengan mengangguk nganggukan kepalanya dan gumamamnya itu masih bisa didengar oleh Heru.
Seketika itu Heru menoleh dan tersenyum mendengar suara lirih sahabatnya itu yang menurutnya aneh.
"Tumben banget ekspresifnya seperti itu, biasanya kalo soal cewek dia biasa aja, apalagi gak dia kenal." batin Heru.
Tak terasa mereka berdua sudah ada di depan ruangan Dokter Dika. Heru mengetuk pintu dan langsung direspon oleh Dika. Mereka dipersilakan masuk dan mereka duduk di kursi di depan Dokter Dika. Keakraban mereka sudah berlangsung lama semenjak mereka duduk di SMP.
Tok.. Tok..Tok..
"Masuk," suara Dika dari dalam ruangannya
Tama dan Heru langsung masuk ke ruangan Dika. Dan duduk berhadapan dengan Dika.
"Piye bro.. wes donore. Pirang kantong awakmu leh ndonorke?.." ( Gimana bro.. sudah donornya. Berapa kantong yang kamu donorkan) tanya Dika pada Tama sambil tersenyum ngeledek. Dengan logat jawanya
"Cuma sekantong kok. Gak oleh okeh karo perawat mu,,"( cuma sekantong aja. Nggak boleh banyak banyak sama perawatan mu), jawab Tama dengan sebal dengan logat Jawa juga
"Lagian wong arep ndonorke mekso banget, wes ngono iseh ngomong pisan karepmu arep mbok jupuk sepiro." "Emang koe wes ra butuh geteh"(Lagian orang mau donor kok maksa banget udah gitu pake bilang lagi terserah mau ambil berapa banyak. Emang kamu gak butuh darah.)
"Bukan gitu aku kan gak mau kalo cewek tadi itu kenapa napa. Lagian juga kan dia kaya gitu juga kan gara gara aku." Tegas Tama
Mendengar perdebatan kedua sahabatnya Heru tersenyum dan menggelengkan kepala. Tapi dia juga ikut bersuara.
"Wes wes gak usah ribut. Terus piye keadaan tu cewek kuwi saiki Dik.."
"Dia masih belum stabil. Masih harus di ICU dulu masih harus diawasi sampai masa kritisnya lewat. Kita liat nanti setelah transfusi. Kalau setelah ditransfusi keadaan sudah normal bisa langsung dipindahkan keruang perawatan." kata Dika menjelaskan
"Terus kira-kira kapan dia akan sadar.?" tanya Tama
"Mungkin besok dia sudah bangun." "Sabar nanti dia juga sadar. Nanti kalau pengaruh obat biusnya sudah hilang pasti dia akan sadar.."
Tama dan Heru mengangguk kepala bersama. Tanda mengerti yang Dika katakan.
"Sebenarnya apa yang terjadi.? Kenapa bisa dia ketikam pisau.."
"Lalu dia itu siapanya kamu Tama..? kok kayaknya kamu cemas banget sampai sampai mau donor kan semua darah kamu.. "Tanya Dika penasaran
Akhirnya Tama menceritakan semuanya dari awal sampai akhir kejadian yang menimpa Erliana. Dari Tama, Heru dan anak buah mereka yang mengejar sosok misterius yang akan mencelakai Tama dengan merusak mobil yang biasa Tama pakai. Sampai insiden Erliana yang disandera sampai Erliana yang dihujam pisau untuk menyelamatkan Pratama.
Flass on
Tama dan Heru keluar bersama dari ruang kerja Tama di Gedung NUGRAHA COMPANY. Sebenarnya itu bukan gedung pusat, itu adalah gedung anak perusahaan yang sedang dikelola oleh Tama. Sedangkan gedung Pusat ada dikota B, disana masih dipegang oleh Ayah Pratama yaitu BARATA AJI NUGRAHA. Sebenarnya Gedung Pusat sudah diserahkan kepada Pratama tapi dia masih enggan untuk kembali ke sana, karena menurut dia Gedung pusat sudah stabil karyawan disana juga bisa diandalkan untuk membantu ayahnya. Dia ingin menjadikan anak perusahaan yang sedang dia kelola seperti Gedung Pusat jadi dia memutuskan untuk memfokuskan kepada perusahaan yang ada di Kota A ini. Tidak mungkin dia kembali ke kota kelahirannya dengan meninggalkan keadaan perusahaan yang sedang banyak mengincar. Banyak perusahaan yang ingin merebut Perusahaan milik Pratama. Dan tak kalah dengan Perusahaan Pusat, karyawan disini juga bisa diandalkan. sehingga walaupun ada badai yang menerjang perusahaan Tama masih berdiri kokoh. sebenarnya Tama sedang memikirkan siapa orang yang tepat menggantikan dirinya untuk mengelola anak perusahaan ini sebelum dia mengambil alih Perusahaan Pusat. Karena BARATA ayah Pratama sudah ingin pensiun.
Jam sembilan malam Tama dan Heru keluar dari ruangan Tama. Karena sudah malam Tama memutuskan untuk langsung pulang ke apartemennya begitu pun dengan Heru, mereka satu apartemen tapi berbeda unit dan biasanya mereka akan menunggu di lobi sementara mobil diantarkan oleh security ke depan lobi. Entah kenapa hari ini Tama tidak ingin merepotkan orang lain jadi dia meminta Heru untuk langsung ke bassment. Tapi saat mereka berdua sampai dibassmet seperti ada orang yang sedang merusak mobil Tama. Belum sempat orang tersebut merusak mobil sudah diketahui oleh Tama dan Heru. Mereka berdua langsung berteriak bersama, sehingga suara mereka mengundang orang-orang yang ada di bassment dan luar bassment.
"Haiii,, "Ngapain kamu.."Teriak Tama dan Heru bersama
Orang yang dimaksud kaget, dan langsung melarikan diri. Sontak anak buah Tama yang dia tugaskan manjaga Perusahaan dan security berlari mengejar orang misterius itu begitu pun Tama. Heru sempat mengecek mobil Tama takut sudah ada yang dirusak. Tapi Allah masih melindungi mereka, mobil yang akan mereka naiki belum sempat dirusak cuma kap nya saja yang baru dibuka. Dan tak lama Heru menjalankan mobil untuk mengejar Tama dan antek anteknya. Heru memarkirkan mobilnya ditepi jalan. Karena tidak mungkin ikut masuk ke pemukiman warga. Terjadi aksi kejar mengejar. Tama dan anak buahnya sempat kesulitan untuk menemukan penjahat itu, karena dia masuk ke pemukiman warga. Tama takut jika dia dan anak buahnya salah langkah penjahat itu akan menyakiti warga. Tak lama Heru masuk ke dalam rombongan Tama. Gemuruh mulai terdengar menandai akan hujan. Benar juga awan mulai mengeluarkan air gerimisnya. Mereka sangat berhati-hati mencari keberadaan penjahat itu.
Dan di sisi lain Erliana baru saja turun dari angkutan umum yang dia naiki dari kampus menuju rumah kostnya. Dan terjadilah penyanderaan Erliana dan berujung dia harus dirawat dirumah sakit.
Flass off
Dika mendengarkan cerita Tama dengan serius. Dan akhirnya dia apa penyebab Erliana dirawat sekarang.
"Ohh.. Jadi ceritanya cewek itu nyelametin kamu??" Tanya Dika pada Tama
"Iya ",jawab Tama singkat
"Berarti kamu hutang nyawa dong sama dia."
"Ya begitulah."
"Kamu harus baik sama tu cewek, apalagi dia tuh udah ngorbanin nyawanya buat nolongin kamu."
"Iya. Aku harus tanggung jawab. Aku harus jagain dia. Apalagi setelah tau kalau dia disini cuma pendatang." "Mungkin dia disini juga sendirian, temen sih mungkin ada tapi kalau sodara belum tentu kan."
"Jadi gak tega."Celoteh Tama.
Heru dan Dika tersenyum mendengar Celoteh Tama.
"Gak papa lagi jagain cewek cantik ini. Gak rugi. Siapa tau jodoh, hehehe" ledek Dika
"Apaan sih.." kata Tama
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!