𝙃𝘼𝙉𝙄𝙉𝘿𝙔𝘼.
Semua orang terdiam saat langkah kakiku masuk kedalam ruangan padahal saat berjalan menuju ruangan masih terdengar riuh rendah suara gurau dari teman-temanku.
Aku Hanindya Ayu bekerja sebagai kepala manager project di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang GPS dan satelit.
"Selamat pagi semua," sapaku riang pada semua anak buahku seperti biasa.
"Pagi ibu,,,"
Namun tanggapan datar dari mereka membuatku mengernyitkan dahi heran.
"Hari ini saya akan keluar kantor saya minta Doddie handel disini selama saya keluar," ujarku sebelum masuk ke kubikel kerjaku.
"Siap ibu,," Lagi-lagi respon datar tanpa protes dari team ku membuat aku heran.
"Kalian kenapa sih?" Tak sabar akhirnya aku bertanya
"Gak papa bu," jawab mereka namun tatapan mereka seakan mencemooh diriku, aku tak mau ambil pusing berjalan menuju meja ku untuk mengambil semua keperluanku.
"Sayang banget padahal cantik baik tapi mau aja jadi pelako**r"
"Dasar gak tahu diri,"
"Kayak gak laku aja,"
Aku terdiam mendengarkan pergunjingan yang dilakukan temanku, mereka menggunjingkan siapa? dan siapa yang jadi pelakor?
Selesai berkemas aku pamit keluar dari ruangan meski hari ini terasa aneh namun aku tak mau ambil pusing banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan dan tak sabar untuk menyelesaikan karena malam ini aku berjanji bertemu dengan Senggala Bimantara kekasihku, meski masih satu kantor tapi kami jarang bertemu.
𝙎𝙀𝙉𝙂𝙂𝘼𝙇𝘼.
"Brengsek siapa yang menyebarkan berita murahan ini," Galla melempar tablet yang di pegangannya ke arah Rifat asistennya.
"Bu Anggun pak, di situ tertera pernyataan dari Bu Anggun," terang Rifat.
"Kamu selesaikan semuanya jangan sampai Hanin tahu," titahnya.
Galla memijit pelipisnya apa lagi yang di inginkan Anggun wanita itu, kenapa masih saja mengganggu kehidupannya.
Senggala Bimantara pria berusia 38 tahun baru saja menyandang status Duda Dua tahun ini, status yang harusnya memudahkan dirinya berhubungan dengan siapa saja.
Namun Anggun Astaria putri mantan istrinya yang tak terima karena di ceraikan oleh Galla terus mengusik dan merecoki kehidupan Galla.
Berita murahan seperti ini tak sekali dua kali Anggun sebarkan, sehingga banyak yang memilih untuk berhenti mendekati Galla.
Tapi kali ini Galla tidak akan membiarkan Anggun menang apalagi berita ini menyangkut satu nama, menyangkut kekasihnya wanita yang menjalin hubungan dengan Galla enam bulan ini.
𝘼𝙉𝙂𝙂𝙐𝙉
Perceraian yang terjadi antara aku dan Mas Galla belum bisa aku terima aku kehilangan semuanya, harta dan kenyamanan dari mas Galla.
Aku tak menyangka jika mas Galla akan menceraikanku setelah kepulangannya dari Lombok Dua tahun lalu.
"Brengsek,," aku mengepalkan tangan saat Aryo putra semata wayangku bercerita baru saja bertemu dengan tante Hanin.
Hanindya Ayu aku mengenal dia sebagai staf di perusahaan yang dipimpin Galla, mereka sering pergi bersama dalam rangka pekerjaan.
Wanita itu, merebut mas Galla dari ku dan aku tahu apa yang mereka lakukan saat di lombok Dua tahun lalu
Aku bekerja di stasiun televisi swasta, hal yang mudah bagiku untuk membuat berita yang bisa menjatuhkan mantan suamiku, berulang kali aku menghembuskan berita buruk tentang Senggala namun berulang kali berita itu mampu di bungkam olehnya.
Kesabaranku habis saat tahu kenyataan Galla menjalin hubungan dengan Hanin dan kali ini aku kembali membuat berita bukan tentang Galla tapi Hanin.
𝙃𝘼𝙉𝙄𝙉𝘿𝙔𝘼.
Sepanjang jalan yang aku lewati semua orang memandangku dengan tatapan seolah aku adalah benda paling menjijikan, tak segan-segan mereka mencibirku dan..
"Dasar pelakor," selentingan dari arah belakang membuatku menoleh dan mendekati dua orang frontliner yang tengah bertugas.
"Maaf yang kamu maksud pelakor itu siapa ya? " Tanyaku sopan.
"Dasar gak tahu diri, kamu lah siapa lagi," tunjuk wanita yang usianya di atasku.
"Aa aku.." Tergagap tak percaya menunjuk diriku sendiri.
"Iya kamu, gak nyangka ya seorang Hanindya ternyata mau sama suami orang," cibiran tanpa tedeng aling-aling.
"Kalian ngomong apa?" Suara Suri sahabatku terdengar mendekat.
"Kalian ngomong apa kerja yang bener," makinya pada dua frontliner yang menunduk takut pada Suri.
"Lo gapapa kan Nin?" tanya Suri menepuk bahuku.
"Gue... gue,,," aku tergagap tak tahu harus berkata apa ketakutan selama ini menjadi nyata.
"Lo mau kemana? ikut gue," Suri mengajakku menuju ruangannya, Suri adalah manajer operasional di perusahaan ini perusahaan milik Senggala Bimantara sepupunya dan Senggala Bimantara adalah kekasihku.
"Suri,, apa yang gue takutin terjadi," ujarku pelan menatap Suri.
"Lo tenang, Mas Galla pasti akan selesaikan semuanya," ujar Suri menenangkanku.
"Tapi Suri,, gue,,"
"Udah lo tenang aja," ujar Suri menenangkan, bagaimana aku bisa tenang kalo semua orang membicarakanku saat ini menyebutku pelakor.
Saat menerima Mas Galla menjadi kekasihku aku sudah tahu kalau ini akan terjadi, apalagi saat Mas Galla dan Anggun mantan istrinya memilih bungkam soal perceraian mereka.
Aku akui ini adalah kesalahanku karena mau menerima Mas Galla saat pesona pasangan Anggun dan Mas Galla masih menjadi idola bagi semua karyawan di kantor ini bahkan orang di luar sana.
Mas Galla menceraikan Anggun setelah kepulangannya denganku dari Lombok, tapi sebenarnya aku sudah melupakan yang pernah terjadi antara aku dan Galla kala itu.
"Gimana gue bisa tenang Suri Lo gak dengar mereka semua menggunjing gue," aku mulai terisak.
"Apa kata orang tua gue Suri kalau mereka tahu?" Aku tak bisa membayangkan perasaan ibu dan Bapak kalau mereka mendengar berita ini.
"Lo percaya sama Mas Galla kan?" Suri mendekat memelukku.
Duniaku terasa runtuh, aku tak pernah menjadi bahan berita seperti ini, dan ini kali pertama aku di cemooh dan digunjingkan.
"Lo tau gak, team gue pagi ini juga bersikap aneh sama gue," ujarku masih terisak, bagiku team ku adalah keluarga tapi pagi ini mereka terasa asing bagiku.
"Mereka menggunjing gue Suri," isakanku makin keras tak terkendali aku syok dan kaget menerima semua ini.
"Gue mau ketemu Mas Galla," ujarku melepas pelukan Suri.
"Jangan sekarang, percaya sama gue," Suri menahan tanganku dan memelukku erat.
"Percaya sama gue Mas Galla pasti akan selesaikan semuanya," ujarnya mengusap punggung ku mencoba menenangkan.
"Salah gue apa Suri,, apa,," Tanyaku masih tergugu.
𝙎𝙀𝙉𝙂𝙂𝘼𝙇𝘼.
Aku harus menemui Hanin memastikan kekasihku belum mengetahui gosip pagi ini, namun langkahku terhenti di depan ruang manager operasional ruangan Suri sepupuku dan juga sahabat Hanin.
Terdengar suara tangisan dari dalam aku mengenali suara itu, suara Hanin wanita yang akan aku lamar bulan depan.
Hanin menangis menyesali telah menerima cintaku, aku memang sedikit agak memaksa saat memintanya menjadi kekasihku waktu itu.
Ketakutan yang dia utarakan terjadi juga, dan Hanin pasti syok mendapati kabar seperti ini, aku tahu pasti ini ulah Anggun.
Hanin bukan pelakor seperti yang dibilang Anggun karena aku mulai berhubungan dengan Hanin setelah perceraian kami, walaupun aku sudah mulai jatuh hati padanya saat kejadian itu kejadian di Lombok Dua tahun lalu.
Jakarta 10 Tahun lalu
𝘼𝙉𝙂𝙂𝙐𝙉.
Malam ini hujan begitu deras, semua air tumpah dari langit, sejam lalu Mas Galla suamiku menghubungi aku kalau dia masih terjebak macet sepulang dari Bogor.
Pertemuanku dengan Mas Galla terjadi Enam bulan lalu, saat aku ditugaskan untuk meliput kegiatan Seorang Senggala Bimantara pemilik dari Galla Project, salah satu pebisnis yang sukses di usia muda.
Diam-diam Mas Galla jatuh pada pesonaku namaku Anggun Astaria putri, kedua orangtuaku memberi nama itu karena besar harapan mereka aku menjadi wanita yang anggun dan lemah lembut.
Dan karena sikapku yang cenderung lemah lembut Mas Gala jatuh pada pesonaku, tanpa sepengetahuanku dia melamarku pada ibuku saat dia bilang ada pekerjaan di Solo.
Tak butuh waktu lama setelah acara lamaran satu bulan berikutnya kami resmi menikah, Mas Galla memberikanku kebebasan untuk tetap bekerja dan meniti karir.
Tuhan maha baik karena kami langsung diberi keturunan, saat ini aku tengah mengandung anak pertama kami buah cintaku dengan Mas Galla.
"Loh Anggun belum pulang," sapaan Pak Riko direktur operasional memutuskan anganku tentang Mas Galla.
"Belum pak, nunggu hujan reda," jawabku.
"Memang kamu naik apa?" Tanyanya.
"Tadi pagi diantar Mas Galla paling nanti aku naik taxi pak," ujarku tersenyum.
"Mau bareng?" Tawara nya, tawaran yang tak aku sangka menjadi awal dari kehancuran rumah tanggaku dengan Mas Galla.
.
.
𝙎𝙀𝙉𝙂𝙂𝘼𝙇𝘼.
Aku mendesah pelan, diliputi kecemasan terjebak macet dan hujan deras padahal malam ini aku berjanji pada Anggun istriku akan menjemputnya.
Anggun Astaria Putri, aku bertemu dengannya saat terlibat liputan di mana stasiun televisi tempat Anggun bekerja meliput tentang keseharian ku sebagai pebisnis muda.
Aku jatuh cinta pada pesona gadis jawa bertutur kata lemah lembut dan anggun seperti namanya Anggun Astaria putri nama yang indah bukan?.
Aku putuskan untuk melamarnya saat ada pekerjaan di Solo, berbekal informasi yang aku dapat dari atasan Anggun aku nekat melamar Anggun pada ibunya.
Wanita paruh baya yang memiliki paras ayu seperti Anggun menerimaku dengan baik, dan meminta kedua orang tua ku untuk kembali datang melamar secara resmi.
Seminggu setelah kepulanganku dari Solo Bunda dan Ayah langsung melamar Anggun secara resmi dan kami bertunangan di Solo lima hari berikutnya.
Sebulan setelah acara pertunangan kami langsung menikah, ini pernikahan pertama di keluarga Bimantara karena aku adalah anak pertama.
Bunda begitu antusias menyiapkan semuanya dan Ayah pastinya sangat bahagia karena akhirnya aku menikah di usiaku yang hampir kepala tiga.
Pernikahan bahagia itu akhirnya terlaksana aku bahagia karena menikahi Anggun wanita yang lemah lembut dan membuatku jatuh cinta saat pertama kali bertemu.
Sebulan setelah pulang dari honeymoon kabar bahagia itu kami Terima dengan suka cita, Anggun hamil buah cinta kami dan saat ini ada anakku yang bersemayam di rahimnya.
Meski hamil muda Anggun tak merasakan mual muntah seperti wanita hamil pada umumnya jadi aku tetap mengijinkan dirinya untuk tetap bekerja.
Jakarta 7 tahun lalu.
𝘼𝙉𝙂𝙂𝙐𝙉
Putra pertama kami kini berusia 3 Tahun Aryo Bimantara nama yang diberikan mas Galla untuk putranya.
Aryo memiliki garis wajah seperti mas Galla tampan dan mempesona.Bocah itu tumbuh menjadi anak yang bahagia dan penuh limpahan kasih sayang dari keluarga mas Galla dan keluargaku tentunya.
Mengingat aku adalah anak tunggal jadi Aryo adalah cucu satu-satunya bagi Ibu. Bahkan ibu bisa meninggalkan rumah berbulan-bulan dan tinggal di rumah ku sejak kelahiran Aryo, padahal sebelumnya mengajak ibu ke Jakarta adalah hal yang sulit.
Harusnya aku bahagia memiliki keluarga sempurna dan lengkap, suami yang mencintaiku dan menyayangiku anak yang lucu dan menggemaskan tapi.
Aku tetaplah manusia biasa yang kadang luput akan dosa dan kesalahan.
Dan kedekatanku dengan pak Riko menjadi awal kehancuran yang aku ciptakan sendiri.
𝙎𝙀𝙉𝙂𝙂𝘼𝙇𝘼.
Putraku dengan Anggun tumbuh sehat dan menggemaskan hari ini usianya genap tiga tahun, semua keluarga selalu heboh dengan acara perayaan ulang tahun Aryo putra kami.
Ibu mertuaku sudah sebulan ini tinggal bersama kami, sejak Aryo lahir ibu memang sering berada di jakarta padahal kata Anggun dulu ibu paling susah kalau di minta untuk ke Jakarta.
"Anggun nanti kalian langsung ke hotel ya, Aryo nanti berangkat sama ibu sama Gema nya," Gema adalah panggilan Aryo untuk Bunda.
"Anggun setengah hari saja hari ini bu," jawab Anggun saat ini kami tengah menikmati sarapan.
"Lagian kamu ini udah punya anak suamimu juga mapan masih aja kerja," keluh ibu mertuaku.
"Gapapa bu, yang penting Anggun senang," jawabku membela istriku, aku memang memberi kebebasan pada Anggun untuk tetap meniti karir karena bekerja di televisi swasta adalah impiannya.
"Jangan di belain terus Gal, nanti besar kepala," dengus ibu mertua.
"Kami berangkat dulu bu," Anggun berdiri dan menyudahi perdebatan dengan ibu mencium tangan ibu dan mengajakku untuk berangkat.
Tata krama dan sopan santun memang menjadi pondasi kuat di keluarga Anggun semarah apapun menghormati yang lebih tua itu keharusan.
Anggun menggendong Aryo berjalan kedepan menciumi pipi gembul Aryo pemandangan yang paling aku sukai saat bersama keluargaku.
Sesampai di teras Aryo di ambil oleh ibu dan kami berpamitan untuk berangkat kerja.
Setelah mobil keluar dari rumah Anggun menggerutu.
"Ibu kenapa sih begitu," aku mengusap lembut rambutnya.
"Ibu tuh sayang sama kamu makanya ngomong begitu," ujarku menenangkan.
"Tapi kan mas tahu kalo aku gak betah kalo di rumah aja," gerutunya.
"Iya mas juga kan ijinin kamu," mengusap lembut pipinya, Anggun adalah wanita manja bila dekat denganku walau di luar terlihat tegas dan Anggun.
"Mas nanti aku langsung ke hotel aja ya gak usah ke kantor mas," aku menoleh dan mengangguk mengiyakan.
Mengantar Anggun terlebih dahulu sebelum aku ke kantor, saat tiba di kantor Anggun di sambut oleh direktur operasional rekan kerja Anggun aku mengenal pria itu, pria bernama Riko.
Jujur aku cemburu saat Anggun dekat dengan Riko namun Anggun selalu berkata dia dan Riko hanya sebatas rekan kerja, Riko juga telah menikah dan memiliki dua orang putri.
Namun perasaanku sebagai lelaki menangkap hal tak biasa Riko bukan hanya rekan kerja tapi ada hal lain, tatapan Riko pada Anggun beda tatapan mendamba dan aku cemburu.
Pagi ini setelah mengantar Anggun aku menuju hotel di kawasan senayan, janji meeting dengan klien di hotel tempat dimana klien dari luar kota menginap.
Aku duduk di restoran hotel membahas proyek yang tengah kami garap bersama.
Namun tak sengaja mataku menangkap seseorang yang sangat aku kenali berpelukan mesra memasuki hotel, duniaku terhenti seketika dugaanku benar.
Jakarta 7 tahun lalu
𝙎𝙀𝙉𝙂𝙂𝘼𝙇𝘼.
Aku mengepalkan tangan saat melihat Anggun dan Riko berpelukan mesra memasuki lobby Hotel.
Aku tak mungkin pergi meninggalkan klien jadi aku putuskan untuk tetap melanjutkan meeting meski hatiku berontak berkobar karena rasa cemburu dan marah.
Aku mengirim pesan pada Anggun, bertanya sedang dimana dia, namun jawaban dari Anggun membuat hatiku remuk redam tak tersisa, aku di khianati, Anggun berkhianat.
Selesai meeting aku memilih langsung pergi ke hotel dimana acara putra kami akan digelar, sekarang bukan waktu yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini.
Marah aku sangat marah tapi aku gak mau kebahagian putra kami rusak karena kejadian ini.
Sesuai yang dikatakan pagi tadi Anggun datang menjelang makan siang, aku tak tahu dia datang diantar Riko atau sendiri yang jelas aku sudah muak melihatnya.
"Mas Galla," dia tampak terkejut mendapati diriku yang berdiri di lobby hotel.
"Mas Galla dari tadi kok gak jemput aku, katanya ada meeting," dia mendekat dan merangkul lenganku.
"Meeting sudah selesai kebetulan tadi meeting dekat sini, kamu sama siapa?" Anggun terlihat gugup terlihat dari gestur tubuhnya.
"Diantar pak Riko tadi sekalian dia mau jemput anaknya," ujarnya jujur.
"Oh,,," aku hanya diam, walau sebenarnya aku merasa muak dan jijik tak kusangka wanita yang lemah lembut seperti Anggun berani bermain api di belakangku.
Kami berjalan beriringan menuju lobby tadi saat di lift aku melepas rangkulan dia, Anggun terhenyak saat tangannya aku hempaskan tapi memilih diam.
Di dalam Ballroom semua sudah berkumpul acara untuk Aryo hanya dihadiri para keluarga dan teman dekat ku dan Anggun.
Kami berdua berdiri dengan aku yang menggendong Aryo untuk meniup lilin, semua terlihat bahagia dan sempurna.
Tawa bahagia Aryo membuatku sementara menyimpan bara amarah pada Anggun, tak mau merusak kebahagiaan ini.
𝘼𝙉𝙂𝙂𝙐𝙉.
Tiba di lobby kantor Pak Riko sudah menyambutku, kami memang ada janji berdalih janji pekerjaan kami pergi berdua hanya berdua.
Tak banyak yang tahu aku memiliki affair dengan manager operasional ini, hubungan yang kami sebut friends with benefit.
Aku tahu ini salah kami sama-sama sudah berumah tangga dan dengan sadar kami mengkhianati pasangan kami.
Aku tahu aku salah dan aku tahu akulah penghancur kebahagian ini,tiga tahun lalu saat aku hamil Aryo adalah awal mula hubunganku dengan pak Riko.
Hari ini adalah hari ulangtahun putraku padahal aku sudah mengambil izin untuk tidak masuk kantor, tapi pak Riko mendesak untuk bertemu dan aku mau tak mau harus menemui dia.
Setiap aku menolak pak Riko pasti selalu mengancam akan membeberkan hubungan ini pada Mas Gala, pak Riko sengaja menyimpan video di mana aku dan dia tengah berbagi peluh di ranjang yang sama.
Setelah memastikan mobil Mas Gala pergi aku dan pak Riko memasuki mobil pak Riko.
Tak ada yang curiga karena mereka pekerjaanku masih di bawah pimpinan pak Riko.
"Aku gak bisa lama, habis makan siang ada perayaan ulang tahun Aryo," ujarku saat mobil yang dikendarai pak Riko keluar dari halaman kantor.
"Setengah hari cukup nanti aku antar kamu, lagian besok aku harus berangkat ke Bangka," ujar pak Riko mengusap pahaku.
Aku hanya tersenyum kecut, sulit untuk terlepas dari semua ini. Bukan sulit tapi aku yang tak mau mencoba.
Kami tiba di sebuah hotel di kawasan senayan, saat aku bertanya kenapa kesini katanya di sini lebih aman dan privasi akan terjamin.
Memasuki lobby hotel sebenarnya aku risih saat pak Riko memelukku dengan mesra aku takut jika ada orang yang aku kenal atau Mas Gala kenal melihat kami.
Sesuai janjinya Pak Riko mengantarkanku ke hotel dimana acara Aryo akan digelar.
Aku kaget bukan main saat mendapati Mas Gala berdiri di lobby menunggu kedatanganku, seperti seorang pencuri yang ketangkap basah aku terlihat gugup.
Aku berharap Mas Gala tidak mengetahui kegugupan ku, aku terhenyak kaget saat tanganku yang bergelayut manja di hempaskan.
Sepanjang acara Aryo,perasaanku tak tenang karena perubahan sikap Mas Gala padaku.
𝙃𝘼𝙉𝙄𝙉𝘿𝙔𝘼
Usiaku genap 21 tahun di usia ini aku memutuskan untuk merantau mengadu nasib ke ibu kota, setelah lulus SMA aku memutuskan untuk bekerja membantu kedua orang tuaku dan membantu pendidikan adikku.
Tawaran bekerja di ibukota dari om Hardi adik bapak akhirnya aku Terima, om Hardi meminta diriku untuk masuk menjadi akuntan di kantornya katanya aku juga bisa melanjutkan kuliahku.
Bapak dengan senang hati mengantarkanku ke Jakarta kerumah adik kedua bapak dan menitipkan ku pada tante Salma istri om Hardi.
Om Hardi pemilik sebuah percetakan yang berlokasi di daerah Jakarta Barat dan tak jauh dari kantor om Hardi ada kampus swasta yang cukup terkenal.
Dan kini aku telah resmi menjadi mahasiswa sekaligus karyawan di kantor om Hardi.
Meski om Hardi adalah keluarga namun saat di kantor kami bersikap profesional layaknya atasan dan bawahan.
Hari ini aku menemani om Hardi untuk bertemu seseorang teman lama yang kata om Hardi akan memberikan proyek besar karena teman om Hardi tengah mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.
Pertemuan siang ini di sebuah hotel mewah di kawasan ancol, aku yang memang tak pernah masuk ke tempat seperti ini terkagum-kagum dengan desain interior hotel dengan label bintang lima.
Selesai berbincang om Hardi mengijinkan aku untuk berjalan-jalan sebentar karena ada pembicaraan privasi antara om Hardi dan temannya.
Melewati sebuah ballroom aku tersenyum saat lagu ulang tahun untuk anak-anak terdengar di telingaku, ternyata ada yang berulang tahun sama denganku.
Aku mendekat hanya untuk melihat dan mendengarkan lagu sampai selesai, rasanya seperti aku yang sedang merayakan ulang tahun.
Aku berdiri di depan pintu menempelkan telinga ke daun pintu dan.
"Aduhhh,,," aku terdorong saat pintu ruangan dibuka dari dalam.
"Eh maaf kamu gak papa?"
𝙎𝙀𝙉𝙂𝙂𝘼𝙇𝘼.
Selesai acara tiup lilin, aku menurunkan Aryo dan meminta izin keluar sebentar rasanya sesak berada satu ruangan dengan Anggun bayangan apa yang sudah Anggun lakukan dengan Riko menari di atas kepalaku.
Aku berjalan bergegas keluar dari ruangan dan saat pintu terbuka..
"Aduhh,,," aku ikut menunduk saat seorang gadis terjatuh di lantai aku gak tahu kenapa bisa sampai dia terjatuh.
"Eh maaf kamu gak papa?" tanyaku
"Gak papa pak," gadis itu langsung berdiri dan menunduk malu sebelum akhirnya dia setengah berlari menjauh.
"Gadis aneh," gumamku dan berjalan keluar menuju taman.
Tak disangka aku kembali melihat gadis itu tengah duduk di ujung bangku taman.
Saat akan mendekati seorang pria paruh baya mendekat dan menggandeng gadis itu pergi.
"Sayang cantik-cantik simpanan om-om," gumamku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!