...Kalau hatimu belum siap, tapi menurut Tuhan sudah siap, kamu pasti akan bertemu dengan jodohmu...
...Kalau hatimu sudah siap tapi menurut Tuhan belum siap, Tuhan tidak akan mempertemukan jodohmu sekarang...
***
Siang itu Devon menerima sebuah amplop berwarna putih yang sudah ada di atas meja saat ia baru kembali sehabis makan siang di luar.
"Apa undangan pernikahan lagi?" Teriak Devon yang begitu terkejut mendapatkan undangan pernikahan untuk kesekian kalinya.
"Tidak bisa begini, aku tidak mau dihina karena tidak punya pasangan di acara undangan berikutnya," gumam Devon seraya mengepalkan tangannya.
Siapa yang tak kenal Devon Danz Smith, salah salah seorang pewaris kerajaan bisnis milik ayahnya. Sayangnya, pria tampan pemilik badan kekar nan atletis tersebut belum juga memperoleh pasangan. Padahal usianya sudah menginjak kepala tiga.
Bukan karena dirinya yang tidak laku tapi dua kali gagal menjalin hubungan dengan wanita membuatnya trauma mendekati wanita.
"Apa kau punya solusi? Aku akan dibully kalau sampai aku tidak bisa mengajak pasangan ke acara itu," ucapnya dengan frustasi seraya menjambak rambutnya sendiri.
"Apa perlu saya bantu carikan pasangan, Pak?" Tanya Bayu yang merupakan asisten pribadi Devon.
"Apa kau punya kenalan wanita baik-baik yang bisa aku aja ke pesta itu?" Nampaknya Devon tertarik dengan usulan Bayu.
"Tidak pak, tapi saya bisa menyewa wanita malam untuk menjadi pasangan anda."
Devon menatap tajam ke arah Bayu. "Jangan gila kamu ya. Aku tidak pernah bermain dengan wanita malam manapun karena aku bukan seperti kakakku Darren," tegas Devon.
"Sebagian besar kolega bisnisku banyak yang bermain di bar mereka akan mengenali pasanganku jika aku menyewa wanita malam, kau tahu akibatnya?" Devon menyuruh asistennya itu untuk berpikir ulang.
"Maafkan saya, pak," Bayu menundukkan kepalanya karena merasa bersalah.
"Carikan aku wanita baik-baik yang bisa aku ajak dalam tiga hari lagi ke pesta itu!" Bayu bergidik ngeri mendengarkan tugas yang diberikan oleh atasan itu.
Tak kehilangan akal Bayu mencoba mencari biro jodoh di situs internet. Setelah beberapa lama mengotak-atik handphone miliknya, ia menemukan biro jodoh yang menurutnya pas untuk didatangi.
Bayu memberanikan diri menghadap atasannya.
"Bagaimana apa kau sudah menemukannya?" Tanya Devon.
Bayu menggelengkan kepalanya. "Tidak Pak, saya kemari untuk memberikan usul agar bapak mendatangi biro jodoh ini," Bayu menunjukkan hasil pencariannya di situs internet.
"Menarik, tidak ada salahnya kita mencoba," Devon mulai tertarik dengan usulan Bayu. Bayu merasa lega setidaknya beban dari atasannya itu berkurang.
Saat itu juga Devon mengajak Bayu mendatangi kantor biro jodoh tersebut.
"Click Your Heart, nama yang unik," Devon membaca nama biro jodoh yang ia datangi.
"Maaf pak, anda harus menunggu!" pinta gadis berkacamata yang menjadi resepsionis di kantor biro jodoh tersebut.
Devon melirik ke arah samping. Rupanya banyak orang yang berminat dicarikan jodoh di biro jodoh yang ia datangi itu. Terbukti dengan banyaknya antrian yang menunggu untuk bisa bertemu dengan seseorang yang menjadi mak comblang.
"Pak silakan masuk!" ajak salah seorang karyawan yang bekerja di kantor biro jodoh itu.
Ketika Bayu mengikuti atasannya, salah seorang karyawan melarangnya ikut masuk. "Maaf hanya diperbolehkan satu orang saja, silakan mengantri," katanya.
Devon pun menatap Bayu seolah memberikan kode agar menunggu di luar.
"Mami Cindy," panggil karyawan laki-laki yang agak gemulai tersebut pada seorang wanita yang sedang duduk membelakanginya. Devon melihat seseorang yang berbalik badan dari kursi yang ia duduki.
Cindy Fatikasari adalah gadis yang berusia 21 tahun itu berkuliah di jurusan psikologi.Dalam rangka melakukan observasi untuk tugas akhir kuliahnya, dia mendirikan biro jodoh online.
Dibantu oleh dua asisten pribadinya,Alan dan Irene, Cindy sudah menjalankan bisnis itu selama 6 bulan.
"Silakan pak,"mempersilakan Devon untuk duduk. "Ada yang bisa saya bantu? Maaf sebelumnya dengan siapa?" Cindy menanyakan nama laki-laki yang ada di depannya.
"Devon Danz Smith,"jawabnya dengan penuh percaya diri.
"Baik Pak Devon saya tahu kedatangan anda kemari untuk mencari pasangan bukan?" Devon mengangguk."Kita langsung saja bagaimana kriteria pasangan yang anda inginkan?" Cindy sudah siap mengetik jawaban Devon dengan laptop yang ada di hadapannya.
Diam-diam Devon mengamati dengan seksama gadis muda yang ada di hadapannya itu."Berkulit putih,mata bulat, bulu mata yang lentik,hidung mancung bibir, merah merona dan berambut pendek," jawab Devon.
Cindy mengetik jawaban yang diberikan oleh laki-laki yang ada di hadapannya itu."Saya sudah mencatat kriteria yang ada sebutkan.Mohon tunggu dengan sabar kami akan menghubungi anda dalam beberapa hari lagi setelah kami menemukan wanita yang sesuai dengan kriteria yang anda sebutkan tadi."
"Tidak,saya mau secepatnya karena tiga hari lagi saya akan menghadiri sebuah pesta yang mengharuskan membawa pasangan,"ungkap Devon.
Cindy menarik nafasnya panjang kemudian menghembuskannya dengan perlahan."Baiklah beri kami waktu untuk mencari pasangan anda secepatnya!" Balas Cindy.
Alan mengantarkan laki-laki itu keluar dari ruangan Cindy.
"Irene tolong cocokkan kriteria laki-laki ini dengan wanita telah mendaftar di kantor kita,"perintah Cindy pada asistennya.
"Baik,mam,"Irene kemudian bekerja cepat untuk menemukan wanita yang sesuai dengan keinginannya Devon.
"Ada dua wanita yang sesuai dengan kriteria klien ini,"lapor Irene pada Cindy seraya memberikan salinan profil milik calon pasangan.
"Baik kamu segera cari tempat dan atur jadwal pertemuan mereka,"Irene mengangguk patuh.
Keesokan harinya Devon mendapatkan kabar dari biro jodoh yang dia datangi kemaren."Bagus! kerjanya lumayan cepat!"puji Devon atas kinerja yang ditunjukkan oleh kantor biro jodoh 'Click Your Heart'
Devon diminta untuk datang di tempat dan waktu yang sudah ditentukan oleh pihak biro jodoh yang Cindy kelola.
Wanita pertama yang ditemui oleh Devon adalah seorang dosen. Ciri-ciri wanita itu memang seperti yang dia katakan.Namun memakai kacamata tebal.
Tak mau mengecewakan wanita yang ada di hadapannya itu Devon menemani makan sampai selesai. Meskipun dia tidak menyukai wanita pertama yang dijodohkan untuknya,Devon tak mau menolaknya secara langsung. Dia adalah laki-laki yang sangat menghargai perasaan wanita.
***
"Bagaimana hasilnya?" Tanya Cindy pada Irene yang bertugas mengawasi setiap pasangan yang sedang berkencan.
Irene menggeleng."Pak Devon tidak menyukainya tapi meskipun begitu dia menemani wanita itu makan sampai selesai."
Kemudian Irene menjadwalkan pertemuan dengan wanita kedua.Devon bersedia melakukan kencan butanya yang kedua.
Lagi-lagi Devon tidak menyukai wanita yang dijodohkan dengannya.Cindy merasa frustasi. Baru kali ini ia menemukan klien sesulit Devon.
Setelah dua kali gagal melakukan pendekatan, Devon kembali mendatangi kantor biro jodoh milik Cindy.
"Maaf Pak stok kita sudah habis,"kata Cindy.
"Belum,"
Cindy tidak bisa menafsirkan kata-kata random Devon.Wanita itu tampak berpikir keras."Apa maksud anda?"
Devon mencondongkan badannya ke arah Cindy."Nona apa anda mau menjadi pasangan saya?"
Deg
Perkataan Devon sukses membuat jantung Cindy berdebar kencang seolah ingin lompat dari sangkarnya.Cindy sampai memegang bagian dadanya dengan sebelah tangan.
Cindy tidak menyangka Devon akan mengajaknya ke pesta pernikahan temannya itu. Padahal saat itu dia mengajukan syarat dengan memberikan tarif yang tidak murah pada Devon.
"Bantu cari gaun dong, gue bingung mau pakai gaun yang mana buat acara ntar malam,"kata Cindy ketika berada di pusat perbelanjaan.
"Antusias benar bu bos,"ledek Irene yang diminta Cindy menemaninya jalan-jalan ke mall.
"Ya gak enak lah kalau pakai baju jelek di depan koleganya dia, lagi pula klien aku itu udah bayar mahal loh sama aku,” terangnya.
...***...
...Flashback on...
“Nona apa anda mau jadi pasangan saya?”Sungguh pertanyaan yang sulit diartikan oleh Cindy.Bagaimana bisa seorang mak comblang maju untuk menemani kencan kliennya sendiri.
"Maaf anda tidak bisa mengajak saya," tolak Cindy.
"Saya akan membayar mahal untuk mengganti waktu anda,"Devon mencoba bernegosiasi.
Cindy tersenyum menyeringai."Bayaran saya tidak murah pak."
Devon mencondongkan badannya ke arah Cindy."Berapa uang yang harus saya keluarkan agar anda mau menemani saya besok malam?" Tanya Devon.
Siapa yang tak tergiur dengan uang. Cindy menyebutkan asal jumlah uang yang ia minta."30 juta semalam," tukasnya.Ia berharap laki-laki itu menolak setelah ia menyebutkan harga yang tak masuk akal hanya untuk menemaninya semalam ke acara pesta.
Devon tersenyum menyeringai. Baginya uang tidak jadi masalah karena dia adalah pengusaha sukses di kotanya."Baiklah akan kuberikan jumlah uang yang kau sebutkan"ucapan Devon sukses membuat Cindy membelalakkan matanya.
Padahal niatnya adalah untuk menolak Devon secara tidak langsung. Namun ternyata laki-laki itu malah menyetujui syarat yang diajukan.
Devon langsung meminta cek kosong pada asistennya. Setelah itu dia menulis uang yang diminta oleh Cindy. Tangan Cindy gemetar saat menerima cek dari Devon.
"Beneran nih,gue nggak mimpi kan?" Tanya Cindy pada dirinya sendiri namun hanya dalam hati.
"Saya akan menjemput anda besok malam jam tujuh,"ucapan Devon membuyarkan lamunan Cindy.
"Tunggu!" Cindy menghentikan langkah Devon sebelum keluar dari ruangannya.
"Hanya menemani ke pesta tidak lebih dari itu!" Ucap Cindy untuk memperingatkan Devon. Devon menarik ujung bibirnya lalu kemudian melangkahkan kakinya keluar.
...Flashback off...
...***...
Sesuai dengan janjinya Devon menjemput Cindy di kosannya. Sebelumnya gadis itu memberikan alamat tempat tinggalnya. Cindy adalah mahasiswa perantauan yang berkuliah di kota itu.Tak ada yang ia kenal selain Alan dan Irene.
Devon turun dari mobil. Dia tampak begitu tampan mengenakan setelan taksido dengan dasi kupu-kupu warna hitam.
Sedangkan Cindy mengenakan dress warna hitam dengan panjang selutut dan lengan sampai siku. Sebuah kalung tipis dan anting panjang juga dipakainya untuk melengkapi penampilannya itu.
Devon mengulurkan tangannya sambil tersenyum pada Cindy.Gadis itu membalas senyum kemudian meraih uluran tangan laki-laki tampan yang ada di depannya itu.
Jantungnya berdebar saat Devon menggenggam tangannya.Ini pertama kalinya Cindy pergi berkencan dengan laki-laki yang lebih dewasa darinya.
Devon membukakan pintu mobil untuk Cindy. Laki-laki itu menutupi bagian kepala Cindy agar tidak terbentur oleh pintu.
"Terima kasih," ucapnya pada Devon karena laki-laki itu sangat baik padanya.Perhatian kecil yang membuat hati Cindy berbunga-bunga. Devon membalas dengan senyum.
Setelah itu ia memutari mobil menuju kursi kendali."Berangkat sekarang ya," kata Devon saat menoleh ke arah Cindy. Gadis itu mengangguk pelan.
Tak butuh waktu lama mereka sampai di sebuah hotel tempat berlangsungnya pesta pernikahan tersebut.
Devon turun lebih dulu lalu membukakan pintu untuk Cindy. Setelah itu ia meminta Cindy merangkul lengannya.
Sudah banyak tamu yang berdatangan ke acara pesta malam itu. "Aku harap kamu bisa berakting dengan baik."Devon mengucapkan kata-katanya dengan lembut sehingga membuat jantung Cindy berdebar kencang.
Mereka pun melangkahkan kaki ke dalam ballroom tempat acara tersebut berlangsung.
"Akhirnya kamu datang dengan membawa pasangan,"ledek salah satu teman bisnis Devon.
"Cantik juga, mau bertukar pasangan denganku,"goda temannya yang lain. Laki-laki itu memandang Cindy dengan tatapan mesum. Cindy merasa tidak nyaman kemudian Devon membawa gadis itu ke belakang punggungnya.
"Jangan ganggu dia!"Devon memperingatkan temannya itu.
"Ayo, kita belum memberikan ucapan selamat kepada mempelai pengantin,"ajak Devon seraya menggenggam erat jari jemari Cindy.
Di acara pesta itu Cindy tidak mengenali siapapun. Tapi dari kejauhan ada seorang wanita yang menatap gadis itu dengan tajam.
Dia tersenyum sinis pada Cindy."Bersenang-senanglah sepuasmu tapi mulai besok aku akan membuat hidupmu menderita," gumam perempuan itu sambil menatap Cindy dari kejauhan.
***
Cindy merasa bosan di pesta itu. Dia duduk sendirian di pojokan.Sedangkan Devon sedang sibuk mengalami para koleganya. Tiba-tiba seseorang mendekati Cindy.
"Boleh aku duduk di sini?" Tanya laki-laki yang usianya sekitar 25 tahunan tersebut.
Cindy tidak menghiraukan ucapan laki-laki yang berdiri di sampingnya. Namun laki-laki tersebut tetap duduk di samping gadis itu.
“Tommy,” ia menyebutkan namanya serta mengulurkan tangan berharap gadis di depannya itu mau diajak berkenalan. Sayangnya Cindy tak membalasnya.
"Sejak kapan kamu menjalin hubungan dengan Devon?" Pertanyaan dari pemuda itu membuat Cindy menoleh.
"Boleh tidak aku tidak menjawab pertanyaanmu?” Cindy balik bertanya.Tommy terkekeh mendengarnya.
Sesaat kemudian Devon teringat dengan Cindy.Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan gadis itu.Lalu ia melihat seorang laki-laki berbicara dengan Cindy.Devon pun meminta izin pada koleganya tersebut untuk menghampiri pasangannya.
“Cindy,mari kita pulang,”ajak Devon sambil menarik tangan Cindy.
“Maaf kami pamit dulu Tom,sampaikan terima kasih pada kakakmu yang telah mengundangku ke acaranya.”
“Cindy,”
Secara tidak langsung Tommy telah menemukan jawaban yang ia mau.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!