..."Sebenarnya semesta menyuruhku untuk melepasmu tapi aku tidak pernah menyadari itu, bahkan aku sudah berani jatuh cinta padamu, padahal seharusnya aku sadar batasanku hanyalah untuk mengagumimu."...
...***...
Memasuki akhir bulan Maret di Manhattan, New York City. Sisa-sisa salju tampak masih menempel di beberapa ranting pohon, musim memang seharusnya sudah berganti, salju yang menempel di pepohonan seharusnya sudah digantikan dengan kuncup bunga yang bermekaran dan tunas pepohonan yang mulai tumbuh, tapi tampaknya musim dingin masih ingin menemani hiruk pikuk dan keramaian di kota bisnis Manhattan.
Hari masih begitu pagi, namun di salah satu pemukiman real estate kelas atas di kawasan SoHo, seorang lelaki tampak sudah keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang menutupi bagian tubuh bawahnya, Jefferson Hugo, 30 tahun seorang manager pemasaran di perusahaan pialang real estate mewah, Habitat City kini mendekat ke arah ranjang lalu mencium pipi istrinya, Caitlyn Wycliff, 26 tahun, seorang model yang sedang naik daun beberapa tahun terakhir ini di New York City (N.Y.C).
"Selamat pagi, sayang."
Mendapat kecupan hangat di pipinya, perlahan Caitlyn pun membuka matanya, dia lalu tersenyum pada suaminya kemudian memeluk tubuh Jeff yang kini terlihat begitu seksi di matanya. Dada bidang dan otot-otot di perutnya tampak terpahat begitu sempurna.
"Selamat pagi, Jeff. Kapan kau berangkat?"
"Sebentar lagi, kau yakin tidak mau ikut denganku? Kita bisa berlibur beberapa hari di Brooklyn," tanya Jeff pada Caitlyn.
"Tidak Jeff, nanti sore aku harus pergi ke New York, jadwal pemotretannya tiba-tiba dimajukan. Alice baru saja memberitahuku tadi malam, nilai kontrak ini cukup besar dan aku harus tetap profesional."
Jeff pun tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Baiklah, aku bersiap dulu, sebentar lagi aku harus pergi."
"Semua kebutuhanmu sudah kupersiapkan di dalam kopermu, Jeff."
"Terimakasih banyak, sayang."
Caitlyn kemudian bangun dari atas ranjangnya lalu membantu Jeff mengenakan pakaiannya dan mengantarkannya ke depan rumah mereka.
"Hati-hati di jalan sayang."
Jeff kemudian mengecup kening Caitlyn lalu mengecup bibirnya dan dibalas dengan ciuman yang begitu bergairah dari Caitlyn.
"Aku pergi dulu," ujar Jeff sambil membelai wajah Caitlyn saat mereka sudah selesai berciuman, Caitlyn pun menganggukkan kepalanya sambil menatap punggung Jeff yang kini berjalan ke arah mobilnya. Jeff kemudian mengendarai mobilnya menuju ke Brookyn, hingga satu jam lamanya dia pun sudah sampai di kota tersebut, saat dia turun dari mobilnya, tampak salah seorang stafnya Edward Harold, 28 tahun sudah berdiri menunggunya di depan lobi hotel tersebut.
"Bagaimana Edward, apa semuanya sudah beres untuk acara nanti siang?"
"Kau tenang saja Jeff, semuanya sudah kuatur. Lebih baik kau sekarang beristirahat saja di kamarmu," jawab Edward yang merupakan salah satu staf Jeff di Habitat City.
Edward lalu menunjukkan letak kamar Jeff sedangkan dirinya undur diri untuk melakukan pengecekan kelengkapan presentasi yang akan dilakukan oleh Jeff siang nanti. Jeff kemudian melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya, namun tiba-tiba perhatiannya sedikit terganggu saat melihat sosok wanita yang memakai kemeja berwarna hitam sedang berjalan dengan begitu tergesa-gesa memasuki bagian staf hotel.
"Caitlyn? Cat ada di sini?" ujar Jeff sambil mengerutkan keningnya.
"Ah tidak, mungkin aku salah lihat, dia tidak mungkin ada di sini," tambah Jeff kemudian melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya.
***
Amber Edmund, 26 tahun. Seorang petugas house keeping di The Wiliam Valle Hotel, sebuah hotel bintang lima yang ada di pusat kota Brooklyn, kini memasuki ruangan staf hotel dengan begitu tergesa-gesa, dia kemudian bergegas mengganti pakaiannya dengan seragam hotel tersebut. Saat Amber baru saja membalikkan badannya setelah selesai menaruh pakaiannya di dalam loker, tampak berdiri di belakangnya seorang laki-laki berkemeja warna putih sedang tersenyum kecut padanya.
"Selamat pagi, Amber."
"Se... Selamat Pagi Tuan Scott," jawab Amber dengan begitu gugup pada laki-laki yang ada di depannya. Scott Austin, 31 tahun, seorang supervisor yang ada di hotel tersebut.
"Jadi hari ini kau terlambat lagi?"
"Ma.. Maafkan saya Tuan Scott, sebelum berangkat kerja saya harus menyiapkan semua keperluan ibuku, dia saat ini sedang sakit parah, jadi aku harus menyiapkan segala keperluannya sebelum berangkat bekerja."
"CUKUP AMBER! AKU SUDAH BOSAN DENGAN SEMUA ALASANMU ITU! SEHARUSNYA SEJAK DULU KAU SUDAH DIPECAT, HANYA KEMURAHAN HATI DARIKU SAJA YANG KASIHAN MELIHAT KEADAANMU DAN ORANG TUAMU YANG MEMBUAT KAU MASIH BERTAHAN DI SINI! JADI MULAI BESOK..."
Belum sempat Scott menyelesaikan kata-katanya, Amber sudah menjatuhkan tubuhnya ke lantai lalu berlutut di depan Scott, matanya pun tampak berembun. "Tolong jangan pecat saya Tuan, saya sangat membutuhkan pekerjaan ini, tolong saya, Tuan. Saya akan melakukan apapun agar saya tidak dipecat dari hotel ini, saya membutuhkan pekerjaan ini untuk mengobati ibu saya, tolong jangan pecat saya, Tuan," ucap Amber dengan begitu memelas disertai air mata yang mulai membasahi pipinya.
Melihat tingkah Amber yang kini terlihat putus asa, Scott kemudian mengangkat alisnya sambil mengerutkan keningnya, lalu sebuah senyuman pun kini tampak menghiasi bibirnya.
"Baik, aku tidak akan memecatmu tapi ada syaratnya, kau harus menuruti perintahku," jawab Scott sambil tersenyum menyeringai.
NOTE:
Yang udah mampir jangan lupa tinggalin jejak like, vote, atau komen, wajib banget tinggalin jejak, aku ngancem kalian sambil bawa pisau 🔪 sama palu 🔨 nih 😏 wew 😂✌️
"Apapun akan kulakukan agar anda tidak memecat saya, Tuan."
"Benarkah?"
"Ya, tolong saya Tuan. Saya bersedia untuk melakukan apapun, yang terpenting anda tidak memecat saya karena saya sangat membutuhkan pekerjaan ini."
"Benarkah?"
"Iya Tuan."
"Termasuk mengorbankan harga dirimu?" tanya Scot. Amber pun hanya terdiam.
"Bukankah kau tadi mengatakan jika kau akan melakukan apapun untuk mempertahankan pekerjaan ini? Tapi kenapa kau hanya diam? Apa kau main-main dengan kata-katamu, Amber."
"Tidak Tuan, baik saya akan melakukan apapun yang anda perintahkan pada saya."
"Baik kalau begitu, sekarang berdiri!" perintah Scott. Amber pun bangkit lalu berdiri di hadapan Scott.
"Amber, dengarkan aku baik-baik, bukankah kau tau siang ini di hotel akan ada acara yang diadakan oleh Habitat City?"
"Ya, saya tau itu."
"Nanti malam setelah acara itu selesai, akan ada pesta yang akan diadakan di Club, jika kau masih ingin bertahan di hotel ini, nanti malam berdandanlah secantik mungkin, dan kenakan gaun yang indah. Lalu layani tamu dari Habitat City tersebut!"
"Aa.. Apa maksud Tuan?" tanya Amber dengan suara tercekat.
"Kau tidak mengerti? Baiklah kalau begitu, sekarang rapikan barangmu dan jangan pernah kembali lagi ke hotel ini!" hardik Scot sambil mengangkat ujung bibirnya.
"Cih, dasar bodoh!" gerutu Scott kemudian membalikkan tubuhnya, namun saat akan melangkahkan kakinya, tiba-tiba terdengar suara Amber yang memanggilnya.
"Tunggu Tuan Scott."
Mendengar suara dari Amber, Scott pun tersenyum kecut sambil membalikkan tubuhnya. "Ada apa?"
"Baik, saya akan menuruti perintah anda, saya akan menemani tamu-tamu itu nanti malam. Saya akan menuruti semua keinginan anda, Tuan. Yang terpenting anda tidak memecat saya."
"Bagus, bagus sekali, Amber. Kau mengambil keputusan yang tepat, lebih baik kau pulang sekarang. Ambil ini, belilah gaun yang menarik lalu berdandanlah secantik mungkin!" ucap Scott sambil memberikan beberapa lembar uang pada Amber. Dengan penuh keraguan, Amber pun mengambil uang itu.
"Sekarang pulanglah!" perintah Scott yang dijawab anggukan kepala oleh Amber. Dia lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu disertai dengan perasaan yang begitu berkecamuk dan air mata yang membasahi pipinya.
'Everything for you, Mom, aku akan melakukan apapun termasuk mengorbankan diriku, karena nyawamu itu jauh lebih berharga daripada harga diri ini,' gumam Amber.
***
Sorot lampu kelap-kelip yang temaram mengiringi langkah seorang wanita yang memakai gaun backless warna hitam dengan belahan kaki sampai ke paha, tampak sedang memasuki Club dengan langkah begitu ragu. Tiba-tiba seorang laki-laki mendekat ke arahnya lalu tersenyum sambil menatap wanita itu dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Tu.. Tuan Scott, selama malam Tuan Scott."
"Selamat malam, bagus sekali, Amber. Malam ini kau tampak sangat cantik dan menggairahkan, pasti mereka akan terhibur jika ditemani olehmu," ucap Scott sambil tersenyum menyeringai.
"Sekarang ikutlah denganku, akan kuantar kau menemani tamu-tamu itu!" hardik Scott, Amber pun hanya bisa menganggukan kepalanya lalu berjalan di belakang Scott menuju ke sebuah sofa warna merah yang ada di dalam club malam tersebut.
"Sekarang duduklah dan temani mereka!" perintah Scott. Dengan perasaan yang begitu berkecamuk, Amber pun mengikuti perintah Scott lalu duduk diantara tamu-tamu itu. Salah seorang tamu kemudian memberikan kode pada Scott untuk mendekat ke arahnya. Scott lalu mendekat, dan tamu tersebut tampak menyelipkan sebuah amplop yang cukup tebal bagi Scott.
"Kerja bagus, dia sangat cantik, senang bekerja sama denganmu."
"Sama-sama, Tuan, saya permisi dulu," jawab Scott lalu pergi menjauhi tamu itu setelah memasukkan amplop cokelat itu ke saku jasnya sambil tersenyum.
Sementara itu di salah satu meja bar di club malam tersebut, tampak Jeff bersama dengan beberapa orang rekan kerjanya sedang duduk sambil menikmati Budweiser di gelas mereka.
"Payah sekali kau Jeff. Disini tidak ada Caitlyn dan kau masih saja tidak berani karena menuruti perintah Caitlyn? Dasar penakut!" ejek salah seorang rekan kerjanya.
"Sejak menikah aku sudah berjanji pada istriku untuk tidak terlalu banyak minum, dan aku akan selalu menuruti permintaan Caitlyn karena aku sangat mencintainya, aku tidak ingin mengecewakan Cat."
"Istri? Memangnya istrimu tau apa yang sedang kau lakukan? Hahahaha," ledek salah seorang temannya lagi.
"Come on Jeff, malam ini kita bertanding, sekali saja. Tidak ada istrimu disini, tidak ada yang perlu kau cemaskan."
Jeff pun tersenyum kecut, kemudian dia tampak berfikir sejenak. "Come on Jeff!"
"Ayolah Jeff!"
"Jangan jadi pengecut Jeff!" ucap beberapa temannya ikut mengompori Jeff.
"Baik, kuturuti tantangan kalian," jawab Jeff.
Mereka kemudian memesan beberapa botol Budweiser lagi, masing-masing satu botol di depan mereka.
"Let's go! One, two, three!" teriak mereka bersama sambil menuangkan bir tersebut ke dalam gelas mereka masing-masing.
"Hahahaha...." kini tawa mereka pun terdengar menggema bercampur dengan irama house music di club malam tersebut.
Air mata pun mulai keluar dari sudut mata Amber saat jari-jari nakal laki-laki pria yang ada di sampingnya mulai meraba bagian tubuhnya, ingin rasanya dia memberontak tapi dia kembali meneguhkan hatinya saat mengingat bayang-bayang ibunya yang begitu rapuh dan tidak berdaya merasakan penyakit yang menjalar di dalam tubuhnya.
Tetes demi tetes air mata itu pun kini mulai mengalir deras membasahi wajahnya. Apalagi saat tangan-tangan nakal itu mulai meraba bagian tubuhnya dengan memasukkan tangannya melalui belahan paha pada gaun yang dikenakannya, tidak hanya itu saja, wajah pria tua itu kini pun mulai mendekat ke tengkuk lehernya hingga deru nafasnya yang terdengar mulai tak beraturan karena menahan sya*wat yang ada di dalam dirinya semakin membuat hati Amber begitu hancur. Saat bibir pria itu mulai mengecup tengkuk Amber dan tangan nakalnya mulai membuka pakaian dalam yang dikenakan oleh Amber. Amber pun memberanikan diri bangun dari sofa tersebut.
"Maaf, saya ijin ke belakang sebentar," pinta Amber.
Pria tua itu pun mendengus kesal. "Huhhhh! pergilah lalu kembali secepatnya, dan jangan coba-coba melarikan diri dariku karena aku sudah membayar mahal pada bosmu itu, jika tidak kau akan dipecat dari tempat ini! Apa kau mengerti?"
Amber pun menganggukkan kepalanya dengan begitu bergetar, dia kemudian bergegas pergi ke toilet.
Byur byur byur
Amber membasahi wajahnya diiringi isak tangis yang membuat wajahnya kini basah dipenuhi air mata yang bercampur dengan air yang dibasuhkan ke wajahnya.
"Aku harus kuat, aku harus kuat, aku harus kuat demi Mommy," isak Amber. Dia lalu menghapus air yang membasahi wajahnya kemudian mengoleskan riasan kembali di wajahnya. Namun saat keluar dari toilet tersebut, langkahnya terhenti saat tangannya dicekal oleh seseorang.
Amber pun menghentikan langkahnya lalu melihat sebuah tangan kekar yang kini sedang mencekal tangannya. Tampak di sampingnya seorang pria memakai kemeja berwarna biru sedang menatapnya dengan tatapan begitu sendu meskipun matanya terlihat memerah.
"Cat? Kau ada di sini?" tanya pria itu yang membuat Amber mengerutkan keningnya.
"Maaf, sepertinya anda salah orang."
"Ck! Aku tidak mungkin salah mengenali Istriku!"
"Tapi maaf, saya bukan istri anda."
"Huh, tidak perlu berpura-pura lagi Cat, kau pasti ingin memberi kejutan untukku kan?"
"Maaf, saya tidak mengenal anda dan saya bukan istri anda!" bentak Amber sambil mengangkat bahunya dan menghempaskan tangan pria yang ada di sampingnya. Dia kemudian membalikkan tubuhnya, namun saat akan berjalan meninggalkan pria itu tiba-tiba pria itu mencekal tangan Amber lagi dengan cekalan yang kini terasa begitu kuat.
Amber pun berusaha melepaskan cekalan tangan itu, namun tenaganya tidak sebanding dengan tenaga pria itu yang kini sedang menariknya berjalan menembus kerumunan orang-orang yang ada di dalam Club. Mereka lalu keluar dari dalam Club tersebut.
'Sial! Kenapa aku harus bertemu dengan pria ini? Bagaimana jika Tuan Scott dan lelaki tua bangka yang harus kulayani itu mencariku?' gumam Amber yang kini hanya bisa pasrah mengikuti langkah pria yang mencekal tangannya tersebut.
Perasaan panik kini pun mulai merasuk ke dalam hati Amber saat pria itu ternyata membawanya memasuki lorong-lorong hotel.
'Oh tidak, apa-apaan ini? Bukankah seharusnya aku menemani laki-laki tua bangka itu tapi kenapa aku harus mengikuti laki-laki ini?' gumam Amber disertai perasaan yang begitu tak menentu, apalagi saat ini kini mereka telah berdiri di depan sebuah pintu kamar hotel dan pria itu sedang membuka kunci pintu kamar itu.
"Tolong lepaskan aku!" rengek Amber dengan tatapan mengiba.
"Lepaskan? Bukankah tujuanmu ke sini untuk menemuku?" jawab pria itu.
"Tidak, saya datang ke sini bukan untuk menemui anda, jadi tolong lepaskan saya!"
"Melepasmu? Memangnya apa tujuanmu datang ke sini? Bukankah tujuanmu datang ke sini untuk bertemu denganku? Kau merindukanku kan Cat?" desis pria itu di telinga Amber kemudian menarik tangannya memasuki kamar hotel itu.
"Tolong dengarkan saya, Tuan. Saya bukan istri anda!"
"Tidak mungkin, tidak mungkin seorang Jeff tidak mengenali istriku sendiri, jadi berhentilah berpura-pura Cat karena aku tidak percaya pada kebohonganmu!" bisik Jeff di telinga Amber sambil membelai wajahnya.
Perasaan Amber pun begitu tak menentu, dia kemudian mencoba melangkah kakinya ke arah pintu hotel. Tapi baru saja satu langkah dia berjalan, Jeff sudah mencekal tangannya kembali lalu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Saat Amber mencoba untuk berdiri, tubuh kekar Jeff pun menindih tubuhnya dan dan mencengkram tangannya hingga posisi tubuh Amber pun terkunci.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!