NovelToon NovelToon

MENGANDUNG ANAK CASSANOVA

Meloloskan Diri dari Kejaran Juragan

Seorang wanita tengah berlari ketakutan di bawah langit gelapnya malam. Berulang kali ia menengok ke arah belakang untuk memastikan apakah orang yang tengah mengejarnya itu masih ada.

Dan ternyata, seorang pria tua dengan postur tubuh gemuk nan pendek yang memakai topi laken berwarna krem tengah mengejarnya.

"Lily.. Jangan pergi, sayang...! Puaskan juragan dulu.." teriak pria itu memanggil nama wanita yang sedang berlari dengan jarak sepuluh meter di depannya.

Berulang kali wanita itu jatuh, bahkan lututnya sampai terluka. Tetapi ia berusaha untuk bangkit guna menghindar dari kejaran pria tua itu.

"Tidak.. Aku tidak mau.." lirihnya sembari menggeleng ketakutan.

Lily terus berlari dengan sekuat tenaga yang masih tersisa. Sialnya, jalanan itu cukup sepi dan jauh dari pemukiman warga. Sehingga jika ia berteriak meminta pertolongan sekalipun, tidak akan yang akan menolongnya.

"Ya Tuhan.. Selamatkan aku..!"

Hanya itu kalimat yang sedari tadi Lily rapalkan selama lari. Tubuhnya terasa lelah sekali, ia ingin berhenti tetapi pria itu terus saja mengejarnya.

Lily melihat ada sebuah gerobak sampah di depannya, ia menengok ke arah belakang. Pria tua itu tidak kelihatan, lalu ia memutuskan untuk masuk ke dalam gerobak sampah tersebut untuk bersembunyi.

Lily berusaha mengatur posisi tubuhnya agar tidak sampai terlihat ketika pria tua itu melewatinya. Ia juga membungkam mukutnya akibat suara deru napas yang memburu. Ia berharap Tuhan akan menyelamatkan dirinya dari pria tua yang hendak berbuat kurang ajar padanya.

"Lily.. Dimana kamu, Ly?" teriak pria tua itu ketika Lily sudah tidak lagi terlihat di depannya.

Sebut saja namanya juragan Mongol. Dia merupakan juragan terkaya di kampung Lily. Lily datang kepadanya untuk meminjam uang demi membayar biaya rumah sakit ayahnya yang sedang kecelakaan. Lily sudah sangat senang ketika juragan Mongol akan memberinya pinjaman, pria tua itu lantas meminta Lily untuk ikut dengannya ke tempat dirinya menyimpan uang. Tapi ternyata, juragan Mongol membawa Lily ke sebuah tempat terpencil yang jauh dari keramaian. Dan naasnya, Lily akan di jadikan wanita yang hendak ia tiduri.

Tentu saja Lily tidak mau di jadikan wanita seperti itu, terlebih juragan Mongol sudah memiliki istri dan empat orang anak. Lily langsung kabur begitu juragan Mongol hendak berbuat tidak senonoh padanya.

"Lily.. Juragan tahu kau bersembunyi. Keluarlah, sayang.. Jangan takut dengan juragan..!" teriak pria itu lagi.

Lily semakin ketakutan, pada saat langkah juragan Mongol semakin dekat ke arah gerobak. Ia membekap mulutnya sendiri, kedua matanya terpejam. Tubuhnya bergetar menahan rasa takut.

Setelah cukup lama meringkuk di dalam gerobak sampah, kini sudah tidak lagi terdengar teriakan maupun langkah juragan Mongol. Perlahan Lily membuka matanya, telinganya ia pertajam untuk mendengar sekitar. Sepertinya keadaan sudah aman, ia mulai memberanikan diri untuk bangun dan keluar dari gerobak sampah tersebut.

"Doooorrr..!" seru jurangan Mongol tentunya membuat Lily terkejut bukan main.

Juragan Mongol memberi senyum yang menakutkan. Lily selangkah berjalan mundur sembari menggelengkan kepalanya.

"Jangan mendekat..! Pergi..! Jangan dekati aku, juragan. Ku mohon..!" pinta Lily lirih.

Keadaan cukup menegangkan, ketakutan Lily semakin menjadi pada juragan hendak menyentuh tangannya. Sialnya, tubuh Lily terpentok ke sebuah pohon besar. Ia sulit untuk kabur.

"Hahaha... Juragan bilang juga apa, Ly? Menyerahlah. Jangan takut.. Juragan tidak akan kasar asalkan kamu jangan meronta, sayang.." ucap juragan Mongol yang terdengar mengerikan di telinga Lily.

"Tidak..! Pergiiii..!" usir Lily, ia menggelengkan kepalanya cepat.

Selangkah lagi juragan Mongol akan sampai tepat di hadapan Lily. Pria tua itu sudah tidak sabar untuk mencicipi perawan bahenol seperti Lily. Ia meraih lengan Lily cukup kasar, tangan yang satunya ia gunakan untuk menarik tengkuk wanita tersebut.

Duuuggg...

Gerakan juragan Mongol kalah cepatnya dengan kaki Lily yang saat ini sudah berhasil menendang benda pusakanya.

Melihat juragan Mongol yang menunduk kesakitan, itu menjadi peluang Lily untuk melarikan diri. Ia melangkah pergi dari sana, tapi sayang, juragan Mongol tak menyerah untuk mendapatkan Lily. Pria tua itu menarik pakaian Lily hingga robek dan membuat pemiliknya sampai terjatuh.

"Semakin kamu memaksa kabur, semakin juragan penasaran denganmu, Lily!" seru juragan Mongol terdengar menakutkan.

Pria tua itu hendak menindih berjalan dan langkahnya berhenti tepat di depan Lily yang saat ini jatuh terlentang di tanah. Sepertinya Lily sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk kabur dari pria tua tersebut. Ia memejamkan mata saat juragan Mongol hendak menindih tubuhnya.

"Toloooooooongg...."

Teriakan histeris seorang wanita itu terdengar oleh seorang pria yang sedang melewati jalanan tersebut. Pria tersebut menghentikan mobilnya di tepi jalan.

"Siapa yang meminta tolong di tempat sepi ini?" gumamnya.

Pria itu lekas turun dari mobilnya, mencari sumber suara minta tolong wanita yang baru saja ia dengar.

"Tolong jangan sakiti aku, juragan! Ku mohon.. " lirih Lily.

Tidak ada belas kasihan, juragan Mongol tetap kukuh pada keinginannya. Ia membuka satu persatu kancing kemejanya di atas tubuh Lily, lalu melempar kemeja tersebut ke sembarang arah.

"Nikmati saja, ya, Ly..!" ucap juragan Mongol.

Sebelah tangan pria itu kini meremas payuudara Lily dengan kasar.

"AAAAAARRRHHHH..."

Buuugghh..

Tiba-tiba saja tubuh juragan Mongol terlempar kebelakang. Lily menengok ke arah belakanh untuk mengetahui kaki milik siapa yang baru saja menendang tubuh juragan Mongol. Begitu menoleh, seorang pria menggunakan stelan kemeja putih dan spatu kantoran tengah berdiri di belakangnya.

"Ikut aku!" ajak pria itu seraya mengulurkan tangannya pada Lily.

Tak punya waktu banyak, Lily pun menjabat tangan pria itu kemudian bangkit berdiri. Sebelum juragan Mongol bangkit, ia harus segera pergi dari sana.

"Wooooyyy.. Siapa kamu?" teriak juragan Mongol sembari menahan sakit di bagian dadanya.

Pria tadi membawa Lily ke mobilnya. Kemudian membawanya pergi dari tempat tersebut. Terlepas siapa pria yang menolongnya, Lily tidak perduli, yang terpenting ia aman sekarang.

"Terima kasih sudah menolongku," ucap Lily.

Pria itu tak membalas ucapan terima kasih Lily. Lily jadi merasa canggung berada di dalam mobil dengan pria itu. Seketika, pria itu menghentikan mobilnya di tepi jalan. Lily merasa sedikit takut, sebab tempat tesebut sepi dan sepertinya masih jauh dari pemukiman warga.

"Mmm.. Sepertinya sudah aman, juragan itu sudah tidak bisa mengejarku lagi. Aku turun di sini saja, sekali lagi aku berterima kasih padamu," ucap Lily dan lagi-lagi tidak mendapat balasan.

Ia memutuskan untuk keluar dari mobil tersebut, tetapi keningnya tiba-tiba berkerut begitu pintu mobil tidak bisa di buka alias di kunci.

Mmmm.. Aku harus memanggilnya apa, ya? Batin Lily.

"Tuan, bisakah kau membuka kunci pintunya? Aku akan keluar sekarang," pinta Lily.

Pria di sampingnya itu sama sekali tidak merespon, seakan kehadirannya tidaklah di anggap.

"Tuan, aku mau-"

"Kau pikir semudah itu keluar dari mobilku?" ucap pria itu dingin.

Wajah Lily seketika menegang. Mengapa pria itu berubah menakutkan?

"Maksudmu?" Lily bertanya balik.

Pria itu menoleh ke arah Lily sekilas, sebelum kemudian pandangannya kembali menatap lurus ke depan.

"Sekarang ceritakan kenapa pria tua tadi akan melakukan hal itu padamu?"

Lily menghela napas lega, ia pikir pria di sampingnya akan meminta imbalan padanya.

"Oh, itu, aku tadi berniat untuk meminjam uang padanya. Dia juragan terkaya di kampungku. Dia menjebakku, dia mengajakku untuk pergi ke tempatnya menyimpan uang, tapi ternyata aku di bawa ke tempat dimana dia ingin merenggut kehormatanku," jelas Lily.

Pria di sampinya tak mengatakan apapun lagi, mungkin sekarang Lily sudah boleh pergi.

"Aku sudah menceritakannya padamu, bisakah aku pergi sekarang?"

"Kenapa kau meminjam uang padanya?" tanya pria itu lagi, Lily mengerutkan alisnya sejenak, sebelum akhirnya ia mengatakan yang sejujurnya.

"Aku butuh uang untuk biaya rumah sakit ayahku karena kecelakaan," jelas Lily lagi jujur.

Pria itu tampak mengangguk-anggukan kepalanya. Kemudian menatap tubuh Lily untuk beberapa saat.

"Aku bisa memberimu pinjaman uang," cetus pria itu.

"Ah, benarkah?" tanya Lily dengan semangat.

"Hm," jawab pria itu.

"Apa kau tidak sedang bercanda?" tanya Lily lagi.

"Sebutkan saja berapa yang kau butuhkan!"

"Banyak," jawab Lily.

Pria itu menoleh lagi ke arah Lily. "Katakan yang benar!" pintanya.

"Seratus juta."

"Itu sedikit."

"Banyak," sahut Lily. "Makanya aku memilih pinjam."

Pria itu terdengar menghela napas mendengar jawaban Lily. "Ya sudah, sebutkan nomer rekeningmu!"

"Aku tidak punya rekening."

Lagi-lagi pria itu menghembuskan napas. "Kalau begitu, nanti ikut aku ke Bank."

"Ok," jawab Lily senang.

"Tapi semua ini tidak gratis."

Binar kebahagiaan di wajah Lily seketika memudar. Ia menatap pria di sampingnya dengan seribu pertanyaan di kepalanya.

"Aku sudah menyelamatkanmu tadi. Dan aku akan memberimu pinajam, tentunya syaratnya sama dengan juragan yang kau maksud."

"Maksudmu apa?"

"Aku tahu kau pasti mengerti akan maksudku. Jika kau menolak syarat dariku, kau akan rugi besar. Sebab aku tidak akan membiarkanmu pergi dari sini, dan mungkin kau pun akan kehilangan banyak waktu untuk masalah biaya operasi ayahmu itu."

Mendengar penjelasan pria itu barusan membuat Lily berpikir, ternyata tidak ada orang baik yang tulus di dunia ini. Lily menyesal sudah menceritakan kronolgis mengenai apa yang terjadi di antara dirinya dengan juragan itu.

"Bagaimana, deal?"

Lily menatap tangan pria itu yang terulur.

Tidak, aku tidak boleh menjabat tangan pria. Aku tidak akan menerima syaratnya.

"Jika kau diam, itu artinya kau sama saja dengan mengorbankan keselamatan ayahmu. Katakan deal sekarang juga, jangan pikirkan dirimu, tapi pikirkan nasib ayahmu!"

Ucapan pria itu membuat Lily ibarat buah si malakama. Jika ia menerima syarat pria tersebut, itu artinya sama saja ia mengorbankan kehormatan serta harga dirinya yang ia pertahankan mati-matian selama dalam pengejaran juragan Mongol. Tetapi jika ia menolak, pria itu tidak akan pernah membiarkannya pergi. Dan bisa jadi, pria itu akan melakukan sesuatu yang lebih buruk daripada yang ia bayangkan.

Semua terasa berat, sulit untuk memutuskan sesuatu dalam waktu terdesak seperti ini. Akhirnya, setelah beberapa saat memilih diam, Lily memilih untuk mengorbankan dirinya. Meski syaratnya sama, tapi setidaknya Lily masih punya kesempatan untuk kabur dari juragan Mongol. Berbeda dengan situasinya saat ini, ia tidak bisa pergi dari genggaman pria tersebut.

"Jangan terlalu lama berpikir, cepat putuskan sesuatu!" seru pria itu.

Dengan berat hati, Lily menjabat tangan pria itu secara perlahan dengan tangan gemetar. Lantaran tangan Lily lama untuk menjabat tangan seperti itu saja, akhirnya pria itu yang menjabat tangan Lily sebelum kemudian menariknya lalu membawanya ke dalam pelukan.

"Aaahhh.." Lily berteriak refleks.

"Jangan mengeluarkan suara apapun kecuali dessahaan!" bisik pria itu sebelum akhirnya mereka memulai semuanya.

Bersambung...

Hamil

Tiga bulan kemudian.

Braaakk..

Dua orang yang berada di sana terlonjak kaget begitu pak Tio menggebrak meja ruang tamu. Wajahnya merah padam menahan gejolak amarah yang meluap-luap. Ia sangat syok ketika putrinya yang saat ini duduk menunduk di hadapannya mengungkapkan jika dirinya tengah mengandung, padahal dia belum menikah.

"Katakan, siapa pelakunya?! Ayah akan menghajar laki-laki itu!" seru pak Tio.

"Istighfar, ayah," ucap bu Hesti-istrinya berusaha menenangkan, meski ia juga sangat syok mendapat berita yang begitu menyesakan ulu hatinya.

Sementara putrinya menangis sesenggukan, ia merasa sangat bersalah sekali. Ia tidak bisa menjaga kehormatannya sebagai perempuan.

"Apa kata tetangga nanti, kalau mereka dengar jika kami memiliki anak yang hamil di luar nikah?" seru pak Tio lagi, ia sudah tidak bisa menahan amarah yang terus bergejolak.

Orang tua mana yang tidak marah dan kecewa mendengar anak perempuannya di hamili oleh laki-laki di luar nikah? Semua pasti merasa demikian, dan tentunya merasa gagal dalam mendidik anak tersebut.

"Ayah kecewa, Lily!" ucap pak Tio penuh penekanan, ia bangkit berdiri dan beranjak ke kamarnya.

Dan sekarang, hanya ada bu Hesti dan Lily di sana. Sebagai seorang ibu, bu Hesti tentunya yang paling terluka di sini. Meski demikian, seburuk apapun Lily, dia tetap putri kandungnya.

Bu Hesti menggeser duduknya mendekat pada putrinya. Ia memberi pelukan hangat, berusaha menerima apapun yang sudah terjadi. Lily menumpahkan tangisnya di pelukan sang ibu.

"Maafin Lily, bu! Maafin Lily.." ucap perempuan itu di antara isak tangisnya.

Bu Hesti melepaskan pelukannya secara perlahan, kemudian menangkup kedua pipi Lily seraya memberi tatapan meyakinkan agar Lily tidak perlu takut untuk mengatakan siapa pelakunya.

"Sekarang ceritakan pada ibu, nak! Siapa orang yang sudah tega melakukan hal keji itu padamu?"

Lily menatap ibunya dengan perasaan takut. Ia tidak berani mengatakan hal yang sebenarnya terjadi.

"Lily.. Ceritakan saja, nak!" bujuk bu Hesti sekali lagi, ia berharap putrinya akan mengatakan yang sebenarnya.

Lily menarik napas panjang, mengatur deru napasnya yang sempat tersengal akibat lama menangis sesenggukan. Ia berusaha mengontrol diri, memejamkan matanya untuk beberapa saat. Mungkin ini waktunya ia menceritakan semuanya. Ia tidak akan menutupi apa yang selama ini terjadi.

"Aku meminjam uang pada seseorang untuk biaya rumah sakit saat ayah kecelakaan, bu. Orang itu mau memberi aku uang seratus juta, asal aku mau tidur dengannya," jelas Lily.

"Astaghfirullahal'adziim... nak. Kamu melakukan semua itu untuk.."

"Iya, bu. Kalau Lily tidak melakukannya, maka dari mana lagi Lily mendapatkan uang untuk biaya rumah sakit ayah."

Sekujur tubuh bu Hesti terasa lemas, ia tidak menyangka jika putrinya melakukan itu semua demi sang ayah. Dan yang sangat ia sayangkan, kenapa Lily harus memilih cara itu. Padahal masih banyak cara lain.

"Maafin, Lily, bu! Lily tahu, Lily salah. Lily minta maaf," Lily bersimpuh di kaki sang ibu, ia tidak tahu harus bagaimana sekarang.

Air mata bu Hesti tidak bisa di bendung lagi, kini air matanya mengalir deras. Semuanya sudah terjadi, dan ia tidak bisa mengubah keadaan seperti semula. Yang bisa ia lakukan menerima semua ini, meski rasanya begitu sakit.

"Kita bicarakan lagi nanti bersama ayah, sayang. Kita cari jalan keluar terbaik," tutur bu Hesti.

Lily mengangguk setuju. Meski ia tahu, jika satu-satunya jalan keluar adalah dengan menikah bersama pria yang sudah menghamilinya.

***

Leonard Bagaskara.

Pria beparas tampan berusia dua puluh enam tahun itu merupakan seorang pemimpin perusahaan termana di kota yang saat ini ia tinggali. Dengan ketampanannya, ia kerap kali menggoda dan merayu wanita manapun untuk memenuhi permintaannya.

Ia seringkali mendapat julukan sebagai 'Cassanova', sebab ia mampu merayu wanita dan berakhir tidur dengannya. Selain secara cuma-cuma, ia pun membayar beberapa wanita yang memang mampu memuaskan dirinya.

Leon merupakan putra tunggal dari pasangan Xander dan Emely. Mereka berasal dari keluarga terpandang dan juga sombong. Mereka bisa melakukan semuanya dengan uang. Tentu saja, pergaulan bebas Leon tak terlepas dari didikannya yang salah sejak masih usia dini.

Bisa di katakan Leon ini kurang kasih sayang orang tua. Kedua orang tuanya lebih memberikan uang daripada cinta kasih. Sebab mereka terlalu di sibukan oleh pekerjaan, sehingga tidak ada waktu untuk mengurus maupun memberi didikan yang baik untuk putra mereka.

Pria itu sekarang baru saja selesai meeting dengan perusahaan yang tentunya setara dengan perusahaannya. Ia berjalan masuk ke dalam ruangannya. Ia tersenyum begitu ada wanita yang menyambutnya dengan senyum yang mengembang sempurna.

"Sudah selesai, honey?" tanya wanita itu sembari menghampirinya.

"Sudah," jawab Leon membalas ciuman singkat yang baru saja wanita itu daratkan di bibirnya.

Lantaran sudah tidak sabar untuk segera bermain dengan pria tampan seperti Leon, wanita yang bernama Anya itu mulai memainkan aksinya.

"Aaahhh... Ooohhh.. Mmmhhh.." Anya mendesah pada saat Leon memasukan jemarinya ke dalam lubang surgawi.

Sepertinya Anya wanita yang sering melakukan perihal begitu, sebab tiga jari Leon masukan saja muat bahkan longgar.

"Aaahh.. Yeesss.. Umhh.."

Keduanya sudah tampak panas, sehingga sudah tidak sabar lagi untuk melakukan bagian inti. Leon melucuti pakaian yang di kenakan oleh Anya, sedikit lagi ia akan memasukan barang miliknya pada milik Anya.

Tok tok tok

Seseorang mengetuk pintu ruangannya. Keduanya bangun dan memakai pakaian dengan tergesa. Anya merasa kecewa lantaran Leon belum sempat memberi sesuatu yang ia inginkan.

"Kau bersembunyi saja di toilet!" ujar Leon dan mendapat anggukan dari wanita itu.

Pria itu berjalan ke arah pintu, ia membenarkan pakaiannya yang sedikit berantakan. Begitu pintu terbuka, sekretsrisnya muncul di balik pintu.

"Ada apa, Drew?" tanya Leon pada sekretarisnya.

"Ada orang yang memaksa ingin bertemu denganmu, tuan," kata Drew, sekretaris laki-laki Leon.

"Siapa? Usir saja! Jika perlu, kau bisa menggunakan cara kasar!" titahnya.

"Baik, tuan." Drew mengangguk patuh.

Setelah itu Leon kembali ke dalam ruangannya. Tapi entah kenapa hal barusan sedikit menggangguk pikirannya.

Leon berjalan ke arah jendela, ia melihat ke bawah gedung untuk melihat siapa orang yang sudah berani memaksa ingin bertemu dengannya. Orang itu di seret paksa oleh kedua security, tapi orang itu malah menerobos masuk melewati gerbang.

"Siapa dia?" gumam Leon.

Leon bergegas melangkahkan kaki guna menghampiri orang yang dengan beraninya masuk tanpa di beri izin. Awas saja jika orang itu membuat kekacauan di perusahaannya, ia tidak akan segan-segan memberi pelajaran yang membuatnya jera.

"Lepaskan saya, pak! Saya ingin bertemu dengan tuan Leon," ucap seseorang yang sedang meronta agar bisa terlepas dari pengamanan security.

"Lepaskan dia!" seru pemimpin perusahaan tersebut, yakni Leon.

Semua orang yang berada di sana menoleh, kemudian beberapa karyawan yang sempat berkerumun kini membubarkan barisan.

Begitu melihat wajah orang yang memaksa dan bersikeras ingin bertemu dengannya membuat Leon tercengung.

"Kau.."

Bersambung...

Tanggung Jawab

Leon membawa seseorang yang memaksa ingin bertemu dengannya ke sebuah ruang meeting, lantaran di ruangannya masih ada wanita yang tadi bersembunyi di toilet.

"Kenapa kau memaksa ingin bertemu denganku?" tanya Leon pada wanita yang saat ini duduk di depannya.

Wanita yang di ketahui bernama Lily itu mengeluarkan sesuatu dari balik tas jinjingnya.

"Ini," ia memberikannya pada Leon.

Leon mengernyit dan menerima sesuatu yang baru saja Lily berikan. Sesuatu tersebut merupakan tes kehamilan yang sudah terdapat garis dua di sana.

"Kenapa kau memberitahu kehamilanmu padaku?" tanya Leon terheran.

"Lantas aku harus memberitahu pada siapa lagi? Apa aku harus berebut mik dengan marbot untuk mengumumkan kehamilanku pada warga?" Lily terlihat kesal.

"Ya kenapa harus aku?"

"Karena kau ayah dari anak yang aku kandung," seru Lily.

Leon terdiam, ia sama sekali tidak terkejut. Lantaran selama ini ia pun menyadari jika ia ceroboh mengeluarkan di dalam saat melakukan hal itu dengan Lily tiga bulan lalu.

"Lalu kau mau apa dariku?" tanya Leon setelah beberapa saat terdiam.

"Tanggung jawab."

"Yakin hanya itu?"

"Iya, aku ingin kau tanggung jawab menikahi aku," tambah Lily.

Leon menghela napas, ia menatap wajah Lily sedikit lebih dekat dari sebelumnya. "Aku bisa saja menikahimu. Tapi aku tanya sekali lagi, apa kau yakin ingin menikah denganku?"

Pertanyaan Leon membuat Lily diam sejenak.

Kenapa dia bertanya seperti itu? Ya, aku memang belum tahu seperti apa sifatnya, tapi bagaimanapun dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.

"I-iya tentu saja," sahut Lily.

Leon bangkit berdiri dari duduknya. "Ya sudah kalau begitu, aku akan mengurus semuanya. Kau tidak perlu kemana-mana, cukup diam di rumahmu!"

Lily ikut bangkit berdiri. "Sungguh? Apa kau tidak berbohong?"

"Apa untungnya aku berbohong? Sekarang kau bisa pulang ke rumahmu, aku akan meminta sekretaris sekaligus asisten pribadiku untuk mengantarmu."

Belum sempat Lily melayangkan protes tapi Leon sudah lebih dulu pergi dari sana. Lily mematung sejenak di tempat berdirinya. Ia pikir Leon akan menolak mentah-mentah permintaannya, serta tidak mengakui jika itu adalah anaknya.

Apa sebenarnya yang pria itu rencanakan? Batin Lily.

Tapi bagus juga sih jika tuan Leon mau mengakui perbuatannya dan mau bertanggung jawab. Ucapnya lagi dalam hati.

***

Sebuah mobil mewah memasuki perkampungan tempat dimana Lily tinggal. Hal tersebut menyita perhatian banyak orang, terlebih ketika mobil mewah tersebut berhenti tepat di depan rumah pak Tio.

Keluarnya Lily dan Drew menjadi pusat perhatian banyak orang, tak jarang dari mereka yang mengira jika Lily menggunakan guna-guna agar pria tampan terpikat dengannya.

"Terima kasih banyak sudah mengantar saya, Aspri Drew!" ucap Lily.

"Sama-sama," balas Drew, sekretaris sekaligus asisten pribadinya Leon.

"Mau mampir dulu?" tawar Lily.

"Tidak," tolak pria itu. "Saya harus pergi sekarang," pamitnya kemudian.

"Oh, ya sudah kalau begitu. Sekali lagi, terima kasih banyak."

"Hm."

Drew kembali masuk ke dalam mobilnya. Mobil tersebut pun kini pergi dari halaman rumah Lily.

"Assalamu'alaikum.." Lily memberi salam begitu masuk ke dalam rumah.

Terdengar sahutan dari arah dapur, sepertinya ibunya sedang memasak di belakang. Lily melangkah lebih dalam dan menghampiri sang ibu. Ia duduk di kursi makan yang terbuat dari kayu.

"Aku sudah bertemu dengannya, bu," ucap Lily seraya menuangkan air putih ke dalam gelas kaca.

Bu Hesti yang baru saja membalikan gorengan dalam wajan kini menoleh, ia ikut duduk di dekat putrinya.

"Apa katanya? Apa dia mau bertanggung jawab dan mengakui itu anaknya?" tanya bu Hesti, sebenarnya ia mengkhawatirkan jika pria yang sudah berbuat hal itu tidak mau bertanggung jawab.

"Alhamdulillaah, bu. Bahkan dia tidak membantah ataupun menyangkal jika dia melakukannya denganku," jawab Lily.

Bu Hesti menghela napas lega. "Syukurlah kalau begitu. Ibu khawatir jika orang itu tidak mau bertanggung jawab. Sebab tak jarang kan yang tidak mengakui perbuatannya?"

Lily mengangguk. "Iya, bu. Dia juga akan mengurus semua urusan pernikahannya. Dia minta agar aku cukup diam saja di rumah."

"Lalu kapan dia menemui ibu dan ayah?" tanya bu Hesti kemudian.

Lily menggeleng, ia lupa mengatakan pada Leon untuk menemui orang tuanya. Ada sedikit kekecewaan di raut wajah bu Hesti, seharusnya pria itu datang ke rumah menemuinya hanya untuk sekedar meminta maaf. Tapi ya sudahlah, dengan mau bertanggung jawab atas perbuatannya pada Lily saja sudah membuat bu Hesti merasa lega.

"Bu.. Gorengannya gosong..!" seru Lily membangunkan ibunya yang baru saja tenggelam dalam lamunan.

"Astagfirullaah.." bu Hesti langsung bangkit dari duduknya.

***

Waktu sudah hampir menunjukan pukul enam petang, tetapi pak Tio belum kunjung pulang. Pria paruh baya itu kerja serabutan, jadi apa saja yang bisa jadi uang selama itu halal, maka ia mau mengerjakannya tanpa malu apalagi gengsi.

Tepat adzan magrib berkumandang, pak Tio sampai di rumah. Ia bergegas untuk membersihkan badan kemudian menunaikan shalat magrib berjamaah bersama sang istri di kamar berukuran tiga kali tiga meter.

Usai shalat, mereka makan malam bersama. Lily sudah terlebih dulu menunggu di meja makan. Sebelum membahas apa yang akan di sampaikan, mereka memilih untuk makan dulu saja.

Sementara bu Hesti mencuci piring, Lily bersama pak Tio pergi ke ruang tamu usai makan malam mereka selesai.

Lily menunduk tak berani menatap ke arah ayahnya. Sementara pak Tio masih tidak menyangka jika putrinya melakukan semua ini demi keselamatan dirinya. Sebelumnya istrinya sudah menceritakan hal tersebut padanya.

"Kenapa harus melakukan itu demi ayah, nak?" pertanyaan pak Tio membelah keheningan yang menyelinap di antara mereka.

Lily memberanikan diri untuk mendongakan wajahnya. "Sebab aku tidak punya pilihan lain, ayah. Dan kalaupun aku menolak, maka nyawa ayah yang menjadi taruhannya," terang Lily.

Pak Tio mengusap wajahnya. "Kenapa harus meminjam uang pada orang itu?" tanyanya lagi.

Lily menghirup banyak-banyak oksigen, mungkin ini saatnya dia membeberkan semua yang terjadi sebenarnya.

"Orang itu sebenarnya yang menyelamatkan aku dari juragan Mongol, karena awalnya aku meminjam uang pada juragan Mongol."

Pak Tio mengerutkan keningnya bingung. "Maksudnya menyelamatkan gimana? Juragan Mongol berbuat macam-macam padamu?"

"Aku di jebak oleh juragan Mongol, saat aku bilang mau pinjam uang, aku harus ikut dengannya ke tempat dia menyimpan uang. Tapi ternyata, juragan Mongol hendak berbuat yang tidak senonoh padaku, ayah. Beruntung aku bisa kabur darinya, tetapi juragan Mongol tidak menyerah, dia terus mengejarku sampai aku tertangkap. Tetapi seseorang datang dan menyelamatkanku, tetapi aku justru malah terjebak lagi setelah mengatakan kronolgis ceritanya seperti apa. Dia mengunciku di mobil, dan aku tidak bisa pergi kemana-mana. Dia memberi aku dua pilihan, melayaninya atau tetap terkunci di mobil. Intinya aku benar-benar tidak bisa lagi berpikir, hanya keselamatan ayah yang aku pikirkan saat itu."

Pak Tio menundukan wajahnya mendengar semua cerita Lily. Begitu besar pengorbanan putrinya untuknya. Bahkan Lily takut kehilangan dirinya dibanding kehormatannya.

"Aku sudah bertemu dengan orang itu, ayah. Dia mau bertanggung jawab dan akan menikahiku," imbuh Lily.

Pak Tio mendongakan wajahnya. "Sungguh?"

Lily mengangguk. "Iya, ayah."

"Baguslah kalau begitu, ayah tidak jadi menghajarnya. Tetapi ayah akan tetap menghajar juragan Mongol karena sudah berani melecehkan putri semata wayang ayah!"

Pak Tio mengepalkan kedua tangannya, amarahnya kembali memuncak. Ia bangkit dari duduknya dan beranjak dari sana.

"Ayaaaahh... Ayah mau kemana?" panggil Lily setengah berteriak.

Pak Tio tetap pergi bersama tujuannya, yaitu menghajar juragan Mongol.

"Ibu.....," panggil Lily berusaha untuk memberi tahu sang ibu.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!